Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI KESEHATAN


“Analisis Sumber Pengetahuan Tradisional Tanaman Obat
yang Digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak Desa”

Disusun oleh :

Latifah Rahayu. CN/2111604046

Bintang Dwi Amanda/2111604034

Widyawati Ika Putri/2111604045

Wizrah S Ismail/2111604038

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Sekretariat : Jl. Ring Road Barat 63 Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman,
Yogyakarta.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat


dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul "Analisis Sumber Pengetahuan Tradisional
Tanaman Obat yang Digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak
Desa" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Sosiologi dan
Antropologi kesehatan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Hapsari
Listianingrum, S. ST, MH selaku dosen Mata Kuliah Sosiologi
dan Antropologi Kesehatan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 3 Febuari 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
2.1 Tujuan......................................................................................2
3.1 Manfaat.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Antropologi Sosial Budaya.......................................................3
2.2 Antropologi Kesehatan .............................................................
2.3 Pengaruh Sosio Biologi Budaya Antropologi Kesehatan……….......13
BAB III KASUS
3.1 Kasus.........................................................................................17
3.2 Pembahasan...............................................................................18
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan...................................................................................21
4.2 Daftar Pustaka...........................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan setiap manusia yang harus dipenuhi. Sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Meskipun sama
fundamentalnya dengan hak-hak yang lain, hak atas pelayanan kesehatan sering dianggap lebih
mendasar. Kesehatan merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap warga negara
Indonesia. Hal ini juga berarti, tidak ada masyarakat yang tidak bisa melakukan pengobatan.
Permasalahan ini menjadi tanggung jawab bagi pemerintah dalam mewujudkannya dan disertai
oleh dukungan masyarakat.
Pengobatan yang biasa dijalani masyarakat Indonesia biasanya dapat dilakukan dengan
bantuan dokter maupun juga pengobatan lainnya, seperti pengobatan tradisional. Keduanya,
walaupun memiliki metode pengobatan yang berbeda, akan tetapi tetap memiliki tujuan untuk
memberikan kondisi kesehatan terbaik bagi seorang pasien. Pengobatan medis dilaksanakan
oleh orang yang telah melaksanakan pendidikan di bidang kedokteran, sedangkan kemampuan
dalam pengobatan tradisional di dapat dari keahlian turun temurun maupun pendidikan tertentu
(non-kedokteran). Perkembangan yang terjadi dalam bidang kesehatan ini, tentunya tidak lepas
dari keinginan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pengobatan yang layak.
Pengaruh pengobatan tradisional telah berkembang dan mengakar di kehidupan
masyarakat Indonesia. Pastinya setiap orang memiliki keinginan untuk memenuhi
kebutuhankebutuhannya. Peminatan pengobatan tradisional sendiri sangat dipengaruhi oleh
Faktor Sosial Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama mengalami
pengobatan tradisional keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut
sesuai dengan kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung
dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya
meraka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya.
Indonesia memiliki sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat berdasarkan kekayaan flora
tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang
kualitasnya setara dengan obat modern (Johnherf, 2007). Kalimantan merupakan salah satu
pulau di wilayah Indonesia yang terkenal luas dan sumber keanekaragaman hayati yang tinggi.
Pulau Kalimantan juga terkenal dengan suku dan budaya yang beranekaragam. Masyarakat
adat yang tinggal di pedalaman Kalimantan secara kolektif dikenal sebagai suku Dayak
(Setyawan, 2010), yang mendiami salah satu wilayah Kalimantan Barat adalah suku Dayak
Desa. Salah satu kebiasaan suku Dayak desa adalah menggunakan berbagai jenis tumbuhan
sebagai obat-obatan tradisional. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan turun temurun dan
menjadi sebuah kearifan lokal bagi masyarakat suku Dayak Desa.

1.2 Tujuan
1. Menyajikan informasi mengenai pengaruh kebudayaan dalam kesehatan
masyarakat.
2. Memberikan Pengetahuan mengenai budaya tradisional tanaman obat yang
Digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak Desa
3. Memberikan pemahaman terkait Antropologi sosial dalam konsep kebijakan
kesehatan tradisional yang berkembang dalam masyarakat suku Dayak desa.

