Anda di halaman 1dari 26

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

SPESIALIS
ILMU KESEHATAN ANAK

MODUL BENDA ASING DI SALURAN


NAFAS

KOLEGIUM ILMU KESEHATAN ANAK INDONESIA

2019
2

CAPAIAN PEMBELAJARAN

a. Capaian Pembelajaran Modul

Sikap
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religious;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral, dan etika;
3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
8. Menginternalisasi nilai, norma dan etika akademik;
9. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang
keahliannya secara mandiri;
10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan dan kewirausahaan;
11. Menunjukkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Unsrat

Keterampilan Umum
1. Mampu mengambil keputusan dalam konteks penyelesaian masalah
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan
menerapkan nilai humaniora berdasarkan kajian, analisis atau eksperimental
terhadap informasi dan data.
3

Pengetahuan
1. Menerapkan pengetahuan penyakit Benda asing di saluran nafas untuk
mengelola masalah kesehatan/penyakit serta tatalaksana secara holistik
dan komprehensif

Sub-Capaian Pembelajaran Modul


• Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Benda asing di saluran nafas
• Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi Benda asing di saluran nafas
• Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi Benda asing di saluran nafas
• Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi Benda asing di saluran nafas
• Mahasiswa melakukan Manifestasi Klinis Benda asing di saluran nafas
• Mahasiswa mampu menjabarkan Komplikasi dan Prognosis Benda asing di saluran
nafas
• Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Benda asing di saluran nafas
4

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Definisi
Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda
asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh,
disebut benda asing endogen. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah, atau bekuan
darah, krusta, membran difteri, atau bronkolit.1

Epidemiologi
Aspirasi benda asing trakeobronkial dapat terjadi pada semua umur, meski terbanyak
ditemukan pada anak-anak khususnya usia 1-3 tahun. Dilaporkan bahwa 70% kasus aspirasi benda
asing terjadi pada anak-anak akibat anak-anak sering memasukkan sesuatu ke dalam mulut sehingga
tertelan. 55% dari kasus benda asing di saluran napas terjadi pada anak kurang dari 4 tahun. Pada bayi
di bawah usia 1 tahun banyak menyebabkan terjadinya gawat napas. Sedangkan pada anak usia 2-4
tahun, aspirasi benda asing di trakeobronkial umumnya disebabkan oleh kacang atau biji tumbuh-
tumbuhan akibat belum sempurnanya proses mengunyah. Diperkirakan aspirasi benda asing
trakeobronkial bertanggung jawab terhadap 7% kematian mendadak anak dibawah usia 4 tahun.

Penyebab seringnya aspirasi benda asing trakeobronkial pada anak-anak adalah anak-anak pada usia
tersebut sedang mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan kecenderungan meletakkan sesuatu di
mulut sambil bermain dan berlari, pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga belum
sempurnanya proses mengunyah, anak usia tersebut belum dapat membedakan hal-hal yang dapat
dimakan dan yang tidak dapat dimakan, dan koordianassi menelan dan menutupan glotis yang belum
sempurna. Pada orang dewasa, aspirasi benda asing di trakeobronkial berhubungan dengan adanya
retardasi mental, konsumsi alkohol dan sedatif, tindakan medik pada daerah mulut dan faring,
gangguan kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan neurologis, dan demensia. Kejadian aspirasi
benda asing lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 2:1. Jenis benda
asing yang biasanya teraspirasi bervariasi dengan frekuensi tertinggi berupa kacang, biji-bijian, peniti,
tutup pena, mainan anak-anak. Benda asing bronkus paling sering ditemui pada bronkus kanan akibat
bronkus kanan lebih besar sehingga memiliki aliran udara lebih besar dan membentuk sudut lebih
kecil terhadap trakea dibandingkan bronkus kiri.1,4
5

Etiologi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas antara lain:1
1. Faktor individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal)
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, epilepsi)
3. Faktor fisik (penyakit neurologik), proses menelan yang belum sempurna pada proses menelan
yang belum sempurna pada anak.
4. Faktor dental, medikal, dan surgikal (tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar
pada anak yang berumur <4 tahun)
5. Faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis)
6. Ukuran, bentuk, dan sifat benda asing
7. Faktor kecerobohan

