Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa 1


Dosen : Ns. I Kade Wijaya, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2

 Reski Awalia 1901035


 Nurul Islamiah 1901028
 Rahmawati 1901033
 Nur Indah Hasman 1901027
 Putry Luthfiah Maharani 1901029
 Rahmat Hidayat 1901032
 Nadiya Elsa 1901024
 Putri Fajrianti Sultan 1901031
 Ratna Sari 1901034
 Nunung Sri Anggriani 1901025
 Khaerunnisa 1901019
 Kristina Longo Arang 1901020
 Putri Irawani 1901030
 Magdalena Hope Werang 1901021
 Nur Aziza 1901026
 Muhammad Ilham 1901022
 Indri Febrianti 1901018

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
DISTRES SPIRITUAL. Shalawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada panutan kita
Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang DISTRES SPIRITUAL ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Makassar, 22 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
B. Tanda Dan Gejala
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Karakteristik Distres Spiritual

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian...............................................................................................................
B. Pengelompokkan Data.............................................................................................
C. Diagnosa (Rumusan NANDA-1).............................................................................
D. Intervensi (NOC dan NIC)......................................................................................
E. Implementasi dan Evaluasi......................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk
Tuhan yang lainnya. Mengapa demikian? Tentu jawabannya karena manusia telah
diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia tampil sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa
berubah dari waktu ke waktu. Dalam kehidupan manusia sulit sekali diprediksi sifat
dan kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa
dipungkiri juga banyak manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan
makhluk tuhan lainnya.
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau
maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol
manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang
mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak.
Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan. Berdasarkan
konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna,
harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson
mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed
(1992) spiritual mencakup hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal.
Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta,
2000).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan distres spiritual?
2. Bagaimana tanda dan gejala distress spiritual?
3. Apasaja etiologi distress spiritual?
4. Bagaimana patofisiologi distress spiritual?
5. Bagaimana karakteristik distres spiritual?

C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan konsep keputusasaan.

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu distress spiritual
2. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala distress spiritual
3. Untuk mengetahui etiologi distress spiritual
4. Untuk mengetahui patofisiologi distress spiritual
5. Untuk mengetahui karakteristik distress spiritual
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lain, lingkungan atau Tuhan(PPNI, 2016)Distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan terintegrasi serta
melebihi sifat alamiah biologis dan psikologis seseorang. (Kim, et al., 1995)
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis
dan psikososial (EGC, 2011).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan
individu dalam menemukan arti kehidupannya.

B. TANDA DAN GEJALA


1. Mayor :
 Subjektif
- Mempertahankan makna/tujuan hidup
- Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna
- Merasa menderita/kurang berdaya
 Objektif
- Tidak mampu beribadah
- Marah pada tuhan

2. Minor :
 Subjektif
- Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang
- Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)
- Merasa bersalah
- Merasa terasing
- Menyatakan telah diabaikan
 Objektif
- Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual
- Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan musik,
menulis)
- Koping tidak efektif
- Tidak berminat pada alam/literatur spiritual(PPNI, 2016)

C. ETIOLOGI
 Menjelang ajal
 Kondisi penyakit kronis
 Kematian orang terdekat
 Perubahan pola hidup
 Kesepian
 Pengasingan diri
 Pengasingan social
 Gangguan sosio-kultural
 Peningkatan ketergantungan pada orang lain
 Kejadian hidup yang tidak diharapkan(PPNI, 2016)

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapakan melakukan penyesuaian
terhadap perubahan akibat stress. Ketika kita mengalami stress, otak kita akan
berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon,
W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan
atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang
menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stress.
Stress akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulussaraf simpatis untuk
melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem
limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab
terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan
perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status
mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi,
depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan
dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai
dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis,
sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan
dengantimbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme
patofisiologi terjadinya depresi.Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap
terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada
kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya
termasuk kebutuhan spritual.
E. KARAKTERISTIK DISTRES SPIRITUAL
Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar
yaitu:
 Hubungan dengan diri
- Ungkapan kekurangan
- Harapan
- Arti dan tujuan hidup
- Perdamaian/ketenangan
- Penerimaan
- Cinta
- Memaafkan diri sendiri
- Keberanian
- Marah
- Kesalahan
- Koping yang buruk

