Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

Otitis Eksterna

Pembimbing :

--- Sp.-

Penyusun :

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ---

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ----

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ------------

1
PERIODE -----

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “--”
tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu -----. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada:

1. Dr.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut tidak
lepas dari segala keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu
bimbingan dan kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan

Jakarta, - 2019

Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT DENGAN JUDUL

“-”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk


menyelesaikan KEPANITERAAN KLINIK ILMU ---

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ----

Jakarta, - 2019

3
Koorpanit

DAFTAR ISI
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
1.1 Latarbelakang5
BAB II6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Anatomi 6
2.2 Intoleransi Laktosa 8
2.2.1 Definisi..................................................................................................8
2.2.2 Etiologi..................................................................................................8
2.2.3 Patogenesis............................................................................................9
2.2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................9
2.2.5 Diagnosis.............................................................................................10
2.2.6 Penatalaksanaan..................................................................................11
2.3 Obstruksi Saluran Cerna 12
2.3.1 Patofisiologi........................................................................................13
2.3.2 Obstruksi Intestinal Kongenital..........................................................17
2.3.3 Diagnosis.............................................................................................23
2.3.4 Manifestasi Klinis...............................................................................24
2.3.5 Penatalaksanaan..................................................................................25
BAB III 29
KESIMPULAN 29
3.1 Kesimpulan 29
DAFTAR PUSTAKA 30

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Otitis eksterna ialah radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi
bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah
perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi
basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaaan udara yang hangat dan
lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain
trauma ringan ketika mengorek telinga. 1

Otitis eksterna merupakan radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga dan juga trauma ringan ketika
mengorek telinga. Terdapat sedikit atau tidak ada informasi dari insiden otitis
eksterna di New Zaeland. Di USA digambarkan dari 4 per 1.000 per tahun, yang
1% (4 per 100.000) akan menjadi kronis. Hal ini memberikan angka lebih dari
lima juta kasus pertahun yang dirawat oleh USA.2

Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention)
yang menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di
Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang
terdiagnosis di pusat kesehatan merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1
kunjungan per 1000 populasi). Adapun penelitian di poliklinik THT-KL BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada periode Januari – Desember 2011
memperlihatkan bahwa dari 5.297 pengunjung terdapat 440 (8,33%) kasus otitis
eksterna.2

5
Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis eksterna superfisialis dan otitis
eksterna profunda atau otitis eksterna akut. Otitis eksterna profunda merupakan
infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang sering ditemukan pada instalasi
rawat jalan. Insidennya di Belanda ditemukan 12-14 per 1000 penduduk
pertahun. Pada satu penelitian di Inggris, dilaporkan prevalensinya lebih dari 1%
dalam setahun. Data yang dikumpulkan di Poliklinik RS. Wahidin Sudirohusodo
pada tahun 2012 ditemukan 134 kasus otitis eksterna superfisialis dan 309 kasus
otitis eksterna profunda. Otitis eksterna akut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difusa. Keduanya berbeda dari
segi letak peradangan, gejala yang ditimbulkan, serta kuman penyebab. Otitis
eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus
atau Staphylococcus albus. Sedangkan otitis eksterna difusa terutama disebabkan
oleh golongan Pseudomonas. Suatu studi pada populasi sampel menunjukkan
53% kasus otitis eksterna disebabkan oleh kuman gram negatif, yaitu
Pseudomonas. Dan 46% lainnya merupakan kuman gram positif yaitu
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus lainnya. Sisanya 1,7% merupakan
infeksi jamur.2

Otitis eksterna akut adalah kondisi umum yang melibatkan inflammasi


saluran telinga. Bentuk akut terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, dengan
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus patogen yang paling
umum. Otitis eksterna akut timbul dengan onset yang cepat muncul berupa
meradang, menghasilkan otalgia, gatal, edema liang telinga, eritema kanal
telinga, dan otorrhea, dan sering terjadi setelah berenang atau trauma ringan
akibat cara membersihkan telinga yang tidak tepat. Kelembutan dengan gerakan
tragus atau pinna adalah penemuan klinis yang klasik. Antimikroba topikal atau
antibiotik seperti asam asetat, aminoglikosida, polimiksin B, dan kuinolon
adalah pengobatan pilihan dalam kasus yang tidak rumit. Agen-agen ini datang
dalam persiapan dengan atau tanpa kortikosteroid topikal; penambahan
kortikosteroid dapat membantu mengatasi gejala lebih cepat. Namun, tidak ada