Patogenesis
Setelah teraspirasi, benda asing dapat tersangkut pada tiga tempat, yaitu di laring, trakea, dan
bronkus. Bronkus merupakan tempat paling banyak, yaitu sekitar 80-90%. Pada dewasa, benda asing
cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi
karina yang lebih ke kiri serta ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai usia 15 tahun, sudut
yang dibentuk bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak,
frekuensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadiannya antara bronkus kanan dan kiri.
Lokasi tersangkutnya benda asing juga dipengaruhi posisi saat terjadi aspirasi.6,7
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak dibawah umur 2
tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu pada saat benda atau makanan ada di dalam mulut, anak
tertawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing
masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-
ulang (paroksismal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis. Bila benda asing telah masuk ke dalam
trakea atau bronkus, kadang-kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian
diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang tergantung pada derajat sumbatan bronkus.1
Pasien dengan aspirasi benda asing pada bronkus umumnya datang ke rumah sakit pada fase
asimtomatik. Fase ini umumnya terjadi dalam 24 jam pertama dengan gejala sumbatan jalan napas
yang tidak jelas. fase berikutnya adalah fase pulmonum, benda asing di bronkus akan bergerak ke
perifer dan akan menyebabkan sumbatan sehingga terjadi atelectasis dan emfisema paru. Mekanisme
katup pada sumbatan benda asing di bronkus, adalah:8,9
6

1. Bypass-valve type of obstruction (partial obstruction)


Udara inspirasi dan ekspirasi masih dapat mengalir secara bebas melalui lumen bronkus yang
sempit. Pada keadaan ini tidak terjadi atelektasis ataupun emfisema.
2. Check-valve type of obstruction (obstructive emphysema)\
Pada keadaan lebih lanjut dapat terjadi edema mukosa bronkus. Pada saat inspirasi aliran udara
dapat masuk, tetapi tidak dapat keluar saat ekspirasi., disebabkan oleh kontraksi otot
bronkus. Akibatnya akan terjadi emfisema bagian distal paru.
3. Stop-valve type (completed obstruction/obstructive atelectasis)
Bila telah terjadi penyumbatan total maka aliran udara tidak dapat masuk maupun keluar,
akibatnya akan terjadi atelektasis.

Gambar 2. Mekanisme emfisema dan atelektasis pada aspirasi benda asing.8

Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi
lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus menjadi
edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan granulasi di sekitar benda asing, sehingga
gejala sumbatan bronkus makin menghebat. Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis,
toksemia, batuk, dan demam yang tidak terus menerus (irregular).1
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radioopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti, jarum, dapat masuk ke dalam
bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodik.1
Benda asing yang lama berada di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan,
sehingga menimbulkan perubahan patologik jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi, antara lain
7

penyakit paru kronik supuratif, bronkiektasis, abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda
asing.1

Manifestasi Klinis
Aspirasi benda asing ke dalam saluran napas akan menimbulkan gejala sumbatan jalan napas
yang tergantung pada jenis benda asing, lokasi tersangkutnya, ukuran, dan sifat iritasinya terhadap
mukosa serta lamanya benda asing tersebut berada dalam saluran napas. Kemungkinan aspirasi benda
asing harus diwaspadai bila terdapat riwayat tersedak atau adanya kemungkinan tersedak yang diikuti
oleh gejala batuk-batuk, sesak napas, sianosis disekitar mulut atau terdapat mengi unilateral.1,2
Secara umum aspirasi benda asing trakeobronkial dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:2,4
1. Stadium Pertama
Gejala permulaan dari aspirasi benda asing trakeobronkial adalah adanya riwayat tersedak, batuk
hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (chocking), rasa
tersumbat di tenggorokan (gangging), bicara gagap (sputtering), dan obstruksi jalan napas
yang terjadi dengan segera.
2. Stadium Kedua
Pada stadium kedua terjadi gejala pada stadium pertama yang disertai interval asimptomatik. Hal
tersebut terjadi karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks yang sebelumnya
timbul akan melemah dan gejala rangsangan akut berkurang dan menjadi tersembunyi. Pada
stadium ini terjadi tahapan berbahaya karena sering menyebabkan keterlambatan diagnosis
atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda
yang tidak jelas.
3. Stadium Ketiga
Pada stadium ketiga ini telah timbul komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai
akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan
abses paru. Gejala yang timbul dapat berupa demam, batuk berdarah, abses paru, dan
pneumonia.
Benda asing pada laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada di
subglotis. Gejala sumbatan tersebut tergantung pada besar, bentuk, dan letak benda asing. Sumbatan
total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak akibat asfiksia
dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain
disfonia sampai afonia, apneu, dan sianosis. Sedangkan sumbatan tidak total pada laring dapat
menyebabkan gejala suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak (croupy cough),
8

odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari benda asing dan dispneu. Gejala dan
tanda ini jelas ditemukan jika benda asing masih tersangkut di laring atau benda asing sudah turun ke
trakea tetapi masih meninggalkan reaksi laring akibat edema laring.4
Benda asing pada trakea akan menimbulkan gejala batuk tiba-tiba yang berulang dengan rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorokan (gagging), terdapat gejala patognomonik yaitu
audible slap, palpatory thud, dan asthmatoid wheeze (nafas berbunyi pada saat ekspirasi). Benda asing
trakea yang masih dapat bergerak pada saat benda itu sampai di karina, dengan adanya refleks batuk,
benda asing tersebut akan terlempar ke pita suara yang dapat dirasakan sebagai getaran di daerah tiroid
(palpatory thud), atau dapat didengar dengan stetoskop di daerah tiroid (audible slap). Di samping
itu, dapat juga dijumpai gejala suara serak, dispneu, dan sianosis yang tergantung pada lokasi dan
besar benda asing. Gejala palpatory thud dan audible slap lebih terdengar bila pasien terlentang
dengan mulut terbuka saat batuk, sedangkan gejala mengi dapat didengar saat pasien membuka mulut.
Benda asing yang tersangkut pada karina dapat menyebabkan terjadinya atelektasis pada satu sisi paru
atau emfisema paru sisi lain tergantung pada derajat sumbatan yang ada.1,4
Benda asing di bronkus lebih banyak terjadi pada bronkus kanan karena bronkus kanan
memiliki anatomi berupa garis luhur dengan trakea, sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan
trakea. Pada fase ini keadaan umum pasien masih baik dan foto rontgen thoraks belum
memperlihatkan kelainan. Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke
perifer. Pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu secara progresif dan pada auskultasi
terdengar ekspirasi memanjang disertai mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkan
bervariasi tergantung bentuk, ukuran, dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis,
drowned lung serta abses paru. Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran
napas dengan gejala laringotrakeabronkitis, toksemia, batuk, dan demam ireguler. Tanda fisik benda
asing di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi lain dalam
paru.1,4

Penegakkan Diagnosis
Diagnosis aspirasi benda asing di jalan nafas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang cermat mengenai adanya riwayat tersedak atau
kemungkinan tersedak sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Meskipun memang tidak selalu
ada yang melihat saat kejadian. Pada anamnesis perlu ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa
tercekik (choking) tiba-tiba yang diikuti episode batuk-batuk, mengi dan bahkan stridor, karena lebih
dari 90% pasien yang teraspirasi benda asing terdapat satu atau lebih gejala klasik di atas. Perlu
9

diketahui juga macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing
itu.1,4
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda sumbatan jalan nafas dalam berbagai variasi
sesuai dengan ukuran, lokasi, derajat sumbatan, sianosis, wheezing, berkurang atau hilangnya suara
nafas, meskipun tidak adanya tanda-tanda ini tidak menyingkirkan adanya aspirasi benda asing.1,4
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi
benda asing adalah pemeriksaan radiologik dan laboratorium. Foto thorak postero anterior (PA) dan
lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran benda asing. Benda asing radiopak dapat dengan mudah
diidentifikasi, sedangkan pada benda asing radiolusen, kemungkinan yang akan tampak berupa efek
samping yang timbul pada paru seperti atelektasis, emfisema dan gambaran infiltrat setelah 24 jam
kejadian. Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan atelektasis, dibuat foto thorak
anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini akan tampak mediastinum bergeser ke arah yang
normal saat ekspirasi dan paru yang terlibat akan hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.1

Gambar 3. Foto thorak PA, tampak bayangan radio-opak pada setinggi vertebra torakal IV-V, kesan benda asing pada
bronkus kiri.4

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat membantu adalah video flouroskopi, bronkogram, dan
pemeriksaan laboratorium. Video fluoroskopi adalah cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi serta adanya obstruksi parsial.
Pemeriksaan dengan bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pada
pandangan endoskopi dan menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama di bronkus. Sedangkan,
pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam
basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.1
10

