Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA ANALITIK II

ARGENTOMETRI

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

ZALSABILA RAMADHINI.H (B1D221062)

EKI AYU LESTARI (B1D221070)

PUTRI NURAINI. MS (B1D221085)

NUR ALIVINA (B1D221087)

ETTA HAMID RAMADHAN (B1D221092)

PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah kimia analitik II tentang “Argentometri” dapat selesai tepat waktu seperti
yang kami harapkan, tersusunya makalah ini tentu tidak lepas dari peran serta
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara material dan spiritual, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karna itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen
pengampuh matakuliah, teman teman yang telah membantu dan memberikan
dorongan semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan. Semoga tuhan yang
maha esa membalas budi baik,tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang
bersangkutan Tak ada gading yang tak retak untuk itu kami pun menyadari bahwa
makalah ini memiliki banyak kelemahan serta kekurangan kekurangan naik dari segi
tekhnis maupun non tekhnis. Untuk itu pnulis membuka pintu selebar lebarnya
kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran. Akhir kata semoga
makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Makassar 08 april 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................. 1

C. TUJUAN...................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 2

A. PENGERTIAN ARGENTOMETRI............................................................ 2

B. TITRASI PENGENDAPAN........................................................................ 3

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN.............................. 3

D. MACAM-MACAM METODE................................................................... 7

E. PEMBENTUKAN ENDAPAN BERWARNA............................................ 8

F. CONTOH SOAL.......................................................................................... 8

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 9

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan
dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analitnya. Salah satu jenis
titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi
ini biasanya disebut sebagai argentometri. Argentometri yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar
perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri didasarkan pada pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara titrant dan analitnya. Sebagai contoh
yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran
akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor apa yang dapat mempengaruhi kelarutan?
2. Apa saja macam-macam metode titrasi argentometri dan perbedaannya?
3. Bagaimana cara pembentukan endapan berwarna?
4. Rumus argentometri?
5. Contoh soal argentometri

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kadar NaCl dengan menggunakan metode
argentometri.
2. Untuk mengetahui cara membuat larutan argentum nitrat (AgNO3) sebagai
larutan standard.
3. Untuk mengetahui macam-macam metode argentometri.
4. Untuk mengetahui perbedaan metode argentometri.
5. Untuk mengetahui rumus argentometri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ARGENTOMETRI
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam
titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-). (Khopkar,1990)
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari
garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu
garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m
kation dan n anion.
AmBn → mA++ nB-
Hasil kali kelarutan = (CA+)M × (CB-)Ntitrasi argentometri adalah titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam
perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan
kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada
pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil
AgNO3 + 2 KCN → K(Ag(CN)2) +KNO3
Ag+ + 2 nn- → Ag(CN)2.
Jika reaksi telah sempurna maka reaksi akan berlangsung lebih lanjut
membentuk senyawa kompleks yang tak larut.
Ag+ (Ag(CN)2)- → Ag(Ag(CN)2)
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent.
salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta
dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang
agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini
makan waktu yang lama.
B. TITRASI PENGENDAPAN
Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi
reduksi-oksidasi (redoks). Kesulitan mencari indikator yang sesuai.
Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama jika ada efek
kopresipitasi. Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal) di
dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.(dalam keadaan setimbang). Larutan
jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara terus
menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi
ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN

1. Suhu

2. Sifat pelarut

3. Ion sejenis

4. Aktivasi ion

5. pH

6. Hidrolisis

7. Hidroksida logam

8. Pembentukan senyawa kompleks

Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik.


Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan
dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas
memiliki kelarutan kecil (mis. Hg2Cl2, MgNhH4PO4) cukup disaring setelah
terlebih dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut
dalam air dan tidak arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang
besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat. Sebagaimana ion
hidrogen yang membentuk H3O+, energi yang dibebaskan pada saat interaksi ion
dengan pelarut akan membantu meningkatkan gaya tarik ion terhadap kerangka
padat endapan. Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik terhadap pelarut
organik, sehingga kelarutannya lebih kecil daripada kelarutan dalam air. Pada
analisis kimia, perbedaan kelarutan menjadi dasar untuk pemisahan senyawa.
Contoh : campuran kering Ca (NO3)2 + Sr (NO3)2 dipisahkan dalam campuran
alkohol + eter, hasilnya Ca(NO3)2 larut, sedangkan Sr(NO3)2 tidak larut.
Endapan lebih mudah larut dalam air daripada dalam larutan yang mengandung
ion sejenis. Mis. pada AgCl, [Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari tetapan (Ksp AgCl
= 1x10-10)di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] = 1x10-5 M; jika
ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] = 1x10-4 M, maka [Cl-] turun menjadi 1x10-
6 M, kanan sesuai arah : Ag+ + Cl- AgCl Ke dalam endapan terjadi penambahan
garam, sedangkan jumlah Cl- dalam larutan menurun.

Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan :

1) Menyempurnakan pengendapan
2) Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan

Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula
terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi
menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik
akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada
cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk
menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan
pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar. AgNO3 ditambahkan ke
NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan
berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak
endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi
indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat
adsorpsi pada penukaan.

Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut


terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan,
yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan
indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel dengan
brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan kuning pada suasana
basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I- dengan ion Ag+. Kongo merah
adalah indikator asam basa lainnya.

Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator


ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan
berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi
tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak dapat menggunakan indikator
tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut.
Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga pada
konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi
dan desorpsi saja.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan :

1. Pengendapan merupakan metode yang paling baik pada analisis gravimetri.


Kita akan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan.
Parameter-parameter yang penting adalah temperatur, sifat pelarut, adanya
ion-ion pengotor, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks, dan lain-lain.
2. Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang
baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan
terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor
temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya
kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
dua zat. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut
mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ks.p
(konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan,
mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam
bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan untuk mencuci
larutan selama penyaringan.
3. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-
garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam
netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion,
semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan
garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam
lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari
spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
4. Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-
garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam
netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion,
semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan
garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam
lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari
spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
5. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain
yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan
yang digunakan untuk melihat titik akhir membentuk kompleks yang larut
dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang
(disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman berlangsung sempurna. Hal
yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (KSP) harus cukup kecil
sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen.
Reaksi samping tidak boleh terjadi, demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan
utama pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang sesuai.
Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe indikator. Kemudian
bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi (Vogel, 1990). Reaksi yang
menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan
lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat
menunggu sampai pengendapan.

D. MACAM-MACAM METODE
1. Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti
NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4¬ sebagai indikator.
Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari
kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena
timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai titik ekivalen, semua ion Cl-
hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam
metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang
menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan
analat dengan Ag+.
2. Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant,
dan larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus
terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) + SCN-(aq) ↔ AgSCN(s)↓ (putih)
Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion
kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)

SCN-(aq) + Fe3+(aq) ↔ FeSCN2+(aq)

Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna. Karena
titrantnya SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara
Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag + dan
SCN- sedang untuk anion-anion lain harus ditempuh cara titrasi kembali: pada
larutan X- ditambahkan Ag+ berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya,
lalu dititrasi untuk menentukan kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi
dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX.

3. Metode Fajans

Metode fajans menggunakan indikator adsorpsi seperti fluonescein atau


cosine menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya yaitu
AgNO3 sampai suspensi violet menjadi merah. pH tergantung dari macam
anion dan indikator yang digunakan. Indikator adsorpsi yaitu zat yang bisa
diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Pengendapan tersebut bisa diatur supaya terjadi di titik ekuivalen antara lain
dengan cara menentukan macam indikator yang digunakan  dan PH. Sebelum
titik ekuivalen dapat tercapai, ion Cl- ada dalam lapisan primer dan sesudah
tercapai ekuivalen maka akan kelebihan sedikit AgNO3 yang menyebabkan
ion Cl- digantikan Ag+ sehingga ion Cl- berada dalam lapisan sekunder.

  Perbedaan dari ketiga metode tersebut yaitu Metode Mohr adalah reaksi
antara ion perak dan ion halida dengan adanya indikator kromat, sedangkan
metode Volhard mengacu pada reaksi antara ion perak berlebih dan ion
halida. Metode fajans, di sisi lain, mengacu pada reaksi adsorpsi antara perak
halida dan fluorescein. Jadi, ini adalah perbedaan utama antara metode Mohr
Volhard dan Fajans.

E. PEMBENTUKAN ENDAPAN BERWARNA


Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk
titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk
menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula
pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion
kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan
perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).
F. CONTOH SOAL
Contoh soal metode volhard
Pada metode ini sejumlah volume larutan standar AgNO3 ditambahkan secara
berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida (X-). Sisa larutan standar
AgNO3 yang tidak bereaksi dengan ion X- dititrasi dengan larutan standar
tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator besi (III) (Fe3+).
Reaksinya sebagai berikut:
Ag+ (berlebih) + X- → AgX ↓ + Ag+ (sisa)
Ag+ (sisa) + SCN- → AgSCN ↓
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ (merah)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Titrasi AgNO3 dan NaCl merupakan titrasi dengan Metode Mohr dan
Titrasi sampel termasuk dalam Metode Fajans karena sampel mengandung ion
I-. Argentometri adalah titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO3.
Ada 4 metode argentometri yaitu metode Mohr, Volhard, Fajans, Duckel.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO 3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag +
dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan. (Al.Underwood,1992). Titik akhir potensiometri didasarkan pada
potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir
amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang
dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul
tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alexeyev, V. 1969. Quantitative Analysis. Moscow : MIR Publishers


A. L. Underwood. 1989. Analisa Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif: Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Hastuti, Sri, M.Si, dkk. 2007. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Dasar I.

Surakarta : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNS

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia
Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Florida : Sounders College

Anda mungkin juga menyukai