6
bukti yang baik bahwa setiap persiapan antimikroba atau antibiotik secara klinis
lebih unggul dari yang lain. Pilihan pengobatan didasarkan pada sejumlah faktor,
termasuk status kondisi membran timpani, efek samping, masalah kepatuhan,
dan biaya. Sediaan neomisin / polimiksin B / hidrokortison adalah terapi lini
pertama yang wajar bila membran timpani masih utuh. Antibiotik oral
dicadangkan untuk kasus-kasus di mana infeksi telah menyebar di luar saluran
telinga atau pada pasien yang berisiko mengalami infeksi yang berkembang
pesat. Otitis eksterna kronis sering disebabkan oleh alergi atau penyebab
penyakit dermatologis, dan ditangani dengan mengatasi penyebab yang
mendasarinya. 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang
berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga
dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur
yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus
olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri
lobus temporalis area wernicke (Gambar 2.1). 4

7
Gambar 2.1 Skema organ pendengaran perifer dan sentral. 4

2.1.1 Anatomi Telinga Luar

Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari


membrane timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE)
dan membran timpani (MT) (Gambar 2.2). Aurikulum merupakan tulang rawan
fibro elastis yang dilapisi kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata.
Melekat pada tulang temporal melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri
heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak
mengandung tulang rawan ialah lobulus (Gambar 2.3).4

8
Gambar 2.2 Anatomi Telinga. 4

Gambar 2.3 Anatomi Aurikulum. 4

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis superfisialis.


Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena aurikularis
posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII,
IX dan X. MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka
aurikula sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan
diameter lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars
cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua

9
pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior , merupakan
perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang
temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga,
kulit tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar
sebasea. Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat
merupakan pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut
serumen atau kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan
menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat
tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan
glandula sebasea dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut
(Gambar 2.4). 4

Gambar 2.4 Gambar kelenjar pada liang telinga. 4

10
Meatus akustik eksternus dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri
aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe
menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang
aurikularis dari n. vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n. mandibularis. 4

Membran Timpani berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo,


dasar MT tampak sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa
memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan
fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan
mempengaruhi konsistensi MT. 3 Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja
yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat
menyebarkan energi vibrasi yang ideal (Gambar 2.5). 4

11
Gambar 2.5 Membran Timpani. 4

Membran Timpani bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior,


lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena
menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid.
Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus
glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus
mandibularis. 4

2.1.2 Anatomi Telinga Tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic
cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi
oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius,
posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen timpani fossa
kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan inferior MT
membagi KT menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan
hipotimpanum. 4

Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam
yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan
membentuk artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,
maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak
tingkap lonjong atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea (Gambar
2.6). 4

12
Gambar 2.6 Skema hubungan antara membrane timpani osikel. 4

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m. stapedius.
M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan berinsersio di
bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini
menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih
tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi
mempertahankan , memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu
keras sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea. 4

Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba


Eustahcius. Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri
stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan
pleksus pterygoideus. 4

2.1.3 Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di


dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin,
merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang
dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi endolim yang
merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan
rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin tulang ,di antara

13
labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit
tinggi natrium rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior,
pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran
semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars
intermedia terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus (Gambar 2.7). 4

Gambar 2.7 Skema Labirin. 4

Koklea

Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput


dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang
3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih
kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis. 4

14
Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk
suatu sistem dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala
timpani. Skala vestibuli dan skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala
media berisi endolimf. Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran
reissner, skala media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar
(Gambar 2.8). 4

Gambar 2.8 Skema Labirin. 4

Organon Corti

Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke


apeks, yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran
perifer terdiri bagi tiga bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin

15
penghubung dan sel-sel rambut yang dapat membangkitkan impuls saraf sebagai
respon terhadap getaran suara (Gambar 2.9). 4

Gambar 2.9 Organo Corti. 4

Organo Corti terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3 000
dan tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000. Rambut halus atau
silia menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam pada
permukaan lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut
terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat
kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan untuk bergetar
pada frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema
mempunyai kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi rendah. 4

16
Saraf Koklearis

Sel-sel rambut di dalam OC diinervasi oleh serabut aferen dan eferen dari
saraf koklearis cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut aferen menuju ke sel
rambut bagian dalam dan 12 % sisanya menuju ke sel rabut luar. Serabut aferen
dan eferen ini akan membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju ke
nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari nucleus koklearis neuron
sekunder berjalan kontral lateral menuju lemnikus lateralis dan ke kolikulus
posterior dan korpus genikulatum medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya
menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis tepatnya di girus transversus. 4