Tatalaksana
Benda asing di saluran napas harus dikeluarkan segera dalam kondisi optimal dan trauma yang
minimal untuk mencegah komplikasi. Tujuannya ialah untuk memperlancar saluran napas (traktus
trakeo-bronkial). Bronkoskopi merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing di saluran napas,
disamping juga digunakan untuk diagnosis pada kasus kecurigaan benda asing. Jenis bronkoskop yang
digunakan sampai saat ini masih merupakan perdebatan apakah rigid atau fiberoptic. Pengambilan
keputusan tergantung pada operator, lokasi benda asing, dan usia pasien. Komunikasi antara operator
dan dokter ahli anestesi penting untuk menentukan rencana tindakan. Penyulit pada penatalaksanaan
benda asing ini antara lain faktor penderita, lamanya benda asing teraspirasi, lokasi benda asing,
kelengkapan alat, kemampuan tenaga medis dan anestesi.1,3,6,9
Pada anak dan sebagian besar dewasa penggunaan bronkoskop rigid merupakan pilihan utama
untuk ekstraksi benda asing karena ventilasi lebih terjamin melalui tube bronkoskop selama tindakan
(mempunyai konektor yang dihubungkan dengan oksigen, disamping operator dapat memasukkan
peralatan seperti forsep dan optical telescope, serta untuk mengatasi perdarahan. Pada bayi dan anak
sebaiknya digunakan bronkoskop kaku karena diameter jalan napas bayi dan anak sempit. Ukuran
benda asing harus diketahui dengan membuat duplikat dan mencobanya dengan cunam yang sesuai,
sesaat sebelum melakukan bronkoskopi dibuat foto toraks untuk menilai kembali letak benda asing.
Tindakan bronkoskopi harus dilakukan secara hati-hati terutama pada anak, karena jaringan masih
sangat lunak sehingga mudah terjadi cedera, seperti edema laring. Pasien dalam posisi supinasi dengan
kepala sniffing position. Pada posisi ini faring, laring, dan trakea dapat berada dalam satu garis.
Kekurangan bronkoskopi kaku antara lain tindakan harus dilakukan dalam anestesi umum dan
dibutuhkan operator yang berpengalaman.6-8,10

Gambar 4. Bronkoskopi kaku.10


11

Bronkoskopi serat optik dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi
umum atau kegagalan karena akses yang sulit. Bronkoskopi ini juga dapat digunakan untuk diagnosis
awal dan ekstraksi benda asing pada pasien yang tidak asfiksia. Biasanya tindakan ini lebih berhasil
pada pasien dewasa daripada anak-anak. Bronkoskopi serat optik tidak memerlukan anestesi umum
seperti pada bronkoskopi kaku, lebih nyaman, dan memberikan gambaran yang baik untuk saluran
napas yang sempit. Jika terdapat perdarahan pada saluran napas, maka lebih baik digunakan
bronkoskopi kaku karena perdarahan dapat menutupi lapang pandang bronkoskopi serat optik.
Kekurangan bronkoskop serat optik (fleksibel) adalah pernapasan kurang terkontrol dan lumen terlalu
kecil untuk bisa memasukkan alat untuk membantu ekstraksi benda asing. Jika tidak berhasil dengan
bronkoskopi serat optik, bronkoskopi kaku dapat digunakan untuk ekstraksi.6,11

Gambar 5. Bronkoskopi serat optik (fleksibel).11

Benda asing trakea dikeluarkan dengan bronkoskopi. Tindakan ini merupakan tindakan yang
harus segera dilakukan, dengan pasien tidur telentang posisi Trendelenburg, supaya benda asing tidak
lebih turun ke dalam bronkus. Pada saat melakukan bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam
yang sesuai dengan benda asing tersebut, dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu
panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, untuk memudahkan pengeluaran benda
asing melalui rima glotis.1
Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada, maka pada kasus benda asing di trakea
dapat dilakukan trakeostomi, dan bila mungkin benda asing itu dikeluarkan dengan memakai cunam
atau alat pengisap melalui trakeostomi. Bila tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas endoskopi, ahli dan personal yang tersedia optimal.1
Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus dilakukan dengan bronkoskopi, menggunakan
bronkoskopi kaku atau serat optik dengan memakai cunam yang sesuai denan benda asing itu.
Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan apalagi bila benda asing bersifat organik. Benda asing
12

yang tidak dapat dikeluarkan dnegan cara bronkoskopi, seperti pada benda asing tajam, tidak rata, dan
tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkannya.1
Antibiotika dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan endoskopi pada ekstraksi
benda asing. Chest physiotherapy dilakukan pada kasus pneumonia, bronkitis purulenta, dan
atelektasis setelah benda asing dikeluarkan untuk membantu mengeluarkan sekret. Pasien
dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru-paru bersih dan tidak demam. Foto toraks pasca
bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang. Gejala-gejala persisten seperti
batuk, demam, kongesti paru, obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih
lanjut dan pengobatan yang tepat dan adekuat.1,6

