Anda di halaman 1dari 16

BIOGRAFI, PEMIKIRAN, DAN KARYA ULAMA(Part 2)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
ISLAM NUSANTARA
Yang dibina oleh Bapak Fuad Ngainul Yaqin, Lc. M.Ag.

Oleh
MUHAMAD RIZQI MUBAROK (2176231015)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI S1 ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
Februari 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada hambanya sebagai
peringatan bagi alam semesta, atas rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “BIOGRAFI, PEMIKIRAN, DAN KARYA
ULAMA” Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Bapak Fuad Ngainul Yaqin, Lc. M.Ag.pada mata kuliah “Islam Nusantara” selain itu makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang mata kuliah Ilmu Mantiq bagi penulis dan
para pembaca.
Proses pembuatan makalah ini tentunya kami mendapatkan masukan, arahan dan

bimbingan, untuk itu kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Zainuddin. M. Pd. Selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.

2. Bapak M. Abd Rouf, M.A Selaku ketua Kaprodi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir.

3. Bapak H. Fuad Ngainul Yaqin, Lc. M.Ag. selaku pengampu mata kuliah Ilmu Mantiq.

4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,terutama kepada

teman-teman yang sudah memberikan semangat dan dukungannya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun akan selalu kami nantikan demi untuk membuat

makalah ini menjadi lebih baik.

Blitar, 6 Maret 2022

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam nusantara merupakan suatu model pemikiran, pemahaman,dan pengamalan ajaran-
ajaran Islam dengan mempertimbangkan tradisi atau budaya lokal, sehingga mampu
mengekpresikan model berislam yang khas Nusantara dan membedakan dengan model
berislam lainnya. Imam Ghazali menjelaskan bahwa Ulama adalah figur manusia yang menjadi
pewaris Nabi. Jika disebut sebagai pewaris Nabi, Pada diri ulama pasti muncul sikap percaya
diri, berkeyakinan tinggi terhadap ajaran yang dianutnya. Mereka menjadi pemimpin dan
panutan yang uswah hasanah dalam ketakwaan dan istiqamah.
Mereka bersikap benar dan adil serta tidak takut pada celaan, tidak mengikuti hawa nafsu,
aktif menegakkan kebaikan, dan mencegah kemunkaran.Selain itu, dengan mengetahui biografi
ulama, kita dapat mengetahui segala latar belakang beliau serta perjuangannya dalam Islam.
Penulisan biografi ulama ini dilakukan dengan harapan, riwayat hidup seorang tokoh dapat
dijadikan percontohan bagi generasi muda Islam di masa sekarang, dan seterusnya. Kali ini kita
akan membahas beberapa ulama terkenal yang paling berdampak di nusantara, yaitu Syaikh
Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Nurudin Ar-Runuri,dan
Syaikh Abdur Rauf As-singkili1.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi,pemikiran,dan apa saja karya-karya Syaikh Ahmad Khatib Al-

Minangkabawi,dan Syaikh Nawawi Al-Bantani?.

2. Bagaimana biografi,pemikiran,dan apa saja karya-karya Syaikh Nurudin Ar-Runuri,dan

Syaikh Abdur Rauf as-Singkili?.

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui biografi,pemikiran,dan apa saja karya-karya Syaikh Ahmad Khatib

Al-Minangkabawi,dan Syaikh Nawawi Al-Bantani.

2. Untuk mengetahui biografi,pemikiran,dan apa saja karya-karya Syaikh Nurudin Ar-

Runuri,dan Syaikh Abdur Rauf as-Singkili.

1
Badruddin Subky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani Press,1995), 47.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Syaikh Ahmad Khatib Al-Minagkabawi, dan Syaikh Nawawi Al-Bantani