2.2 Definisi

Otitis eksterna akut adalah kondisi umum yang melibatkan inflammasi saluran
telinga. Bentuk akut terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, dengan
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus patogen yang paling
umum. Otitis eksterna akut timbul dengan onset cepat saluran telinga yang
meradang, menimbulkan otalgia, gatal, edema liang telinga, eritema liang
telinga, dan otorrhea, dan sering terjadi setelah berenang atau trauma ringan
akibat pembersihan yang tidak tepat. Kelembutan dengan gerakan tragus atau
pinna adalah penemuan klinis klasik. Antimikroba topikal atau antibiotik seperti
asam asetat, aminoglikosida, polimiksin B, dan kuinolon adalah pengobatan
pilihan dalam kasus yang tidak rumit. Agen-agen ini datang dalam persiapan
dengan atau tanpa kortikosteroid topikal; penambahan kortikosteroid dapat
membantu mengatasi gejala lebih cepat. 3

Namun, tidak ada bukti yang baik bahwa setiap persiapan antimikroba
atau antibiotik secara klinis lebih unggul dari yang lain. Pilihan pengobatan
didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk status membran timpani, profil efek
samping, masalah kepatuhan, dan biaya. Sediaan neomisin / polimiksin B /
hidrokortison adalah terapi lini pertama yang wajar bila membran timpani masih

17
utuh. Antibiotik oral dicadangkan untuk kasus-kasus di mana infeksi telah
menyebar di luar saluran telinga atau pada pasien yang berisiko mengalami
infeksi yang berkembang pesat. Otitis eksterna kronis sering disebabkan oleh
alergi atau penyebab penyakit dermatologis, dan ditangani dengan mengatasi
penyebab yang mendasarinya. 3

2.3 Etiologi dan Klasifikasi

Otitis eksterna dapat dibagi menjadi otitis eksterna superfisialis dan otitis
eksterna profunda atau otitis eksterna akut. Otitis eksterna profunda merupakan
infeksi pada kanalis akustikus eksternus yang sering ditemukan pada instalasi
rawat jalan. Insidennya di Belanda ditemukan 12-14 per 1000 penduduk
pertahun. Pada satu penelitian di Inggris, dilaporkan prevalensinya lebih dari 1%
dalam setahun. Data yang dikumpulkan di Poliklinik RS. Wahidin Sudirohusodo
pada tahun 2012 ditemukan 134 kasus otitis eksterna superfisialis dan 309 kasus
otitis eksterna profunda. Otitis eksterna akut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difusa. Keduanya berbeda dari
segi letak peradangan, gejala yang ditimbulkan, serta kuman penyebab. Otitis
eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus
atau Staphylococcus albus. Sedangkan otitis eksterna difusa terutama disebabkan
oleh golongan Pseudomonas. Suatu studi pada populasi sampel menunjukkan
53% kasus otitis eksterna disebabkan oleh kuman gram negatif, yaitu
Pseudomonas. Dan 46% lainnya merupakan kuman gram positif yaitu
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus lainnya. Sisanya 1,7% merupakan
infeksi jamur.2

Di Amerika Utara, 98 persen kasus otitis eksterna akut disebabkan oleh


bakteri. Dua isolat yang paling umum adalah Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus. Namun, berbagai macam bakteri aerob dan anaerob
lainnya telah diisolasi. Kira-kira sepertiga kasus bersifat polimikroba. Patogen

18
jamur, terutama yang berasal dari spesies Aspergillus dan Candida, lebih sering
terjadi di lingkungan tropis atau subtropis. Pada pasien yang sebelumnya diobati
dengan antibiotik. Pada gangguan kulit inflamasi dan reaksi alergi dapat
menyebabkan otitis eksterna non infeksi, yang dapat menjadi kronis. 3

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga terasa sakit. Faktor
yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembaban, penyumbatan
liang telinga tengah, trauma lokal, dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri
masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri
patogen pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%), Streptococcus
(22%), Staphylococcus aureus (15%), dan Bakteriodes (11%). Istilah otitis
eksterna akut meliputi adanya kondisi inflamasi kulit dari liang telinga bagian
luar. 5

2.4 Faktor risiko

Beberapa faktor dapat mempengaruhi pasien untuk pengembangan otitis


eksterna akut (Tabel 2.1). Salah satu faktor predisposisi yang paling umum
adalah berenang, terutama di air tawar. Faktor-faktor lain termasuk kondisi kulit
seperti eksim dan seboroik, trauma akibat pengangkatan serumen, penggunaan
alat eksternal seperti alat bantu dengar, dan penumpukan cerumen. Faktor-faktor
ini tampaknya bekerja terutama melalui hilangnya pelindung cerumen yang
protektif, gangguan epitelium (termasuk maserasi dari retensi air), inokulasi
dengan bakteri, dan peningkatan pH saluran telinga. 3

