Anda di halaman 1dari 28

PERAN GURU AGAMA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM
DI MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KLUNGKUNG

PROPOSAL PENELITIAN

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Pendidikan Agama Islam

Mata Kuliah Metodologi Penelitian

OLEH :

NAMA : ANNISA

NIM : 2019125010123

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DENPASAR BALI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021
ABSTRAK

Peran Guru Agama dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di


MMI Klungkung
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Ketika berbicara masalah
pendidikan, kita akan menemukan beberapa komponen yang saling terikat antara
yang satu dengan yang lainnya, contoh, guru dengan murid. Keterikatan tersebut
layaknya dua sisi mata uang yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan, guru
berada di salah satu sisi dan murid di sisi lainnya. Oleh karena itu, figur guru akan
senantiasa menjadi sorotan karena guru selalu terkait dengan komponen manapun
dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan
pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga
sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan
proses belajar-mengajar dan terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Mengingat petapa pentingnya peran guru tersebut maka timbul
pertanyaan, apa perannya dan bagaimana peran guru tersebut dilaksanakan?

Selanjutnya, selama ini banyak penelitian dalam dunia pendidikan yang


dilakukan di wilayah perkotaan dan pada lembaga-lembaga pendidikan yang secara
umum wilayah tersebut sudah maju dan lembaga pendidikannya pun dari segi
sarana dan prasarana memang bagus serta jalur akses yang didapatkan pun lebih
mudah dan cepat. Dengan demikian, maka hasil yang ditemukanpun positif.
Beranjak dari fenomena ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
dilakukan diwilayah pedesaan atau kota kecil untuk memberikan gambaran
bagaimana proses pendidikan dilaksanakan di sana dan dituangkan dalam bentuk
Proposal dengan judul ”Peran Guru Agama dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam di MII Klungkung ”.
Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriftif analisis. Sumber data dalam penelitian ini adalah referensi
untuk memperoleh istilah-istilah, pengertian-pengertian dan pendapat-pendapat
dari para pakar dengan menelaah dan mengkaji buku-buku yang relevan dengan
masalah yang sedang diteliti dan diperolehnya teori yang relevan untuk menyusun
landasan teori yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini,
i
dan data-data yang diambil langsung dari MII Klungkung.

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Fokus Penelitian..................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................................3
1. Tujuan..........................................................................................3
2. Manfaat.........................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI..............................................................................5


A. Pengertian Guru Agama......................................................................5
B. Kualifikasi Guru Agama.....................................................................7
C. Peran Guru Agama.............................................................................8
D. Guru Sebagai Pembimbing................................................................9
E. Guru Sebagai Pengajar........................................................................9
F. Guru Sebagai Pengelolaan Kelas........................................................10
G. Guru Sebagai Evaluator.....................................................................10
H. Pengertian Pendidikan Agama Islam..................................................11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................13


A. Tempat/Lokasi Penelitian..................................................................13
B. Pendekatan dan Metode Penelitian.....................................................13
C. Instrumen Penelitian..........................................................................13
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................14
1. Study Dokumenter........................................................................14
2. Wawancara....................................................................................14
3. Angket/Kuesioner.........................................................................14
E. Teknik Pengolahan Data.....................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan totalitas yang mengantarkan peserta didik untuk


tumbuh dan berkembang sebagai sosok individual, sebagai anggota keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang
sangat penting, baik bagi masyarakat yang ada di perkotaan maupun di pedesaan
untuk mencapai kesejahteraan karena Pendidikan yang diberikan dengan sengaja
dari orang dewasa kepada anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun
rohani agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Hal itu bisa didapatkan
melalui pendidikan agama.
Pendidikan agama tidak boleh lepas dari pengajaran agama, yaitu
pengetahuan yang ditujukan kepada pemahaman hukum-hukum, syarat-syarat,
kewajiban-kewajiban, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan dan
diindahkan. Pendidikan agama harus memberikan nilai-nilai yang dapat dimiliki
dan diamalkan oleh anak didik, supaya semua perbuatannya dalam hidup
mempunyai nilai-nilai agama, atau tidak keluar dari tuntunan atau moral agama.
Pada kakekatnya pendidikan agama merupakan pembinaan terhadap pondasi dari
moral bangsa. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa tata tertib dan
ketentraman hidup sehari-hari dalam masyarakat tidak hanya semata-mata
ditentukan oleh ketentuan-ketentuan hukum saja, tetapi juga didasarkan atas ikatan
moral, nilai-nilai kesusilaan dan sopan santun yang didukung dan dihayati bersama
oleh seluruh masyarakat. Kehidupan masyarakat yang berpegang teguh pada
moralitas tak bisa diwujudkan kecuali dari pendidikan agama. Sebab moralitas
yang mempunyai daya ikat masyarakat bersumber dari agama, nilai-nilai dan
norma norma agama.
Pembinaan moral manusia dan penghayatan keagamaan dalam kehidupan
seseorang sebenarnya bukan hanya sekedar mempercayai seperangkat aqidah dan
melaksanakan tata cara upacara keagamaan saja tetapi merupakan usaha yang terus
menerus untuk menyempurnakan diri pribadi dalam hubungan vertikal kepada
Tuhan dan horizontal terhadap sesama manusia sehingga terwujudlah keselarasan,
keserasian dan keseimbangan hidup menurut fitrah kejadiannya sebagai makhluk