a) Biografi Syaikh Ahmad Khatib Al-minangkabawi

Nama lengkap beliau Ahmad Khatib bin Abdul Latif bin Abdurrahman bin Abdullah bin
Abdul Aziz Al Khathib Al Jawi Al Makki Asy Syafi’i alMinangkabawi. Beliau lahir di Koto
Tuo, Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada Senin, 6 Zulhijah 1276 H (1860
M). Keluarga beliau, ayahnya adalah Buya Abdul Latif yang merupakan seorang ulama
mumpuni di zamannya. Sementara ibunya bernama Limbak Urai asal Koto Tuo Balai Gurah.
Beliau menikah dengan Khadijah putri dari Muhammad Saleh Kurdi seorang pemilik toko buku
di Makkah. Shaleh al-Kurdi sangat tertarik dengan Ahmad Khatib sehingga mengangkatnya
sebagai menantu. Tidak beberapa lama Khadijah meninggal dunia dengan meninggalkan seorang
anak bernama Abdul Karim. Shaleh al-Kurdi begitu simpati dengan Ahmad Khatib terutama
karena kerajinan, ketekunan, kepandaian dan penguasaannya terhadap ilmu agama serta
keshalihannya. Maka Shaleh al-Kurdipun menikahkan Ahmad Khatib dengan anak keduanya
Fatimah dan memberinya tiga orang anak yaitu Abdul Malik, Abdul Hamid dan Khadijah.
b) Pendidikan
Ahmad Khatib mengenyam pendidikan formal dari pendidikan dasar sampai ke Sekolah Raja
atau Kweekschool tahun 1871 M. Pengetahuan agama termasuk menghafal alQuran diperoleh
melalui ayahnya Syeikh Abdul Lathif. Pada tahun 1287 H Abdul Latif berangkat ke Makkah
untuk menunaikan ibadah haji. Selain orang tuanya, ikut dalam rombongan itu kakeknya Syeikh
Abdullah dan pamannya Abdul Ghani yang merupakan orang terkaya di kampung halamannya.
bersama Setelah melaksanakan ibadah haji Ahmad Khatib tidak ikut serta dengan orang tuanya
kembali ke Sumatera Barat dan tetap tinggal di Makkah dengan maksud menuntut ilmu agama
dan hafalan Al Quran dari para ulama-ulama di Masjid Al Haram2.
Sebagian penulis menyebut-kan bahwa Syeikh Ahmad Khatib tidak pernah lagi
menginjakkan kaki di kampung halamannya setelah perjalanan haji yang pertama tersebut.
Namun catatan pribadi Syeikh Ahmad Khatib menyebutkan bahwa atas permintaan dari ibunya
yang rindu kepadanya, maka Ahmad Khatib kembali ke kampung halamannya pada tahun 1292
H. Kepulangan Ahmad Khatib dari Makkah setelah bermukim 5 tahun di sana sebe-narnya
adalah kepulangan layaknya orang yang telah selesai dalam melaksanakan tugasnya alias pulang
habis. Meskipun begitu kerinduan Ahmad Khatib tetap terpendam untuk suatu ketika kembali ke
Makkah melanjutkan fase kedua dari pengembaraannya menuntut ilmu di Makkah.

2
Dahlan, Dadang A. Cahaya dan Perajut Persatuan Waliullah Ahmad Khatib Al Minangkabawy. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2007. Hal 101.
c) Karir, dan Pemikiran Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

Pengaruh keilmuan beliau sangat luas hingga mencakup wilayah hijaz, Ahmad

Khatib punya posisi penting sebagai guru besar(syaikh) sekaligus khatib,dan imam besar

mazdzab syafi’I di Masjidil Haram. Tercatat bahwa beliau mencapai tingkat ketinggian di

berbagai bidang, khususnya ilmu fiqih, hukum islam, Ilmu Falak, Ilmu Hisab, dan

Tasawuf. Pengangkatan itu dilatarbelakangi kredibilitas dan kapabilitas keilmuannya.

Dalam rentang waktu 9 tahun ia mampu menyelesaikan pembelajaranya dari ulama

Makkah terkemuka saat itu, semisal Sayyid Zayn al-Dahlan, Syekh Bahr al-Syatta, dan

Syekh Yahya al-Qabli. Karena posisinya tersebut ia menjadi tokoh sentral dunia islam

pada masa itu. Hal yang menarik dari pengaruh Ahmad Khatib di Nusantara adalah,

bahwa meski ia sendiri secara pribadi memegang teguh, dan kokoh pada pendiriannya,

bahkan keras atas beberapa persoalan keagamaan, seperti tarekat tetapi murid-muridnya

ternyata memiliki pendapat yang berbeda dengan ahmad Khatib sendiri. Menurut

Burhanuddin Daya, ia telah melahirkan ulama-ulama penggerak kegiatan berijtihad,

baik yang mengobarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam, maupun ulama-ulama

yang menentang pembaharuan. Menurutnya, Ahmad Khatib tidak menanamkan taklid

kepada para muridnya. Mereka diberi kebebasan dan bahkan dianjurkan mempelajari

karya-karya Abduh dan al-Afghani agar bisa membantah pendapat beliau3.Beliau dikenal

sebagai ulama yang sangat keras dalam menolak bagian – bagian tertentu adat Istiadat di