Komplikasi
Pada umumnya komplikasi benda asing trakeobronkial dapat disebabkan oleh benda asing itu
sendiri, trauma akibat bronkoskopi, maupun akibat anestesi. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat
benda asing itu sendiri pada aspirasi benda asing trakeobronkial antara lain emfisema, atelektasis,
pneumonia, pembentukan abses, sepsis, perforasi/fistula. Sedangkan komplikasi dari tindakan yang
dilakukan adalah :
1. Subglotik edema terutama pada anak di bawah usia 2 tahun dengan benda asing berupa
makanan. Hal ini dihindari dengan tidak melakukan tindakan bronkoskopi yang berulang. Bila
terjadi sub glotik edema segera dilakukan trakeostomi rendah yaitu di bawah cincin trakea II.
2. Surgical syok, hal ini dapat terjadi karena operasi berlangsung lama, dianjurkan tindakan
bronkoskopi. Pada bayi dilakukan dalam waktu 15 menit sedangkan untuk anak dibawah 5
tahun selama 30 menit.
3. Penumpukan sekret pada bronkus terutama bila benda asing berupa makanan sehingga
akhirnya terjadi impending asphyxia akibat sekretnya sendiri.2,4

Prognosis
Hampir seluruh benda asing di saluran nafas dapat diangkat dengan bronkoskopi. Komplikasi
akan meningkat jika diagnosis maupun penatalaksanaan dilakukan setelah 24 jam kejadian. Tidak
cukup data untuk mengatakan berapa lama benda asing di dalam saluran nafas sehingga tidak dapat
diangkat dengan bronkoskopi.4
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Zuleika P, Ghanie A. Penatalaksanaan Enam Kasus Aspirasi Benda Asing Tajam di Saluran
Trakheobronkial. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 3:1. 2016: 361-70.
2. Encyclopaedia Britannica Inc. Trachea and Major Bronchi of The Lungs. Britannica; 2008.
3. Murray, AD. Foreign bodies of the airway. E. Med J. 2015.
4. Widiastuti D, Chair I. Aspirasi kacang pada anak. Sari pediatri. 2003; 4(4): 186-91.
5. Daniel G, Nicastri, Todd S, Weiser. Rigid bronchoscopy: Indications and technique.
Operative techniques in thoracic surgery. 2012;17(1):44.
6. Gad AYS, Hadidi, MS. Removal of tracheobronchial foreign bodies using flexible and rigid
bronchoscopy. Egyptian Journal of Chest Disease. 2012;61(4):501-4.
14

STRATEGI PENGAJARAN

a. Sumber Belajar
1. Buku-buku:
1) Buku referensi (daftar referensi terlampir di BAB III.B)
2) Kamus kedokteran
3) Buku Pegangan Mahasiswa
4) Modul e-learning
5) Handouts
2. VCD, Website
3. Narasumber

b. Metode pengajaran dan waktu

Metode Kegiatan pengajar Kegiatan mahasiswa


Memberikan kuliah Mendengarkan kuliah;
1. Kuliah pakar
topik-topik yang terkait; Bertanya bila ada hal yang
memberi kesempatan tidak dimengerti.
mahasiswa bertanya;
menjawab pertanyaan
mahasiswa.
15

Tutor : Diskusi kelompok:


2. Diskusi
Memfasilitasi jalannya 1. Mendefinisikan kata-
kelompok
diskusi kata dalam skenario
tutorial (PBL)
Memberi penilaian yang belum dimengerti
terhadap mahasiswa 2. Mendefinisikan masalah
dalam skeanrio dalam
bentuk pertanyaan
3. Curah pendapat
menegenai masalah
yang didefinisikan
dalam langkah kedua
4. Merumuskan dan
menganalisa penjelasan
dari hasil curah
pendapat pada langkah
ketiga.
16