19
Tabel 2.1 Faktor Predisposisi untuk Otitis Externa. 3

2.5 Epidemiologi

Insidensi otitis eksterna tinggi. Di Belanda, telah diperkirakan 12-14 per 1000
populasi per tahun, dan telah terbukti mempengaruhi lebih dari 1% populasi
sampel di Inggris selama periode 12 bulan. Dari faktor predisposisi untuk otitis
eksterna akut, hanya berenang yang terbukti meningkatkan risiko. Berenang
dalam air yang tercemar adalah cara yang umum untuk mengontrak telinga
perenang, tetapi juga mungkin untuk mengontrak telinga perenang dari air yang
terperangkap di saluran telinga setelah mandi, terutama dalam iklim lembab.
Konstriksi saluran telinga dari pertumbuhan tulang (telinga surfer) dapat
menjebak serumen-serumen yang menyebabkan infeksi. Penyelam telah
melaporkan otitis eksterna selama paparan kerja. Bahkan tanpa paparan air,
penggunaan benda-benda seperti kapas atau benda kecil lainnya untuk

20
membersihkan saluran telinga sudah cukup untuk menyebabkan kerusakan pada
kulit, dan memungkinkan kondisi untuk berkembang menjadi otitis. Setelah kulit
saluran telinga dapat meradang, otitis eksternal dapat secara drastis memburuk
dengan menggaruk liang telinga dengan objek, atau dengan membiarkan air tetap
ada untuk jangka waktu yang lama. 6

Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention)
yang menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di
Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang
terdiagnosis di pusat kesehatan merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1
kunjungan per 1000 populasi). Adapun penelitian di poliklinik THT-KL BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada periode Januari – Desember 2011
memperlihatkan bahwa dari 5.297 pengunjung terdapat 440 (8,33%) kasus otitis
eksterna.2

2.6 Patofisiologi

Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, di
samping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim sejuk dan kering.
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak
peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti berenang
merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Keadaan panas, lembab,
dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting
untuk terjadinya otitis eksterna. Pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi
kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik. 5

Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang


temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang
telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna

21
difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan
oleh Pseudomonas, Staphylococus, dan Proteus atau jamur. 5

Liang telinga. Struktur unik saluran pendengaran berkontribusi pada


perkembangan otitis eksterna. Ini adalah satu-satunya jalan buntu pada saluran di
tubuh manusia. Saluran pendengaran eksternal hangat, gelap dan cenderung
menjadi lembab, menjadikannya lingkungan yang sangat baik untuk
pertumbuhan bakteri dan jamur. Kulit sangat tipis dan sepertiga lateral menutupi
tulang rawan, sedangkan sisanya memiliki tulang. Saluran liang telinga mudah
alami trauma. Keluarnya kotoran, sekresi, dan benda asing didorong oleh kurva
di persimpangan tulang rawan dan tulang. Adanya rambut, terutama rambut tebal
yang umum pada pria yang lebih tua, dapat menjadi hambatan lebih lanjut.
Pendengaran eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus. Serumen
menciptakan lapisan asam yang mengandung lisozim dan zat lain yang mungkin
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Serumen yang kaya lipid bersifat
hidrofobik dan mencegah air menembus ke dalam kulit dan menyebabkan
maserasi serumen yang terlalu sedikit dapat mempengaruhi telinga terhadap
infeksi, tetapi cerumen yang berlebihan atau terlalu kental dapat menyebabkan
penyumbatan, retensi air dan serpihan, dan infeksi. Selain itu, kanal
dipertahankan oleh migrasi epitel unik yang terjadi dari membran timpani ke
luar, membawa dan kotoran. Ketika pertahanan ini gagal atau ketika epitel kanal
pendengaran eksternal rusak, otitis externa terjadi. Ada banyak pencetus infeksi
ini tetapi yang paling umum adalah kelembaban berlebihan yang meningkatkan
pH dan mengangkat serumen. Setelah serumen pelindung dihilangkan, serpihan
serpihan keratin menyerap air, yang menciptakan media untuk pertumbuhan
bakteri. 6