Minangkabau semasa itu yang dipandangnya bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam,

khususnya tentang hukum waris. Pada masa dulu di Minangkabau terjadi banyak

pertentangan antara kalangan adat dengan ulama, terutama mengenai persoalan hukum

waris. Kaum adat berpendapat, bila seseorang meninggal maka harta miliknya hendak
3
Djaya, Tamar, Pustaka Indonesia: riwajat hidup orang-orang besar tanah air, Bulan Bintang, 1965. Hal 134.
diwariskan kepada kemenakannya. Dalam adat Minangkabau yang menekankan

kehidupan bersuku – suku bukan individu, terutama dalam hubungan dengan harta milik,

maka warisan bukan masalah, warisan berada dilingkungan suku menurut garis keturunan

ibu. Menurut Syaikh Ahmad warisan harus dilakukan secara faraidh, yakni sebagai

pembahagian harta seorang Islam yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan

wasiat sebelum kematiannya. Maka harta peninggalannya akan dibahagikan kepada ahli

warisnya (seperti anak, istri, suami, ibu dan lain – lain) menurut hukum Islam. Juga pada

tahun 1905, bertempat di Masjid Sianok diadakan debat umum antara alim – ulama

pembela dan penentang tarekat. Demi ketenangan hidup beragama, umat memerlukan

pandangan yang pasti, Oleh sebab itu Syekh Abdullan Ahmad pada tahun 1324 H (1906

M) mengirimkan surat ke Makkah dengan maksud bertanya pada Syekh Ahmad Khatib

ihwal keabsahan tarekat Naqsabandiyah Khalidiah menurut syari’at Islam. Bunyi

lengkap. Apakah tarekat Naqsabandiyah Khalidiah punya dasar hukum atau

tidak?.Ajaran-ajaran dan amalan-amalan tarekat Naqsabandiyah berbeda dari tarekat

Nabi dan karena itu tergolong bid’ah yang dilarang oleh Allah SWT dan RasulNya.

Perihal jawaban Syekh Ahmad Khatib terhadap pertanyaan itu, bahwa Nabi dan para

sahabat tidak pernah melakukan suluk 40, 20 ataupun 10 hari. Dan suluk yang diajarkan

pada tarekat Naqsabandiyah hanya berdasarkan ijtihad Syekh Khalid Kurdi dan para sufi

Naqsabandiyah yang lain. Oleh sebab itu, termasuk kategori bid’ah.


d) Karya-karya Ahmad Khatib al-Minagkabawi

Berbagai sumber menyebutkan karya beliau menulis karya-karyanya dengan bahasa arab,dan

melayu antara lain, sebagai berikut :

Hasyiyah An Nafahat ‘ala Syarhil Waraqat lil Mahalli.

- Al Jawahirun Naqiyyah fil A’malil Jaibiyyah.

- Ad Da’il Masmu’ ‘ala Man Yuwarritsul Ikhwah wa Auladil Akhwan Ma’a Wujudil Ushul

wal Furu’.

- Raudhatul Hussab.

- Mu’inul Jaiz fi Tahqiq Ma’nal Jaiz.

- As Suyuf wal Khanajir ‘ala Riqab Man Yad’u lil Kafir.

- Al Qaulul Mufid ‘ala Mathla’is Sa’id.

a) Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani

Nama lengkap beliau Abu Abd al-Mu'ti Muhammad Nawawi ibn Umar al- Tanara al-Jawi
al-Bantani. Ialebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani.Dilahirkan di
Kampung Tanara pada tahun 1230 H/1815 M., Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Banten.
Ayah Nawawi bernama “Umar bin “Araby dan ibunya bernama Zubaidah. Keduannya adalah
penduduk asli desa Tanara kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang Jawa Barat. Ayahnya seorang
ulama sebagai pendiri dan pembina pertama-tama masjid jami’ Desa Tanara itu dan pernah
menjabat sebagai penghulu Kecamatan di daerah tersebut.Syaikh Nawawi secara keturunan dari
ibunya masih dari nasab ke 12 dari Syarif Hidayatullah(Sunan Gunung Jati).
Silsilah keturunan adalah ayahnya dari Kyai Umar bin Kyai Arabi bin Kyai Ali bin Kyai
Jamad bin Janta hingga sampai nasab Fatimah Zahra binti Rasululloh SAW. Dalam masalah
keagamaan keluarga besar beliau menjadi rujukan masyarakat yang menonjol di sekitarya.
Karena semua keluarga besar beliau adalah orang-orang yang suka menuntut ilmu pengetahuan
seluas luasnya terutama dalam mendalami bidang agama. Latar belakang keluarga,dan
pendidikan keagamaannya cukup kuat untuk memberikan arah pasti dan membentuk pola
pikir,dan kepribadian yang mantap menjadi seorang ulama besar.
b) Pendidikan
Pada usia menginjak lima tahun Muhammad Nawawi belajar ilmu pengetahuan pada
ayahandanya khususnya pengetahuan agama, seperti Bahasa Arab, tauhid, fiqih,dan tafsir. Dan
juga ayahanda beliau Umar bin Araby adalah seorang ulama yang pertama membangun pondok
pesantren di daerahnya. Pada usia enam tahun ia,dan kedua adiknya Ahmad,dan Tamim belajar
kepada Kyai Sahal di Bantam dan Kyai Yusuf seorang Ulama terkenal di Purwakarta. Ketika
memasuki usia delapan tahun ia memulai pengembaraan ilmunya. Tempat pertama yang dituju
adalah Jawa Timur, setelah tiga tahun di Jawa Timur, beliau pindah ke salah satu pondok di
daerah Cikampek (Jawa Barat) khusus belajar lughot (bahasa). dalam usianya yang relatif muda,
15 tahun, Muhammad Nawawi bersama kedua saudaranya Tamin dan Ahmad berangkat ke
mekah untuk menunaikan ibadah haji. Syaikh Muhammad Nawawi bermukim di sana selama 3
tahun. Setelah tiga tahun bermukim di Mekkah, ia kembali ke Tanara dan mencoba
mengembangkan ilmu yang didapatnya, tetapi karena kondisi tanah air pada saat itu masih
berada di bawah jajahan belanda,dan setiap gerak gerik Ulama termasuk Muhammad Nawawi
juga diintai Belanda. Sementara kehidupan intelektual di Mekkah sangat menarik hatinya.
Sehingga ia memutuskan kembali kembali ke Mekkah untuk kedua kalinya,dan tinggal bersama
Syi’ib Ali sampai akhir hayatnya.
Beliau belajar pertama kali di Masjidil Haram Mekkah pada Sayyid Ahmad Nahrawi, Sayyid
Ahmad Dimyati, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan ,dan setelah itu tu dia belajar pada Syekh
Muhammad Khotib Al-Hambali dari Madinah dan Syaikh khotib As-sambasi, Syekh Yusuf
Sumbawani dari Indonesia yang bermukim di Makkah. Pencarian kelimuanya tidak sampai
kesitu, namun juga sampai Mesir,dan Suriah. Disa ia belajar pada Ulama-ulama besar, seperti
Yusuf Samulaweni, Al-Nakhrawy dan Abdul Hanid Daghastani yang ketiganya dari Mesir.
c) Karir, dan pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani
Setelah sukses dalam pencarian ilmu pengetahuan, Beliau menjadi guru di Masjidil Haram
selama 30 tahun. Diantara anak didiknya yang kemudian dikenal oleh bangsa dan umat Islam
Indonesia sebagai ulama kenamaan adalah KH. Kholil Bangkalan, KH. Tubagus Muhammad
Asnawi di Caringan (Jawa Barat), KH. Hasim Asy’ari Tebu Ireng Jombang Jawa Timur, Ada
juga murid-murid yang terkenal dari negara lain, seperti Dawud Perak (Kuala Lumpur,
Malaysia), dan Abd. Al- Sattar bin Abd. Al-Wahhad Al-Dahlawi (Mekkah). Syekh Nawawi
merupakan pendidik yang khyusuk,dan telah menumbuhkan ilmu-ilmu agama,dan pemekarannya
sekaligus di wilayah Nusantara. Beliau mengajarkan kesalehan kepada murid-muridnya lebih
selama 30 tahun. Pemikiran beliau Syekh Nawawi untuk selalu mengikuti perkembangan dan
perjuangan di tanah air dari para murid yang berasal dari Indonesia serta menyumbangkan
pemikirannya untuk kemajuan masyarakat Indonesia. Selain pelajaran agama, Syekh Nawawi
juga mengajarkan makna kemerdekaan, anti kolonialisme dan imperialism dengan cara yang
halus.Pemikiran fiqih Syekh Nawawi lebih dipengaruhi oleh Imam Syafii. Sumber hukum Islam,
menurut Syekh Nawawi, mencakup empat hal, yaitu al-Quran, hadits, ijma dan qiyas.Walaupun
saat itu bagsa arab Saudi dikuasi pemikiran wahabi dan mengharamkan ziarah qubur dengan
alasan bid’ah, Namun beliau menganjurkan umat Islam untuk menghormati makam-makam
orang yang berjasa dalam sejarah Islam.
d) Karya-Karya Nawawi Al-Bantani
Kitab-kitab karangan beliau, diantaranya adalah:

Kitab tauhid :

-Tijan al-Durrar ‘ala Risalah al-Bajuri selesai ditulis 1927 Hdicetak

pertama pada tahun 1301 H di Mesir

- Al-Simaral-Yailah Fi al-Riyad al-Bad’ah ‘ala Mukhtasar al-Syaikh

Muhammad Hasbullah, cetak pertama 1299 di Mesir.

Kitab Tarikh atau Sejarah :

- Al-Ibriz al-Dani Fi Mawlid Sayyidina Muhammad al-Sayyid al

‘Adnani, cetak pertama 1299 H di Meesir.

- Bugyah al-‘Awwam Fi Syarh Mawlid Sayyid al-Anam ‘Ala Mawlid Ibn

al-Juzi, cet pertama 1297 H di Mesir.

Kitab Tasawwuf :

- Al-Risalah al-Jami’ah Bayn Usul al-Din wa al-Fiqh wa al- Taswwuf

cetak pertama 1292 H di Mesir.

b. Syarh ‘ala Manzumah al-Syaikh Muhammad al-Dimyati Fi alTawassul Bi Asm’Allah al-

Husna, cetak pertama 1302H di Mesir.


B. Biografi Syaikh Nurudin Ar-Runuri ,dan Syaikh Abdur Rauf as-Singkili.

a) Biografi Syekh Nurudin Ar-Runiri,dan Syaikh Abdur rauf as-Singkili.

Syekh Nurudin bernama lengkap Nur al-Din Muhammad ibn Ali Hasanji ibn Muhammad

Hamid ar-Raniri al-Quraisy Asy-Syafi‟i.1 Ia dipanggil Ranir karena dilahirkan di daerah

Ranir kota pelabuhan tua di pantai Gujarat (India). Nuruddin ar-Raniri meninggal dunia pada

tanggal 22 Dzulhijjah 1096 H/21 September 1685 M di India. Ibunya berasal dari darah

melayu,dan ayah merupakan imigran dari hadral maut.

b) Pendidikan

Beliau adalah seorang sarjana dari india, Mulanya ia belajar ilmu agama di kota Ranir (kota

kelahirannya), lalu ia melanjutkan pendidikannya ke wilayah Hadramaut. Kemudian ia pergi ke

Makkah pada tahun 1030 H/1582 M untuk melaksanakan ibadah haji dan ziarah ke Madinah.

