DAN PASCAOPERATIF
NIM : 2019040065
KELAS : ANESTESI 3B
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan pada kaum wanita yang insidensinya terus
dari 341 wanita terjadi pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%.
uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%.
Medical College and Hospital) terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77
kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51%, dan
45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi
30%.
terhadap resiko mioma uteri sangat dibutuhkan. Dalam hal ini peran
health educator.
1.2 Tujuan
Mioma Uteri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN OPERASI
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre
operasi (pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah).
Pre bedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,
dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer
ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca
bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.
C. ANASTESIA
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga
menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang
rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis pembedahan
atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi
dilakukan.
Jenis-jenis anestesia
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar
untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf
sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya
hilang rasa pada daerah tubuh tersebut.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada
daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau
perintah serta untuk mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi
terbatas.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri
dengan merangsang keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran.
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus
normal lebih kurang 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan
masa predolesen
telur.
rongga rahim.
yang terbuka.
yaitu:
jaringan ikat.
Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim
geburt.
2) Mioma intramural
Berada diantara serabut miometrium.Disebut juga
masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan
3) Mioma subserosum
(Sarwono, 2005).
2.4 Etiologi
mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda,
Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “sell nest” oleh estrogen, faktor:
1. Teori stimulasi
bahwa:
1) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
mioma uteri.
muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada
yaitu :
1. Umur :
tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang
menstruasi
d. Perdarahan berkepanjangan
terjadi:
saling mempengaruhi:
b. Persalinan prematurus
infertilitas
dan perdarahan
2.6 Patofisiologi
Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti
pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada
2.7 Pathway
2.8 Pemeriksaan Penunjang
tersebut.
7. Ultrasonografi
8. Histeroskopi
2.9 Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
infeksi
2) Infeksi
3) Abortus
5) Infeksia uteria
7) Retensi plasenta
2.10 Penatalaksaaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu :
minggu
rectum.
menyebabkan menopause.
4. Operasi
a. Miomektomi
Miomektomiadalahpengambilansarangmiomatanpapen
Miomektomilebihsering di lakukanpadapenderitamioma
uteri secaraumum.
Miomektomidilakukanpadawanitayangmasihmenginginka
nketurunan. Syaratnyaharusdilakukankuretasedulu,
untukmenghilangkankemungkinankeganasan.
KERUGIAN:
a) Melemahkandinding uterus,
padawaktuhamil.
b) Menyebabkanperlekatan.
c) Residif.
b. Histerektomi/ PengangkatanRahim
Histerektomi
adalahtindakanoperatifyangdilakukanuntukmengangkatrah
(Prawirohardjo, 2001).
menginginkananaklagi,
danpadapenderitayangmemilikimiomayangsimptomatikata
uyangsudahbergejala.
Histrektomidilakukanpadamiomayangukurannyabesardan
tertentu.
berikut :
oleh pasien.
(Chelmow, 2005).
Selamakehamilan, terapiawalyangmemadaiadalahtirahbaring,
analgesia danobservasiterhadapmioma.
Penatalaksanaankonservatifselalulebihdisukaiapabilajaninimatur.
Seksiosesareamerupakanindikasiuntukkelahiranapabilamioma uteri
2.11 Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum
3. Pencegahan Sekunder
4. Pencegahan Tertier
PEMBAHASAN
Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter obstetri dan dokter
anestesi sebelum operasi dilakukan. Anggota multidisiplin lainnya juga
dapat terlibat, misalnya fisioterapis.
2. Pramedikasi
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll
harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas
seandenya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas
dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan
akan tidak sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.
5. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase
katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan protein
plasma yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk
perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao infeksi.
(1) Pengertian
(2) Tujuan
(6) Prosedur
a) Inspeksi kondisi umum kulit bila terjadi lesi, iritasi, atau tanda infeksi,
pencukuran seharusnya tidak dilakukan. Kondisi ini meningkatkan
kemungkinan terhadap infeksi luka pasca operasi
b) Tinjau kembali pesanan dokter untuk memastikan area yang akan
dipotong. (tinjau prosedur ruang operasi sesuai kebijakan institusi)
area luas untuk pemotongan rambut tergantung pada tempat insisi,
tempat pembedahan.
c) Jelaskan mengenai prosedur dan rasionalisasinya untuk pemotongan
rambut diatas permukaan yang luas. Meningkatkan kerja sama dan
meminimalkan ansietas karena klien dapat berpikir insisi akan seluas
tempat pemotongan rambut.
d) Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi.
e) Tutup pintu ruangan atau tirai tempat tidur memberikan privasi pada
klien
f) Atur posisi tempat tidur yang sesuai (tempat tidur di tinggikan)
Menghindari bekerja sambil membungkuk dalam waktu yang lama.
g) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi pembedahan.
