Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

“ MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI “

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Harton, s. Pd. I., MA

Disusun Oleh :

Kelompok 12

❖ ANISA TRI RAHMADANI (3321163)


❖ SRI EKA RAMADANI (3321183)
❖ RIRIN (3321194)

KELAS PS-E

PRIODI PERBANKAN SYARIAH

FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) BUKITTINGGI

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Makalah ini
berjudul “Model Penelitian Sejarah Islam”.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi Islam. Selanjutnya, kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Hanton, S. Pd.I., MA
sebagai dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah memberikan banyak bantuan
arahan dan petunjuk yang sangat jelas sehingga mempermudah kami dalam menyelesaikan
tugas ini. Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
selesainya makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang Metodologi Studi Islam. Terimakasih

Bukittinggi , 24 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5

A. Makna Penelitian Antropologi dan Sosiologi Agama..................................................... 5

B. Model Penelitian Antropologi agama ............................................................................. 7

C. Model Penelitian Sosiologi agama.................................................................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11

A. Kesimpulan.................................................................................................................. 11

B. Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah islam merupakan salah satu bidang studi yang banyak menarik perhatian
penelitian baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karena banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat islam mempelajari sejarah islam
selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus sebagai peringatan agar berhati-hati.

Demikian juga mengetahui bahwa umat islam juga mengalami kemunduran,


penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat islam untuk memperbaiki keadaan
dirinya dan tampilan untuk berjuang mencapai kemajuan. Sementara itu, bagi para peneliti
barat, mempelajari sejarah islam selain untuk pengembangan ilmu, terkadang juga
dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan kekurangan umat islam agar dapat dijajah dan
sebagainya.

Dari keadaan itulah banyak masalah-masalah kemasyarakatan produk-produk hukum


yang dipelajari diberbagai lembaga pendidikan, dengan disertai oleh pengetahuan sejarah
yang cukup. Dengan demikian, sering berbagai masalah sosial dan hukum serta pemikiran
islam lainnya dipahami lepas dari konteksnya, sehingga kemauan untuk mengaitkannya
dengan masalah-masalah yang muncul di masyarakat tidak terjangkau.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sejarah islam?

2. Apa ruang lingkup sejarah islam?

3. Apa model penelitian sejarah islam?

C. Tujuan Penulisan

4
1. Untuk mengetahui pengertian sejarah islam

2. Untuk mengetahui ruang lingkup sejarah islam

3. Untuk mengetahui model penelitian sejarah islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Penelitian Antropologi dan Sosiologi Agama

Dewasa ini telah muncul suatu kajian agama yang menggunakan antropologi dan
sosiologi sebagai basis pendekatannya. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang
selama ini digunakan dipandang harus dilengkapi dengan pendekatan antropologi dan
sosiologi tersebut. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang ada selama ini antara
lain pendekatan teologis, normatif, filosofis, dan historis.

Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada dataran empirik akan
dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan
dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata
sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat
ditemukan adanya hubungan yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi
dan politik. Menurut kesimpulan penelitian antropologi, golongan masyarakat kurang mampu
dan golongan miskin lain pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang
bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahn tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan
golongan kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah
mapan secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan pihaknya.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa pendekatan antropologi, dengan jelas dapat


mendukung menjelaskan bagaimana suatu fenomena agama itu terjadi.

Dari pendekatan dan persepektif antropologi di atas dapat diketahui bahwa doktrin-
doktrin dan fenomena-fenomena keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak pernah
lepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung

5
keberadaannya. Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami gejala-gejala
keagamaan.

Sedangkan sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan
terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologi masyarakat dilihat
sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh
dikatan stabil. Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan
yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.

Dalam penelitian kaum sosiolog agama dijelaskan bahwa sukar bagi manusia, untuk
dalam jangka waktu yang cukup lama, bersepakat mengatur tingkah laku mereka sesuai
dengan macam-macam larangan dan perintah yang satu sama lain tidak bertalian. Apabila
masyarakat diharapkan stabil, dan tingkah laku sosial masyarakat bisa tertib dan baik, maka
tingkah laku yang baik harus ditata dan dipolakan sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang
relatif diterima dan disepakati bersama. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan-tujuan
atau merupakan sasaran utama tingkah laku sosial manusia atau disebut oleh sarjana sosiolog
sebagai nilai-nilai.

Selanjutnya, pada saat nilai-nilai suatu masyarakat dapat diintegrasikan dalam suatu
tatanan atau sistem yang berarti, maka pada saat itulah anggota-anggota masyarakat dapat
bersatu ke satu arah dan tingkah laku mereka. Dalam kaitan ini, terlihat dengan jelas fungsi
agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dalam pandangan kaum sosiolog, agama memiliki enam fungsi bagi kehidupan
masyarakat antara lain:

• Agama dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari manusia yang tidak dapat
dipenuhi oleh lainnya.
• Agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati janji-janjinya.
• Bahwa agama dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat
dan isi kewajiban-kewajiban sosial.
• Agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh
manusia dan diperlukan untuk menyatukan pandangannya.
• Agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada dalam
hampir semua masyarakat bukan sekadar kumpulan nilai yang bercampur aduk tetapi
membentuk tingkatan (hierarki).

