Bab 2 Naskah Akademis Kajian Teori
Bab 2 Naskah Akademis Kajian Teori
Landasan Teori
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan, kawasan, kota atau
wilayah (spatial space) sehingga memungkinkan ruang tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya. Infrastuktur metujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik
yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam
lingkup sosial dan ekonomi (Grigg,1988 dalam Kodoatie,2005:8). Sementara itu
adapun pengertian prasarana menurut Jayadinata (1992 dalam Juliawan,2015:5)
prasarana merupakan suatu faktor potensial yang sangat penting dalam
menentukan arah dan masa depan perkembangan suatu wilayah, karena
pembangunan tidak akan sukses dan berjalandengan baik tanpa dukungan
prasarana yang memadai, prasarana kota merupakan fasilitas umum yang menjadi
penunjang utama terselenggaranya suatu proses atau kegiatan dalam kota yang
pada akhirnya akan menentukan perkembangan kota. Dengan demikian prasarana
kota merupakan fasilitas umum yang menjadi penunjang utama terselenggaranya
suatu proses atau kegiatan dalam kota, yang pada akhirnya akan menentukan
perkembangan kota.
Prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, lebih jelasnya
prasarana lingkungan atau sarana yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan
permukiman adalah jaringan jalan untuk mobilitas orang dan angkutan barang,
mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan
yang teratur, jaringan air bersih, jaringan saluran pembuangan air limbah dan
2-1
1-1
Penyusunan Naskah Akademis dan Ranperda Pemanfataan Ruang
Kota Padang Tahun 2019
umum dikelompokan ( menurut sistem, fungsi, status dan kelas), sedangkan jalan
khusus bukan diperuntukan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang
dan jasa yang dibutuhkan. sistem jaringan jalan yaitu :
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi,
dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang tidak termaksud pada jalan nasional dan jalan provinsi,
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan kegiatan lokal,
antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
d. Jalan Kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar
persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di
dalam kota.
e. Jalan Desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antar permukiman didalam desa, serta jalan lingkungan.
Kelas Jalan untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas,
jalan dibagi dalam beberapa kelas jalan. Pembagian kelas jalan diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang lalu
lintas dan angkutan jalan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi
penyediaan prasarana jalan dikelompokan atas jalan bebas hambatan,
jalan raya, ajaln sedang dan jalan kecil.
a. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya.
b. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu diluar ruang manfaat jalan
c. Jalan Kelas III A merupakan jalan arteri kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termaksud muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi dari 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
e. Jalan Kelas III C merupakan jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termaksud muatan dengan ukuran tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
2. Air Bersih
Air bersih adalah air yang memnuhi persyaratan kesehatan untuk kebutuhan
minum, masak, mandi dan energi. Air sebagai salah satu faktor essensial
bagi kehidupan sangat dibutuhkan salam kriteria sebagai air bersih. Air
bersih adalah air yang layak digunakan untuk keperluan keluarga atau rumah
tangga karena telah memenuhi syarat. Air bersih merupakan salah satu
kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara
sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian
terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di
perdesaan. Air dapat dikatakan air bersih apabila memenuhi kriteria :
a. Jernih/tidak berwarna
b. Tidak berbau
c. Tidak berasa
d. Temperaturnya normal
a. Air hujan
b. Air permukaan
c. Air tanah
3. Persampahan
Persampahan adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat. Adapun prasarana pembuangan sampah yaitu mulai
dari pembuangan sampah pada tempat yang telah disediakan sampai
pengumpulan ditempat pembuangan sementara yang ada pada lingkungan
tersebut.
4. Sanitasi
kesatuan wilayah. Serta prasarana juga dapat meningkatkan pelayanan dasar bagi
masyarakat mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan kehidupan sosial
budaya masyarakat serta meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat.