1
individual, makhluk sosial, serta makhluk yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Pribadi yang seperti ini tidak datang dengan serta merta begitu saja, melainkan
harus melalui proses pendidikan yang panjang dimana unsur agama menjadi faktor
yang asasi. Berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang
dengan sendirinya akan membantu manusia lebih mampu untuk menguasai dan
mengelola alam dengan segala potensinya. manusia menggunakan rasionalitasnya
melakukan kajian-kajian keilmuan dan teknologi, akan tetapi tanpa kemampuan
manusisa untuk menguasai diri sendiri, kamajuan yang tadinya telah dicapai akan
mengancam dan membahayakan diri sendiri. Dalam hal ini kiranya perlu diketahui
bahwa agama tidak mengatur ilmu pengetahuan, akan tetapi agama mewajibkan
pemeluknya untuk mempelajarinya. Ilmu pengetahuan (Sciense) hendaknya
dijadikan alat untuk memupuk dan memperkokoh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan pada masa anak-anak seharusnya sudah dilakukan oleh orang
tua, yaitu dengan cara membiasakan mereka dengan tingkah laku dan akhlak yang
diajarkan agama. Beliau juga memaparkan bahwa, seharusnya para pendidik
senantiasa selalu memikirkan moral, tingkah laku, dan sikap yang harus
ditumbuhkan dan dibina pada anak didik. Ia tidak cukup sekedar menuangkan
pengetahuan ke otak anak-anak; hanya memikirkan peningkatan ilmiah dan
kecakapan serta meningkatkan ritus-ritus formal keagamaan semata. Bila
pembinaan kepribadian dan moral agama tidak disertakan dalam pendidikan anak-
anak, maka akan lahir manusia-manusi yang tinggi pengetahuannya namun mereka
tidak dapat memberikan manfaat yang betulbetul kepada masyarakat. Mereka
hanya akan memikirkan dan menggunakan ilmu pengetahuannya untuk mencari
keuntungan dan kesenangan diri sendiri.
Bidang study pendidikan agama Islam merupakan bagian dari integral dari
semua program pengajaran dan merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru
terhadap siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama
Islam sehingga mereka menjadi manusia yang bertakwa dan menjadi warga negara
yang baik. Pendidikan agama juga perlu diberikan kepada anak didik sejak dini,
baik dalam keluarga, masyarakat maupun sekolah. Karena, Pendidikan agama
berfungsi sebagai pengontrol, pembimbing, dan pendorong bagi diri anak. Oleh
karena itu seorang guru (tentang guru agama) dituntut untuk menumbuhkan
sikap mental,

2
perilaku dan kepribadian yang tentu saja memerlukan pendekatan yang bijaksana
dan hati-hati dari guru. Untuk itu dibutuhkan kecakapan motivasi dan berpikir jauh
kedepan, dengan mencontohkan kepribadian dan keteladanan seorang guru itu
sendiri sebagai contoh atau model yang artinya setiap guru mampu memberikan
contoh bagi anak didiknya, bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku yang
baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, adanya peran guru agama
yang dijadikan teladan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut
diharapkan agar siswa bisa melihat langsung contoh dari materi-materi yang telah
disampaikan. Memberikan motivasi kepada siswa dalam merealisasikan
pendidikan agama Islam tersebut sehingga siswa terpacu untuk melaksanakannya,
seperti shalat berjamaah dan membaca al-qur`an, dilaksanakan bertujuan untuk
menambah pendidikan agama. Disinilah peran guru agama itu sangat penting bagi
pelaksanaan pendidikan agama di sekolah.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka fokus penelitian pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran guru agama sebagai pembimbing dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di MII Klungkung?
2. Bagaimana peran guru agama sebagai pengajar dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam di MII Klungkung?
3. Bagaimana peran guru agama sebagai pengelola kelas dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di MII Klungkung?
4. Bagaimana peran guru agama sebagai evaluator dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam di MII Klungkung?
5. Sejauh mana peran guru agama tersebut telah dilaksanakan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