Liang pendengaran eksternal sekitar 2,5 cm dari concha auricle ke


membran timpani. Setengah lateral kanal adalah tulang rawan; medial; setengah
terowongan melalui tulang temporal. Penyempitan muncul di persimpangan
bagian tulang dan tulang rawan, membatasi masuknya lilin dan benda asing ke
22
membran timpani. Kulit saluran lebih tebal di bagian tulang rawan dan termasuk
dermis yang berkembang baik dan lapisan subkutan. Lapisan kulit dari bagian
osseus lebih tipis dan melekat kuat pada periosteum dan tidak memiliki lapisan
subkutan. Folikel rambut banyak di ruang ketiga luar di dua pertiga bagian
dalam kanal. Flora mikroba dari kanal eksternal mirip dengan flora kulit di
tempat lain. Ada dominasi Staphylococcus epidermidis, Staphylococcusaureus,
Corynebacterium dan, pada tingkat yang lebih rendah, bakteri anaerob seperti
Propinobacteriumacnes. Patogen yang bertanggung jawab untuk infeksi telinga
tengah (Streptococcus pneumonia, Haemophilusinfluenzae, atau
Moraxellacatarrhalis) jarang ditemukan dalam kultur kanal pendengaran
eksternal ketika membran timpani utuh. 6

Epitel menyerap kelembaban dari lingkungan. Deskuamasi lapisan


superfisial epitel dapat terjadi. Dalam lingkungan lembab yang hangat ini,
organisme dalam saluran dapat berkembang dan menyerang kulit yang
mengalami maserasi. Peradangan dan nanah terjadi setelahnya. Organisme
invasif termasuk yang dari flora kulit normal dan basil gram negatif, terutama
Pseudomonas aeruginosa. Otitis media invasif merupakan infeksi yang sering
dikaitkan dengan infeksi nekrotikan dengan P.pseudomonas. Organisme
memperoleh akses ke jaringan yang lebih dalam dari saluran telinga dan
menyebabkan vaskulitis lokal, trombosis, dan nekrosis jaringan. Mikroangiopati
diabetik pada kulit yang melapisi tulang temporal menyebabkan perfusi dan
melieu lokal yang buruk untuk invasi oleh P.aeruginosa. 6

2.7 Diagnosa

Otitis eksterna akut didiagnosis secara klinis berdasarkan tanda dan gejala
saluran pernafasan (Tabel 2.2;). Presentasi dapat berkisar dari gangguan ringan,
gatal, dan edema minimal hingga nyeri hebat, obstruksi saluran sempurna, dan
keterlibatan pinna dan kulit di sekitarnya. Nyeri adalah gejala yang paling baik

23
berkorelasi dengan keparahan penyakit. Demam ringan mungkin ada, tetapi suhu
lebih dari 101° F (38,3° C) menunjukkan ekstensi di luar saluran pendengaran. 3

Tabel 2.2 Diagnosis Otitis Externa. 3

Otitis eksterna akut harus dibedakan dari penyebab lain peradangan saluran
telinga (Tabel 2.3). Evaluasi yang tepat mencakup riwayat gejala yang muncul
dan yang terkait, paparan air, trauma lokal / pengangkatan serumen, pada
gangguan kulit yang berhubungan, diabetes, operasi telinga, dan radioterapi
lokal. Pemeriksaan fisik harus meliputi aurikel dan kelenjar getah bening di
sekitarnya, pemeriksaan kulit, otoscopy saluran telinga, dan verifikasi bahwa
membran timpani masih utuh. Kelembutan dengan gerakan lintasan atau pinna
adalah temuan klasik. 3

24
Tabel 2.3 Kondisi yang Dapat Membingungkan dengan Otitis Otak Eksternal. 3

25
Karena otitis eksterna dapat menyebabkan eritema membran timpani, otoskopi
pneumatik atau timpanometri harus digunakan untuk membedakannya dari otitis
media. Otomycosis secara klasik dikaitkan dengan gatal, bahan tebal di saluran
telinga, dan kegagalan untuk meningkatkan dengan penggunaan antibakteri
topikal. Otomycosis kadang-kadang dapat diidentifikasi selama otoscopy
(Gambar 2.10 dan 2.11), meskipun jamur saprophytic nonpathogenic juga dapat
ditemukan. 3

Gambar 2.10 Otomycosis disebabkan oleh Candida. Perhatikan karakteristik


elemen jamur putih pada debris. 3

Gambar 2.11 Otomycosis disebabkan oleh Aspergillus. Perhatikan karakteristik


elemen jamur abu-abu-hitam pada debris. 3
26
Otitis eksterna maligna dapat dicurigai pada pasien yang lebih tua dengan
diabetes mellitus atau immunocompromise yang memiliki otorrhea purulen
refrakter dan otalgia parah yang dapat memburuk pada malam hari. Temuan
klinis termasuk jaringan granulasi di saluran pendengaran eksternal, terutama di
persimpangan tulang-mobil. Perpanjangan infeksi di luar saluran pendengaran
dapat menyebabkan limfadenopati, trismus, dan saraf wajah dan kelumpuhan
saraf kranial lainnya. 3

Pada otitis eksterna kronis, gejala dan tanda yang tercantum pada Tabel
2.2 terjadi selama lebih dari tiga bulan. Gejala klasik termasuk gatal dan
ketidaknyamanan ringan; mungkin ada licheni kation pada otoscopy. 3

2.8 Pengobatan

Antimikroba topikal, dengan atau tanpa kortikosteroid topikal, adalah terapi


utama untuk otitis eksterna akut tanpa komplikasi. Antimikroba topikal sangat
efektif dibandingkan dengan plasebo, menunjukkan peningkatan absolut dalam
tingkat kesembuhan klinis 46 persen atau jumlah yang diperlukan untuk
mengobati sedikit lebih dari dua. Agen topikal datang dalam berbagai persiapan
dan kombinasi; tinjauan sistematis terbaru termasuk 26 intervensi topikal yang
berbeda. Dalam beberapa penelitian, persiapan mata telah digunakan secara off-
label untuk mengobati otitis eksterna. Sediaan offtalmik mungkin ditoleransi
lebih baik daripada sediaan otic, mungkin karena perbedaan pH antara sediaan,
dan dapat membantu memfasilitasi kepatuhan dengan rekomendasi pengobatan.
Agen-agen anti-mikroba yang umum dipelajari termasuk aminoglikosida,
polimiksin B, kuinolon, dan asam asetat. Tidak ada bukti konsisten yang
menunjukkan bahwa satu agen atau persiapan lebih efektif daripada yang lain.
Ada bukti terbatas bahwa penggunaan asam asetat saja mungkin memerlukan
dua hari tambahan untuk penyelesaian gejala dibandingkan dengan agen lain,

27
dan bahwa itu kurang efektif jika pengobatan diperlukan selama lebih dari tujuh
hari. 3

Pedoman saat ini merekomendasikan anjak dalam risiko efek samping,


masalah kepatuhan, biaya, preferensi pasien, dan pengalaman dokter. Beberapa
komponen yang ditemukan dalam sediaan otic dapat menyebabkan dermatitis
kontak. Hipersensitivitas terhadap aminoglikosida, khususnya neomisin, dapat
berkembang hingga 15 persen dari populasi, dan telah diidentifikasi pada sekitar
30 persen pasien yang juga memiliki otitis eksterna kronis atau eczematosa.
Kepatuhan terhadap terapi topikal meningkat dengan pemberian yang mudah,
seperti dosis yang lebih jarang. Penambahan kortikosteroid topikal menghasilkan
perbaikan gejala yang lebih cepat seperti nyeri, edema saluran, dan eritema.
Biaya bervariasi untuk persiapan yang berbeda (Tabel 2.4). 3

Tabel 2.4 Sediaan Antimikroba Otik yang Umum untuk Otitis Externa. 3

28
2.8.1 Antibiotik Oral

Antibiotik sistemik meningkatkan risiko efek samping, pembentukan organisme


resisten, dan kekambuhan. Mereka juga meningkatkan waktu untuk
penyembuhan klinis dan tidak meningkatkan hasil dibandingkan dengan agen
topikal saja pada otitis externa yang tidak dikomplikasi. Antibiotik sistemik
harus digunakan hanya ketika infeksi telah menyebar di luar saluran telinga, atau
ketika ada diabetes yang tidak terkontrol, immunocompromise, riwayat
radioterapi lokal, atau ketidakmampuan untuk memberikan antibiotik topikal. 3

2.8.2 Metode pengobatan

Penggunaan preparat otic topikal tanpa kultur adalah pendekatan pengobatan


yang masuk akal pasien yang memiliki gejala otitis eksterna ringan. Jika
membran timpani utuh dan tidak ada kekhawatiran hipersensitif terhadap
aminoglikosida, persiapan neomisin / polimiksin B / hidrokortison akan menjadi
terapi lini pertama karena efektivitasnya dan biayanya rendah. Ofloxacin dan
cipro oxacin / dexamethasone (Ciprodex) disetujui untuk penggunaan telinga
tengah dan harus digunakan jika membran timpani tidak utuh atau statusnya
tidak dapat ditentukan secara visual 4; ini juga mungkin berguna jika pasien
hipersensitif terhadap neomisin, atau jika ketidakpatuhan terhadap pengobatan
karena frekuensi dosis adalah masalah. Penggunaan sediaan yang mengandung
kortikosteroid dianjurkan untuk memberikan pertolongan yang lebih cepat ketika
gejala memerlukan. 3