5. Merumuskan hal-hal
yang perlu dipelajari
lebih lanjut melalui
kegiatan belajar mandiri
6. Belajar mandiri dan
mencari informasi
tentang hal-hal yang
dirumuskan pada
langkah kelima
7. Berbagi informasi dari
hasil belajar mandiri.
*Pertemuan I: Langkah 1-5
*Pertemuan II: Langkah 7
Narasumber: Melaporkan hasil analisis
3. Pleno
Memberikan penjelasan dan
untuk masalah yang Sintesis kelompok
belum jelas bagi
mahasiswa dan
meluruskan bila ada
kesalahan persepsi dari
mahasiswa.
Tutor: Membuat laporan penyajian
4. Tugas
Mengecek laporan kelompok dan perorangan.
diskusi kelompok dan (dikumpulkan kepada tutor
perorangan. dan tutor mengumpulkan ke
PJ untuk diteruskan ke tim
Narasumber dapat modul)
memberikan tugas

Alokasi pembagian waktu seperti pada tabel dibawah ini

Kuliah 10 jam TM /16 0,63 sks


Tutorial 4 jam TM/16 0,25 sks
Pleno 1 jam TM/16 0,06 sks
Ujian 1 jam TM/16 0,06 sks
Total 2 sks

c. Sumber daya manusia

1. Nara Sumber
No Nama Bagian Nomor telepon
1 Dr. dr. Billy J. Kepel, Dekan FK 08124435152
M.MedSc Unsrat
17

2 dr. Iyone E. T. Siagian, IKKOM 082343344554


M.Kes
3 dr. Windy M. V. Wariki, IKKOM 082191436307
MSc, PhD
4 Dr. dr. Gustaaf A. E. IKKOM 082271617484
Ratag, MPH
5 Dr. dr. Dina V. Rombot, IKKOM 081242310607
M.Kes
6 dr. Henry M. F. IKKOM 085239221312
Palandeng, MSc
7 dr. Ronald I. Ottay, IKKOM 081340072040
M.Kes
8 dr. Sekplin Sekeon, MPH, Neurologi 081244058656
SpS
9 dr. Frelly Kuhon, M.Kes IKKOM 085299986875
10 dr. Lilian Andries, MS IKKOM 087846692286
11 Dr. dr. Nelly Mayulu, Gizi 082193753516
MSi

2. Tutor
No Nama Bagian Nomor telepon
1 Dr.dr Eko Prasetyo, Bedah 08114300131
SpBS(K)
2 dr. Diana Shintawati 0811434332
Purwanto, M.LabMed,
Sp.PK
3 dr. Henry Malcom Frank IKKOM 085239221312
Palandeng, MSc
4 Dr. dr. Gustaaf Alfrits IKKOM 082271617484
Elisa Ratag, MPH
5 Dr. dr. Dina Victoria IKKOM 081242310607
Rombot, M.Kes
6 dr. Ronald Imanuel Ottay, IKKOM 081340072040
M.Kes
7 dr. Frelly Valentino IKKOM 085299986875
Kuhon, M.Kes
8. dr. Zwingly Christian IKKOM 08124300028
Jeferson Gerard Porajow
9. dr. Windy Mariane IKKOM 082191436307
Virenia Wariki, MSc,
PhD
10 dr. Sekplin Sekeon, SpS Neurologi 081244058656
11 dr. Angle Maria Hasthee 081340481046
Sorisi, MSc
12 dr. Magdalena Poppy 08124401384
Lintong, Sp.PA(K)
18

13 dr. Christilia Grazille 085298994888


Wagiu, M.Kes
14 dr. Anggun R. P. Layuck 085299912771
Cadangan
15 dr. Youla Annatje Assa, 081342160439
M.Kes, AIFO
16 dr. Iyone Esra Tiurma IKKOM 082343344554
Siagian, M.Kes

Tim Modul/Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Modul


No Nama Bagian Nomor Tugas
Telepon
1 dr. Windy M. V. Wariki, IKKOM 082191436307 Ketua
MSc, PhD
2 Dr. dr. Dina V. Rombot, IKKOM 081242310607 Wakil Ketua
M.Kes
3 dr. Ronald I. Ottay, M.Kes IKKOM 081340072040 Sekretaris 1
4 dr. Sekplin Sekeon, MPH, Neurologi 081244058656 Sekretaris 2
Sp.S
5 Dr. dr. Billy J. Kepel, Dekan FK 08124435152 Anggota
M.MedSc
6 dr. Frelly Kuhon, M.Kes IKKOM Anggota
7 dr. Iyone E. T. Siagian, IKKOM 082343344554 Anggota
M.Kes
8 dr. Henry M. F. Palandeng, IKKOM 085239221312 Anggota
MSc
9 Dr. dr. Gustaaf A. E. Ratag, IKKOM 082271617484 Anggota
MPH
10 Dr. dr. Martha Marie Anatomi- 08124545472 Anggota
Kaseke, M.Kes Histologi
19

BAB V
SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG

a. Sarana
o Komputer
o Jaringan internet
o Buku ajar
o Buku Pegangan Mahasiswa
o Buku Pegangan Tutor

b. Prasarana

o Jaringan internet
45

EVALUASI

Ada 3 bentuk penilaian sumatif dalam modul ini, yaitu: (contoh ini untuk modul
bukan PJJ, untuk modul PJJ silahkan melihat bobot penilaian diatas)

1) Ujian tertulis berbasis computer/ CBT bentuk soal pilihan ganda (multiple
choice question/MCQ). Terdiri dari 80-130 nomor soal MCQ dengan
bobot 60 % dan dilaksanakan 2 kali. Pelaksanaan ujian 1 pada hari Jumat
minggu terakhir dan ujian 2 pada hari Senin setelah ujian 1. Diberikan
kesempatan ujian remedial untuk mahasiswa yang mendapat nilai C+, C,D,
dan E. Remedial dilaksankan ditentukan pada tengah/akhir semester. Untuk
dapat mengikuti ujian ini mahasiswa harus memenuhi persyaratan
mengikuti kegiatan dengan jumlah kehadiran minimal 80 % dan
memasukan laporan diskusi kelompok.
2) Penilaian proses diskusi oleh tutor dengan bobot 20 %
3) Penilaian tugas dengan bobot 10%
Laporan diskusi perorangan dan kelompok diperiksa oleh tutor, setelah
diperiksa dikumpulkan ke penanggung jawab semester untuk diteruskan ke
tim modul.
46

Lembar Penilaian Tutorial

Hari/ Tanggal :
Kelompok Tutor
Modul/Skenario

Peran serta Perilaku Total Nilai


Nama
No NIM (konversi
Mahasiswa Sharing Argumen Aktifitas Kehadiran Sopan 100)
Santun
1.
2.
3.
dst

PembobotanPeran Serta

(Maksimal bobot 6):


PERAN SERTA Score 2 Score 1 Score 0
Sharing Membagi informasi Membagi informasi Tidak membagi
atau pendapat yang atau pendapat yang informasi sama sekali
sesuai dengan topik tidak sesuai dengan
topik
Argument Menyampaikan Menyampaikan Tidak dapat
argumen dan argumen dan menyampaikan
pengetahuan yang pengetahuan tidak argumen
logis berdasarkan berdasarkan literatur
literatur yang akurat yang akurat
Aktifitas Aktif dalam diskusi Aktif dalam diskusi Sama sekali tidak aktif
tanpa dorongan dengan dorongan walaupun ada
fasiltator fasiltator dorongan dari
fasilitator
Perilaku (Maksimal bobot 4):
PERILAKU Score 2 Score 1 Score 0
Kehadiran Tidak terlambat Terlambat > 15 Tidak hadir
menit
47

Sopan santun Tingkah laku yang Tingkah laku Tidak kembali ke


sopan yang tidak sopan ruangan sampai
seperti keluar jam diskusi
masuk ruang berakhir tanpa
diskusi tanpa ijin, alasan jelas
meneriaki teman
diskusi dengan
bahasa tidak
sopan
48

MUATAN PENDIDIKAN INTERPROFESI (IPE)

Pendidikan Interprofesi atau IPE adalah proses pendidikan yang melibatkan dua atau lebih jenis
profesi. Pendidikan interprofesi bisa terjadi apabila beberapa mahasiswa dari berbagai profesi
belajar tentang profesi lain, belajar bersama satu sama lain untuk menciptakan kolaborasi efektif
dan pada akhirnya meningkatkan outcome kesehatan yang di inginkan.

Pendidikan interprofesi merupakan tahap yang penting dalam upaya mempersipakan lulusan atau
professional kesehatan yang siap untuk bekerja di dalam tim dan melakukan praktek kolaborasi
dengan efektif untuk merespon atau memecahkan masalah yang ada di masyarakat.

Ada 4 domain dalam kompetensi Pendidikan / Kolaborasi antar profesi, yaitu nilai/etik
interprofesi, peran/tanggung jawab, komunikasi interprofesi dan kerjasama tim

Materi : Pembelajaran kerjasama tim antar profesi

Waktu : 45 menit

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
pembelajaran kerjasama tim dalam pendidikan antar profesi

Tujuan Pokok Metode Media dan Alat Referensi


Pembelajaran Bahasan/Sub Bantu
Khusus (TPK) Pokok Bahasan
1. Menjelaskan 1. Kerjasama • Ceramah tanya • LCD • Barr, H.,
tentang antar profesi: jawab • Laptop Helme, M., &
kerjasama antar a. Pengertian • Role play • Hot Spot (Wi- D'Avray, L.
profesi kerjasama antar fi) • Video (2011).
profesi • Skenario role Developing
b. Manfaat play Interprofessional
kerjasama antar • White board Education in
profesi health and social
c. Prinsipprinsip care courses in
dasar kerjasama the United
antar profesi Kingdom: A
2. Menjelaskan 2. Peran tim • Ceramah tanya • LCD Progress
tentang peran tim (team roles) jawab • Laptop Report.London:
(team roles) dalam ling kup • Role play • Hot Spot (Wi- Higher
dalam lingkup pembelajaran fi) • Video Education
49

pembelajaran antar profesi dan • Skenario role Academy,


antar profesi dan praktik play Health Sciences
praktik kolaboratif a. • White board and Practice
kolaboratif Pengertian Subject Centre.
tentang tugas • Cashman SB,
(task) dan Reidy P, Cody
tanggung K, Lemay C a.
jawab(respon Developing and
sibility) individu measuring
profesi dan tim progress toward
antar profesi collaborative,
b. Strategi integrated,
kepemimpinan interdisciplinary
dalam kerjasama health care
antar tim teams. J
3. Menjelaskan Proses tim (team • Ceramah tanya • LCD Interprof Care.
tentang proses proces)dalam jawab • Laptop 2004;18(2):183-
tim (team lingkup • Role play • Hot Spot (Wi- 196.
process)dalam pembelajaran fi) • Video • Ellingson LL.
lingkup antar profesi dan • Skenario role Communication ,
pembelajaran praktik play Collaboration ,
antar profesi dan kolaboratif • • White board and Teamwork
praktik Strategi among Health
kolaboratif penerapan Care
pengembangan Professionals.
tim (tim Commun Res
building) pada Trends.
kerjasama antar 2002;21(3):1-15.
profesi
• Prinsip
mempercayai
dan
menghormati
(trust and
respect) dalam
kerjasama antar
profesi
• Berbagai jenis
konflik yang
timbul dalam
kerjasama antar
profesi • Strategi
menerapkan
manajemen
konflik dalam
50

kerjasama antar
profesi
4. Membuat Strategi yang • Ceramah tanya • LCD
strategi yang memfasilitasi jawab • Laptop
memfasilitas i kerjasama tim • Role play • Hot Spot (Wi-
kerjasama tim pada fi) • Video
pada pembelajaran • Skenario role
pembelajara n antar profesi play
antar profesi a. Integrated care • White board
pathways untuk
penanganan
masalah
Kesehatan dalam
kerjasama antar
profesi
b. Model case
management
dalam
penanganan
masalah
kesehatan dalam
kerjasama antar
profesi
5. Melakukan Metode evaluasi • Ceramah tanya • LCD
evaluasi dalam dalam jawab • Laptop
pembelajaran pembelajaran • Role play • Hot Spot (Wi-
kerjasama kerjasama antar fi) • Video
antarprofesi profesi • Skenario role
a. Strategi play
evaluasi • White board
pembelajaran
kerjasama antar
profesi secara
formatif dan
sumatif pada
bagian:
- Masukan /
input: evaluasi
peserta didik,
pengajar,
fasilitas
- Proses: proses
pembelajaran
- Keluaran:
Metode
Kirkpatrick (ada
51

4 level evaluasi:
Reaksi, learning,
behaviour, result
b. Strategi
penilaian
impact/dampak
pembelajaran
kerjasama antar
profesi pada
pasien (kepuasan
layanan) -
profesi
(kepuasan
bekerja,
rendahnya work
stress)

Anda mungkin juga menyukai