a. Tujuan
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran guru agama sebagai pembimbing dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di MII Klungkung.
2. Mengetahui peran guru agama sebagai pengajar dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di MII Klungkung.

3
3. Mengetahui peran guru agama sebagai pengelola kelas dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di MII Klungkung.
4. Mengetahui peran guru agama sebagai evaluator dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di MII Klungkung.

5. Mengetahui tingkat pelaksanaan peran guru agama dalam pelaksaan


Pendidikan agama islam.
b. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai tambahan informasi ilmu
pengetahuan tentang bagaimana pelaksanaan pendidikan agama di lembaga-
lembaga pendidikan terutama sekolah sebagai lembaga formal, baik bagi
penulis secara pribadi maupun pembaca pada umumnya terutama yang
berkiprah di bidang pendidikan serta sekaligus merupakan sumbangan
pemikiran yang dipersembahkan sebagai pengabdian kepada Almamater,
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Guru Agama

Kata guru agama terdiri dari dua kata, yaitu guru dan agama. Pengertian
guru menurut Zakiah Daradjat dkk, Guru adalah pendidik profesional, karenanya
secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Menurut
Ahmad Tafsir, Guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah.
Sementara itu, Moh. Uzer Usman memandang guru sebagai jabatan atau profesi
yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan
syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul
seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya
yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu dan
pendidikan prajabatan.
Selain itu, dalam Dictionary of Education dikatakan bahwa guru adalah: (1)
seseorang yang bekerja di sebuah lingkungan yang resmi dengan tujuan untuk
memandu dan menunjukkan pengalaman pembelajaran pada masyarakat di dalam
sebuah institusi pendidikan baik negeri maupun swasta. (2) seseorang yang karena
kekayaan/pengalaman luar biasa/pendidikan/keberadaannya di lapangan yang
diberikan, mampu mengkontribusikannya pada pertumbuhan dan perkembangan
orang lain yan mengadakan kontrak dengannya. (3) seseorang yang dilengkapi
dengan sebuah kurikulum profesional di dalam institusi pendidikan guru dan yang
mempunyai pelatihan yang diakui secara resmi dengan sebuah penghargaan
sertifikat pengajaran yang layak.
Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 yang
dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Selanjutnya dijelaskan pula pada Pasal 2 ayat 1 bahwa
yang dimaksud dengan tenaga professional mengandung arti bahwa pekerjaan guru
hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik
kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis
dan jenjang pendidikan tertentu. Dari pengertian walaupun redaksinya berbeda,
namun mempunyai kesamaan maksud, yaitu bahwa guru bukan hanya sekedar
5
pemberi ilmu