 Hubungan dengan orang lain


- Menolak berhubungan dengan tokoh agama
- Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
- Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
- Mengungkapkan pengasingan diri

 Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam


- Ketidak mampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
- Tidak tertarik dengan alam
- Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

 Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


- Ketidakmampuan untuk berdoa
- Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
- Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
- Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
- Tiba-tiba berubah praktik agama
- Ketidakmampuan untuk introspeksi
- Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas :

Nama : Tn. R

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki – laki

Status Perkawaninan : Sudah menikah

Agama : Islam

b. Keluhan utama

- Alasan masuk : Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sering marah

tanpa kejelasan. Pasien mengatakan bahwa dia telah salah memeluk agamanya

dan salah karena telah mempercayai Tuhan sebagai maha segalanya, pasien

merasa bahwa pasien telah tertipu hiudp di dunia.

c. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

- Faktor Predisposisi

- Faktor Presipitasi

Klien kehilangan istri dan anaknya dalam kecelakaan pesawat

d. Status Mental

- Penampilan

Pasien terlihat lusuh dan tidak terawat

- Pembicaraan

- Aktivitas motoric
Pasien merasa tidak nyaman, terkadang sedih dan ketakutan.

- Alam perasaan

- Afek

Afek luas, pasien sering marah tanpa kejelasan.

- Interaksi selama wawancara

- Persepsi – sensorik

- Respon Spirtual

Pasien mengatakan bahwa dia telah salah memeluk agamanya dan salah

karena telah mempercayai Tuhan sebagai maha segalanya, pasien juga

mengungkapkan tentanng kekecewaanya kepada Tuhan.

- Proses pikir

Ketika ditanya klien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

perawat

- Isi pikir

Klien merasa bahwa dia telah tertipu hidup di dunia

- Tingkat kesadaran

Klien sadar, jika klien berada di Rumah Sakit

- Memori

Klien mengingat kejadian yang menimpa keluarganya

- Tingkat konsentrasi dan berhitung

- Kemampuan penilaian
-

- Daya titik diri

B. Pengelompokan Data

DS DO
 Klien sering marah tanpa kejelasan  Klien Nampak salah memeluk
 Klien merasa lesuh dan tidak agamanya
terawat.  Klien Nampak salah karena telah
 Klien mengalami gelisah mempercayai tuhan sebagai maha
 Klien merasa tidak nyaman segalanya.
 Klien terkadang merasah sedih dan  Klien Nampak merasa bahwa dia
ketakutan telah tertipu hidup di dunia.
 Klien merasa kecewa.  Klien Nampak tidak
terawatt,gelisah,merasa tidak
nyaman,
 Klien Nampak sedih dan
ketakutan.

C. Diagnosa (Rumusan Nanda-1)

1. Domain 10 : Prinsip Hidup


Kelas 3 : Keselarasan Nilai/Keyakinan/Tindakan
Kode : 00066
Dx1 : Distress Spiritual Berhubungan Dengan Diri Sendiri Tidak Dapat
Menerima Kematian Orang Yang Dicintai

2. Domain 9 : Koping/Toleransi Stress


Kelas 2 : Respons Koping
Kode : 00146
Dx2 : Ansietas Berhubungan Dengan Stressor Kehilangan Orang Yang
Berarti Dalam Hidupnya Akibat Kematian.

3. Domain 9 : Koping/Toleransi Stress


Kelas 2 : Respons Koping
Kode : 00069
Dx3 : Ketidakefektifan Koping Berhubungan Dengan Gangguan Pola
Melepaskan Tekanan Atau Ketegangan Akibat Tidak Menerima Takdir Kematian
Orang Yang Dicintai.

D. Intervensi (Noc Dan Nic)

NO DIAGNOSIS NOC NIC


1. Domain 10 : prinsip  Ansietas kematian Spiritual Support
hidup  Gunakan komunikasi
 Konflict pembuatan
Kelas 3 : keselarasan
nilai/keyakinan/tindakan keputusan terapeutik untuk
Kode : 00066  Koping, membangun
Dx1 : distress spiritual kepercayaan dan
ketidakefektifan
berhubungan dengan diri
 Distress spiritual, kepedulian empatik
sendiri tidak dapat
menerima kematian resiko.  Memanfaatkan alat
orang yang dicintai untuk memonitor dan
Kriteria hasil : mengevaluasi
 Mampu mengontrol kesejahteraan rohani
kecemasan  Mendorong individu
 Mampu Mengontrol untuk meninjau
tingkat depresi dan kehidupan masa lalu
Ievel stress dan fokus pada
 Mampu memproses peristiwa dan
informasi hubungan yang
 Penerimaan atau memberi kekuatan
kesiapan menghadapi spiritual dan dukung
kematian  Perlakukan individu
 Berpartisipasi dalam dengan bermartabat
pengambilan dan hormat
keputusan untuk  Mendorong pratinjau
mendapatkan hidup melalui
pelayanan kesehatan kenangan
 Penerimaan terhadap  Mendorong partisipasi
status kesehatan dalam interaksi dengan
 Mampu beradaptasi anggota keluarga,
terhadap teman, dll
ketidakmampuan fisik  Menyediakan privasi
/ cacat fisik dan cukup waktu untuk
 Adaptasi anak kegiatan spiritual
terhadap hospitalisasi  Mendorong partisipasi
 Psikososial dalam kelompok
penyesuaian: pendukung
 perubahan hidup  Ajarkan metode
 Kesehatan spiritual relaksasi, meditasi, dan
 Menunjukkan citra dipandu
harapan arti hidup  Bagi keyakinan
 Terlibat dalam sendiri tentang arti dan
lingkungan sosial tujuan, sesuai
 Berbagi perspektif
spiritual sendiri, sesuai
 Memberikan
kesempatan untuk
diskusi tentang
berbagai sistem
kepercayaan dan
pandangan dunia
 Jadilah terbuka untuk
ekspresi individu yang
menjadi perhatian
 Mengatur kunjungan
oleh penasihat spiritual
individu
 Bermain dengan
individu
 Menyediakan musik
spiritual, sastra, atau
program radio atau TV
ke individu
 Jadilah terbuka untuk
ekspresi individu
kesepian dan
ketidakberdayaan
 Mendorong kehadiran
kapel layanan, jika
diinginkan
 Menyediakan artikel
spiritual yang
diinginkan, sesuai
dengan preferensi
individu
 Mengacu pada
penasehat spiritual
pilihan individu
 Gunakan klarifikasi
nilai teknik untuk
membantu individu
memperjelas
keyakinan dan nilai-
nilai, yang sesuai
 Selalu siap untuk
mendengarkan
perasaan individu
 Mengungkapkan
empati dengan
perasaan individu
 Memfasilitasi
penggunaan individu
meditasi, doa, dan
tradisi keagamaan lain
nya dan ritual
 Mendengarkan dengan
seksama komunikasi
individu, dan
mengembangkan rasa
waktu untuk berdoa
atau ritual spiritual
 Yakinkan individu
yang perawat akan
tersedia untuk
mendukung individu
dalam saat-saat
penderitaan
 Jadilah terbuka untuk
perasaan individu
tentang penyakit dan
kematian
 Membantu individu
untuk
mengekspresikan
dengan benar dan
mengurangi
kemarahan dengan
cara yang tepat
2. Domain 9 :  Anxiety self  NIC Anxiety
koping/toleransi stress control(1402) Reduction
Kelas 2 : respons koping
Kode : 00146  Anxiety level (1121) (penurunan
Dx2 : ansietas  Coping ( 1302) kecemasan )
berhubungan dengan (5820)
stressor kehilangan orang
yang berarti dalam Kriteria Hasil :  Gunakan
hidupnya akibat  Klien mampu pendekatan yang
kematian. mengidentifikasi dan menenangkan
mengungkapkan  Nyatakan dengan
gejala cemas jelas harapan
 Mengidentifikasi , terhadap pelaku
mengungkapkan dan pasien
menunjukkan tehnik  Jelaskan semua
untuk mengontrol prosedur dan apa
cemas yang dirasakan
 Vital sign dalam selama prosedur
batas normal  Pahami prespektif
 Postur tubuh , pasien terhadap
ekspresi wajah , situasi stress
bahasa tubuh dan  Temani pasien
tingkat aktivitas untuk memberikan
menunjukkan keamanan dan
berkurangnya mengurangi takut
 Dorong keluarga
untuk menemani
anak
 lakukan back /
neck rub
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan
ketakutan,
persepsi,
 Instruksikan
pasien
menggunakan
tehnik relaksasi
 Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
3. Domain 9 :  Decision making NIC Decision making :
koping/toleransi stress  Role inhasmet  Menginformasikan
Kelas 2 : respons koping  Social support
Kode : 00069 pasien alternative atau
Kriteria Hasil :
Dx3 : ketidakefektifan solusi lain penanganan
koping berhubungan  Mengidentifikasi pola  Memfasilitasi pasien
dengan gangguan pola
melepaskan tekanan atau koping yang efektif untuk membuat
ketegangan akibat tidak  Mengungkapkan keputusan
menerima takdir secara verbal tentang
kematian orang yang koping yang efektif  Bantu pasien
 Mengtakan
dicintai. mengidentifikasi
penurunan stress
 Klien mengatakan keuntungan
telah menerima  kerugian dari keadaan
tentang keadaannya
 Mampu Role inhancement :
mengidentifikasi  Bantu pasien untuk
strategi tentang
koping identifikasi
bermacammacam nilai
kehidupan
 Bantu pasien
identifikasi strategi
positif untuk mengatur
pola nilai yang dimiliki
Coping enhancement :
 Anjurkan pasien untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
 Gunakan pendekatan
tenang dan
meyakinkan
 Hindari pengambilan
keputusan pada saat
pasien berada dalam
stress berat
 Berikan informasi
actual yang terkait
dengan diagnosis ,
terapi, dan prognosis
Anticipatory Guidance
E. Implementasi Dan Evaluasi

