Anda di halaman 1dari 29

Hubungan Globalisasi dan Pembangunan Berkelanjutan

(Globalisasi versus Sustainable development)


By, Tumirah, ST

I. PENDAHULUAN
I.1. Fenomena dan Isu Globalisasi Versus Pembangunan Berkelanjutan

Persepsi dan respon masyarakat dunia terhadap permasalahan pembangunan dan


lingkungan di era globalisasi senantiasa berkembang, sebelum konferensi Stock
holm 1972, sebagian besar pemimpin dunia menganggap bahwa kerusakan ling
kungan hidup adalah “ harga yang harus dibayar “ jika ingin melaksanakan pem
bangunan. Sejak pasca konferensi sampai decade 1980 an, persepsi semacam itu
semakin pudar dan yang berkembang adalah bahwa antara pembangunan dan lin
gkungan sesungguhnya merupakan “ dua sisi mata uang yang sama. Decade 198
0 an ini juga diwarnai dengan istilah pembangunan berwawasan lingkungan (PB
L).
Mencuatnya masalah lingkungan dalam percaturan politik dunia diawali dai lap
oran Gro Bruntland yang berjudul Our Common future yang disampaikan ke Ko
misi Dunia untuk lingkungan dan pembangunan (World Commision on Environ
mentalvelopment = WECD), suatu komisi khusus yang dibentuk PBB untuk me
nelaah masalah-masalah lingkungan. Yang menonjol dalam laporan tersebut ada
lah ketegasannya untuk mengaitkan masalah lingkungan tidaklah bertentangan d
engan pembangunan dan ekonomi dunia bahkan pembangunan dibutuhkan untu
k mengatasi masalah lingkungan, khususnya di negara-negara sedang berkemba
ng. Dalam laporan tersebut juga menunjukan bahwa tata ekonomi dunia sekaran
g merupakan salah satu pnyebab utama kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk
membayar kembali hutangnya dan untuk meningktakan pembangunan, Negara-
negra sedang berkembang terpaksa harus mengeksploitasi sumbet dayanya secar
a membabi buta sehingga akan semakin memperparah rusaknya lingkungan di
Negara-negara tersebut. Sistem proteksionisme di Negara maju juga mempunya
i dampak yang sama, karena mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada
negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian, baik karena sifat masalah
lingkungan yang global maupun karena keterkaitannya dengan ekonomi dunia y
ang telah mengalami globalisasi, masalah lingkungan kini bersifat global, sepert
i efek rumah kaca, hujan asam,dan penipisan lapisan ozon di stratosfer. Tak ada
satu Negara di dunia yang dapat menangani masaah lingkungan sendirian tanpa
campur tangan Negara lain, karena sfatnya yang global dan keterkaitannya pada
perekonomian global.
Dalam konteks berkelanjutan, pembangunan harus memperhatikan aspek kelest
arian lingkungan dan kelanggengan sumber daya sehingga kekayaan alam yang
sebagian besar tidak terperbaharui dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin buka
n hanya untuk saat ini tetapi juga untuk generasi yang akan dating. Dalam hal in
i lingkungan menjadi isu penting dalam mengambil kebijaksanaan pembanguna
n dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.

I.2. Pengertian Globalisasi Dan Pembangunan Berkelanjutan


I.2.A. Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknan
ya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu pro
ses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses
sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh ba
ngsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas g
eografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung ol
eh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negati
f atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah k
apitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan ka
ya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin ti
dak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpen
garuh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidan
g-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang ya
ng pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan g
lobalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan interna
sional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya
masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas ant
ar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun mig
rasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal
material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat
menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan s
emakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan
keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara m
asih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia gl
obal memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

I.2.B. Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, m
asyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorb
ankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report
dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Ing
gris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk men
capai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran l
ingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan
sosial.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan.
Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup keb
ijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkung
an
Tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang menyangkut aspek sosial termasuk
di dalamnya menghapus kemiskinan, aspek lingkungan termasuk perlindungan
dan konservasi sumber daya alam dan daya dukung lingkungan, serta pertumbu
han ekonomi yang semakin lebar jurang kesenjangannya antara negara maju dan
negara berkembang menjadi dimensi dalam 100 point dokumen yang akan dine
gosiasikan dalam Prep Com IV. Emil menambahkan, "Bagi perusahaan, dalam
produksinya harus berlaku corporate responsibility and accountability yang juga
memasukkan tiga hal tersebut."

II. PEMBAHASAN
Globalisasi bukan merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan tapi sa
ling mendukung. Untuk terciptanya kondisi saling mendukung diperlukan adany
a perubahan radikal pada kualitas pembangunan dan pola konsumsi dan produks
i. Secara umum, industry dan setiap kegiatan industrialisasi harus dirangsang ag
ar lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan pencemaran dan
limbah yang sedikit, lebih berdasar pada penggunaan sumber daya yang dapat p
ulih dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap kkesehatan manusia dan li
ngkungan.

Tiga pilar pembangunan yang perlu diperhatikan dalam era globalisasi adalah se
bagai berikut :
1. Aspek Sosial dan Budaya
Dalam hal ini masalah kemiskinan lebih dominan,Rumusan pembangunan berke
lanjutan memuat dua konsep dasar. Pertama, konsep kebutuhan, khususnya keb
utuhan kaum miskin sedunia terhadap siapa prioritas utama perlu diberikan. Ke
dua, gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisa
si social yang dihubungkan dengan kemampuan lingkungan untuk memenuhi ke
butuhan masa kini dan masa mendatang. Dengan demikian keprihatinan mengat
asi kemiskinan dan ikhtiar menghadapi menanggapi keterbatasan akibat keadaa
n teknologi dan organisasi social menjadi latar belakang pembahasan masalah-
masalah lingkungan dan pembangunan. Kemiskinan tidak mengenal batas Nega
ra. Kemiskinan menjadi cirri pokok setiap Negara berkembang yang membuat s
emakin sulitnya masalah lingkungan tertanggulangi. Hal ini hanya dapat dipeca
hkan melalui proses pembangunan menurut pola berkelanjutan dan dilaksankan
oleh seluruh bangsa di dunia yang meliputi Negara berkembang dan Negara maj
u.
2. Aspek lingkungan (Ekologi)
Pemabngunan yang diharapkan hendaknya pembangunan dengan konsep yang b
ijaksana, yang dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan atau yang lenih
dikenal dengan pembangunan berwawasan lingkungan dengan selalu memperha
tikan kelestarian sumbaer daya alam dan daya dukung lingkungtan yang memad
ai. Menurut emil salim pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upay
a sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam se
cara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatka
n kualitas hidup.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi antara Negara maju dan berkembang memberikan kontri
busi terhadap kesenjangan masyarakat secara global yang berdampak pada “pe
mbenaran” exploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


III.1. KESIMPULAN

A. Globalisasi bukan merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan tapi


saling mendukung untuk terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkunga
n yang terarah ,terencana, dan berkesinambungan.
B. Bahwasannya pembangunan berkelanjutan dalam hubungannya dengan era g
lobalisasi merupakan pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan saat in
i tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan dating untuk memenuhi keb
utuhan mereka, agar pembangunan dapat berkelanjutan tiga syarat pokok yang h
arus dipenuhi adalah :
1. Aspek Ekonomi
2. Sosial budaya
3. Lingkungan /Ekologi

III.2. SARAN
A. Untuk terciptanya kondisi saling mendukung antara globalisasi dan pembang
unan yang berkelanjutan diperlukan perubahan pola konsumsi dan produksi, seb
agi contoh perluanya penerapan Pajak & Bea masuk tersendiri bagi industry/pe
mbangunan yang kurang ramah terhadap lingkungan serta sebaliknya.
B. Proyek pembangunan senantiasa dilengkapi dengan studi /telaah kelayakan
C. Peningkatan komitmen untuk mengatasi keterbatasan institusi dan SDM serta
keterbatasan anggaran untuk mengawal pembangunan berkelanjutan di era glob
alisasi yang semakin menantang.
http://mmanis-mmanis.blogspot.com/2010/12/hubungan-globalisasi-dan-pemba
ngunan.html

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Fenomena globalisasi selalu dikatakan memberikan dampak terhadap pemba


ngunan ekonomi negara-negara di dunia baik Negara maju maupun Negara berk
embang. Negara-negara semakin dapat bebas dalam melakukan kerja sama dala
m membangunan ekonomi kearah yang lebih baik dan juga semakin mudahnya
negara-negara memperoleh aliran modal dari negara-negara lain, sehingga mem
bantu negara tersebut dalam mengembangkan pilar ekonominya. Membumingn
ya globalisasi tidak lepas dari peran institusi di dalamnya dalam mempromosika
n keuntungan dari globalisasi itu sendiri bagi negara-negara yang menerima keb
eradaan globalisasi. Institusi itu tidak lain adalah IMF (International Monetary F
und), WB (World Bank) dan WTO (World Trade Organization), atau biasa dike
nal dengan Washington Consesus, dengan membawa program mengenai perdag
angan internasional, investasi asing langsung dan aliran pasar modal.

Dengan adanya fenomena globalisasi yang dapat memberikan manfaat terha


dap negara-negara untuk membuka diri dalam melakukan kerja sama serta mem
inta bantuan terhadap negara-negara lain terutama sebagai negara berkembang,
dan tidak hanya itu negara dapat memperoleh pendapatan neraca pembayaran m
elalui perdagangan internasional dengan negara lain. Dampak itu pun dirasakan
oleh negara-negara berkembang. Dibalik cerita yang baik tersebut, sebetulnya te
rsimpan cerita buruk mengenai akibat dari pembangunan ekonomi yang tanpa b
atas tersebut. Terjadinya degradasi lingkungan merupakan cerita buruk yang har
us diperhatikan sebagai akibat dari perilaku aktivitas ekonomi. Hal ini karena se
tiap melakukan aktivitas ekonomi baik itu produksi maupun konsumsi tidak terl
epas dalam memberikan pengaruh kepada lingkungan sekitar.1[1]

Pengaruh buruk dalam berkembangan globalisasi bagi lingkungan hidup sek


itar sering berupa pencemaran-pencemaran, baik udara, tanah, air bahkan suara.2
[2] Perkembangan globalisasi yang mempengaruhi laju gerak suatu negara tentu
nya akan mempengruhi kehidupan dalam lingkungan negara tersebut. Terutama
di negara berkembang, akibat adanya gerakan globalisasi, menciptakan kondisi
gerakan pengeksploitasian sumber daya lingkungan yang mempengaruhi jernih-
keruhnya lingkungan hidup.

Namun tentunya semakin berkembangnya kecerdasan manusia di era globali


sasi tentunya dituntut untuk sadar akan kehidupannya di lingkungan yang makin
terancam ini. Sebagai pengkontrol globalisasi, manusia juga tentunya dituntut u
ntuk berupaya menjaga kelestarian alam lingkungan hidup. Sebagai jalan menuj
u kehidupan yang seimbang, selaras dengan alam sebagai mana tempat bernaun
g dalam kehidupan.

1[1] Sugiharyanto, 2007, Seri IPS Geografi dan Sosiologi SMP kelas IX, Yogyakarta: Yudistira, Hal. 162

2[2] Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC, Hal.6
B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah;

1.      Bagaimana globalisasi mempengaruhi lingkungan hidup di negara berkemban


g?

2.      Apa sajakah contoh negatif dan positif dari pengaruh globalisasi bagi lingkun
agn hidup?

3.      Apa faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi lingkunga


n di negara berkembang ?

4.      Apa upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi
dampak negatif globalisasi bagi lingkungan hidup ?

C.     Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah;

1.      Mengetahui pengaruh globalisasi bagi lingkungan hidup Negara berkembang.

2.      Mengetahui contoh negatif dan positif dari pengaruh globalisasi bagi lingkug
an hidup.

3.      Mengetahui factor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi di


lingkungan Negara berkembang.

4.      Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menang
gulangi dampak negatif globalisasi bagi lingkungan hidup.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Dampak Globalisasi bagi Lingkungan Negara Berkembang


Globalisasi, mungkin kata itu sering kita dengarkan di televisi, radio, surat k
abar ataupun percakapan sehari-hari. Kata globalisasi sendiri muncul pada deka
de akhir abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan pertukaran barang dan jasa de
ngan mudah terjadi melewati batas-batas territorial negara. Globalisasi menjadi
kan dunia seperti Global Village. Dengan adanya Globalisasi, negara-negara da
pat dengan mudah melakukan suatu interaksi, bahkan individu dalam suatu nega
ra dengan individu di negara lain dapat dengan mudah melakukan suatu interaks
i, baik dalam hal komunikasi, pertukaran komoditi, pertukaran informasi, dan la
innya. Hal tersebut menjadikan globalisasi sebagai arah baru bagi perkembanga
n negara-negara selanjutnya.

Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang s
angat bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi disatu sisi memberikan dam
pak positif dan disisi lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dampak
negatif dari globalisasi adalah berimbas pada masalah lingkungan. Ada serangk
aian proses yang harus dilewati untuk menuju pada tahap perusakkan lingkunga
n akibat globalisasi, yang pada umumnya terjadi di negara-negara berkembang.

Dengan semakin menipisnya batas-batas negara karena doktrin dari pahaman


globalisasi yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara yang maju
maka harus membuka diri selebar-lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerjas
ama dengan pihak asing maka hal ini lah yang kemudian menjadi pintu masuk b
agi para investor-investor asing untuk berlomba masuk dan menanamkan saham
nya di negara-negara berkembang. Sehingga kemudian menginisiasi maraknya i
ndustrialisasi, privatisasi serta deregulasi3[3] di negara-negara berkembang.

Dalam dunia industri, bahan mentah adalah satu hal penting untuk menjalank
an suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak ditemukan di
negara-negara berkembang yang memang dalam segi geografinya berada pada j
alur lintang dan bujur yang subur. Namun, negara berkembang terkendala dalam

3[3] Deregulasi ialah kegiatan atau proses menghapuskan pembatasan dan peraturan.
melakukan pengelolaan akan sumber daya alam yang melimpah tersebut akibat
keterbatasan modal dan teknologi yang dimilikinya. Sehingga negara-negara ber
kembang membutuhkan suntikkan dana dan jasa dari negara-negara maju. Adap
un bentuknya bisa berupa hutang, pinjaman, ataupun hibah.

Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk pinj
aman maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan untuk
membeli teknologi-teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman dari
negara maju, kembali masuk ke saku negara maju lagi dalam bentuk pembelian
teknologi oleh negara berkembang, di lain waktu, negara berkembang masih har
us melunasi hutang-hutang kepada negara maju beserta dengan bunganya. Ini ad
alah satu dari sekian banyak bentuk kerjasama di era globalisasi antara negara m
aju dan negara berkembang yang mana secara tidak langsung merugikan negar
a-negara berkembang.

Teknologi yang telah dibeli oleh negara berkembang (umumnya merupakan


negara tropis) tersebut memungkinkan mereka untuk memanfaatkan kekayaan h
utan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai p
embiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya kemudian adalah t
erjadinya perusakan hutan tropis. Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangu
nan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri, sesungguhnya telah
terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan
bahkan seringkali wilayah-wilayah yang tidak menjadi pusat industri mendapat
imbasnya seperti peningkatan suhu udara.

Untuk persoalan industri, pada umumnya industri didirikan di negara-negara


berkembang dengan tujuan untuk efisiensi biaya produksi dan transportasi serta
mengingat letak negara berkembang sebagai pasar dari komoditi industri negara
maju. Dalam prosesnya kemudian, industri-industri yang didirikan oleh negara
maju melakukan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan ditambah lagi pr
oses kerja industri-industri tersebut tidak berwawasan lingkungan. Hal ini bisa d
ilihat melalui berbagai bentuk kerusakkan akibat aktifitas pertambangan, selain i
tu juga limbah yang dihasilkan tidak ditaktisi oleh negara maju. Dengan masukn
ya perusahaan tambang asing, maka pencemaran lingkungan pasti tidak akan bis
a dihindarkan. Kebijakan pemerintah mengizinkan operasi pertambangan pada k
awasan hutan lindung dan konservasi, sudah pasti akan mempercepat lenyapnya
berbagai sumber daya alam yang tadinya melimpah di negara-negara berkemba
ng seperti Filipina, Indonesia, Vietnam, Sri lanka dan lain-lain.

B.     Contoh Dampak Negatif dan Positif Globalisasi bagi Lingkungan Hidup

Dalam perkembangan globalisasi di dunia terdapat hasil dari pengaruh terseb


ut, baik dari segi positif maupun negatif. Dampak yang ditimbulkan gerakan glo
balisasi di negara-negara berkembang selain bentuk-bentuk kerusakkan lingkun
gan akibat eksploitasi yang diakibatkan oleh perusahaan-perusahaan pertamban
gan di negara-negara berkembang oleh negara-negara maju, terdapat pula kerus
akan lingkungan akibat industrialisasi di negara berkembang sebagai contoh di
negara indoensia seperti;

1.      Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industr


i.

2.      Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk sepert
i merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandu
ngan air permukaan dan biota airnya4[4].

3.      Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangk
an di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah y
ang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.

4.      Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan tempe
ratur tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celciu
s pada musim kemarau di hari terpanasnya.

4[4] Budiman Chandra, Op.cit, Hal.40


5.      Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, da
n debu akibat polusi asap pabrik dan kendaraan bermesin.

6.      Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, se
perti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020
akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

7.      Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan
yang disengaja atau oleh bencana kebakaran.

8.      Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menye
mpit dan mengalami pencemaran akibat polusi tanah dan polusi air permukaan.

Contoh lainnya adalah kasus penolakkan rakyat filipina terhadap pertambang


an nikel berskala besar di pulau Mindoro oleh perusahaan pertambangan Norwe
gian Intex sebab sifatnya yang merusak karena bisa menyebabkan banjir dan ero
si selain itu pula akan mengganggu sumber air irigasi terbesar disana. Irigasi itu
mengaliri sawah seluas 40 ribu hektar. Selama ini, Mindoro memang dikenal se
bagai limbung padi bagi Manila. Hal tersebut bisa terjadi sebab UU pertambang
an Filipina yang ada memihak terhadap perusahaan tambang asing dan memberi
mereka 100 persen keuntungan dan pembebasan pajak. Dengan pemerintahan y
ang lemah, kita tidak bisa tergantung pada mekanisme monitoring karena pemer
intahnya korup.

Melalui contoh-contoh tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa yang menj
adi sumber utama dari perusakkan dan segala bentuk eksploitasi lingkungan yan
g terjadi di pelopori oleh industri yang notabene dikuasai sepenuhnya oleh nega
ra-negara maju. Sesungguhnya, negara berkembang lebih banyak dirugikan atas
upaya kerjasama tersebut mengingat selain telah dikuras kekayaan alamnya oleh
negara maju, pembagian hasil yang tidak merata, serta dampak dari eksploitasi a
ktifitas industri ditambah lagi dengan permasalah limbah yang dihasilkan.

Karena limbah industri dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbul


kannya merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah industri baik ber
upa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limba
h B35[5]. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adala
h limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengan
dung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan
beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah padat akan
mencemari tanah dan sumber air tanah. Limbah gas yang dibuang ke udara pada
umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain
yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkan terja
dinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan,
ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan. Limbah cair, yang dibuang ke pe
rairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan men
gganggu kehidupan biota air.

Untuk itu, limbah dari hasil industri benar-benar menjadi ancaman kerusakan
lingkungan di negara-negara berkembang yang menjadi pusat industri negara m
aju. Keseluruhan peramsalahan yang terjadi di negara-negara berkembang menj
adi layaknya sebuah penyakit yang menggerogoti tubuh negara-negara berkemb
ang dari hari ke hari. Namun, nampaknya negara-negara berkembang belum me
nyadari sepenuhnya dengan kondisi mereka yang sedang tidak baik-baik saja ak
ibat terlena dengan buaian “globalisasi” yang dikatakan mampu meningkatkan p
erkeonomian dan mampu mensejahterakan masyarakat.

Ada pula dampak positif dari globalisasi yang mempengaruhi lingkungan hid
up manusia, seperti;

1.      Seperti kesadaran manusia akan mulai tercemarnya lingkungan hidup mereka,
sehingga menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk berbenah, memulai hidup d
engan cara yang baik untuk menjaga, menyelaraskan serta merawat lingkungan

5[5] Limbah B3, bahan berbahaya dan beracun, keberadaannya di Indonesia makin hari makin mengkhawatir
kan. Lebih dari 75% B3 merupakan sumbangan dari sektor industry melalui limbahnya, sedangkan sisanya bera
sal dari sektor lain termasuk rumah tangga yang menyumbang 5-10% dari total limbah B3 yang ada.
hidup guna menciptakan kehidupan yang lebih baik.

2.      Munculnya teknologi canggih ramah lingkungan.

3.      Munculnya organisasi-organisasi pencinta alam yang senantiasa menjaga dan


menyebarkan pengaruh terhadap kesadaran menjaga lingkungan hidup.

Dalam prakteknya, sedikit demi sedikit mulai bermunculan kesadaran manus


ia untuk menjaga lingkungan hidup yang semakin terancam ini. Hal itu diwujud
kan secara bertahap guna menjaga kelestarian lingkungan hidup yang menunjan
g performa manusia dalam kehidupannya di bumi.

C.     Faktor-faktor yang Menyebabkan Eksploitasi Berlebihan

Dalam perkembangan globalidsasi di negara berkembang, terjadinya eksploit


asi sumber daya alam yang berlebihan sering dikaitkan guna meningkatkan mut
u kemajuan negara tersebut, padahal dalam prakteknya hasil dari eksploitasi su
mber daya alam yang berlebihan tersebut malah menghantarkan negara dalam k
eterpurukan yang semakin menjadi akibat kerusakan lingkungan hidup.6[6] Fakt
or-faktor yang kemudian melatar belakangi mengapa negara-negara berkemban
g sangat mudah untuk di eksploitasi antara lain:

1.      Keterbatasan modal yang dimiliki oleh negara-negara berkembang menjadika


n negara berkembang merasa butuh untuk mendapatkan suntikkan dana ataupun
bantuan asing tanpa memperhitungkan untung dan rugi yang akan dihadapi kem
udian.

2.      Lemahnya hukum domestik yang diterapkan pemerintah dalam membatasi ju


mlah eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan asing di negara berkemban
g.

3.      Regulasi7[7] yang diberlakukan oleh pemerintahan seringkali hanya memihak

6[6] T. Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Erlangga, Hal. 26

7[7][7] Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan
kepada perusahaan asing dibanding memihak kepada masyarakat.

4.      Perkembangan budaya konsumtif akibat dari globalisasi. Media massa, baik e
lektronik maupun cetak, merupakan sarana utama dalam penyebaran epidemi gl
obal budaya kon-sumtif internasional tersebut. Contohnya, gaya memakan fast f
ood seperti Hambur-ger McDonald, Wendy’s, Arby’s, ayam goreng internasion
al seperti Kentucky, Texas, California, dan lain-lain. Dengan pola hidup konsu
mtif yang semakin banyak dianut oleh masyarakat dunia, hal inilah yang sesung
guhnya menjadi pupuk yang menyuburkan indstrialisasi dimana-mana khususny
a di negara-negara berkembang guna memenuhi permintaan konsumen tersebut.

Dan untuk memenuhi permintaan konsumen yang kian banyak akibat budaya
konsumtif tadi maka industri merasa wajib untuk meningkatkan jumlah produks
inya dengan melakukan eksploitasi secara besar-besaran sehingga terjadilah per
usakan lingkungan seperti abrasi, penggundulan hutan, dan lain sebagainya.

D.    Upaya Penanggulangan Dampak Globalisasi bagi Lingkungan Hidup

Dari dampak yang hadir akibat merebaknya globalisasi di dunia memberikan


akibat maupun dampak yang perlu ditanggulangi. Diantaranya merupakan damp
ak negative bagi lingkungan hidup. Adapun solusi-solusi terhadap permasalahan
lingkungan di negara berkembang antara lain berupa:

1.      Solusi yang kemudian ditawarkan oleh negara maju ke negara berkembang un
tuk menangani permasalahan lingkungan yang ada yaitu terjadi saat pertemuan
negara-negara yang mempunyai wilayah 5% jatah hutan dunia (seperti Brazil, I
ndonesia, Venezuela, dan negara-negara Afrika), Amerika Serikat dan sekutuny
a datang menawarkan hibah tanpa bunga dan tanpa pengembalian dengan komp
ensasi negara-negara tersebut harus memperhijau hutannya kembali.

2.      Pada Pelita V, berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup di


lakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-perat
uran tentang pencemaran lingkungan hidup, dengan lahirnya Keppres 77/1994 t
entang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapeda/Wilayah di
tingkat Propinsi, yang juga bermanfaat bagi arah pembentukan Bapeda/Daerah.
Peraturan ini dikeluarkan untuk memperkuat Undang-Undang Nomor 4 tahun 1
982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dianggap perlu untuk diperba
harui.8[8]

3.      Berdasarkan Strategi Penanganan Limbah tahun 1993/1994, yang ditetapkan


oleh pemerintah, maka proses pengolahan akhir buangan sudah harus dimulai p
ada tahap pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengolahan akhir limb
ah buangan (Lampiran Pidato Presiden RI, 1994 : II/27).

4.      Disamping itu, untuk mengembangkan tanggung jawab bersama dalam mena
nggulangi masalah pencemaran sungai terutama dalam upaya peningkatan kualit
as air, dilaksanakan Program Kali Bersih (PROKASIH), yang memprioritaskan
penanganan lingkungan pada 33 sungai di 13 Propinsi.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada dasarnya segala hal yang diciptakan manusia mempunyai efek baik
dan buruk bagi manusia itu sendiri. Globalisasi juga mempunyai sifat seperti itu.
Globalisasi disatu sisi menawarkan kebaikan tapi disisi lain juga kita akan terje
bak pada keterpurukan jika tidak mewaspadainya. Pengaruh globalisasi juga har
us dilihat dari “siapa yang memprakarsainya” yaitu negara-negara barat. Hal ini
patut diwaspadai karena sumber daya alam kita yang melimpah dan bukan tidak
mungkin negara-negara tersebut juga mengincarnya dengan mempengaruhi mas
8[8] T. Siahaan, Op.cit, Hal. 28
yarakat kita tentang “betapa baiknya globalisasi”. Rakyat (elit penguasa dan rak
yat biasa) harus meng-counter efek buruk dari globalisasi. Jika hanya rakyat bia
sa saja yang mencoba meng-counter-nya maka hal itu hanya akan sia-sia mengi
ngat kekuatan dan legitimasi yang dimiliki oleh negara-negara maju cukup kuat
untuk menjadikan mereka betah untuk melakukan eksploitasi terhadap lingkung
an di negara berkembang.

Baik dampak negatif maupun positif dari globalisasi yang mempengaruhi


lingkungan hidup tentunya akan memberi dampak perubahan besar bagi kehidu
pan alam serta kemajuan suatu negara. Menimbulkan pencemaran, baik polusi u
dara, air, tanah bahkan suara merupakan dampak negatif globalisasi pada lingku
ngan hidup yang mengurai bencana bagi alam. Namun ada pula kesadaran yang
timbul dari manusia untuk memperbaiki, menjaga, melestarikan dan menselaras
kan kehidupannya dengan alam guna menciptakan kehidupan yang baik dalam g
lobalisasi bersama alam lingkungan hidup.

Dengan adanya dampak yang terjadi akibat globalisasi bagi lingkungan hi


dup, manusia dituntut untuk memulai melakukan perbaikan dengan cara-cara se
derhana, program-program pemerintah, serta gerakan global seperti penghijauan
hutan dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkunga. Jakarta: EGC.

Sugiharyanto. 2007. Seri IPS Geografi dan Sosiologi SMP kelas I. Yogyakarta:
Yudistira.

T. Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erla


ngga.
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2094305-pengertian-regulasi/#ix
zz1oOGlyD8b
Globalisasi dan Lingkungan Hidup

PENDAHULUAN

Dalam proses memajukan perekonomian suatu negara tidak lepas dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang merupakan produk globalisasi. Hubungan perekonomian
dengan negara lain baik itu melalui ekspor maupun impor dalam suatu pasar internasional
diharapkan bisa memajukan perekonomian dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Indonesia yang dikenal dengan sumber dayanya yang melimpah tidak mampu mengolah
sumberdaya tersebut membutuhkan teknologi yang lebih maju, sedangkan Negara-negara lain
dengan sumber daya yang kurang membutuhkan pasokan sumberdaya dari Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat masing-masing negara.
Akan tetapi dalam proses globalisasi tersebut memiliki efek jangka panjang yang
negatif terhadap lingkungan hidup. Sebagai contoh kemajuan teknologi dalam bidang
computer menimbulkan masalah baru dengan sampah-sampah teknologi tinggi yang tidak
bisa terurai dalam jangka waktu yang sebentar, polusi yang dihasilkan sejak adanya Revolusi
Industri mengakibatakan efek rumah kaca dan pemanasan global. Di sisi lain dengan adanya
kemajuan teknologi memudahkan manusia untuk melakukan pekerjaan mereka sehingga
produktivitas akan meningkat, dan bisa mengurangi pengeluaran biaya perusahaan dalam hal
tenaga kerja.
Bagaimana dan kapan proses globalisasi tersebut dimulai bisa kita lihat dengan
berbagai disiplin ilmu. Mulai dari perkembangan kehidupan manusia, kebudayaan,
perekonomian, dan dampak-dampak yang dihasilkan dari proses globalisasi. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, seperti
halnya suatu negara memerlukan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang globalisasi dilihat dari berbagai ruang
lingkup ilmu sosial, global warming sebagai salah satu efek yang terjadi dalam jangka waktu
yang rellatif cepat dari proses globalisasi, dan efek jangka panjang dari globalisasi dan global
warming terhadap lingkungan hidup baik dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka
waktu yang lama.

GLOBALISASI

Globalisasi merupakan sebuah konsep yang masih diperdebatkan oleh para ahli di
bidang ilmu, karena setiap aspek bidang ilmu melihat proses globalisasi melelui beberapa
pandangan. Hal tersebut dikarenakan perbedaan pandangan antara ruang dan waktu dari suatu
proses globalisasi tersebut. Konsep dari globalisasi pertama kali muncul pada awal tahun
1960 dan digunakan untuk mendefinisiskan sebuah proses, sebuah kondisi, sebuah sistem,
sebuah akibat dan sebuah era. Namun dalam hal ini kita sebaiknya melihat bahwa globalisasi
adalah sebuah rangkaian proses sosial yang diharapkan mengubah kondisi sosial kita dalam
satu globalitas. Ketika kita berbicara ‘globalisasi sedang terjadi’, meliputi tiga hal penting
yaitu :
1.       Secara perlahan-lahan meninggalkan kondisi modernitas yang berawal pada abad ke-16
2.       Melangkah maju ke sebuah kondisi baru dari globalitas (postmodern)
3.       Manusia belum menyentuh sedikitpun dari proses globalisasi
Sebagaimana kita ketahui bahwa globalisasi merupakan konsep yang masih
diperdebatkan dan belum ada definisi yang pasti, beberapa ahli mendefinisikan globalisasi
menurut pandangan mereka masing-masing. Berikut ini definisi globalisasi dari beberapa ahli
yang tercantum dalam buku Manfred B. Steger (2003) Globalization : A Very Short
Introduction
·         Globalisasi dapat didefinisikan sebagai intensifikasi hubungan sosial seluruh dunia yang
menghubungkan jarak area dengan sebuah cara dimana kejadian-kejadian lokal terbentuk
oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di area lain dan sebaliknya. (Anthonny Giddens)
·         Konsep globalisasi memberikan gambaran sebuah perluasan yang luar biasa baik komunikasi
dunia maupun pasar dunia, keduanya terlihat lebih mudah dicapai dan lebih cepat daripada
awal modernitas. (Fredric Jameson)
·         Globalisasi mungkin dijabarkan sebagai sebuah proses atau rangkaian proses yang
memberikan gambaran sebuah transformasi dalam struktur keruangan dari hubungan sosial
dan transaksi – yang menunjukkan kondisi perluasan, intensitas, kecepatan, dampak –
menyebabkan aliran dan sistem dari aktifitas, interaksi, dan kekuasaan yang digunakan
menghubungkan antar kontinen atau antar daerah. (David Held)
·         Globalisasi sebagai sebuah konsep yang menghubungkan antara penekanan pada dunia dan
intensifikasi dari persepsi bahwa dunia termasuk semuanya. (Roland Robertson)
·         Globalisasi menekan aspek ruang dan waktu dari hubungan sosial. (James Mittelman)
Walaupun proses globalisasi itu sendiri mengandung beberapa pandangan yang
berbeda-beda, kita dapat melihat ada 4 karakteristik dasar dalam fenomena globalisasi
tersebut. Yang pertama yaitu globalisasi meliputi penciptaan hal baru dan proses penggandan
altibitas dan hubungan sosial yang sudah ada yang berhasil menigkatkan batas antara tradisi,
politik, ekonomi, dan geografi. Yang kedua, globalisasi digambarkan dengan pertambahan
dan perkembangan interdependensi, aktivitas, dan hubungan sosial. Yang ketiga, globalisasi
meliputi intensifikasi dan percepatan aktivitas sosial dan pertukaran nilai sosial. Dan yang
keempat, penciptaan, perluasan, dan pengembangan koneksi dan interdependensi sosial tidak
hanya mencakup pada tingkatan materi. James Beckford membagi globalisasi ke dalam 5
garis besar :
1.       Peningkatan frekuensi, volume, dan hubungan satu sama lain antara kebudayaan, komoditas,
informasi dan masyarakat
2.       Peningkatan kapasitas teknologi informasi untuk mengurangi dan menekan baik ruang dan
waktu
3.       Pengembangan aplikasi dan prosedur rutin untuk memproses aliran global informasi, uang,
komoditas dan masyarakat
4.       Tindakan yang tidak diperkirakan dari intitusi dan gerakan sosial yang mendukung,
mengontrol, mengobservasi atau menolak globalisasi
5.       Perkembangan persepsi dan ideologi baru dalam globalisme yang memberikan beberapa
gambaran di interaksi sosial
Globalisasi merupakan suatu kejadian yang memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap individu satu sama lain, dan bukan merupakan proses yang sudah pasti. Globalisasi
merupakan suatu rangkaian dari proses sosial yang mencakup beberapa dimensi ilmu
(multidimensional), Manfred B. Steger menggambarkannya dengan beberapa orang buta
yang belum tahu apa-apa tentang bentuk dari gajah dan secara bersama-sama meraba gajah
tersebut untuk memperoleh gambaran dari gajah tersebut. Satu orang buta menyentuh belalai
gajah dan menggambarkan gajah sebagai benda yang mempunyai bentuk yang panjang dan
seperti ular, orang buta yang lain menyentuh gadingnya dan menggambarkannya seperti
tombak yang panjang. Orang buta ketiga menyentuh kaki gajah dan menyamakannya dengan
tiang yang besar, seperti halnya para ilmuwan yang melihat globalissi melalui pandangan
mereka sendiri-sendiri.

GLOBALISASI DALAM RUANG LINGKUP EKONOMI


                Globalisasi ekonomi mengandung pengertian tentang adanya intensifikasi dan
perluasan jaringan ekonomi antar negara-negara si seluruh dunia. Arus perkembangan
teknologi dan modal yang luar biasa membentuk perdagangan baik barang maupun jasa.
Pasar-pasar memperbesar jangkauan mereka di seluruh dunia, dalam proses menciptakan
beberapa koneksi baru dalam perekonomian nasional. Perusahaan transnasional yang besar,
intitusi ekonomi internasional yang kuat, dan sistem perdagangan regional yang luas secara
tidak sengaja bertindak sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian global di abad ke-21.

GLOBALISASI DALAM RUANG LINGKUP POLITIK


Globalisasi politik mengandung pengertian tentang adanya intensifikasi dan perluasan
jaringan atau hubungan polik suatu negara dengan negara-negara di deluruh dunia. Proses
tersebut mengangkat sebuah rangkaian isu politik penting yang berhubungan dengan prinsip
dari pemerintahan Negara, dampak yang luas dari organisasi kerjasama negara-negara, dan
potensi masa depan dari pemerintahan regional dan global. Lebih jelasnya, konsep tersebut
menuju pada evolusi kebijakan politik yang lebih besar daripada ruang lingkup bangsa-
negara secara geografis. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa manusia mengorganisasikan
perbedaan pandangan politik mereka melalui batas teritorial yang menghasilkan konsep
“kepemilikan” pada sebuah bangsa-negara.
GLOBALISASI DALAM RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN
                Globalisasi kebudayaan mengandung pengertian adanya intensifikasi dan perluasan
jaringan dari aliran kebudayaan di seluruh dunia. Lebih jelasnya, kebudayaan merupakan
konsep yang sangat luas dan sering digunakan untuk menggambarkan semua pengalaman
manusia. Beberapa orang meyakini bahwa kebudayaan merupakan akar dari terjadinya proses
globalisasi, ketika kita melihat perkembangan kebudayaan manusia yang secara tidak
langsung sudah menunjukkan bahwa proses globalisasi sudah terjadi dalam waktu yang lama.
Akan tetapi, pada beberapa dekade ini perkembangan kebudayaan yang diserap oleh manusia
semakin cepat didukung dengan perkembangan teknologi dan informasi.

GLOBALISASI DALAM RUANG LINGKUP IDEOLOGI


                Ideology bisa didefinisikan sebagai suatu sistem dari pemikiran-pemikiran yang
dibagikan secara luas, kepercayaan yang bisa ditiru, nilai dan norma petunjuk, dan diterima
secara baik sebagai kebenaran oleh beberapa kelompok. Ideology kurang lebih memberikan
gambaran yang jelas tentang dunia kepada individu, dan membantu memahami tentang
kompleksitas  pengalaman manusia ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Ideologi juga
sering digunakan untuk tujuan politik atau untuk mempertahankan struktur kekuasaan yang
dominan. Ideologu menghubungkan teori dan praktis dengan mengkaitkan tindakan manusia
dengan berbagai kejadian yang terjadi dan hukum yang ada. Ruang lingkup ideologi dalam
globalisasi dipenuhi dengan rangkaian norma, kepercayaan, kebiasaan, dan berita-berita
tentang fenomena itu sendiri. Globalisme merupakan sebuah ideologi yang mengisi konsep
globalisasi dengan nilai-nilai dan konsep-konep neoliberal.

LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.Lingkungan hidup adalah
keseluruhan keadaan luar yang melingkungi dan memepengaruhi eksitensi suatu organisme
atau suatu masyarakat hayati. Secara ringkas dapat kita ringkas bahwa lingkungan hidup
adalah habitat atau tempat hidup makhluk hidup. Secara ekologi, lingkungan hidup adalah
habitat, yaitu suatu daerah yang dapat memenuhi segala keperluan suatu makhluk
tertentu.dalam lingkungan hidup terjadi 3 kondisi yang mempengaruhi eksistensi makhluk
hidup yaitu

Keadaan yang diperrlukan secara mutlak

Keadaan yang menguntungkan

Keadaan yang membahayakan

Kondisi lingkungan hidup dari waktu ke waktu ada kecenderungan terjadi penurunan
kualitasnya, penyebab utamanya yaitu karena pada tingkat pengambilan keputusan,
kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga menimbulkan adanya pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Untuk menghindari atau meminimalisir kerusakan lingkungan hidup
manusia harus mengelolanya dengan sebaik-baiknya.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup, sedangkan yang
dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Tujuan dari pengelolaan
lingkungan hidup adalah menjaga potensi yang sudah ada dengan jalan mempertahankan atau
mewujudkan keadaan yang diperlukan secara mutlak, mempertahankan atau setidaknya
mengadakan keadaan yang menguntungkan dan mencegah atau menyingkirkan keadaan yang
merugikan.
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan
pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai
perangkat kebijaksanaan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung
pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan
kelembagaan,sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum
dan perundangan,informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan
keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa
pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan
tetapi terintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh pelaksanaan
pembangunan sektor dan daerah.

DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

                Setiap proses perubahan yang terjadi pasti memiliki dampak yang berbeda-beda
pada tiap-tiap segi kehidupan baik itu dampak yang baik ataupun dampak yang buruk. Di sisi
lain proses globalisasi sebagai proses yang dapat memajukan kesejahteraan manusia secar
ekonomi. Akan tetapi di sisi yang lain proses industrialisasi dan ekploitasi sumberdaya alam
juga memilki dampak yang negatif terhadap lingkungan hidup si sekitar manusia. Tingkat
emisi karbon yang berlebihan dan pengrusakan habitat dan ekosistem alam menjadikan
globalisasi sebagai proses kepunahan makhluk hidup di bumi.
Pandangan dari kelompok yang peduli terhadap lingkungan hidup  percaya bahwa
dengan proses tersebut akan menghancurkan kehidupan di muka bumi, hal-hal kecil seperti
pemanasan global, pengrusakan hutan, dan bencana alam yang sering terjadi akan membawa
manusia ke titik kiamat. Apabila tidak ada tindakan yang cepat dan tegas, era globalisasi
sendiri akan memusnahkan bumi. Tetapi beberapa kelompok juga menyangkal pernyataan
tersebut, konsekuensi dari niat baik dan kerjasama tersebut memang memiliki permasalahan
ekologi dan hal tersebut memang tdak bisa dipungkiri dan tidak bisa dihindari. Untuk
selanjutnya akan dipaparkan beberapa dampak negative yang terjadi pada era globalisasi.

GLOBAL WARMING
Dalam memenuhi kebutuhan, manusia pasti akan mengambil dan mengolah sumber
daya yang ada di alam. Dengan kata lain untuk mensejahterakan kehidupan tiap masyarakat
tidak dapat lepas dari alam, sehingga sumber daya yang ada di alam baik yang bisa
diperbaharui (renewable resources) dan yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable
resources) akan terus diambil. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dalam suatu
negara juga bisa diukur dari banyaknya sumber daya yang diolah oleh negara tersebut.
Semakin banyak sumber daya yang diolah oleh sutunegara semakin makmur masyarakat di
negara tersebut, dan sebaliknya. Global warming bisa disebabkan oleh pengrusakan sumber
daya alam oleh manusia, proses industrialisasi juga mengakibatkan polusi yang bisa merusak
alam.
Pemanasan global menjelaskan kenyataan bahwa suhu bumi terus meningkat dalam
tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dengan
meningkatnya suhu permukaan bumi, air dan atmosfer bumi secara terus menerus
mengakibatkan perubahan di kebanyakan sistem alam seperti iklim dan lingkar kehidupan
tumbuhan dan hewan dalam efek jangka panjang. Pemanasan global disebabkan oleh efek
rumah kaca dari berbagai macam gas yang ada di atmosfer bumi, secara alamiah simar
matahari mempengaruhi kondisi iklim dan cuaca di bumi. Panas sinar matahari yang menuju
permukaan bumi sebagian diserap dan sebagian akan dipantulkan kembali oleh gas-gas
tersebut, sehingga panas bumi akan terus terjaga.
Sejak Revolusi Industri emisi gas yang ada di bumi terus meningkat dalam batas yang
tidak diperhitungkan, dalam laporan International Panel on Climate Change (IPCC) pada
tahun 2007 disebutkan bahwa pemanasan global mengakibatkan semakin banyaknya bencana
alam seperti angin topan, banjir, kebakaran hutan, cuaca yang ekstrem, dan lain sebagainya.
Tingkat suhu air terus meningkat, es-es kutub terus mencair, dan tingkat ketinggian air terus
meningkat di sekitar kutub. Penduduk dunia yang tinggal di sekitar kutub sudah melihat
secara kangsung bagaimana efek dari pemanasan global terhadap populasi yang hidup di
kutub, sedangkan kutub merupakan salah satu bagian bumi yang mengontrol suhu bumi.
Pemanasan global memicu berbagai ketidakseimbangan dalam lingkungan hidup
termasuk di dalamnya manusia, hewan, dan tumbuhan. Es kutub yang mencair menyebabkan
iklim yang berubah-ubah dan tingkat ketinggian air terus meningkat, tingkat emisi karbon
dan gas-gas lain melubangi lapisan ozon yang menyebabkan resiko kanker kulit semakin
tnggi. Musim yang berubah-ubah menyebabkan siklus kehidupan hewan dan tanaman tidak
sesuai, tingkat ketinggian air laut menutup sebagian besar mata air jernih di beberapa bagian
dunia. 

TINGKAT PERTUMBUHAN PENYAKIT MENULAR SULIT DIKENDALIKAN


                Adanya proses globalisasi mendorong berbagai Negara untuk terus-menerus
melakukan kerjasama internasional dan mengeksploitasi sumber daya secara besar-besaran.
Produksi ikan dan hewan ternak terus meningkat dan lalu lintas dari sumber daya tersebut
semakin cepat  dan terus berkembang. Proses tersebut mengakibatkan penyakit menular dari
komoditas tersebut semakin cepat menyebar. Sebagai contoh penyakit sapi gila dan flu
burung yang menjadi suatu kejadian yang fenomenal dan tidak bisa dipungkiri bahwa tingkat
penularan penyakit tersebut sulit untuk  diketahui dan dikendalikan. Tingkat lalu lintas antar
negara baik manusia maupun barang-barang komoditas bisa jadi merupakan salah satu
penyebab penularan penyakit-penyakit tersebut terus meningkat.
                Dalam diskusi tentang kesehatan masyarakat, globalisasi dipaparkan sebagai
sebuah rangkaian faktor-faktor yaitu :
1.       Faktor ekologi, seperti bendungan atau perubahan dalam kegiatan-kegiatan pertanian
2.       Industrialisasi dan yang berkaitan dengan perubahan demografi seperti pertumbuhan yang
besar dari penduduk di wilayah padat penduduk dan frekuensi perpindahan dan kontak antar
individu
3.       Perubahan teknologi yang sudah disebarluaskan atau didistribusikan ke seluruh dunia
merupakan salah satu hal penting dalm konsep “globalisasi”
Contoh lain adalah penyakit HIV-AIDS yang pertama kali diketahui pada tahun 1981 ketika
seorang pemuda gay di Amerika didiagnosa memiliki penurunan pada tingkat kekebalan
tubuhnya. Berita tentang penyakit tersebut menyebar disebarluaskan oleh para ilmuwan dan
pada tahun 1982 diketahui di beberapa negara di Eropa dan di Inggris, penyakit tersebut
sudah menyerang tidak hanya kaum gay tetapi juga para pemakai obat-obatan. Dan pada
tahun 1984 penyakit tersebut sudah menyebar sampai ke Afrika, dan pada akhir 80-an sudah
menjangkiti penduduk Asia. Informasi tersebut bisa kita kaitkan dengan proses industrialisasi
dan lalu lintas manusia memicu perkembangan dan pertumbuhan penyakit menular dalam era
globalisasi.

SIKLUS KEHIDUPAN MAKHLUK HIDUP YANG BERUBAH-UBAH


                Telah kita ketahui bahwa pemanasan global merupakan akibat dari adanya proses
globalisasi dalam kaitannya dengan ekploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan
industialisasi. Dalam hal ini salah satu akibat dari adanya proses tersebut adalah berubahnya
siklus kehidupan makhluk hidup seperti serangga. Ketika iklim panas serangga lebih aktif
dalam proses reproduksi, sehingga pertumbuhan populasi serangga akan meledak. Serangga
merupakan salah satu hewan yang membawa penyakit yang menyerang manusia, salah
satunya yaitu nyamuk yang membawa malaria dan mampu untuk bermigrasi dengan jarak
yang jauh. Studi internasional yang dilakukan oleh Swiss Re (sebuah perusahaan asuransi)
dan Program Pengembangan PBB menemukan bahwa :
1.       Pemanasan dapat “mendukung” penyebaran penyakit
2.       Cuaca yang ekstrem bahkan menciptakan suasana yang kondusif bagi sumber penyakit
3.       Perubahan iklim dan penyakit menular mengancam kehidupan liar, bahan pangan, pertanian,
hutan, dan kehidupan lautan yang menyediakan sumber daya utama dan merupakan bagian
dari pendukung sistem kehidupan manusia
4.       Ketidakstabilan iklim dan persebaran penyakit tidak bagus untuk bisnis
5.       Dampak dari perubahan iklim dapat meningkat pesat dalam beberapa dekade
6.       Beberapa dampak dari pemanasan dan cuaca yang berubah-ubah dapat terjadi secara tiba-
tiba dan dapat meluas
7.       Penduduk di pinggir pantai, kehidupan bawah laut, dan hutan-hutan memiliki tingkat resiko
yang tinggi dalam bencana pemanasan dan penyakit, khususnya untuk jangka waktu yang
pendek

KETERSEDIAAN AIR BERSIH YANG TERBATAS


                Hal tersebut berkaitan dengan kenaikan tingkat ketinggian air laut dan suhu air,
penduduk sekitar pantai di beberapa negara kepulauan sulit untuk mencari sumber mata air
bersih. Salah satu kasus yang sudah terjadi di Papua Nu Gini, penduduknya secara resmi
direlokasikan karena naiknya air laut ke wilayah tempat tinggal mereka. Selain penyempitan
daratan, mata air yang merupakan  penyedia air bersih sudah tertutup oleh air laut. Manusia
tidak akan bertahan hidup tanpa adanya air bersih, penduduk tersebut menampung air hujan
yang kemudian disimpan untuk persediaan ketika musim kemarau dating. Atap rumah
dirancang sedemikian rupa sehingga bisa mengalirkan air hujan ke dalam tangki
penyimpanan air. PBB memperhitungkan pada tahaun 2025 dua per tiga penduduk bumi akan
hidup di wilayah yang mempunyai persediaan air yang tidak mencukupi bagi penduduknya.
PBB juga menyediakan data bahwa air tanah di beberapa negara dikonsumsi lebih
cepat daripada tingkat proses air tanah tersebut, dan beberapa sungai mengalami penyusutan
ketesiaan air. Afrika dan Asia merupakan wilayah yang banyak mengalami permasalahan
dengan ketersediaan air bersih bagi penduduknya khususnya di daerah pedesaan. Selain itu,
PBB juga menyebutkan bahwa 90 % dari limbah air dan 70% dari sampah tidak diolah secara
baik. Beberapa wilayah bahkan mengimpor air bersih dari daerah yang lebih kaya air bersih
yang kemudian disimpan dalam tangki penyimpanan ataupun bendungan.
KEPUNAHAN SPESIES-SPESIES DI MUKA BUMI
                Dalam jangka waktu yang lama permasalahan-permasalahan tersebut di atas akan
menyebabkan kepunahan makhluk hidup di muka bumi. Persebaran penyakit yang cepat dan
sulit dikendalikan, persediaan air yang terbatas, siklus kehidupan yang berubah-ubah, dan
serangan serangga terhadap sumber daya vital makhluk hidup memicu kepunahan ekosistem
dunia. Suhu bumi yang lebih tinggi akan memicu proses-proses tersebut berlangsung lebih
cepat daripada yang kita bayangkan.

GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

Untuk menekan atau mengurangi efek dari globalisasi terhadap lingkungan hidup, kita
sebagai manusia yang mempunyai peran utama pada tiap kejadia tersebut harus mengubah
gaya hidup kita. Beberapa ilmuwan mengatakan kita belum terlambat untuk mencegah
kepunahan spesies-spesies di muka bumi ini, kita masih bisa mengembalikan dan
menstabilkan kehidupan lingkungan hidup di sekitar kita. Sebagai awal dari tindakan tersebut
kita bisa melihat bagaimana kehidupan kita sehari-hari dan sampah-sampah yang kita
hasilkan selama kita hidup. Kita tahu bahwa ada sampah yang membutuhkan waktu yang
pendek untuk diurai misalnya kertas, sampah makanan, bangkai binatang dan yang lainnya.
Dan ada pula sampah yang membutuhkan proses dan waktu yang lama untuk diurai misalnya
plastik, sampah-sampah elektronik, mesin-mesin bekas, dan lain sebagainya.
Untuk mengawalinya kita bisa mengubah gaya hidup kita menjadi gaya hidup ramah
lingkungan. Gaya hidup ramah lingkungan sering diartikan sebagai gaya hidup dalam Reuse,
Reduce, and Recycle. Kita bisa memakai barang-barang bekas sebagai alternatif pertama,
yang kedua kita bisa mengurangi ekdploitasi sumber daya yang ada agar tidak merusak
ekosistem alam, dan yang ketiga kita bisa mendaur ulang sendiri sampah-sampah sehari-hari
misalnya saja kertas.

REUSE
Memakai barang-barang bekas untuk waktu yang lama sampai barang tersebut
memang sudah tidak bisa dipakai lagi merupakan jalan terbaik bagi pengurangan sampah.
Kita bisa menjual atau menyumbangkan barang-barang bekas sebelum mengambil keputusan
untuk membuang barang tersebut.

REDUCE
                Pegurangan sampah merupakan langkah penting selanjutnya dalam memelihara
sumber daya alam, menjaga pengeluaran energy, dan menjaga tanah dan air aar tidak
terkontaminasi. Ketika kita membeli sesuatu, pastikan kita memikirkan sampah yang
dihasilkan dan memilih bahan yang bisa digubakab berkali-kali untuk pembungkus. Pilihlah
kertas, kardus atau tidak membungkusnya daripada memilih plastic yang sulit dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses penguraiannya.

RECYCLE
                Ketika kita membicarakan tentang daur ulang berbagai material secara tidak
langsung kunci utama dalam proses tersebut adalah pengurangan penggunaan sumber daya
sebagai pengaruh langsung proses daur ulang. Kita bisa memakai tiga bahan yang biasa kita
pakai dalam kehidupan sehari-hari yaitu kertas, plastik, dan alumunium.
Kertas
Ketika kita memutuskan untuk tidak memakai kertas baru, kita sudah memberikan
dampak  bagi 2 hal penting yaitu pengurangan penggunaan sumber daya dan
pengurangan emisi karbon. Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakukan,
menunjukkan bahwa tingkat emisi karbon yang dihasilkan dalam proses daur ulang
kertas berkurang dua kali lipat dibandingkan dengan proses pembuatan kertas baru.
Sebagai contohnya dalam proses pembuatan kertas baru gas karbon yang
dihasilkan pada saat penebangan kayu memakai mesin pemotong kayu dan truk-
truk yang membawa kayu tersebut berbahan bakar diesel, proses yang terjadi ketika
kayu tersebut diolah menjadi bubur kayu, ketika kertas tersebut menglamai
penguraian akan menghasilkan gas metana yang membahyakan manusia.
Sedangkan kertas daur ulang tidak perlu melalu proses-proses tersebut. Secara
otomatis gas karbon dan gas metana yang dihasilkan berkurang dibandingkan
dalam proses pembuatan kertas baru.
Plastik
Saat ini plastik merupakan barang yang sering digunakan untuk membungkus
barang, dengan begitu permintaan akan plastik terus bertambah. Berbeda dengan
kertas, daur ulang plastik tidak menambah efisiensi dalam penggunaan sumber
daya akan tetapi semakin banyaknya sampah plastik memaksa kita untuk mendaur
ulangnya. Pandangan tentang plastik sebagai barang yang dapat didaur ulang malah
menambah tingkat permintaan akan plastik itu sendiri. Dan kebanyakan plastik
daur ulang dijadikan bahan baku untuk pembuatan barang yang tidak bisa didaur
ulang kembali.
Alumunium
Alumunium merupakan bahan yang 100 % dapat di daur ulang dan bisa dilakukan
sampai beberapa kali. Berbeda dengan plastik dimana dalam proses daur ulangnya
komponen plastik akan melemah sehingga batas waktu daur ulang plastik sangat
terbatas, sedangkan alumunium merupakan materi yang bisa didaur ulang sampai
waktu yang tidak terbatas.  Amerika Serikat sudah memulai usaha daur ulang
alumunium sebagai alternatif utama dalam pelaksanaan program ramah
lingkungan, daripada mendaur ulang plastik.

DAFTAR PUSTAKA

·         Clapp, Jeniffer, dkk.  “Path To A Green World : The Political Economy Of The Global

Environment”. Massachusetts Institutes of Tecnology. 2005

·         Tietenberg, Tom, dkk. “Enviromental And Natural Resource Economics 9th Edition”.

Pearson Education, Inc. 2009

·         Byron, Michael P. “Infinity’s Rainbow : The Politics Of Energy, Climate and

Globalization”. Algora Publishing. 2006


·         Riley, Trish. “The Complete Idiot’s Guide To Green Living”. Alpha Books, Penguin

Group. 2006

·         Turner, Bryan S. “Routledge International Handbook Of Globalization Studies”.

Routledge, Oxon. 2010

·         Steger, Manfred S. “Globalization : A Very Short Introduction”. Oxford Ubiversity Press,

Oxford. 2003

·         Wagner, Vigi. “Recycling : Issues That Concern You”. Greenhaven press, Farmingtom

Hills. 2009

Anda mungkin juga menyukai