Prasarana juga dapat memudahkan kerja sama pertukaran barang antar wilayah
dan dapat memberikan akses yang merata terhadap fungsi pelayanan dari pusat-
pusat wilayah.
c. Mendukung kegiatan
e. Fasilitas rekreasi yang terdiri dari ruang terbuka berupa taman, gedung
kesenian, gedug bioskop, gedung sebaguna.
l. Pelayanan umum, yang meliputi kantor PAM, PLN, kantor pos, kantor
polisi, pemadam kebakaran, keamanan.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya. Ketentuan umum tentang pemanfaatan ruang
ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Penataan Ruang sebagai berikut:46
(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan
ruang beserta pembiayaannya. (2) Pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang,
baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di
dalam bumi. (3) Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk jabaran dari indikasi
program utama yang termuat di dalam rencana tata ruang wilayah. (4)
Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka
waktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang. (5) Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disinkronisasikan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya. (6) Pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan
prasarana.
2. Evaluasi Semu
Evalusi semu pada intinya dilakukan dengan menggunakan sistem nilai
individu untuk menilai sistem publik. Pada pendekatan semu ini nilai-
nilai yang dipiih sebagai variabel penilai bagi suatu program maupun
kebijakan adalah nilai-nilai pribadi yang sifatnya non–konvensional atau
dapat diterima oleh publik. Variabel penilai yang dianggap kontroversi
tidak diperhatikan dalam pendekatan semu ini untuk menghindari
pelaksanaan evaluasi yang tidak obyektif.
3. Evaluasi Teori Keputusan
Evaluasi teori keputusan adalah evaluasi yang diakukan untuk menilai
kebijaksanaan yang menyangkut banyak pihak (stakeholders) yang
berkonflik antara satu sama lain, sehingga pengambilan keputusan sulit
dilakukan karena banyaknya perbedaan pendapat. Metoda Analytic
Hierarchy Process (AHP) secara praktis akan memudahkan dan
mendukung evaluasi ini.
Untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, pada tahapan
analisis dibutuhkan kriteria-kriteria untuk menilai kinerja kebijakan tersebut.
Kriteria untuk evaluasi tersebut diterapkan secara restrospektif atau ex-post
(Dunn, 1994; 611). Pada umumnya kriteria evaluasi yang digunakan dalam analisis
kebijakan publik adalah:
a. Efectiveness
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah kebijakan atau program
yang diterapkan dapat mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
b. Efficiency
Kriteria efisiensi digunakan untuk mencari tahu perbandingan antar
input dan output suatu program atau kebijaksanaan. Yang
dipertanyakan adalah seberapa besar usaha dilakukan untuk mencapai
hasil yang maksimal dan apakah besarnya usaha dan hasil dari program
atau kebijakan yang diterapkan seimbang.
c. Adequacy
Adequacy digunakan untuk menjawab seberapa jauh program atau
1. Pemantauan
Pemantauan dilakukan terhadap perubahan kualitas tata ruang
dan lingkungan dengan tujuan mengamati, mengikuti dan
mendokumentasikan perubahan suatu kegiatan pemanfaatan
ruang suatu kawasan tertentu dalam periode tertentu. Fungsi
pemantauan agar pelaksanaan pemanfaatan ruang dapat sesuai
dengan rencana tata ruang dengan subyek pemantauan terdiri dari
2. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan
ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang dan merupakan
tindak lanjut dari kegiatan pelaporan dan pemantauan dengan
tujuan untuk menilai apakah pemanfaatan ruang yang telah ada
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku. Dengan subyek
evaluasi : lembaga/dinas yang berwenang di bidang penataan
ruang (Dinas Tata Ruang, Dinas Tata Kota/Dinas Pekerjaan
Umum).
B. Penertiban
Penertiban merupakan tindakan yang harus dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan hasil rekomendasi
dari tahap evaluasi dilakukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan
atas pemanfataan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku dengan subyek penertiban adalah lembaga/instansi yang
berwenang dalam bidang pengaturan dan pemanfaatan ruang (Dinas
Tata Kota, Dinas Pengawasan Bangunan Kota dan sebagainya).