Setelah itu, ia kembali pulang ke India. Ar-Raniri mengikuti jejak langkah pamannya dan para

ulama Hadhrami untuk mempelajari ilmu-ilmu keagamaan. Setelah Syeck Runuri menyelesaikan

studinya,dan perantauan dengan pamanya, Lalu mereka merantau ke Aceh dan tiba dikawasan ini

pada tanggal 6 Muharram 1047 H (31 Mei 1637 M) semasa Sultan Iskandar Tsani.

c) Karir ,dan pemikiran Syaikh Nurudin ar-Raniri

Beliau,dan pamanya merantau ke Aceh,dan ia menetap di Aceh selama 1637-1644 tahun dan
menjadi tokoh yang sangat berpengaruh secara politik sebagai penasehat raja. Keluarganya
nampaknya sudah pernah berhubungan dengan orang-orang Aceh. Pamannya, Muhammad Jilani
Ar-Raniri, sebelumbya juga menjadi guru di Aceh. Nuruddin Ar-Raniri juga seorang Syeikh
dalam tarekat Rifa‟iyyah yang didirikan oleh Ahmad Rifai yang meninggal pada tahun 578
H/1183 M. Ia diterima masuk dalam tarekat ini melalui seorang guru tarekat, keturunan Arab
Hadramaut kelahiran India, yaitu Syeikh Said Abu Hafs Umar bin Abdullah Ba Syaiban Al-
Tarimi Al-Hadrami (w. 1066/1656) dari Tarim. Datangnya Nuruddin ke Aceh Untuk menentang
paham yang dibawa oleh Hamzah Fansuri yang dimana saat itu dianut Sultan Safiatuddin,
Sultan itu beranggapan bahwa orang-orang yang menolak diperintah wanita harus dihukum mati
Berdasarkan tradisi setempat dan hukum Islam, tidaklah layak bagi wanita untuk menjadi
penguasa..
Nuruddin menetap di Aceh sebelum tahun1637 hanya selama tujuh tahun, dari masa
kesultanan Iskandar Tsani sampai masa kesultanan Safiyyat Al-Din, setelah itu Nuruddin
kembali ke kota kelahirannya karena penolakan terhadap ajaran kebenaaran yang dibawa Syaikh
Runuri disebabkan sultan itu kurang dakam wawasan keagamaan,dan malah memberi wewenang
pemutusan itu kepada para pemangku adat yang di mana doktrin-doktrin para mereka itu
dianggap sesat. Kiprah beliau di Aceh pada masa kepemimipinan Sultan Iskandar Tsani ia
menjadi mufti atau penasehat sultan. Dalam pemikiranya saat berkiprah di Aceh , beliau
menentang keras paham wujudiyah hamzah fansuri disebabkan karenanya Islam diwilayah Aceh
telah dikacaukan kesalah pahaman atas doktrin sufi, bahkan mempercayai banyak tuhan. Sebagai
akibatnya, mereka dapat dihukum mati jika tidak mau bertobat. Syeikh Runuri pun memutusjan
untuk mengumpulkan karya-karya mistik milik hamzah fansuri untuk diperhanguskan.
d) Karya-karya Syeikh Nurudin Ar-Runuri
-Al-Sirath al mustaqim(jalan yang lurus).
-Durrat al-Faraid bi Syarkh al-Aqoid.

-Akhbaru al-Akhirat fi Ahwali al-Qiyamah (Berita akhir tentang hal ihwal kiamat

-Tibyan fi Ma’rifati al-Adyan (Penjelasan dalam mengetahui agama-agama).

a) Biografi Syaikh Abdurrauf As-Singkili

Nama lengkap beliau ialah Aminuddin Abdul Ra’uf bin Ali al- Jawi Tsumal Fansuri al-
Singkili. Syaikh Abdurrauf lahir di Singkil, Aceh 1024 H/1615 M dan wafat di Kuala Aceh,
Aceh 1105 H/1693 M, beliau adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki
pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya.
keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang menetap di Singkel, Aceh, pada akhir
abad ke-13.
b) Pendidikan
Di waktu kecil Syeikh Abdurrauf mendapat pendidikan pertamanya dari orang tua sendiri, itu
dikarenakan ayahnya adalah seorang ulama yang memiliki madrasah sendiri di Simpang Kanan.
Setelahnya menyelesaikan madrasah ia berguru kepada Hamzah Fansuri di wilayah Barus,
kemudia pada Syaikh Syamsudin As-Sumatrani di daerah Pase. Menurut catatan al-Singkili
sendiri yang ditulis dalam Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufridin, ada 19 orang guru
yang dia belajar langsung dalam bermacam disiplin ilmu. Beberapa dari pengembaraan ilmunya
beliau beguru kepada Abd alQadir al-Mawrir ketika di Qatar, di Yaman dia belajar kepada pada
Ibrahim bin ‘Abdullah bin Jaman, Ahmad Qusyasyi,dan Qadhi Ishaq. Diketahui mereka adalah
yang ahli dalam fikih,dan hadis. Abdurrauf Singkili belajar ke Makkah dan Madinah selama 19
tahun dengan para guru besar al-Qusyasyi dan Ibrahim al-Kurani serta puteranya, Muhammad
Thahir, di Madinah. Setelah kembali pada tahun 1661.
c) Karir ,dan pemikiran Syaikh Abdurrauf As-Singkili