Pasien harus diajar untuk memberikan obat otic dengan benar. Pasien
harus berbaring dengan sisi yang sakit menghadap ke atas, menjalankan
persiapan di sepanjang sisi saluran telinga sampai penuh dan menggerakkan
pinna untuk meringankan kantong udara. Pasien harus tetap dalam posisi ini
selama tiga hingga lima menit, setelah itu saluran tidak boleh ditutup, tetapi
dibiarkan terbuka sampai kering. Mungkin pasien yang menjalani pengobatan
29
tetes telinga yang lain tidak akan bisa diobati, karena hanya 40 persen pasien
yang melakukan pengobatan sendiri dengan tepat. Pasien harus diinstruksikan
untuk meminimalkan trauma pada (dan manipulasi) telinga, dan untuk
menghindari paparan air, termasuk pantang dari olahraga air untuk bekerja,
setidaknya, menghindari perendaman. 3

Ketika ada edema kanal yang ditandai, sumbu selulosa terkompresi atau
kasa pita dapat ditempatkan di kanal untuk memfasilitasi pemberian antimikroba
atau antibiotik. Penempatan sumbu memungkinkan tetes antibiotik untuk
mencapai bagian saluran pendengaran eksternal yang tidak dapat diakses karena
pembengkakan saluran. Ketika saluran akar merespons pengobatan dan patensi
kembali ke saluran telinga, sumbu sering kali rontok. 3

Nyeri adalah gejala umum otitis eksterna akut, dan dapat melemahkan. Analitik
oral adalah pengobatan yang lebih disukai. Lini pertama analgesik termasuk obat
antiinflamasi non-steroid dan asetaminofen. Ketika dosis yang sering diperlukan
diperlukan untuk mengendalikan rasa sakit, obat-obatan harus diberikan sesuai
jadwal dan bukan sesuai kebutuhan. Pil kombinasi opioid dapat digunakan ketika
gejala keparahan. 3

Sediaan Telinga Benzocaine mungkin menjanjikan efektivitas tetes


antibiotik otic dengan membatasi kontak antara tetesan dan saluran telinga.
Kurangnya data yang diterbitkan mendukung efektivitas persiapan benzokain
topikal dalam otitis eksterna membatasi peran perawatan tersebut. 3

2.8.3 Ear Toilet

Otitis eksterna akut dapat dikaitkan dengan bahan berlebihan di saluran telinga.
Pedoman konsensus yang diterbitkan oleh American Academy of
Otolaryngology merekomendasikan bahwa bahan tersebut dihilangkan untuk
mencapai efektivitas optimal dari antibiotik topikal. Namun, tidak ada uji coba
terkontrol secara acak yang memeriksa efektivitas toilet aural, dan ini biasanya
tidak dilakukan di sebagian besar pengaturan perawatan primer. Obat topikal
30
mengandalkan kontak langsung dengan kulit saluran telinga yang terinfeksi;
karenanya, toilet aural menjadi lebih penting ketika volume atau ketebalan
puing-puing di saluran telinga besar. Pedoman merekomendasikan toilet aural
dengan penyedotan lavage lembut atau mengepel kering di bawah visualisasi
otoscopic atau mikroskopis untuk menghilangkan bahan yang menghalangi dan
untuk memverifikasi integritas membran timpani. Lavage harus digunakan hanya
jika membran timpani diketahui utuh, dan tidak boleh dilakukan pada pasien
dengan diabetes karena potensi risiko menyebabkan otitis eksterna ganas. Obat
nyeri mungkin diperlukan selama prosedur. 3

2.8.4 Tatalaksana Otitis Eksterna Kronik

Perawatan otitis eksterna kronis tergantung pada penyebab yang mendasarinya.


Karena sebagian besar kasus disebabkan oleh alergi atau dalam kondisi
dermatologis, perawatan termasuk penghilangan agen penyebab dan penggunaan
kortikosteroid topikal atau sistemik. Otorrhea kronis atau intermiten selama
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, terutama dengan membran timpani
terbuka, menunjukkan adanya otitis media supuratif kronis. Upaya pengobatan
awal serupa dengan yang dilakukan untuk otitis media akut. Dengan kontrol
gejala otitis eksterna, perhatian dapat beralih ke manajemen otitis media
supuratif kronis. 3

2.8.5 Tindak lanjut dan Rujukan

Sebagian besar pasien akan mengalami peningkatan gejala yang signifikan


setelah satu hari perawatan. Jika tidak ada perbaikan dalam waktu 48 hingga 72
jam, dokter harus mengevaluasi kembali untuk kepatuhan pengobatan, kesalahan
diagnosis, sensitivitas terhadap tetes telinga, atau patensi kanal lanjutan. Dokter
harus mempertimbangkan bahan kultur dari saluran untuk mengidentifikasi

