BAB 1
PENDAHULUAN
Ubi jalar (Ipomoea batatas Lam) adalah tanaman yang murah dan mudah
didapat karena dibudidayakan sangat luas di dunia secara ekstensif (Issa et al,
2016). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015, luas areal tanaman ubi
jalar di Provinsi Riau pada tahun 2015 mencapai 793 Ha dengan produksi ubi
jalar sebesar 82.75 kwintal/Ha (Badan Pusat Statistik, 2015). Komponen pati
2
penyusun ubi jalar adalah 90% yang terdiri dari 22% amilosa dan 78%
amilopektin (Moorthy et al, 2012). Pati ubi jalar memiliki kandungan amilosa
yang tinggi sebesar 38,25% sehingga dapat menghasilkan edible yang kuat dan
lentur. Sedangkan untuk meningkatkan fleksibilitasnya ditambahkan dengan
plasticizer berupa gliserol.
Salah satu plasticizer yang dapat memberikan sifat plastik adalah gliserol.
Penggunaan gliserol dalam pembuatan bioplastik dapat mempengaruhi kuat tarik
bioplastik, dengan bertambahnya gliserol maka kuat tarik yang dihasilkan lebih
rendah (Anggraini, 2019). Plasticizer gliserol berfungsi untuk meningkatkan
elastisitas dengan mengurangi derajat ikatan hydrogen dan meningkatkan jarak
antara molekul dari polimer. Semakin banyak penggunaan plasticizer maka akan
meningkatkan kelarutan terutama yang bersifat hidrofilik akan meningkatkan
kelarutan dalam air. Gliserol memberikan kelarutan yang tinggi dibandingkan
sorbitol pada bioplastik berbasis pati (Bourtoom, 2007).
0,17 MPa dan untuk elongasi yang terbaik adalah sampel 5 gram pati, 55%
gliserol tanpa penambahan CaCO3 adalah 16,3%.
Dari data data penelitian terdahulu tersebut maka peneliti ingin membuat
bioplastik yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku ampas tebu
dari penjual minuman air tebu.
1. Apakah pati ampas tebu dan pati ubi jalar dengan penambahan gliserol
akan menghasilkan bioplastik yang baik?
2. Variasi pati ampas tebu, pati tepung ubi jalar dan plasticizer
4. Variabel uji bioplastik meliputi : Uji Ketebalan (cm), Uji daya serap air
(%), Uji biodegradable (%), Uji kuat tarik (N/mm2), Uji elongasi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bioplastik
Bioplastik dikenal sebagai plastik yang dapat terdegradasi dan terbuat dari
bahan terbaharui. Bioplastik dapat digunakan layaknya plastik konvensional tetapi
dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme. Contoh bahan dapat diperbaharui
oleh alam adalah biji-bijian dan umbi-umbian. Biji-bijian seperti gandum, beras
dan 10 jagung, serta umbi seperti kentang. Plastik biodegradabel biasanya dibuat
dengan menggabungkan plastik dengan bahan yang bersumber dari alam. Salah
satu bahan alam yang melimpah yaitu selulosa yang dapat di jadikan sebagai
bahan dasar pembuatan bioplastik (Radhiyatullah, 2015).
Lipida yang biasa digunakan adalah gliserol, waxes, asil gliserol dan asam
lemak, sedangkan komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi
antara dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak
homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing material pembentuknya
berbeda. Komposit terdiri dari matriks yang berfungsi untuk perekat atau pengikat
dan pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksternal dan filler berfungsi sebagai
penguat.gabungan lipida dengan hidrokoloid (Sriwita, 2014).
Reinforcement/Filler (Penguat)
Reinforcement atau filler berfungsi untuk menguatkan atau mengeraskan
material dari suatu komposit. Beberapa jenis penguat yang biasa
digunakan antara lain penguat yang berupa fiber, dan partikel. Contohnya
antara lain adalah glass fiber,katun dan organic fiber.
Matriks
Matriks adalah suatu bahan yang memiliki fungsi sebagai penjaga dari
filler agar tetap pada tempatnya dalam struktur,melindungi filamen,
membantu dalam pendistribusian beban, serta membawa regangan
interlaminer. Matriks dapat dijumpai dalam bentuk logam, keramik dan
polimer.
2.5 Biokomposit
Biokomposit adalah suatu material komposit yang merupakan gabungan
dari polimer alami sebagai fasa organiknya. Penguat sangat mempengaruhi sifat-
11
sifat dari biokomposit yang dihasilkan. Penggunaan bahan penguat berskala nano
menunjukkan perbaikan pada sifat fisik dan mekanik seperti kuat tarik, thermal
stability bila dibandingkan dengan material konvensional lainnya. Penggunaan
bahan pengisi yang memiliki sifat semikonduktor akan menghasilkan komposit
yang memiliki sifat semi konduktor pula. Karena itu, struktur dan sifat
fungsional biokomposit dapat dibuat sesuai dengan keinginan dengan memilih
bahan penguatnya. Dalam bebarapa penelitian telah dikembangkan komposit
dengan tujuan sebagai material semikonduktor. Seperti poly(vinylpyridine), dan
photograpic gelatin (Avella, 2009).
(Zhao, 2008).
2.6.3 Interkalasi Larutan/ Interkalasi prepolimer dari larutan
tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis (Andaka,
2010). Adapun gambar ampas tebu dapat dilihat pada gambar 2.2
Jumlah produksi gula dari tahun 2001–2009 semakin meningkat, hal itu menandai
bahwa untuk produksi ampas tebu semakin meningkat jumlahnya pada tiap tahun.
Gliserol ialah suatu trihidoksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.
Jadi tiap karbon mempunyai gugus – OH. Gliserol dapat diperoleh dengan jalan
penguapan hatihati, kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan rendah.
Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa
dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang
menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula terjadi proses oksidasi
terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan rasa
yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida
dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau
dan rasa yang tidak enak atau tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil
penyabunan lemak atau minyak adalah suatu zat cair yang tidak berwarna dan
mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut
dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai
bahan dalam preparat yang dihasilkan. Di samping itu gliserol berguna bagi kita
untuk sintesis lemak di dalam tubuh. sebagai produk samping di dalam produksi
asam lemak, ester lemak atau sabun dari minyak atau lemak. Di Malaysia, gliserol
dihasilkan melalui pemecahan minyak sawit atau minyak inti sawit dengan
menggunakan metode berikut :
16
- Penyabunan minyak / lemak dengan NaOH untuk membentuk sabun dan larutan
alkali sabun. Larutan alkali sabun yang terbentuk mengandung 4–20 % gliserol
dan juga diketahui sebagai sweetwater atau gliserin.
- Splitting atau hidrolisis dari minyak inti sawit dibawah tekanan dan temperatur
yang tinggi untuk menghasilkan asam lemak dan sweetwater. Sweetwater ini
mengandung 10–20 % gliserol.
Ubi jalar (Ipomoea batatas Lam) adalah tanaman yang murah dan mudah
didapat karena dibudidayakan sangat luas di dunia secara ekstensif (Issa et al,
2016). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015, luas areal tanaman ubi
jalar di Provinsi Riau pada tahun 2015 mencapai 793 Ha dengan produksi ubi
jalar sebesar 82.75 kwintal/Ha (Badan Pusat Statistik, 2015). Komponen pati
penyusun ubi jalar adalah 90% yang terdiri dari 22% amilosa dan 78%
amilopektin.
Salah satu jenis pati yang potensial untuk pembuatan bioplastik yaitu pati ubi
jalar. Pati ubi jalar umumnya memiliki sifat fisik yang mirip dengan plastik,
20
berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa (Lourdin, 2007). Salah satu pati ubi
jalar yang dapat digunakan dalam pembuatan edible film yaitu pati ubi jalar
kuning. Pati ubi jalar dengan kadar amilosa tinggi diasumsikan dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan bioplastik yang baik. Penggunaan pati dalam
pembuatan bioplastik menjadikan film yang dihasilkan memiliki sifat transparansi
yang rendah, rapuh, penghalang uap air yang rendah karena sifat hidrofilik yang
dimiliki pati, sehingga mempengaruhi stabilitas dan sifat mekanik film. Selain itu,
penggunaan pati pada pembuatan bioplastik edible film menghasilkan film yang
rapuh, mudah sobek, kaku dan rentan mengalami kerusakan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penambahan plasticizer. Salah satu plasticizer yang biasa
digunakan dalam pembuatan edible film yaitu gliserol.
BAB III
24
METODOLOGI PENELITIAN
W = 2 cm
Keterangan :
L= 1 cm
W= 1 cm
1. Analisa biodegradabilitas dilakukan dengan metode soil burian test
dengan metode pengontakan langsung bioplastik dengan tanah (R C Nissa
dkk., 2018)
2. Dipotong sampel bioplastik dengan ukuran 1 × 1 cm2.
3. Ditimbang sampel sebagai massa awal (M0).
4. Dimasukkan sampel ke dalam tanah yang digali sedalam 7,5 cm selama 14
hari.
5. Diangkat sampel di dalam tanah dan dibersihkan dari sisa tanah yang
menempel dan ditimbang kembali sampel sebagai massa akhir (M1).
6. Biodegradabilitas bioplastik dihitung dengan persamaan 3.2:
Biodegradabilitas = M0 - M1/M0×100 %...........................................(3.2)
Keterangan:
M0 = massa sampel awal (gram)
M1 = massa sampel akhir (gram)
3.5.4 Analisa Kuat Tarik
Pengujian nilai kuat tarik edible dipotong berdasarkan ASTM D882 yang
merupakan standarisasi pengujian polimer.