6
pengetahuan kepada peserta didik di depan kelas. Tetapi juga merupakan tenaga
profesional yang mempunyai kualifikasi akademik kompetensi, yang di samping
memperhatikan aspek kognitif, juga aspek afektif dan psikomotorik pada anak
didik agar timbul dan terbina secara utuh sebagai manusia berkepribadian utuh
agar maksud mendidik untuk mengantarkan peserta didik menuju kedewasaan
dapat tercapai. Serta untuk seoptimal mungkin mengarahkan peserta didik agar
mereka memperoleh pengalaman dalam rangka meningkatkan kompetensi yang
diinginkan melalui proses belajar tersebut. Berkenaan dengan ketiga aspek tersebut
di atas, Haidar Putra Daulay menjelaskan bahwa: Pertama, aspek kognitif adalah
upaya yang ditekankan pada pengisian otak peserta didik (tranfer of knowledge),
yaitu pemberian materi/bahan ajar yang dimulai dari yang sederhana seperti
menghafal sampai analisis. Hal ini merupakan langkah awal untuk penanaman dan
memberikan pemahaman atas konsep-konsep dasar atau teori-teori keilmuan
kedalam otak peserta didik. Kedua, aspek afektif yang merupakan upaya mengisi
hati, melahirkan sikap positif (tranfer of value), menumbuhkan kecintaan kepada
kebaikan dan membenci kejahatan. Hal ini berkenaan dengan masalah emosi
(kejiwaan), terkait dengan rasa suka, benci, simpati, antipati dan lain sebagainya.
Dengan demikian afektif itu adalah sikap batin seseorang. Dengan kata lain
pendidikan agama yang berorientasi kepada ranah pembentukan afektif ini adalah
pembentukan sikap mental peserta didik ke arah menumbuhkan kesadaran
beragama sebagai salah satu bentuk penerapan hasil pelajaran yang tidak hanya
pada ranah pemikiran saja, melainkan juga memasuki ranah rasa. Karena itu
sentuhansentuhan emosional beragama perlu dikembangkan. Ketiga, aspek
psikomotorik/perbuatan (tranfer of activity), yaitu timbulnya keinginan untuk
melakukan yang baik dan menjauhi yang buruk berdasarkan konsep bahan yang
telah diperolehnya sebagai implementasi dari materi-materi yang telah diajarkan
melalui proses pembelajaran yang direfleksikan dan teraktualisasikan ke dalam
tindakan atau praktik kehidupannya sehari-hari.
Sementara itu, agama merupakan sesuatu yang menyangkut kepentingan
mutlak setiap manusia. Oleh karena itu, setiap orang beragama terlibat dengan
agama yang dipeluknya, maka tidaklah mudah menarik sebuah definisi yang
mencangkup semua agama. Hal tersebut karena setiap orang yang beragama
cenderung memahami agama menurut ajaran agamanya sendiri. Hal ini pula
ditambah dengan fakta bahwa dalam kenyataan agama di dunia ini amat beragam.

7
Namun, karena ada segi agama yang sama, suatu rumusan umum dapat

8
dikemukakan dengan pengertian bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan
yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara,
penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia sesuai dengan
dasar ajaran agama tersebut.
Agama dalam Islam adalah cara hidup, cara berfikir, berideologi, dan
bertindak. Agama meliputi sistem-sistem politik, ekonomi, sosial, undangundang
dan ketata-negaraan. Agama berperan dalam membentuk pribadi insan kamil
disamping juga membentuk masyarakat yang ideal, agama menitik beratkan
pembentukan moral dan spiritual sebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga
membangun tamadun dan membina empayar yang kukuh dan berwibawa dimata
dunia. Lebih daripada itu Islam adalah cara hidup (way of life).
Jadi, dari penjelasan tentang definisi guru dan agama di atas dapat
dipahami bahwa guru agama Islam adalah seorang pendidik yang mengajarkan
pendidikan agama Islam yang mencakup mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Aqidah
Akhlak, Fiqh dan Sejarah Kebudayaan Islam agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup. Selain itu, di samping melaksanakan
tugas pengajaran, yaitu memberikan pengetahuan keagamaan, ia juga
melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu
pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, di samping menumbuhkan dan
mengembangkan keimanan dan ketakwaan para peserta didik, Serta ia pun harus
memperbaiki mana yang kurang baik pada mereka, karena anak didik datang ke
sekolah telah membawa berbagai nilai dan pengalaman keagamaan yang
diperolehnya dari orang tuanya masing-masing. Ada yang sudah baik, tapi ada juga
yang kurang, bahkan mungkin ada yang tidak baik sama sekali, sesuai dengan
keadaan orang tuanya masing masing.
B. Kualifikasi Guru Agama
Menurut bahasa, kata kualifikasi diartikan dengan ”Pembatasan,
penggolongan, tingkatan kapabilitas, kecakapan, syarat, watak, sifat”. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang
diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu. Jadi,
kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan
khusus. guru sebagai ujung tombak pengemban tugas mendidik anak-anak bangsa,
yang juga merupakan agen pembangunan dan sekaligus agen pembaharuan ditutut

9
agar tidak ketinggalan zaman dengan begitu pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan

1
dan teknologi. Namun sebaliknya dituntut agar mampu berkreativitas dan
berinovasi seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya bahwa dalam
melaksanakan tugas mendidik bangsa, guru dituntut mampu melaksanakan tugas
secara profesional, efisien dan efektif. modal kualifikasi kependidikan yang
ditawarkan di atas, diharapkan bisa meringankan tugas guru dalam menghadapi
masa depan dapat terwujudkan secara tepat dan cermat. Sebab, jika tingkat
kompetitif guru yang dihadapi dengan kualifikasi kependidikan, maka eksistensi
guru akan tetap survive dengan sendirinya. Bahkan prospek masa depannya juga
akan semakin baik serta banyak yang akan membutuhkan dan mencarinya.
Dari beberapa persyaratan guru yang dikemukan di atas menunjukkan
bahwa seorang guru terutama guru agama bukan hanya orang yang berilmu
pengetahuan saja, akan tetapi harus beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
sebab guru agama adalah figur Rasulullah SAW bagi ummat Islam yang diteladani
segala tingkah lakunya serta memiliki kompetensi, dimana dalam Undang-undang
No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10 ayat 1 bahwa: ”Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadiaan, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”
Bagi seorang guru agama, selain diperlukan syarat-syarat untuk menjadi
guru dan memiliki kompetensi guru, juga guru hendaknya mengetahui pula
sekedar ciri perkembangan jiwa agama pada anak dalam tiap tahap pada umur,
serta mengetahui pula latar belakang dan pengaruh pendidikan, serta lingkungan di
mana si anak lahir dan di besarkan. Agar ia dapat melaksanakan tugasnya, dengan
cara yang berhasil guna dan berdaya guna untuk mencapai tujuan pendidikan
agama yang telah ditentukan.
C. Peran Guru Agama
Peranan adalah dari kata dasar “peran” yang ditambahkan akhiran “an”.
Peran memiliki arti ”perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki untuk orang yang
berkedudukan di masyarakat”, sedangkan peranan adalah ”bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan”.25 Kata ”peran” bisa juga di artikan dengan pemeran,
pelaku, dan pemain; sedangkan ”peranan” dapat diartikan dengan fungsi,
kedudukan atau bagian kedudukan. Peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian
atau yang memegang pimpinan yang terutama (di dalamnya terjadi sesuatu hal).
Peranan berarti ”bagian yang harus dilakukan di dalam suatu kegiatan”. Peran

1
dan

1
kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana
yang dikemukan oleh Adams dan Decey dalam Basic Principles of Student
Teaching, antara lain: guru sebagai pembimbing, pengajar, pemimpin, pengelola
kelas, dan evaluator.
D. Guru Sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam
peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaannya. Keduanya sering
dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan
mencintai murid. Dalam hal ini sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh
guru secara terus menerus adalah suasanan keagamaan, keja sama, rasa persatuan,
perasaan puas murid terhadap pekerjaan dan kelasnya. Dengan terjadinya
pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di
kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran agama Islam khususnya.
Jadi guru sebagai pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan
konsoling terhadap sejumlah peserta didik, serta dapat memberikan motivasi dalam
hal belajar, menjalankan ibadah dan prilaku baik, dan memberikan contoh atau
keteladanan kepada peserta didik dengan sumber keteladanan yaitu guru.
E. Guru Sebagai Pengajar
Menurut Raflis Kosasi sebagaimana yang dikutif oleh Nasyiruddin bahwa,
mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa dapat belajar, yaitu usaha yang
dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan adanya perubahan tingkah laku pada
diri anak. Selain itu Nasyiruddin juga mengutarakan pendapat Nasution bahwa
mengajar merupakan usaha untuk mengatur dan mengorganisir lingkungan
sehingga dapat tercipta suatu situasi dan kondisi yang baik bagi siswa dalam
belajar. Dengan demikian anak dapat belajar secara aktif dan guru berperan
sebagai pembimbing dan pengorganisir terhadap kondisi belajar anak.
Pembelajaran ini disebut dengan (Pupil Centered) dan peran guru disebut (Manajer
of Learning).
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Ia
menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua
pengetahuan yang telah disampaikannya. Selain dari itu Ia juga berusaha agar
terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dll
melalui pengajaran yang diberikannya. Guru juga merupakan personal sekolah

1
yang memiliki kesempatan untuk bertatap muka lebih banyak dengan siswa
dibandingkan

