PENDAHULUAN
Segala hal dituntut untuk semakin maju dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk
salah satunya merambah pada bidang kesehatan terutama keperawatan. Kualitas pelayanan
keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu
faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini
terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling
depan dan terdekat dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami
masyarakat. Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku
Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal,
dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Dengan mengetahui
bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan perawat mampu melakukan pelayanan secara
totalitas terhadap kliennya.
1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui perilaku caring perawat dalam pelayanan keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan
2. Menuangkan teori caring dalam bentuk skenario role play
1.3 Manfaat
Sebagai acuan dan bahan pertimbangan dan evaluasi perbaikan mutu terhadap pelaksnaan model
caring.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal
esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam
sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien.
Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang
yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat
dengan pasien.
4. Lydia Hall (1969) , mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai
seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan
komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu
sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini
harus dipadukan (Julia, 1995).
6. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan keputusan yang
bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan
status kesehatan.
7. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap (emosional) dan
kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan caring adalah sentral praktik
keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan kesehatan klien dengan menunjukkan
perhatian, empati maupun rasa menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan kesehatan
klien.
4
2.2 Persepsi Klien Tentang Caring
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki
perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami
kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan
tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti
di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain
sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan
seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam
menjalani hidup. (Potter & Perry, 2005 : 110).
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring menegaskan apa
yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat
dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan.
Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan
yang bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian
penuh.
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama,
perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu melakukan
kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa yang ada
dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan intravena, mengkaji,
dan memeriksa rangkuman tanda vital klien sebelum meninggalkan ruangan. Contoh
kedua, perawat masuk ke kamar klien kemudian memeriksa cairan intravena, memeriksa
rangkuman tanda vital, melakukan salam tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat
bertanya tentang keadaan klien kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga klien
merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap masalah klien
sehingga klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-beda karena semua
klien memiliki ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam
meningkatkan kemampuan
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus terbesar dari
tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari bagaimana klien
5
menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai
indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah
berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan
tindakan Caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh,
hubungan kerja yang baik, serta perilaku Caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari
kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang
dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali untuk
berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan Caring membangun kepercayaan
klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Kepercayaan pada
tindakan keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima Caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap Caring
merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan persepsi dan
harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik terhadap klien dapat
membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Sikap ini juga membantu
perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat dan klien tentang Caring. Perawat
harus mengetahui siapa klien dan mengenali klien agar suatu hubungan yang baik terwujud
dan perawat mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
6
demikian pekerjaan awal saya muncul dari nila sendiri-sendiri, keyakinan, dan persepsi
tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan,
kesehatan, dan penyembuhan. ( Watson, 1997, P.49). (Tomey, AM, Alligood, MR.2006).
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai
kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat
kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep
sehat sakit di atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor
yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu,
tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang
dinamis.
Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit
dan dibangun dari sepuluh faktor carativ, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic
Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi dapat
dipengaruhi dengan sangat oleh para pendidik perawat. Faktor ini dapat didefinisikan
sebagai kepuasan melalui pemberian dan perpanjangan dari kesadaran diri.
b. Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope
Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu
memiliki positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu
meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain
Karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.
7
d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk
penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati,
kehangatan dan komunikasi efektif
e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik ekpresi
perasaan positif maupun negatif
8
membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.Caring merupakan inti
dari keperawatan.
9
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang,
mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
a.Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut
Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti
kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan
pengertian.Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien
(Pederson, 1993).Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan
takut klien karena situasi tertekan.
b.Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat
mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan.Ada dua jenis
sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.Sentuhan kontak merupakan
sentuhan langsung kullit dengan kulit.Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak
mata.
c.Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci,
sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan
membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu
menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
d.Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami
klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis.
10
Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan
melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang
penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik
dan saling memahami.
f.Perawatan Keluarga
11
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban kontrak untuk
care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas profesional untuk memberikan
care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang profesional diharuskan untuk bersikap care
sebagai kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana membuat
keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan
memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu
merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat
dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide utama.
Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang yang care, bukan
karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau
kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.
12
yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen
asuhan keperawatan ruangan yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat
profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan
kesehatan.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS 1
Dian merupakan seorang perawat yang baru bekerja selama 2 minggu di Rumah Sakit
Sehat Selalu. Pada saat shift di pagi hari, ia menemani dokter yang sedang memeriksa kondisi
pasien. Kondisi pasien tersebut dalam keadaan kritis. Semua keluarga berkumpul dengah penuh
rasa cemas. Dokter mengatakan bahwa prognosis pasien buruk jika tidak segera dilakukan
amputasi pada kakinya. Ibu pasien histeris dan merasa terpukul mendengar pernyataan dari
dokter. Perawat mengatakan “mau bagaimana lagi, bu?” lebih baik lakukan saja amputasi, yang
penting kan anak ibu bisa di selamatkan.” Mendengar perkataan perawat tersebut, kesedihsn ibu
semakin bertambah. Kepala ruangan yang kebetulan sedang berada di sebelah ruangan pasien
mendengar perkataan perawat tersebut. kemudian setelah keluar dari ruangan pasien, kepala
ruangan memanggil perawat tersebut dan mengatakan bahwa sebagai seorang perawat kita harus
memberikan sikap caring dan mampu berempati terhadap kondisi pasien dan keluarga.
14
STEP 1
15
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana sikap perawat yang baik dan cara agar tidak membuat keluarga pasin
cemas?
2. Apa perilaku caring dalam praktik keperawatan?
3. Apa yang akan terjadi apabila amputasi tidak dilakukan?
4. Kenapa sikap caring dan empati kepada pasien dan keluarga sangat diharuskan?
5. Apa saja penyebab amputasi?
6. Apa tujuan prognosis pasien?
16
STEP 3
ANALISIS MASALAH
1. Sikap perawat yang benar agar keluarga tidak cemas adalah memberian informasi yang
sebenarnya dengan ramah dan sopan,tidak memberi harapan palsu, dan memberikan
motivasi kepada pasien maupun keluarga pasien.
2. Perilaku caring dalam praktik keperawatan
Sentuhan
Mendengarkan
Memahami keadaan pasien
Caring dalam spiratual
Perawatan dalam keluarga
Kehadiran
3. Hal hal yang bisa terjadi jika amputasi tidak dilakukan :
Infeksi
Rusaknya pembuluh darah dan syaraf
Nyeri yang terasa dibagian tubuh yang dimiliki
4. Sikap caring dan empati kepada pasien dan keluarga pasien sangan diharuskan karena
kesembuhan pasien tidak hanya mengenai diagnosis dokter dan pemberian obat,namun
motivasi dari serang perawat juga mempengaruhi kesembuhan pasien dan mampu
memotivasi keluarga agar tetap sabar.
5. Penyebab amputasi:
Cidera serius
Penyakit yang sangat parah, ex:tumor ganas
Infeksi serius
Penebalan jaringan saraf
Kematian jaringan
6. Tujuan prognosis :
Mengetahui perkembangan penyakit pasien
17
Mengkomunikasi kondisi pasien dimasa datang dengan penyakit yang
dideritanya.
Menentukan langkah pengobatan yang selanjutnya
18
STEP IV
MIND MAPPING
PASIEN
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sikap caring harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari,agar perilaku caring
tumbuh secara alami dalam jiwa perawat.ketika menghadapi klien,perawat dengan mudah
memberikan asuhan keperawatan.Klien yang sakitkadang hanya butuh perhatian dan empati dari
seseorang yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam menghadapi penyakitnya.Oleh karena
itu sebagai perawat disarankan agar benar – benar faham tentang perilaku caring ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://andaners.wordpress.com/2011/03/18/teori-filosofi-keperawatan-jean-watson/
http://www.rnjournal.com/journalofnursing/caring.html
http://www.pedomannews.com/opini/berita-opini/ekonomi/1920-konsep-caring-menurut-jean-
watson
21