Anda di halaman 1dari 3

Landasan Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ontos dan logos, ontos artinya ada dan
logos artinya ilmu. Dari penjabaran tersebut, ontologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
membahas tentang keberadaan atau sebuah ilmu yang membahas tentang hakikat dari segala
sesuatu yang ada baik itu berupa realitas fisik maupun metafisik. Landasan ontologi
merupakan bidang filsafat yang mengkaji hakikat keberadaan sesuatu sesuai dengan tata
hubungan yang sistematis berdasarkan hubungan sebab akibat.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologi adalah Thales, Plato,
dan Aristoteles. Thales misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada di mana-
mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang
merupakan asal mula dari segala sesuatu. Berdasarkan hal tersebut, yang penting bagi kita
bukanlah ajarannya yang mengatakan bahwa air tersebut merupakan asal mula dari segala
sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu
substansi belaka.”
Menurut The Liang Gie, ontologi merupakan bagian dari filsafat dasar yang
mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-
persoalan berikut: (a) Apakah artinya ada, hal yang ada? (b) Apakah golongan-golongan dari
hal yang ada? (c) Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada? (d) Apakah cara-cara yang
berbeda dalam entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis,
pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada?
Dalam bidang ontologi terdapat beberapa macam aliran diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Monisme
Monisme adalah aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada
adalah satu saja, baik yang ada itu berupa materi maupun rohani yang menjadi sumber
dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan
Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles.
2. Dualisme
Dualisme meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu materi (jasad)
dan jasmani (spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri
sendiri, sama-sama abadi. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan
kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua
hakikat ini ialah dalam diri manusia. Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah
dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua
hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia
dengan mudah menerima prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera
ditangkap panca indera kita, sedangkan kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan
akal dan perasaan hidup.
3. Materialisme
Materialisme menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu
yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang
berdiri sendiri. Menurut paham Materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan
proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
4. Idealisme
Aliran Idealisme menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua
berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak
berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini
adalah “manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi
kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi
hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
5. Agnotisisme
Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui
hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang rohani. Aliran ini juga menolak
pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah
para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre
menyatakan tidak ada hakikat "ada" manusia, tetapi yang ada adalah "keberadaan"-nya.
Adapun contoh dari ontologi diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Ontologi tentang rumah. Pada zaman sekarang, sudah ada banyak model rumah yang
dibangun oleh manusia, ada yang berbentuk rumah susun, rumah tingkat, bahkan
membentuk apartemen, sedangkan pada zaman terdahulu, manusia hanya mengenal satu
model rumah. Kenyataannya, meskipun saat ini sudah banyak model rumah yang
dibangun, kita sebagai manusia masih tetap menyebut rumah dengan model apapun itu
sebagai satu kesatuan yang disebut dengan “rumah” atas dasar wawasan yang benar dan
memang ada.
2. Ontologi tentang sahabat. Kita pasti memiliki sahabat yang sudah dikenal sejak lama dan
selalu bersama setiap harinya ketika masih masa-masa sekolah. Namun setelah tamat
sekolah, terpaksa harus berpisah karena masing-masing mempunyai tujuan hidup yang
ingin dicapai. Kemudian bertemu kembali dengan sahabat setelah tujuh tahun lamanya.
Ketika bertemu pasti sahabat kita tersebut memiliki perubahan fisik (tinggi, berat badan,
model rambut dan sebagainya), dan kita tidak peduli dengan perubahan tersebut karena dia
tetaplah seorang sahabat selama masa sekolah. Kita akan tetap mengenalinya sebagai
seorang sahabat.

Anda mungkin juga menyukai