1
dengan personil lainnya sehingga guru dapat leluasa dalam melaksanakan
perannya. Mengingat lingkup pekerjaan guru, seperti yang dilukiskan diatas, maka
tugas guru itu meliputi; pertama tugas pengajaran atau sebagai pengajar, kedua
tugas bimbingan dan penyuluhan termasuk juga didalamnya guru sebagai
motivator, dan ketiga tugas administrasi atau guru sebagai ”pemimpin” (manajer
kelas). Jadi dapat disimpulkan bahwa, mengajar adalah usaha bagaimana mengatur
lingkungan dan adanya interaksi subjek (anak) dengan lingkungannya sehingga
terciptalah kondisi belajar yang baik.
F. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola
kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah
yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan
belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan
belajar itu turut menentukan sejauhmana lingkungan tersebut menjadi lingkungan
yang baik dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan
kepuasan dalam mencapai tujuan. Tujuan pengelolaan kelas ini adalah
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alatalat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, Serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai pengelola kelas guru bertanggungjawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar di dalam kelasnya. Jadi
pengolahan kelas yang baik adalah mengadakan kesempatan bagi siswa untuk
sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga mampu
mambimbing kegiatannya sendiri dan tidak lupa pula menciptakn lingkungan
belajar yang baik serta dapat menggunakan fasilitas yang ada secara optimal begitu
pula dengan memeliharanya.
G. Guru Sebagai Evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator
yang baik yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan pencapaian tujuan.
Penguasaan siswa terhadap pelayanan serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar, guru mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif
memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Guru hendaknya

1
terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke
waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik
(feedback) terhadap proses belajar mengajar. Guru hendaknya mampu dan
terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar
mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Dan materi yang sudah disampaikan itu tepat sehingga mendapatkan hasil yang
optimal pula.
Dapat dipahami bahwa betapa guru agama mempunyai andil/peran yang
sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, baik itu di lembaga
pendidikan formal maupun non formal terutama tugasnya sebagai pembimbing.
Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik di
depan kelas, tetapi juga merupakan tenaga profesional yang mempunyai kualifikasi
akademik, selain memperhatikan aspek kognitif, juga aspek afektif dan
psikomotorik pada anak didik agar timbul dan terbina secara utuh sebagai manusia
berkepribadian utuh agar maksud mendidik untuk mengantarkan peserta didik
menuju kedewasaan dapat tercapai. Serta untuk seoptimal mungkin mengarahkan
peserta didik agar mereka memperoleh pengalaman dalam rangka meningkatkan
kompetensi yang diinginkan melalui proses belajar tersebut. Ringkasnya guru
agama dengan berbagai perannya tersebut dituntut untuk dapat
menumbuhkembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
H. Pengertian Pendidikan agama Islam
mengenai pengertian pendidikan agama Islam ini, penulis mencoba
memaparkan dari berbagai pendapat para tokoh pendidikan, diantaranya: Menurut
Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). MengPendidikan agama
diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis
dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yan
terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT.

1
Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidikan
agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life

1
(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Abdul Madjid dan Dian Andayani
mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami
dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Sahilun A. Nasir mendefinisikan bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik
yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran
Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam
pribadinya, dimana ajaranajaran menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran
dan sikap mentalnya. Sedangkan menurut H.M Arifin, dalam ”Kapita Selekta
Pendidikan (Islam dan Umum), adalah usaha pembinaan dan pengembangan
pendidikan agama dimana dititik beratkan pada internalisasi nilai iman, Islam dan
Ihsan dalam pribadi manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas. Jadi,
pendidikan agama Islam adalah suatu usaha dan upaya pendidikan jasmani dan
rohani yang bernafaskan Islam guna menyiapkan peserta didik agar dapat
merealisasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupannya sehari-hari baik
untuk dirinya sendiri atau pun kepada orang lain.

1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat/Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penelitian ini adalah MII Klungkung yang
terletak di Jl Raya Besakih Semarapura tengah kecamatan klungkung.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
penelitian kuantitatif riset. Penelitian ini merupakan salah satu pendekatan
dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk
menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. Dan juga menggunakan
pendekatan deskriptif analisis, yaitu pendekatan yang menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti secara kuantitatif.
Sedangkan motode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini adalah melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Metode
Penelitian Kepustakaan (Library Recearch) penulis lakukan untuk memperoleh
istilah- istilah, pengertian-pengertian dan pendapat-pendapat dari para pakar
dengan menelaah dan mengkaji buku-buku yang relevan dengan masalah yang
sedang diteliti dan diperolehnya teori yang relevan pula untuk menyusun
landasan teori yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini,
yaitu peran guru agama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di MII
Klungkung. Sedangkan metode penelitian lapangan (Field Research)
dimaksudkan agar memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif
dan akurat mengenai masalah yang sedang diteliti dengan terjun langsung ke
lokasi penelitian yaitu MII Klungkung.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan informasi mengenai peran guru agama dalam
pelaksanaan pendidikan agama Islam sebagai pembimbing, pengajar, pengelola
kelas, dan peran guru agama sebagai evaluator, maka dalam penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk angket dan wawancara.
Angket ini berbentuk quesioner yang diperuntukan kepada siswa. Adapun
untuk mendapatkan informasi mengenai; (1) Peran guru agama sebagai
pembimbing, yaitu: (a) Guru menjadi motivator, adalah untuk mengetahui