6
• Agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar tingkah laku, yaitu berupa
keharusan-keharusan yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial yang selanjutnya
disebut sebagai norma-norma sosial.

B. Model Penelitian Antropologi Agama

Di antara contoh penelitian di bidang antropologi agama dilakukan oleh Clifford


Geertz dalam bukunya berjudul The Religion of Java (tahun 1950-an). Parsudi Suparlan1
menyatakan bahwa arti penting dari karya Geertz adalah sumbangannya kepada pengetahuan
kita mengenai simbol-simbol. Yaitu, bagaimana hubungan antara struktur-struktur sosial
yang ada dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol,
bagaimana para anggota masyarakat mewujudkan adanya integrasi dan disintegrasi dengan
cara mengorganisasi, dan mewujudkan simbol-simbol tertentu, sehingga perbedaan-
perbedaan yang tampak antara struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut hanyalah
bersifat komplementer.

Masyarakat Jawa di Mojokuto dilihat oleh Geertz sebagai suatu sistem sosial, dengan
kebudayaan jawanya yang akulturatif dan agama yang sinkretik, yang terdiri atas
subkebudayaan Jawa yang masing-masing merupakan struktur-struktur sosial yang berlainan.
Struktur-struktur sosial yang dimaksud adalah Abangan (yang intinya berpusat di pedesaan),
Santri (yang intinya berpusat di tempat perdangangan atau pasar), dan Priyayi (yang intinya
berpusat di kantor pemerintahan, di kota). Adanya tiga struktur sosial yang berlainan ini
menunjukkan bahwa di balik kesan yang didapat dari pernyataan bahwa penduduk Mojokuto
itu sembilan puluh persen beragama islam, sesungguhnya terdapat variasi dalam sistem
kepercayaan, nilai, dan upacara yang berkaitan dengan masing-masing struktur sosial
tersebut.

Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu pedesaan, pasar, dan kantor pemerintah)
dibarengi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda (yang berkaitan dengan
masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam di Jawa) telah mewujudkan adanya
Abangan yang menekankan pentingnya aspek-aspek animistik, santri yang menekankan
pentingnya aspek-aspek Islam, dan Priyayi yang menekankan aspek-aspek Hindu.

7
Berdasarkan deskripsi singkat di atas, dapat diketahui bahwa model penelitian yang
dilakukan Geertz adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
didasarkan pada data-data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, survey, dan
penelitian Grounded Research, yakni penelitian yang penelitinya terlibat dalam kehidupan
masyarakat yang ditelitinya.

Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitiannya itu, Geertz


menggunakan informan, yakni orang-orang yang dapat menyampaikan informasi tentang
objek yang diteliti. Kemudian dari segi waktu yang digunakan untuk penelitian tersebut,
maka terbagi selama tiga tahap.

Tahap pertama, antara September 1951 sampai 1952, persiapan yang intensif dalam
bahasa Indonesia (yakni melayu) dilakukan di Universitas Havard, mula-mula di bawah
Professor Isadora Dyen dan kemudian di bawah Tuan Rufus Hendon, yang kemudian hari
menjadi direktur proyek, dengan bantuan orang-orang Indonesia. Waktu antara bulan juli
sampai Oktober 1952 dipergunakan di Negeri Belanda, mewawancarai sarjana-sarjana
Belanda yang ahli tentang Indonesia di Universitas leiden dan di Tropical Institut di
Amsterdam.

Tahap kedua, dari bulan Oktober 1952 sampai Mei 1953 dipergunakan terutama di
Yogyakarta, tempat ia mempelajari bahasa Jawa, dengan mempergunakan mahasiswa-
mahasiswa Universitas Gajah Mada, dan memperoleh sejumlah pengetahuan umum
mengenai kebudayaan dan kehidupan kota Jawa. Selama masa ini, satu setengah bulan
lamanya dihabiskan juga untuk mewawancarai pemimpin-pemimpin agama dan politik di ibu
kota Negara, Jakarta, sambil mengumpulkan statistik dan menyelidiki organisasi birokrasi
pmerintah pada umumnya dan Departemen Agama pada khususnya.

Tahap ketiga, antara Mei 1953 sampai September 1954, merupakan masa penelitian
lapangan yang sesungguhnya, dan dilakukan di Mojokuto. Ia dan istrinya sepanjang masa itu
tinggal di rumah seorang buruh kereta api di ujung kota, rumah itu sebenarnya tidak terletak
di desa Mojokuto, tetapi di desa sebelahnya, yang hanya bersifat kota di bagian tenggaranya.

Semua kegiatan, temasuk wawancara dengan para informan, ia lakukan dengan


menggunakan bahasa jawa, kecuali beberapa pelajar yang sangat nasionalistik dan lebih
senang berbahasa Indonesia (Melayu).

8
Selanjutnya, dari segi informan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya
itu, Geertz megatakan bahwa ia melakukan banyak kegiatan sistematis dan lama dengan
informan-informan tertentu mengenai suatu topik , baik dirumah mereka sendiri maupun di
kantor.

