Askep Distress Spiritual
Askep Distress Spiritual
DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
DISTRES SPIRITUAL. Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada panutan kita
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang DISTRES SPIRITUAL ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Tanda Dan Gejala
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Karakteristik Distres Spiritual
A. Pengkajian...............................................................................................................
B. Pengelompokkan Data.............................................................................................
C. Diagnosa (Rumusan NANDA-1).............................................................................
D. Intervensi (NOC dan NIC)......................................................................................
E. Implementasi dan Evaluasi......................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk
Tuhan yang lainnya. Mengapa demikian? Tentu jawabannya karena manusia telah
diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia tampil sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa
berubah dari waktu ke waktu. Dalam kehidupan manusia sulit sekali diprediksi sifat
dan kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa
dipungkiri juga banyak manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan
makhluk tuhan lainnya.
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau
maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang
mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak.
Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan. Berdasarkan
konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna,
harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson
mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed
(1992) spiritual mencakup hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal.
Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta,
2000).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan distres spiritual?
2. Bagaimana tanda dan gejala distress spiritual?
3. Apasaja etiologi distress spiritual?
4. Bagaimana patofisiologi distress spiritual?
5. Bagaimana karakteristik distres spiritual?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan konsep keputusasaan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu distress spiritual
2. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala distress spiritual
3. Untuk mengetahui etiologi distress spiritual
4. Untuk mengetahui patofisiologi distress spiritual
5. Untuk mengetahui karakteristik distress spiritual
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lain, lingkungan atau Tuhan(PPNI, 2016)Distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan terintegrasi serta
melebihi sifat alamiah biologis dan psikologis seseorang. (Kim, et al., 1995)
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis
dan psikososial (EGC, 2011).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan
individu dalam menemukan arti kehidupannya.
2. Minor :
Subjektif
- Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
- Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)
- Merasa bersalah
- Merasa terasing
- Menyatakan telah diabaikan
Objektif
- Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual
- Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan musik,
menulis)
- Koping tidak efektif
- Tidak berminat pada alam/literatur spiritual(PPNI, 2016)
C. ETIOLOGI
Menjelang ajal
Kondisi penyakit kronis
Kematian orang terdekat
Perubahan pola hidup
Kesepian
Pengasingan diri
Pengasingan social
Gangguan sosio-kultural
Peningkatan ketergantungan pada orang lain
Kejadian hidup yang tidak diharapkan(PPNI, 2016)
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapakan melakukan penyesuaian
terhadap perubahan akibat stress. Ketika kita mengalami stress, otak kita akan
berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon,
W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan
atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang
menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stress.
Stress akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulussaraf simpatis untuk
melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem
limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab
terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan
perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status
mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi,
depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan
dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai
dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis,
sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan
dengantimbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme
patofisiologi terjadinya depresi.Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap
terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada
kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya
termasuk kebutuhan spritual.
E. KARAKTERISTIK DISTRES SPIRITUAL
Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar
yaitu:
Hubungan dengan diri
- Ungkapan kekurangan
- Harapan
- Arti dan tujuan hidup
- Perdamaian/ketenangan
- Penerimaan
- Cinta
- Memaafkan diri sendiri
- Keberanian
- Marah
- Kesalahan
- Koping yang buruk
A. Pengkajian
a. Identitas :
Nama : Tn. R
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
b. Keluhan utama
- Alasan masuk : Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sering marah
tanpa kejelasan. Pasien mengatakan bahwa dia telah salah memeluk agamanya
dan salah karena telah mempercayai Tuhan sebagai maha segalanya, pasien
- Faktor Predisposisi
- Faktor Presipitasi
d. Status Mental
- Penampilan
- Pembicaraan
- Aktivitas motoric
Pasien merasa tidak nyaman, terkadang sedih dan ketakutan.
- Alam perasaan
- Afek
- Persepsi – sensorik
- Respon Spirtual
Pasien mengatakan bahwa dia telah salah memeluk agamanya dan salah
- Proses pikir
perawat
- Isi pikir
- Tingkat kesadaran
- Memori
- Kemampuan penilaian
-
B. Pengelompokan Data
DS DO
Klien sering marah tanpa kejelasan Klien Nampak salah memeluk
Klien merasa lesuh dan tidak agamanya
terawat. Klien Nampak salah karena telah
Klien mengalami gelisah mempercayai tuhan sebagai maha
Klien merasa tidak nyaman segalanya.
Klien terkadang merasah sedih dan Klien Nampak merasa bahwa dia
ketakutan telah tertipu hidup di dunia.
Klien merasa kecewa. Klien Nampak tidak
terawatt,gelisah,merasa tidak
nyaman,
Klien Nampak sedih dan
ketakutan.
Mengevaluasi kemampuan
pasien dalam membuat
keputusan
Menggali bersama pasien
metode yang digunakan
pada masa sebelumnya
dalam menghadapi
masalah hidup
Menentukan kemungkinan
terjadinya resiko menyakiti
diri
Menganjurkan pasien
untuk mengidentifikasi
gambaran perubahan peran
yang realistis
Menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Menurunkan rangsangan
lingkungan yang dapat
disalahartikan sebagai
suatu ancaman
Menggali alasan pasien
terhadap kritik diri
Mengatur situasi yang
mendukung otonomi
pasien
Menghargai dan
diskusikan respon
alternative terhadap situasi
Mendukung penggunaan
metode pertahanan yang
sesuai
Membantu pasien dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (EGC, 2011).
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah gangguan
spiritual, yaitu kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang yang melayani diri, orang lain, seni, musik, sastra, alam, atau
kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Pengalaman hidup baik yang positif maupun
pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering terjadi ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian.
B. Saran
Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang dapat disesuaikan dengan
pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan keahlian klien dengan gangguan spiritual. Ketika memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien,
tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberi asuhan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika Aditama
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.
Keliat, Budi Ana. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa.Jakarta: ECG.