Pemotongan rambut dan persiapan kulit dapat memerlukan waktu
beberapa menit.
h) Keringkan area yang dipotong dengan handuk. Menghilangkan
kelembaban, yang mempengaruhi kebersihan potongan dari
pemotongan.
i) Pegang pemotong pada tangan dominan, sekitar 1 cm diatas kulit, dan
gunting rambut pada arah tumbuhnya. Mencegah penarikan rambut
dan abrasi kulit
j) Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah pemajangan bagian tubuh
yang tidak perlu
k) Dengan ringan, sikat rambut yang tercukur dengan handuk.
Menghilangkan rambut yang terkontaminasi dan meningkatkan
kenyamanan klien memperbaiki penglihatan terhadap area yang
dipotong
l) Bila memotong area diatas permukaan tubuh (missal umbilicus atau
lipat paha) bersihkan lipatan dengan aplikator berujung kapas yang
telah dicelupkan ke arah larutan antiseptik, kemudian dikeringkan.
Menghilangkan secret, kotoran, dan sisa potongan rambut, yang
menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme.
m) Berikan klien bahwa prosedur telah selesai. Menghilangkan ansietas
klien
n) Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai kebijakan institusi, buang
sarung tangan. Pembuangan peralatan yang kotor sesuai tempatnya
mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi resiko cidera.
o) Inspeksi kondisi kulit setelah menyelesaikan pemotongan rambut.
Menentukan bila terdapat sisa rambut atau bila kulit terpotong
p) Dokumentasikan prosedur (nama, waktu, area yang dipotong atau
dicukur, dan kondisi kulit sebelum dan sesudah tindakan)
q) Hal yang perlu diperhatikan
r) Lakukan kewaspadaan ekstra bila klien memiliki kecenderungan
perdarahan sebelumnya seperti pada leukemia, anemia aplikasi, atau
hemofilia atau telah menerima terapi anti koagulan. Bila klien
memiliki kecenderungan perdarahan atau pada terapi antikoagulan,
pencukuran kering mungkin dianjurkan
f. Personal Hygine
h. Latihan Fisik
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.Tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C.
Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami
kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien
wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi
lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.Takut /
ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
B. Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
dapat dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan
jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan
tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding
kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas,
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas
selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan
menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma,
kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut
yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang
berisiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu
lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk
memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan
output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan
output, serta mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot
sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi
secara terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi
pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan
spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien
seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
lebih detail.
a) Pengkajian awal
1. Status Respirasi
Meliputi : Kebersihan jalan nafas, Kedalaman pernafasaan,
Kecepatan dan sifat pernafasan, Dan Bunyi nafas
2. Status sirkulator
Meliputi :Nadi, Tekanan, darah, Suhu,Warna kulit
3. Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
4. Balutan
Meliputi : Keadaan drain. Terdapat pipa yang harus disambung
dengan sistem drainase.
5. Kenyamanan
Meliputi :Terdapat nyeriMualMuntah
6. Keselamatan
Meliputi : Diperlukan penghalang samping tempat tidur. Kabel
panggil yang mudah dijangkau. Alat pemantau dipasang dan dapat
berfungsi.
7. Perawatan
Meliputi : Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainase : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8. Nyeri
Meliputi : Waktu Tempat.
9. Frekuensi.
10. Kualitas.
11. Faktor yang memperberat / memperingan.
B. Pengkajian Psikososial
C. Pemeriksaan Laboratorium
B. Diagnosa Tambahan
A. KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah
(postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa
ke ruang pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang
pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif. Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang
dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud
nyatakan peran tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat
melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu
mengembangkan ilmunyDAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
(KDPK). Jakarta: CV Trans Info Media
http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-
intra.html
http://theurbanmama.com/articles/5-hal-yang-perlu-dipersiapkan-sebelum-
operasi-elektif-M20914.html
https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-
post-operasi/