Sedangkan pendekatan analisisnya sebagaimana tersebut di atas adalah dengan


menggunakan kerangka teori yang terdapat dalam ilmu antropologi. Dengan pendekatan ini,
fenomena keagamaan yang terjadi di daerah Jawa dapat di jelaskan dengan baik.

C. Model Penelitian Sosiologi Agama

Penelitian sosiologi agama pada dasarnya adalah penelitian tentang agama yang
mempergunakan pendekatan ilmu sosial (sosiologi). Dalam kaitan ini, berbagai persoalan
yang terdapat dalam ilmu sosial dilihat secara seksama dalam hubungannya dengan agama.
Dalam penelitian ini dapat dilihat agama yang terdapat pada masyarakat industri modern,
agama pada lapisan masyarakat yang berbeda-beda, agama yang dikembangkan pada
kalangan penguasa, politikus, dan lain sebagainya.

Di antara contoh mengenai penelitian sosiologi agama dilakukan oleh Robert N.


Bellah dalam bukunya berjudul Religion Evolution: American sosiological Review (tahun
1964). Hasil penelitian Bellah terhadap agama primitif menyimpulkan bahwa agama-agma
primitif secara keseluruhan diarahakan kepada suatu kosmos tunggal, mereka sama sekali
tidak mengetahui suatu dunia yang sama sekali berbeda dalam hubungannya dengan dunia
nyata yang sama tidak bernilai. Agama-agama ini menaruh perhatian terhadap pemeliharaan
keharmonisan diri manusia, sosial dan kosmis serta berkepentingan atas pencapaian tujuan-
tujuan tertentu (hujan, panen, anak, kesehatan) seperti yang selalu merupakan tujuan manusia
biasa.

Berdasarkan temuannya itu, Bellah sampai pada kesimpulan bahwa Agama sebagai
seperangkat bentuk dan perbuatan simbolik yang menghubungkan menusia dengan kondisi-
kondisi pokok eksistensinya.

9
Suatu hal yang perlu dicatat, bahwa suatu hasil penelitian bidang sosiologi agama bisa
saja berbeda dengan agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci. Sosiologi agama bukan
mengkaji benar atau salahnya suatu ajaran agama, tetapi yang dikaji adalah bagaimana agama
tersebut dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya. Dalam kaitan ini, dapat terjadi apa yang
ada dalam doktrin kitab suci berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan empirik. Para
sosiolog membuat kesimpulan tentang agama dari apa yang terdapat dalam masyarakat. Jika
suatu pemeluk agama terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, kesehatan,
kebersihan, dan lain sebagainya, kaum sosiolog terkadang menyimpulkn bahwa agama
dimaksud merupakan agama untuk orang-orang yang terbelakang. Kesimpulan ini mungkin
akan mengagetkan kaum tekstual yang melihat agama sebagaimana yang terdapat dalam
kitab suci yang memang diakui ideal.

Agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci merupakan Das Sollen, sesuatu yang
harusnya terjadi. Sedangkan agama yang terdapat dalam kenyataan adalah Das Sein, sesuatu
yang tampak terjadi di lapangan. Antara agama yang terdapat pada dataran Das Sein dengan
yang terdapat pada Das Sollen bisa saja terjadi kesenjangan. Inilah yang selanjutnya yang
dianggap sebagai problema yang harus didekati dengan melakukan berbagai kegiatan
pembaharuan melalui jalur pendidikan, dakwah, pembinaan, dan sebagainya.

Mengenai metodologi penelitian sosiologi agama lengkap dengan perangkatnya pada


dasarnya sama dengan langkah-langkah dalam penelitian antropologi agama.hal ini tidak
mengherankan karena antropologi sering dikelompokkan sebagai salah satu cabang dari
sosiologi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembaruan islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan faham
keagamaislaman dengan perkembangaan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.

Diantara hasil penelitiannya ada 2 :

1. Deliar Noer, penelitiannya bersifat deskriptif analitis Deliar Noer


menyebukan adanya golongan tradisional dan golongan pembaharu. Sementara itu,
golongan pembaharu lebih memberi perhatian pada sifat islam pada umumnya.

2. H.A.R. Gibb, penelitiannya bersifat eksploratif deskriptif. Dari penelitian


itu, Gibb mengemukakan tentang dasar-dasar alam pikiran isalam, ketenggangan
dalam islam, dasar-dasar moderisme, agama kaum modern. Hukum dan masyarakat
serta islam di dunia.

Satu Contoh Penelitian Menggunakan Pendekatan Sosiologi yang menggunakan


pendekatan sosiologi, seperti yang dijelaskan Atho Mudzhar tentang Mesjid dan Bakul

11
Keramat: konflik dan integrasi dalam masyarakat Bugis Amparita. Judul tersebut diteliti
dengan menggunakan metode grounded research.

B. Saran

Alhamdulillah dengan selesainya makalah ini,kami berharap bermanfaat bagi


pembaca.meskipun makalah jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami sebagai penyusun
PPmakalah.berharap akan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,


1998)

12

Anda mungkin juga menyukai