GI OBAT
ATROPIN, RANITIDIN, EFEDRIN
Reseptor-reseptor muskarin terdapat di SSP dan organ perifer
Atropin dapat ditemukan di dalam tanaman Atropa Belladona
Berbentuk kristal putih, tidak berbau, berasa pahit, dan sensitif terhadap cahaya
C17H23NO3
ATROPIN
FARMAKODINAMIK
Mekanisme kerja
Atropin merupakan antagonis kompetitif untuk reseptor asetilkolin muskarinik tipe M1, M2, M3, M4, dan M5, yang akan
menyebabkan inhibisi parasimpatis reseptor asetilkolin di otot polos
Atropin meningkatkan aktivitas nodus sinoatrial (NSA) dan konduksi nodus atrioventrikular (NAV) jantung, bekerja
berlawanan dengan aksi saraf vagus, memblokir tempat reseptor asetilkolin, dan menurunkan sekresi bronkus paru.
Atropin menghalangi aktivasi ini sehingga menyebabkan midriasis (pelebaran pupil mata) dan aktivitas dilasi simpatis,
melemahkan kontraksi otot siliaris, dan menyebabkan sikloplegia (paralisis otot siliaris)
SARAF OTONOM
FARMAKODINAMIK
Interaksi Atropin
Obat agonis dopaminergik (amantadin) meningkatkan efek antikolinergiknya
Digoxin berisiko menimbulkan efek toxic
Menurunkan efektivitas atropin pilocarpine, trihexyphenidyl, tolterodine, scopolamine, hyoscyamine, amitriptyline, dan
diphenhydramine.
Menurunkan efektivitas obat aripiprazole, trifluoperazine, sulpiride, risperidone, quetiapine, promethazine, perphenazine, paliperidone,
haloperidol, dan clozapine.
Berisiko hipertensi dan gangguan detak jantung phenyleprine pilocarpine, trihexyphenidyl, tolterodine, scopolamine, hyoscyamine,
amitriptyline, dan diphenhydramine
antikolinergik seperti antidepresan golongan trisiklik, antihistamin, fenotiazin, disopiramid, dan quinidine akan meningkatkan
aktivitas antikolinergik sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer
FARMAKOKINETIK
Absorsi dan distribusi OraL >> Jejenum dan ileum
Reaksi alergi seperti pembengkakan bibir, lidah, atau wajah, sulit bernapas, tenggorokan menyempit, atau gatal-gatal.
Mual, kembung, nyeri ulu hati, sembelit, sulit buang air kecil,
Histamin disintesis di semua jaringan, tetapi sangat melimpah di kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan
Fungsi reseptor H2 mempercepat ritme sinus, stimulasi sekresi asam lambung, relaksasi otot polos, menghambat
sintesis antibodi, proliferasi sel T, dan produksi sitokin
RANITIDINE C13H22N4O3S
FARMAKODINAMIK
Mekanisme aksi
Antagonis kompetitif reversibel reseptor histamin pada sel parietal mukosa lambung yang berfungsi untuk mensekresi
asam lambung.
Histamin yang diproduksi oleh sel ECL gaster diinhibisi karena ranitidin menduduki reseptor H2 yang berfungsi
menstimulasi sekresi asam lambung
Substansi lain (gastrin dan asetilkolin) yang menyebabkan sekresi asam lambung, berkurang efektifitasnya pada sel
parietal jika reseptor H2 diinhibisi.
FARMAKODINAMIK
FARMAKODINAMIK
Interaksi Obat
Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat absorpsi ranitidin oleh saluran pencernaan, jika digunakan bersama
propantheline bromide.
Menghambat metabolisme teofilin, diazepam, dan propanolol di dalam organ hati.
Mengganggu penyerapan obat-obatan yang tingkat penyerapannya dipengaruhi oleh pH, seperti ketoconazol dan midazolam.
Menurukan bioavailabilitas ranitidin, jika digunakan bersama dengan obat antasida atau sukralfat.
FARMAKOKINETIK
Absorsi dan distribusi Oral >> (bioavailabilitas) 50% diabsorbsi dan mencapai
peak plasma concentration dicapai dalam waktu 1-2 j
IM >> dosis 50 mg sangat cepat dengan mean plasma
concentration 576 ng/ml dalam 15 menit atau kurang.
Bioavailabilitas mencapai 90-100%
IV >> mean plasma concentration 440-545 ng/mL dalam
2-3 jam
Didistribusikan secara luas, termasuk ASI, menyeberangi
sawar darah otak dan plasenta
Metabolisme Di hepar, metabolit N oksida, S oksida, Desmetil ranitidin
Waktu paruh 2 -3 jam
Ekskresi Ekskresi ranitidin (unchanged form) di urin pada
pemberian oral 30% dan 70% pada pemberian IV dalam 24
jam, sisanya dieksresikan lewat feses
EFEK SAMPING
Takikardi
Agitasi,
Gangguan penglihatan,
C10H15NO
EFEDRIN
FARMAKODINAMIK
Mekanisme aksi
Secara langsung sebagai agonis pada reseptor alfa dan beta adrenergik,
Secara tidak langsung menyebabkan pelepasan norepinefrin pada persarafan simpatis. Hal ini menyebabkan efek
peningkatan tekanan darah, denyut jantung, cardiac output serta peningkatan resistensi perifer.
Stimulasi pada reseptor alfa adrenergik yang terdapat pada sel otot polos vesika urinaria menyebabkan peningkatan
tahanan terhadap pengeluaran urin
Aktivasi reseptor beta adrenergik di saluran napas dan paru menyebabkan bronkodilasi.
Efedrin juga bekerja sebagai stimulan pada korteks serebri dan pemberian topikal dapat menyebabkan dilatasi pupil.
FARMAKODINAMIK
Interaksi obat
Alkaloid ergot dan oksitosin.
Meningkatkan efek penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi).
Theophylline.
Meningkatkan risiko mual, gugup, dan kesulitan tidur (insomnia).
Dexamethasone.
Memperpanjang waktu yang dibutuhkan obat untuk dikeluarkan tubuh dari separuh kadar awal obat
(waktu paruh), sehingga obat akan tinggal dalam waktu lama di dalam tubuh.
MAO inhibitor
krisis hipertensi
FARMAKOKINETIK
Absorsi dan distribusi Efedrin diabsorpsi di gastrointestinal.
Onset obat sangat cepat jika diberikan secara
intravena, dan berkisar 10-20 menit setelah pemberian
intramuskular
Metabolisme Efedrin dimetabolisme di hepar secara minimal.
Metabolit yang dihasilkan berupa asam benzoat,
hippuric acid, norefedrin, dan p-hidroksiefedrin
Waktu paruh 2.5 -3,6jam durasi 3-6jam
Ekskresi Efedrin dieksresikan melalui urin sebanyak 95%
dalam 24 jam. ekskresi efedrin juga dipengaruhi oleh
pH urin
EFEK SAMPING
Hipertensi,
Palpitasi, takikardia,
Aritmia Jantung