Setelah beliau kembali ke Aceh, ia menjadi ahli fiqih terkenal di Aceh dan juga seorang sufi
yang mencari keseimbangan antara berbagai pandangan para pendahulunya dan mengajarkan
zikir wirid Syatariyah. Muridnya menyebarkan ke Sumatera Barat melalui Burhanuddin Ulakan
dan ke Jawa dengan Muhyiddin dari Pamijahan yang sampai sekarang masih diamalkan di
pedesaan. Setelah belajar di Madinah pada Syeikh tarekat Syatariyah, Ahmad al-Qusyasyi
(w.1661/1082 H) dan kemudian pada khalifah atau penggantinya, Ibrahim al-Kurani, Abdurrauf
memperoleh ijazah dari pimpinan tarekat tersebut. Ini berarti ia telah beroleh pengakuan dan hak
untuk mengajarkan tarekat Syattariyah itu kepada orang lain atau untuk mendirikan cabang baru
di tempat lain. Dilihat dari pendidikan, pengalaman dan guru-gurunya, menggambarkan Syaikh
Abdurrauf al-Singkili seseorang yang ahli berbagai disiplin ilmu seperti fiqh, hadits, tasawuf.
Selain seorang faqih, beliau juga seorang sufi dan mursyid tarekat Syatariyah yang
dikembangkan ke berbagai Nusantara. Dengankedalaman ilmu dan pengalamannya menuntut
ilmu diberbagai tempat dan guru di Timur Tengah, memberikan kontribusi yang sangat berarti
dalam menghadapi dan memediasi konflik di Aceh yang menimbulkan konflik dan perpecahan
antar masing-masing pengikut aliran pada saat itu.
d) Karya-karya Syeikh Abdurrauf As-singkili
Ia mampu mengarang berbagai kitab bahkan menyusun tafsir Qur’an yang pertama sekali
dalam bahasa melayu (Tafsir al-Baidhawi). Di antara kitab-kitab karangannya adalah:
-Syarh Lathif ‘ala Arbain Hadistan lil Imamin Nawawi.
-Sullamul Mustafidin
-Risalah Mukhtasharah fi Bayani Syuruthisi Syaikhi wal Murid
-Fatihah Syeikh Abdur Rauf.
-Daqaiqul Huruf.
-Sakratul Maut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian makalah di atas adalah bahwasanya biografi,pemikiran-
pemikiran para ulama yang telah disebutkan, yakni Para Ulama yang Berkiprah Dalam
Perjuangan Islam Di Nusantara yang diantara lain Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi,
Syaikh Nawawi al-Bantani Syaikh Nurudin ar-Ranari, dan juga Syaikh Abdurrauf as-Singkili,
Beliau-beliau sangatlah berpengaruh dalam menegakkan hukum syariat,dan akidah islam,Juga
mendidik,dan memberikan semangat pembawa generasi baru untuk meneruskan keilmuan
beliau-beliau sebagai bentuk refleksi kecintaanya dalam ilmu,dan para ulama dalam menetapkan
ajaran qur’an,dan sunnah nabi

B. Saran
Saya sebagai pemakalah sangat menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak yang mungkin belum saya cantumkan bab-bab lain karena ketidak
tahuan dan juga karena keterbatasan ilmu yang saya miliki.Oleh sebab itu untuk membuat
makalah ini menjadi lebih baik lagi,sekiranya pembaca bersedia memberikan
masukan,saran,ataupun kritikan demi untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.Oleh
sebab itu,demi untuk mendapatkan ilmu yang benar-benar pasti dan terjamin
kebenarannya,sekiranya pembaca mau mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ada di makalah
ini,Untuk selanjutnya akan saya revisi menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai