Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

UNIT LABORATORIUM
I. PENDAHULUAN

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan bagian dari


kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang
berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja
dalam hal ini petugas laboratorium. Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti
halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu
waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.

Oleh karena itu Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau laboratory


safety (K3) memerlukan perhatian khusus. K3 seyogyanya melekat pada
pelaksanaan praktikum di laboratorium. Laboratorium adalah tempat dimana
pekerja lab/laboran melakukan pemeriksaan dengan bahan kimia, alat gelas
dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi
terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab
utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membuat program
kerja yang sesuai prosedur untuk membina dan mengembangkan kesadaran
(attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.

I. LATAR BELAKANG

Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengenai Kesehatan dan


Keselamatan Kerja dan mengingat bahwa di Laboratorium/Ruang
pemeriksaan sampel berisiko untuk terjadinya gangguan kesehatan lingkungan
dan keselamatan kerja, serta dalam upaya meningkatkan perlindungan maupun
pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas, maka dibutuhkan tindakan
pencegahan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka diperlukan Pedoman
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dilaboratorium.
Laboratorium kesehatan/klinik merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang rentan terpajan akan bahaya bahan kimia, bahan biologi
ataupun penularan penyakit. Hal ini dikarenakan Laboratorium sebagai sarana
kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan
faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan
masyarakat. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi
laboratorium, maka risiko yang dihadapi petugas laboratorium semakin
meningkat. (Pusat Kesehatan Kerja).
Oleh karena Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang
terpajan terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksik korosif, mudah
meledak dan terbakar serta bahan biologi, dan dalam pekerjaannya
menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan serta alat-alat
elektronik maka penerapan budaya “aman dan sehat dan selamat dalam
bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua institusi di sektor kesehatan
termasuk laboratorium (Pusat Kesehatan Kerja).
Upaya untuk menghindari resiko terinfeksi suatu penyakit selama
bekerja dilaboratorium, maka perlu diberi pengetahuan kepada petugas
laboratorium tentang penanganan spesimen bahan-bahan berbahaya maupun
alat-alat yang digunakan dan penyimpanan yang benar, pelatihan pendidikan
prosedur baru dan bahan berbahaya yang baru, orientasi karyawan baru
tentang prosedur kerja serta penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang
sesuai dan membuat prosedur baku operasional (SOP), sehingga pekerjaan
dapat dilakukan dengan aman.
II. TUJUAN
1. Umum
a. Untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan laboratorium bagi
petugas
b. Menghindari petugas laboratorium, petugas lain, pasien, keluarga
pasien serta masyarakat sekitar agar tidak terinfeksi dan tertular
penyakit yang timbul dari laboratorium.
2. Khusus
a. Petugas laboratorium mengerti kebijakan dan prosedur penanganan
bahan berbahaya, bahaya spesimen, pemeriksaan atau lainnya.
b. Petugas laboratorium memahami akan guna dari pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD)
c. Petugas memahami prosedur baru dilaboratorium
d. Semua petugas laboratorium bekerja sesuai dengan prosedur

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya
a. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan
limbah cair
b. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) benda tajam
c. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) limbah infeksius
d. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) identifikasi pasien
e. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) pemberian wadah
spesimen
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) pemakaian APD
b. Pembuatan kode untuk limbah berbahaya
c. Pendidikan prosedur baru dan bahan berbahaya yang baru
d. Orientasi karyawan baru
e. Pelatihan
3. Pelaporan insiden kecelakaan akibat kerja
a. Tertusuk jarum
b. Tumpahan reagen dan spesimen
c. Percikan darah
d. Terpeleset
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien
a. Identifikasi pasien
b. Identifikasi spesimen
c. Menyocokkan identitas pasien dengan form pemeriksaan dan
wadah spesimen
d. Pengetikan hasil pemeriksaan
e. Verifikasi hasil pemeriksaan

IV. CARA PELAKSANAAN


1. Pembentukan TIM K3 Laboratorium
Pengamanan kerja dilaboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab
setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses
pengambilan spesimen, bahan, reagen pemeriksaan. Untuk
mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk laboratorium yang
melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana,
diperlukan suatu tim fungsional keamanan laboratorium.
Kepala Laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan K3 laboratorium. Kepala laboratorium dapat menunjuk
seorang petugas atau membentuk Tim K3 laboratorium.
Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan
dan memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap
laboratorium dalam setiap hari kerja seperti :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai dan peralatan kerja.
b. Memastikan semua petugas memahami dan dapat menghindari bahaya
infeksi
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium
d. Melakukan pengawasan terhadap tumpahan / percikan bahan infektif
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan
f. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang
secara aman sesuai tempatnya
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri
Sarana dan prasarana K3 laboratorium yang perlu disiapkan di
laboratorium adalah:
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Sepatu tertutup
3. Pemasangan kode warna untuk limbah klinis
Hitam : untuk limbah umum, tidak di gunakan untuk menyimpan limbah
klinis
Kuning : semua jenis limbah yang akan di bakar
4. Orientasi petugas terhadap alat baru dan prosedur baru
Setiap pengadaan alat baru dilaboratorium semua petugas laboratorium di
orientasi terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesulitan dan kesalahan dalam
pengerjaan sempel atau penggunaan alat. Demikian pula untuk prosedur
baru.
5. Monitoring alat setiap hari
Monitoring alat dilakukan setiap hari sebelum melakukan pemeriksaan
sampel. Hal ini dilakukan guna mengetahui alat yang dapat dipakai/sedang
beroperasi dengan kondisi baik dan alat yang mengalami kerusakan/tidak
beroperasi sehingga tidak terjadi kendala dalam melakukan pengerjaan
sampel.
V. SASARAN
1. Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya
a. Petugas laboratorium
b. Bagian rumah tangga
c. Tim IPAL
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Petugas laboratorium
b. Tim PPI
3. Pendidikan prosedur baru dan bahan berbahaya yang baru
a. Petugas laboratorium senior
b. Karyawan baru
4. Pelaporan insiden kecelakaan akibat kerja
a. Petugas laboratorium
b. Petugas K3 laboratorium
c. Tim K3RS
5. Pelaporan insiden keselamatan pasien
a. Petugas laboratorium
b. Tim KPRS

VI. JADWAL PELAKSANAAN


1. Kegiatan pelaksaanaan upaya Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di
laboratorium dilakukan dalam setiap hari kerja, yang dipantau oleh tim
fungsional K3 lab.
2. Orientasi dan pelatihan petugas
a. Orientasi/ training untuk petugas baru dilakukan selama 3 bulan
b. Pelatihan dilakukan apabila ada prosedur baru dalam penanganan
Kecelakaan kerja
VII. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Dalam upaya pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) apabila
ditemukan insident atau kecelakaan kerja, petugas melakukan pencatatan dan
pelaporan kepada tim fungsional K3 dan kemudian dilaporkan kepada komite
K3RS.

VIII. EVALUASI
Evaluasi rutin dilakukan bersama tim fungsional K3 laboratorium apabila
terjadi insident atau kecelakaan kerja, dan evaluasi 1 kali dalam setahun
dilakukan bersama komite K3RS.

Karawang, Oktober 2016

Mengetahui, Laboratorium
Direktur

( )

Anda mungkin juga menyukai