N Ds. Kep Implementasi Evaluasi


O
1. Kode: 00066  Menggali apakah klien S : Klien merasa nyaman
meginginkan untuk (bebas dari rasa sakit) dan
Dx1: melaksanakan praktik atau mengekspresikan

Distress spiritual ritual keagamaan atau spritual perasaannya kepada


yang di izinkan bila ia perawat.
berhubungan
memberikan kesempatan pada O : Klien tidak merasa
dengan diri sendiri
klien untuk melakukannya sedih dan siap menerima
tidak dapat
 Mengekspresikan penegertian kenyataan.
menerima kematian
dan penerimaan anda tentang A : Tujuan tercapai
orang yang dicintai Klien selalu ingat kepada
pentingnya keyakinan dan
praktik religius atau spiritual Allah dan selalu
klien. bertawakkal dan klien
 Memebrikan privasi dan sadar bahwa setiap apa
ketenangan untuk yang di ciptakan Allah
ritual,spiritual sesuai SWT akan kembali
kebutuhan klien dan dapat di kepadanya.
laksanakan. P : intervensi

 Menawarkan untuk diberhentikan

menghubungi religius atau


rohaniwan rumah sakit untik
mengatur kunjungan
menjelaskan ketersediaan
pelayanan misalnya : al-qur’an
dan ulama bagi yang
beragama islam.

2. Kode : 00146  Membantu klien untuk S : Klien dapat


Dx2: mengurangi ansietasnya : mengurangi tingkat

Ansietas - Memberikan kepastian ansietas dan dapat


dan kenyamanan merasakan nyaman
berhubungan
- Menunjukkanperan O : Klien dapat
dengan stressor
tentang pemahaman mengulangi tehnik
kehilangan orang
yang berarti dalam dan empati,jangan relaksasi yang dipelajari
hidupnya akibat menghindari dengan baik

kematian pertanyaan A : masalah teratasi


- Mendorong klien P : Intervensi dilanjutkan
untuk mengungkapkan
setiap ketakutan
permasalahan yang
berhubungan dengan
pengobatannya
- Mengidentifikasi dan
mendorong
mekanisme koping
efektif
 Mengkaji tingkat ansietas
klien,merencanakan
penyuluhan bila tingkat
rendah atau sedang.
 Mendorong keluarga dan
teman untuk mengungkapkan
ketakutan atau pikiran mereka.
 Memberikan klien dan
keluarga dengan kepastian dan
penguatan perilaku koping
positif
 Memberikan dorongan pada
klien untuk menggunakan
teknik relaksasi seperti paduan
imajines dan pernapasan
relaksasi.
3. Kode: 00069  Menanyakan keluhan klien S:-
Dx3:  Mendemonstrasikan rasa O : terhadap diri sendiri

Ketidakefektifan empati, kehangatan (ADL kurang), lemas,


 Menjelaskan tentang lelah, kepribadian tertutup,
koping berhubungan
tujuan dari konseling ketika ditanya menjawab
dengan gangguan
 Menggunakan teknik sedikit, senyum sedikit,
pola melepaskan
refleksi dan klarifikasi tidak ada kontak mata saat
tekanan atau
ketegangan akibat untuk memfasilitasi diajak komunikasi, pasien
tidak menerima ekspresi tidak mampu

takdir kematian  Menjelaskan bagaimana mengekspresikan


perilaku keluarga terhadap perasaannya, pasien mau
pasien makan dengan instruksi.
 Mendampingi pasin untuk A : Koping : masalah
mengidentifikasi kekuatan belum teratasi Penyesuaian
pasien dan memberi pujian psikososial: masalah
pada pasien belum teratasi
 Memberikan pujian untuk P : Kaji keluhan klien
ketrampilan yang baru Bantu klien untuk

 Mengenali dampak situasi mengekspresikan perasaan

kehidupan pasien terhadap Beri reinforcement positif

peran dan hubungan terhadap kegiatan klien

 Mengevaluasi kemampuan
pasien dalam membuat
keputusan
 Menggali bersama pasien
metode yang digunakan
pada masa sebelumnya
dalam menghadapi
masalah hidup
 Menentukan kemungkinan
terjadinya resiko menyakiti
diri
 Menganjurkan pasien
untuk mengidentifikasi
gambaran perubahan peran
yang realistis
 Menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Menurunkan rangsangan
lingkungan yang dapat
disalahartikan sebagai
suatu ancaman
 Menggali alasan pasien
terhadap kritik diri
 Mengatur situasi yang
mendukung otonomi
pasien
 Menghargai dan
diskusikan respon
alternative terhadap situasi
 Mendukung penggunaan
metode pertahanan yang
sesuai
 Membantu pasien dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh
kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (EGC, 2011).

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah gangguan
spiritual, yaitu kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang yang melayani diri, orang lain, seni, musik, sastra, alam, atau
kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Pengalaman hidup baik yang positif maupun
pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang. Krisis dan perubahan dapat
menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering terjadi ketika seseorang
menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian.

B. Saran
Perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang dapat disesuaikan dengan
pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien. Oleh karena itu, sebagai perawat yang profesional harus memiliki
pengetahuan dan keahlian klien dengan gangguan spiritual. Ketika memberikan asuhan
keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien,
tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberi asuhan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.Bandung:


PT Rafika Aditama.

Damaiyanti, M dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika Aditama

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Keperawatan dan Pelayanan Medik.Departemen


Kesehatan. 2007.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.

Keliat, Budi Ana. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa.Jakarta: ECG.

Kusumawati F dan Hatono Y. 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika.

Muslim, Rusdi. 2001. Diagnosa Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmaja.

Rekam Medik. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2013.

Widodo, Arif. 2012. Penuntun Praktek Laboratorium Keperawatan Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai