DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
Kelompok 12
KELAS PS-E
2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Makalah ini
berjudul “Model Penelitian Sejarah Islam”.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi Islam. Selanjutnya, kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Hanton, S. Pd.I., MA
sebagai dosen mata kuliah Metodologi Studi Islam yang telah memberikan banyak bantuan
arahan dan petunjuk yang sangat jelas sehingga mempermudah kami dalam menyelesaikan
tugas ini. Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
selesainya makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang Metodologi Studi Islam. Terimakasih
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah islam merupakan salah satu bidang studi yang banyak menarik perhatian
penelitian baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karena banyak manfaat
yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat islam mempelajari sejarah islam
selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus sebagai peringatan agar berhati-hati.
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
1. Untuk mengetahui pengertian sejarah islam
BAB II
PEMBAHASAN
Dewasa ini telah muncul suatu kajian agama yang menggunakan antropologi dan
sosiologi sebagai basis pendekatannya. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang
selama ini digunakan dipandang harus dilengkapi dengan pendekatan antropologi dan
sosiologi tersebut. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang ada selama ini antara
lain pendekatan teologis, normatif, filosofis, dan historis.
Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada dataran empirik akan
dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan
dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata
sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat
ditemukan adanya hubungan yang positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi
dan politik. Menurut kesimpulan penelitian antropologi, golongan masyarakat kurang mampu
dan golongan miskin lain pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang
bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahn tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan
golongan kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah
mapan secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan pihaknya.
Dari pendekatan dan persepektif antropologi di atas dapat diketahui bahwa doktrin-
doktrin dan fenomena-fenomena keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak pernah
lepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung
5
keberadaannya. Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami gejala-gejala
keagamaan.
Sedangkan sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan
terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologi masyarakat dilihat
sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh
dikatan stabil. Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan
yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.
Dalam penelitian kaum sosiolog agama dijelaskan bahwa sukar bagi manusia, untuk
dalam jangka waktu yang cukup lama, bersepakat mengatur tingkah laku mereka sesuai
dengan macam-macam larangan dan perintah yang satu sama lain tidak bertalian. Apabila
masyarakat diharapkan stabil, dan tingkah laku sosial masyarakat bisa tertib dan baik, maka
tingkah laku yang baik harus ditata dan dipolakan sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang
relatif diterima dan disepakati bersama. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan-tujuan
atau merupakan sasaran utama tingkah laku sosial manusia atau disebut oleh sarjana sosiolog
sebagai nilai-nilai.
Selanjutnya, pada saat nilai-nilai suatu masyarakat dapat diintegrasikan dalam suatu
tatanan atau sistem yang berarti, maka pada saat itulah anggota-anggota masyarakat dapat
bersatu ke satu arah dan tingkah laku mereka. Dalam kaitan ini, terlihat dengan jelas fungsi
agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dalam pandangan kaum sosiolog, agama memiliki enam fungsi bagi kehidupan
masyarakat antara lain:
• Agama dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari manusia yang tidak dapat
dipenuhi oleh lainnya.
• Agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati janji-janjinya.
• Bahwa agama dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat
dan isi kewajiban-kewajiban sosial.
• Agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh
manusia dan diperlukan untuk menyatukan pandangannya.
• Agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada dalam
hampir semua masyarakat bukan sekadar kumpulan nilai yang bercampur aduk tetapi
membentuk tingkatan (hierarki).
6
• Agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar tingkah laku, yaitu berupa
keharusan-keharusan yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial yang selanjutnya
disebut sebagai norma-norma sosial.
Masyarakat Jawa di Mojokuto dilihat oleh Geertz sebagai suatu sistem sosial, dengan
kebudayaan jawanya yang akulturatif dan agama yang sinkretik, yang terdiri atas
subkebudayaan Jawa yang masing-masing merupakan struktur-struktur sosial yang berlainan.
Struktur-struktur sosial yang dimaksud adalah Abangan (yang intinya berpusat di pedesaan),
Santri (yang intinya berpusat di tempat perdangangan atau pasar), dan Priyayi (yang intinya
berpusat di kantor pemerintahan, di kota). Adanya tiga struktur sosial yang berlainan ini
menunjukkan bahwa di balik kesan yang didapat dari pernyataan bahwa penduduk Mojokuto
itu sembilan puluh persen beragama islam, sesungguhnya terdapat variasi dalam sistem
kepercayaan, nilai, dan upacara yang berkaitan dengan masing-masing struktur sosial
tersebut.
Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu pedesaan, pasar, dan kantor pemerintah)
dibarengi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda (yang berkaitan dengan
masuknya agama serta peradaban Hindu dan Islam di Jawa) telah mewujudkan adanya
Abangan yang menekankan pentingnya aspek-aspek animistik, santri yang menekankan
pentingnya aspek-aspek Islam, dan Priyayi yang menekankan aspek-aspek Hindu.