1
frekuensi guru

2
memberikan motivasi kepada siswa. (b) Guru menjadi tauladan (keteladanan)
yaitu untuk mengetahui keteladanan guru dalam bentuk akhlak. (2) Peran guru
agama sebagai pengajar, yaitu melalui pengkajian agama Islam dengan
memberikan materi pendidikan agama Islam. (3) Peran guru agama sebagai
pengelola kelas, yaitu: (a) Mengelola kelas dengan menciptakan lingkungan
belajar yang baik. (b) Mengelola kelas dengan penggunaan dan pemeliharaa
fasilitas, yaitu apakah fasilitas sudah digunakan secara optimal atau belum dan
apakah fasilitas yang ada dipelihara dengan baik atau belum. (4) Peran guru
agama sebagai evaluator, yaitu dengan mengevaluasi hasil nilai ujian siswa dan
menambah pengetahuan pendidikan agama Islam bagi siswa. Maka, penulis
menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk wawancara yang
diperuntukan kepada guru agama dan kepala sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam menghimpun dan mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Study Dokumenter
Adalah pengumpulan dan pengambilan data yang di peroleh melalui
pengumpulan dokumen-dokumen. Yaitu pengumpulan data-data dan
informasi yang diperlukan dalam membantu penyelesaian penelitian ini,
seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan
karyawan, serta kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di MII Klungkung.
2. Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung
kepada responden untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan
masalah penelitian yang sedang dikaji atau pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Dalam
hal ini, penulis mengadakan wawancara secara langsung kepada kepala
sekolah dan guru bidang study pendidikan agama Islam di MII Klungkung.
mengetahui peran guru agama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam
di sekolah tersebut.
3. Angket atau Kuesioner
Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal
yang dia ketahui. Angket ini ditujukan kepada siswa-siswi MII Klungkung,

2
dan digunakan untuk memperoleh data tentang peran guru agama dalam
pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah tersebut. Adapun angket
tersebut menggunaan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan semi terbuka
dengan alternatif jawaban selalu, kadangkadang dan tidak pernah. Untuk
pertanyaan semi terbuka dengan meminta alasan responden terhadap
alternatif jawaban yang dipilihnya.
E. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh melalui angket, kemudian diproses melalui beberapa
tahapan. Adapun dalam pengolahan data, penulis menempuh tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Editing; Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah
editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket tersebut sehingga terhindar
dari kekeliruan dan kesalahan.
b. Tabulating; Selanjutnya adalah mentabulasikan atau memindahkan
jawaban- jawaban responden ke dalam tabel, kemudian dicari persentasinya
untuk dianalisis. Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah
tanpa menggunakan daftar atau tabulasi dan angka persentase. Dalam hal
ini penulis mendeskripsikan data tersebut secara sistematis, logis dan
bermakna kemudian dipadukan dengan data yang diperoleh melalui angket.
c. Analisa dan interpretasi; Yaitu membunyikan data kualitatif dalam bentuk
verbal (kata-kata) sehingga kata-kata persentase menjadi bermakna.
d. Kesimpulan yang penulis maksud adalah memberikan kesimpulan dari
hasil analisa dan interpretasi data.

2
DAFTAR PUSTAKA

A. Nasir, Sahilun, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja,


Jakarta: Kalam Mulia, 1999.

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam , Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2000.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 2006.

Arifin, H.M, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara,
1995.

B. Uno, Hamzah, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi dan Reformasi


Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di


Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka, 2007.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,


Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: 2007.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru,
2003.
Madjid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi;
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.

Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum


Teaching, 2005.

Purwanto, M. Ngalim Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 1992.

Anda mungkin juga menyukai