1.3 Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui informasi mengenai pengaruh kebudayaan dalam
kesehatan masyarakat.
2. Pembaca dapat mengetahui mengenai budaya tradisional tanaman obat yang
Digunakan oleh Masyarakat Suku Dayak Desa
3. Pembaca dapat mengetahui Antropologi sosial dalam konsep kebijakan kesehatan tradisional
yang berkembang dalam masyarakat suku Dayak desa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Antropologi Sosial Budaya


Antropologi budaya mempelajari praktik sosial, bentuk ekspresi, dan penggunaan
bahasa yang maknanya diciptakan dan diuji sebelum digunakan dalam masyarakat.
Antropologi budaya sebagai praktik sosial, bentuk ekspresi, dan penggunaan bahasa yang
maknanya diciptakan dan diuji sebelum digunakan dalam masyarakat manusia. Salah satu
definisi budaya dalam antropologi berasal dari seorang ahli bernama Ralph Linton. Ralph
Linton telah mendefinisikan budaya yang berbeda dengan konsep budaya dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan dan mengacu pada berbagai
aspek kehidupan. Istilah ini mencakup praktik, kepercayaan, sikap, dan konsekuensi dari
aktivitas manusia yang spesifik untuk masyarakat atau populasi tertentu.
Proses interaksi antara fondasi budaya yang sudah mapan dengan lembaga ilmiah
baru menghasilkan dampak langsung atau tidak langsung yang mengarah pada perubahan
gagasan budaya dan pola perilaku di seluruh masyarakat. Artinya, persepsi masyarakat
terhadap masing-masing budaya memunculkan perspektif atau persepsi yang berbeda
terhadap makna yang sama, daripada makna yang sama terkait dengan penyakit, kesehatan
dan penyakit. Setiap kebudayaan dibentuk oleh latar-belakang sejarah dan dan geografi yang
khusus. Maka tidak ada pola perkembangan yang baku, dan dengan demikian kebudayaan
tidak bisa diperingatkan sebagai kebudayaan maju ataupun kurang maju. Kebudayaan yang
ideal datang dari pembentukan manusia itu sendiri dan berasal dari kebutuhan masyarakat.
Anggota masyarakat berasal dari organisasi masyarakat sehingga anggota masyarakat harus
mengikuti kebudayaan yang dimiliki.

2.2 Antropologi Kesehatan


Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psychosociosomatic health well being,
merupakan resultante dari 4faktor yaitu:
a. Environment atau lingkungan.
b. Behaviour atau perilaku, antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
c. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
d. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Dari keempat faktor di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
berpengaruh (dominan). Pada intinya, paradigma kesehatan berfokus pada pencegahan dan
promosi alam dan memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk tetap sehat, tetapi
tetap berusaha untuk pemulihan segera yang sakit. Pada dasarnya kebijakan ini menekankan
bahwa masyarakat lebih mengutamakan kegiatan kesehatan daripada pengobatan penyakit.
Antropolog kesehatan, menurut definisi, berorientasi ekologis, bagaimana interaksi
mereka dengan orang-orang dan lingkungan alami mereka, perilaku penyakit mereka, dan
perilaku penyakit mereka mempengaruhi perkembangan budaya mereka melalui proses
umpan balik. Antropologi kesehatan dianggap sebagai bidang budaya biologis yang terkait
dengan aspek biologis dan sosiokultural dari perilaku manusia, terutama bagaimana
interaksi di antara mereka mempengaruhi kesehatan dan penyakit sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Penyakit itu sendiri adalah budaya berdasarkan sakit sebagai kognisi
sosial bahwa seseorang tidak dapat memenuhi peran normalnya dengan baik.

2.3 Pengaruh Sosio Biologi Budaya Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio- kultural dari semua


masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya,
diantaranya; Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes). Maka
antropologi kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi
dan bereaksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk
mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial dilingkungan tempat tinggalnya.
Ada beberapa ilmu yang berkaitan dengan antropologi yang saling mendukung
dalam perkembangan ilmu-ilmu lainnya, seperti bidang biologi. Antropologi kesehatan
menjelaskan tentang teknik dan penemuan obat dan variasinya, meliputi mikrobiologi,
biokimia, genetika, parasitologi, patologi, nutrisi, dan teologi epidemiologi. Hal ini
memungkinkan untuk mengkorelasikan perubahan biologis yang dicapai oleh teknologi
dengan faktor sosial dan budaya masyarakat. Cara pandang yang tepat akan mampu untuk
mem-berikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat
dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun
BAB III
KASUS