7
Berdasarkan deskripsi singkat di atas, dapat diketahui bahwa model penelitian yang
dilakukan Geertz adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
didasarkan pada data-data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, survey, dan
penelitian Grounded Research, yakni penelitian yang penelitinya terlibat dalam kehidupan
masyarakat yang ditelitinya.
Tahap pertama, antara September 1951 sampai 1952, persiapan yang intensif dalam
bahasa Indonesia (yakni melayu) dilakukan di Universitas Havard, mula-mula di bawah
Professor Isadora Dyen dan kemudian di bawah Tuan Rufus Hendon, yang kemudian hari
menjadi direktur proyek, dengan bantuan orang-orang Indonesia. Waktu antara bulan juli
sampai Oktober 1952 dipergunakan di Negeri Belanda, mewawancarai sarjana-sarjana
Belanda yang ahli tentang Indonesia di Universitas leiden dan di Tropical Institut di
Amsterdam.
Tahap kedua, dari bulan Oktober 1952 sampai Mei 1953 dipergunakan terutama di
Yogyakarta, tempat ia mempelajari bahasa Jawa, dengan mempergunakan mahasiswa-
mahasiswa Universitas Gajah Mada, dan memperoleh sejumlah pengetahuan umum
mengenai kebudayaan dan kehidupan kota Jawa. Selama masa ini, satu setengah bulan
lamanya dihabiskan juga untuk mewawancarai pemimpin-pemimpin agama dan politik di ibu
kota Negara, Jakarta, sambil mengumpulkan statistik dan menyelidiki organisasi birokrasi
pmerintah pada umumnya dan Departemen Agama pada khususnya.
Tahap ketiga, antara Mei 1953 sampai September 1954, merupakan masa penelitian
lapangan yang sesungguhnya, dan dilakukan di Mojokuto. Ia dan istrinya sepanjang masa itu
tinggal di rumah seorang buruh kereta api di ujung kota, rumah itu sebenarnya tidak terletak
di desa Mojokuto, tetapi di desa sebelahnya, yang hanya bersifat kota di bagian tenggaranya.
8
Selanjutnya, dari segi informan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya
itu, Geertz megatakan bahwa ia melakukan banyak kegiatan sistematis dan lama dengan
informan-informan tertentu mengenai suatu topik , baik dirumah mereka sendiri maupun di
kantor.
Penelitian sosiologi agama pada dasarnya adalah penelitian tentang agama yang
mempergunakan pendekatan ilmu sosial (sosiologi). Dalam kaitan ini, berbagai persoalan
yang terdapat dalam ilmu sosial dilihat secara seksama dalam hubungannya dengan agama.
Dalam penelitian ini dapat dilihat agama yang terdapat pada masyarakat industri modern,
agama pada lapisan masyarakat yang berbeda-beda, agama yang dikembangkan pada
kalangan penguasa, politikus, dan lain sebagainya.
Berdasarkan temuannya itu, Bellah sampai pada kesimpulan bahwa Agama sebagai
seperangkat bentuk dan perbuatan simbolik yang menghubungkan menusia dengan kondisi-
kondisi pokok eksistensinya.
9
Suatu hal yang perlu dicatat, bahwa suatu hasil penelitian bidang sosiologi agama bisa
saja berbeda dengan agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci. Sosiologi agama bukan
mengkaji benar atau salahnya suatu ajaran agama, tetapi yang dikaji adalah bagaimana agama
tersebut dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya. Dalam kaitan ini, dapat terjadi apa yang
ada dalam doktrin kitab suci berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan empirik. Para
sosiolog membuat kesimpulan tentang agama dari apa yang terdapat dalam masyarakat. Jika
suatu pemeluk agama terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, kesehatan,
kebersihan, dan lain sebagainya, kaum sosiolog terkadang menyimpulkn bahwa agama
dimaksud merupakan agama untuk orang-orang yang terbelakang. Kesimpulan ini mungkin
akan mengagetkan kaum tekstual yang melihat agama sebagaimana yang terdapat dalam
kitab suci yang memang diakui ideal.
Agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci merupakan Das Sollen, sesuatu yang
harusnya terjadi. Sedangkan agama yang terdapat dalam kenyataan adalah Das Sein, sesuatu
yang tampak terjadi di lapangan. Antara agama yang terdapat pada dataran Das Sein dengan
yang terdapat pada Das Sollen bisa saja terjadi kesenjangan. Inilah yang selanjutnya yang
dianggap sebagai problema yang harus didekati dengan melakukan berbagai kegiatan
pembaharuan melalui jalur pendidikan, dakwah, pembinaan, dan sebagainya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembaruan islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan faham
keagamaislaman dengan perkembangaan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
11
Keramat: konflik dan integrasi dalam masyarakat Bugis Amparita. Judul tersebut diteliti
dengan menggunakan metode grounded research.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
12