31
patogen yang resisten terhadap jamur dan antibiotik jika pasien tidak membaik
setelah upaya pengobatan awal atau memiliki satu atau lebih faktor risiko
predisposisi, atau jika ada kecurigaan bahwa infeksi telah meluas melampaui
auditori eksternal. kanal. Ada kekurangan data mengenai lama perawatan yang
optimal; sebagai aturan umum, otics antimikroba harus diberikan selama tujuh
hingga 10 hari, meskipun dalam beberapa kasus penyelesaian gejala yang
lengkap mungkin memakan waktu hingga empat minggu. 3

Konsultasi dengan ahli THT atau spesialis penyakit menular mungkin


diperlukan jika dicurigai ada otitis eksterna ganas; dalam kasus penyakit parah,
kurangnya perbaikan atau perburukan gejala meskipun sudah diobati, dan bilas
tidak berhasil; atau jika dokter perawatan primer menentukan bahwa toilet aural
atau insersi sumbu telinga diperlukan, tetapi tidak terbiasa dengan atau khawatir
tentang melakukan prosedur. 3

2.9 Pencegahan

Sejumlah langkah pencegahan telah direkomendasikan, termasuk penggunaan


penyumbat telinga saat berenang, penggunaan pengering rambut pada
pengaturan terendah dan memiringkan kepala untuk menghilangkan air dari
saluran telinga, dan menghindari pembersihan sendiri atau menggaruk saluran
telinga. Asam asetat 2% (Vosol) solusi otik juga digunakan, baik dua tetes dua
kali sehari atau dua hingga lima tetes setelah paparan air. Namun, tidak ada uji
coba secara acak yang meneliti keefektifan langkah-langkah ini. 3

32
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Otitis eksterna akut adalah kondisi umum yang melibatkan inflammasi saluran
telinga. Bentuk akut terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, dengan
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus patogen yang paling
umum. Otitis eksterna akut timbul dengan onset yang cepat muncul berupa
meradang, menghasilkan otalgia, gatal, edema liang telinga, eritema kanal
telinga, dan otorrhea, dan sering terjadi setelah berenang atau trauma ringan
akibat cara membersihkan telinga yang tidak tepat. Kelembutan dengan gerakan
tragus atau pinna adalah penemuan klinis yang klasik. Antimikroba topikal atau
antibiotik seperti asam asetat, aminoglikosida, polimiksin B, dan kuinolon
adalah pengobatan pilihan dalam kasus yang tidak rumit. Agen-agen ini datang
dalam persiapan dengan atau tanpa kortikosteroid topikal; penambahan
kortikosteroid dapat membantu mengatasi gejala lebih cepat. Namun, tidak ada

33
bukti yang baik bahwa setiap persiapan antimikroba atau antibiotik secara klinis
lebih unggul dari yang lain. Pilihan pengobatan didasarkan pada sejumlah faktor,
termasuk status kondisi membran timpani, efek samping, masalah kepatuhan,
dan biaya. Sediaan neomisin / polimiksin B / hidrokortison adalah terapi lini
pertama yang wajar bila membran timpani masih utuh. Antibiotik oral
dicadangkan untuk kasus-kasus di mana infeksi telah menyebar di luar saluran
telinga atau pada pasien yang berisiko mengalami infeksi yang berkembang
pesat. Otitis eksterna kronis sering disebabkan oleh alergi atau penyebab
penyakit dermatologis, dan ditangani dengan mengatasi penyebab yang
mendasarinya

DAFTAR PUSTAKA

1. Hafil A, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan. Ed ke-7. Badan Penerbit FKUI. Hlm.53
2. Triastuti I, Sudipta I, Sutanegara S. Prevalensi penyakit otitis eksterna di
RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari – Desember 2014. E-Jurnal
Medika Udayana. 2018;7(6):1-4
3. Schaefer P, Baugh R. Acute Otitis Externa: An Update. American Family
Physician. 2012;86(11):1055-60

4. Nugroho P, Wiyadi P. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer. Jurnal


THT-KL. 2009;2(2):76-85

5. Kennedy F. Otitis Externa in 23 Years Old Women. J Agromed Unila.


2015;2(1):43-4
6. Mustafa M, Patawari P, Sien M, Muniandy R. Acute otitis externa:
pathophysiology, Clinical Presentation, And Treatment. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences. 2015;14(7): 73-4

34

Anda mungkin juga menyukai