3.1 KASUS
Kalimantan merupakan salah satu pulau di wilayah Indonesia yang terkenal luas dan
sumber keanekaragaman hayati yang tinggi. Pulau Kalimantan juga terkenal dengan suku
dan budaya yang beranekaragam. Masyarakat adat yang tinggal di pedalaman Kalimantan
secara kolektif dikenal sebagai suku Dayak (Setyawan, 2010), yang mendiami salah satu
wilayah Kalimantan Barat adalah suku Dayak Desa. Salah satu kebiasaan suku Dayak desa
adalah menggunakan berbagai jenis tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional. Kebiasaan
tersebut sudah dilakukan turun temurun dan menjadi sebuah kearifan lokal bagi masyarakat
suku Dayak Desa.
Setiadi (2009) menyatakan kearifan lokal adalah bagian dari tradisi budaya yang
dinamis. Kearifan lokal ini tercermin dengan adanya kebiasaan dan tradisi masyarakat
suku Dayak Desa dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan dalam
menyembuhkan berbagai macam penyakit, menjadi pengetahuan tradisional yang sangat
perlu dijaga dan dilestarikan. Pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan tanaman obat
diperoleh masyarakat melalui pengalaman atau coba-coba, melalui mimpi, melalui orang
tua atau leluhur yang diwarisi secara turun temurun secara lisan hanya sebatas dari mulut
kemulut dari generasi kegenerasi. Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
diwariskan secara turun temurun hingga ke generasi sekarang, sehingga tercipta berbagai
ramuan obat yang berkualitas tinggiNamun pengetahuan tradisional tersebut, tidak
terdokumentasi dengan baik oleh suku setempat yang lama kelamaan akan hilang dan
punah. Pengetahuan tradisional berisiko menjadi punah karena perubahan lingkungan alam
yang cepat perubahan ekonomi global yang cepat, perubahan politik, perubahan budaya
pada skala global. Selain itu, teknologi tradisonal juga terancam punah, karena lambat
beradaptasi dengan berbagai perubahan sehingga tidak mampu menghadapi tantangan baru
(Molina, 2015).
Setyowati (2010) menyatakan bahwa terkikisnya kearifan lokal pada suatu
masyarakat terjadi akibat kurangnya kesadaran akan pentingnya aset karya intelektual,
sehingga kebanyakan informasi pengetahuan tradisional belum terdokumentasi dengan
baik. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi kita akan punahnya pengetahuan tersebut
dengan perkembangan masyarakat yang semakin padat, seiring dengan hilangnya habitat
alami berbagai jenis tumbuhan yang memiliki kasiat obat sehingga dapat menyebabkan
kepunahan akibat pengolahanlahan, perambahan hutan sebagai akibat dari eksploitasi dan
konversi lahan yang berlebihan. Oleh karena itu perlu pengkajian terhadap pergetahuan
tradisional masyarakat suku Dayak Desa dalam memberikan pengalaman dan pengetahuan
kepada generasi muda dalam pemanfaatan dan penggunaan tumbuhan sebagai obat-obatan.

3.2 PEMBAHASAN

Terdapat 100 orang responden masyarakat Adat Suku Dayak Desa yang mempunyai
pengetahuan tradisional tanaman obat di Desa Pakak, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 2018. Informan kunci juga mengatakan bahwa tidak
semua pengetahuan tradisional tentang tanaman obat dikuasai satu orang tetapi ada
beberapa tokoh dan sesepuh yang memiliki pengetahuan khusus tentang tanaman obat yang
khusus dan spesifik untuk mengobati penyakit tertentu. Oleh karena itu ditunjuklah
beberapa informen lain yang dapat dijadikan sebagai responden tambahan sebagai sumber
informasi, sampai diperoleh berjumlah 100 orang responden seperti yang terlihat pada
Tabel 1 Kategori usia mengacu pada Departemen Kesehatan RI tahun 2009 dengan
modifikasi.

Tabel 1Karateristik responden Suku Dayak di Desa pakak.


Berdasarkan Tabel 1 kakteristik responden suku Dayak Desa yang mempunyai pengetahuan
tradisional tanaman obat berusia 20 tahun ke atas. Masyarakat berusia remaja juga
mempunyai pengetahuan tentang tanaman obat, karenasemua masyarakat suku dayak
memiliki kesempatan yang sama dalam mempelajari pengetahuan tradisional tentang obat
tradisional asalkan memiliki kemampuan dan kemauan.Responden yang berusia remaja
yang memiliki pengetahuan tradisonal hanya sekitar 24% karena untuk memperoleh
pengetahuan tradisonal memerlukan waktu. 71 Sebagian besar responden (36%) yang
diketahui memiliki pengetahuan tradisonal tanaman obat berusia 45-60 tahun. Ketua adat
dan sesepuh berusia lebih dari 60 tahun, adalah orang yang sangat faham atau “ahli”
tanaman obat. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Molina (2015), di
Ilocos Sur kebanyakan orang menjadi tabib (ahli pengobatan tradisonal) ketika mereka
berumur 30 tahun. yang diketahui memiliki substantif pengetahuan tradisional berusia lebih
dari 60 tahun. Faktanya pengetahuan tradisional tanaman obat diteruskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya dari waktu ke waktu.
Tabel 2 Sumber Pengetahuan Tradisional Tanaman Obat yang Digunakan oleh Masyarakat Suku
Dayak Desa

Sumber Informasi Pengetahuan Tradisional Tanaman Obat


A. Berdasarkan pengalaman dan coba-coba
Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 30% menyatakan bahwa pengetahuan tentang
tanaman yang berkasiat obat serta cara penggunaan dan pengolahannya serta bagian tumbuhan
mana yang digunakan sebagai obat diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi dan keluarga dan
20% responden didasari dengan uji coba. Obat tradisional dari tumbuhan tersebut digunakan
sebagai suatu alternatif karena sulitnya akses ke tenaga medis dan tidak tersedianya obat modern
yang juga dipandang mahal dan menimbulkan efek samping pada tubuh. Pada akhirnya dipercaya
dapat menyembuhkan dan dipandang tidak ada efek samping atau aman untuk digunakan sebagai
obat tradisional serta diiventarisasi
.
B. Pengetahuan yang diturunkan dari leluhur atau orang tua (keluarga)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informen kunci dan 100 responden 20% mengatakan
bahwa Pengetahuan tradisional tentang tanaman berkhasiat obat pada suku Dayak Desa berdasarkan
pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Alasan mengapa pengetahuan obat tradisional tersebut sangat perlu diwariskan
kepada anak cucu dan pada generasi muda, bahwa masyarakat adat Suku Dayak Desa juga
menyadari bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan cara medis atau menggunakan
obat sintetis, tetapi ada banyak penyakit yang tidak bisa di sembuhkan secara medis ternyata dapat
sembuh menggunakan obat tradisional dari tumbuhan berkasiat obat.
Umumnya banyak keterampilan dan pengetahuan tradisional tanaman obat ditransfer oleh kakek
dan nenek mereka. Transfer pengetahuan dari kakek-nenek ke cucu merupakan praktik umum, yaitu
cucu menemani kakek atau nenek selama pengumpulantanaman obat dan selama proses perawatan
pasien.

C. Berdasarkan pengetahuan yang didapat dari Ketua Adat dan Temenggung


Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 responden 20% dari responden mengatakan
bahwa pengetahuan tradisional tentang tanaman obat, cara penggunaannya dan bagian tumbuhan
apa saja yang digunakan diberitau dan menggunakan petunjuk dari Ketua Adat dan para sesepuh.

D. Melalui pesan leluhur dan bala petara melalui mimpi


Berdasarkan hasil wawancara dengan informen kunci dan 100 responden 10 % mengatakan
bahwa informasi dan pengetahuan tentang tumbuhan yang berkasiat obat, pengolahan dan bagian
tumbuhan yang digunakan diperoleh dari para leluhur dan bala petara lewat mimpi.Umumnya
kepercayaan tentang kegunaan atau kekhasiatan suatu jenis tumbuhan obat tidak hanya diperoleh
dari pengalaman, tetapi seringkali dikaitkan dengan nilai-nilai religius dan nilai-nilai mistik.
Persepsi masyarakat suku Dayak Desa tentang sakit tergantung dari sudut pandang masingmasing
orang. Molina (2015) juga menemukan sebagian responden menjadi penyembuh dan
mempunyaipengetahuan tradisional tanaman obat karena firasat dan mimpi.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suku Dayak Desa memperoleh
informasi dan pengetahuan tradisional tentang tanaman yang berkasiat obat dan cara pengolahan
dan pemanfaatanya serta bagian tumbuhan yang digunakan melalui beberapa hal berikut yaitu
sumber informasi yang diperoleh melalui mimpi sebanyak 10%, melalui penyampaian oleh Ketua
Adat dan temenggung 20%, melalui penyampaian muliut ke mulut dari orang tua dan keluarga
sebanyak 20%, melalui cobacoba sebanyak 20% dan melalui pengalaman pribadi yang disampaikan
ke orang lain sebanyak 30%. Kesimpulannya bahwa informasi pengetahuan tradisional tentang
pengetahuan tradisional tentang tumbuhan yang berkasiat obat lebih banyak melalui pengalaman
pribadi yang kemudian disampaikan dari mulut ke mulut.

4.2 DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, A., 2009. Jiwa Tempat dan Arsitektur yang Beretika. Seminar: Dimensi Etika dalam
Berarsitektur. UAJY, 25-26 Juni 2009.

Molina, G.G.V., 2015. Indigenous Knowledge Of Medicinal Plants Used By Traditional Healers In
Iloc0s Sur. International Journal of Scientific & Engineering Research, Volume 6, Issue 12,
December-2015,159-170. ISSN 2229-5518.

Setyawan, A.D., 2010. Review: Biodiversity Conservation Strategy In A Native Perspective;


CaseStudy Of Shifting Cultivation At The Dayaks Of Kalimantan. Bioscience, 2 (2), Vol. Pp. 97-
108.

Setyowati, F.M., 2010. Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di
Kalimantan Timur (Ethnofarmacology and Utilization of Medicinal Plant in Dayak Tunjung Ethnic
in East Kalimantan). Media Litbang Kesehatan XX(3) : 104-112.

Anda mungkin juga menyukai