Anda di halaman 1dari 7

PJJ : Belajar Online, Jangan Asal Belajar

Aris Munawar, S.Pd.


SD Negeri Karangjati 03

Pendahuluan
Pandemi mengubah tradisi kita, mulai dari cuci tangan setiap hari, penggunaan masker,
hingga perjumpaan antar manusia. Tentu ini berat, karena secara budaya dan psikologi kita
tidak disiapkan. Dari semua pola kebiasaan sosietas yang berubah, sistem pendidikan pun
disentuh kultur baru, face to face menuju screen to screen. Persoalan yang terjadi adalah,
sistem pendidikan berubah namun metodologisnya masih sama.
Nampaknya, pandemi Covid-19 masih dituduh sebagai penyebab perubahan sistem. Masih
sedikit kalangan yang melihatnya sebagai sebuah paradigma berpikir, yang menantang sistem,
metodologis, termasuk konten pembelajaran. Sistem pembelajaran yang tidak dilandasi oleh
orientasi mengakibatkan kebijakan belajar online dianggap mengganggu, sesuatu yang tidak
biasa, dan semacamnya. Masih sedikit siswa yang melihat proses pembelajaran virtual sebagai
bagian dari cara sektor pendidikan berkontribusi terhadap persoalan kebangsaan. Menjawabi
tantangan yang ada, dalam tulisan ini, saya ingin menawarkan gagasan mengenai sistem
pendidikan virtual yang dilandasi oleh orientasi yang mengarah pada kecemasan global, yang
dengannya kaum terdidik yang juga adalah saksi mata merebaknya virus Corona dapat terlibat
dalam usaha pengentasan penyebaran virus, sekaligus implikasi yang ditimbulkan olehnya
dalam cakupan yang lebih luas.

Pembelajaran Virtual sebagai Opsi Fundamental


Menarik untuk dilihat bahwasannya kendati secara psikologi manusia zaman ini tidak
disiapkan untuk menghadapi implikasi wabah Corona, namun kelihatannya peradaban
manusia menunjukkan kesiapan atribut. Dari aspek eksternal, kita menjumpai masker,
handsanytizer, juga produk makanan dengan asupan vitamin C yang cukup telah ada jauh
sebelum terjadi pandemi (kendati awalnya hanya digunakan oleh sebagaian kalangan).
Demikianpun proses relasi virtual, termasuk belajar online.
Pandemi terjadi di saat digitalisasi merajai generasi. Tiba-tiba saja di jantung peradaban, setiap
negara dengan begitu cepat memanfaatkan kebijakan virtual sebagai pengganti tatap muka
langsung dalam urusan tata kelola kenegaraan. Dalam aspek internal, manusia telah dilengkapi
oleh sistem kekebalan tubuh sekaligus kemampuan beradaptasi sebagai senjata pribadi melawan
musuh yang tak terlihat namun bergerak dengan skala cepat. Dari dua sisi ini, mari kita melihat
ke dalam sektor pendidikan.

Kita mungkin masih mengetahui bahwa sektor pendidikan berkembang di dalam sejarah, dengan
segala dinamika dan kompleksitasnya. Juga dijumpai bahwa setiap generasi pada zamannya,
kendati secara evolutif, mampu menyesuaikan diri dengan sistem yang demikian, dari batu tulis,
papirus, kertas hingga yang non-kertas atau virtual. Artinya setiap tantangan dalam sektor
pendidikan selalu disertai dengan kapasitas adaptatif manusia. Karena manusia itu progresif
sekaligus dinamis. Yang dibutuhkan hanyalah rekonsiliasi atau kerjasama antara pelaku
pendidikan dan sarana pendidikan.

Dalam konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online. Namun pada saat
yang sama, kita generasi pembelajar saat ini tidak lain adalah generasi milenial dengan sistem
digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di beberapa tempat, khususnya di negara-negara
yang maju secara teknologi, belajar online adalah sesuatu yang lumrah. Lalu apa artinya belajar
online di tengah pandemi?

Sadar atau tidak, belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah pilihan yang paling
mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap negara wajib melakukan hal yang
sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara serempak dan dalam tataran global, maka ada
suatu kesadaran lain yang harus dipertimbangkan. Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah
pilihan yang bersifat antropologi, sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral,
yakni tanggung jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan etis, sebuah
option fundamental.
Belajar Online
Berikut ini saya ingin menunjukan implikasi-implikasi dari orientasi belajar online
sebagai suatu bentuk keprihatinan dan solidaritas sosial kita.
Solidaritas
Sejak dikeluarkannya Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 4
Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran
coronavirus disease (Covid- 19), maka semua sistem pembelajaran tatap muka diganti dengan
sistem belajar dari rumah secara online. Kebijakan ini mendorong peserta didik untuk mengisi
waktu dengan mempelajari berbagai materi di rumah tanpa sibuk ke sekolah.
Kebijakan ini sejatinya tidak hanya berhenti pada anggapan bahwa ada perubahan sistem
pembelajaran tatap muka menjadi belajar online. Model belajar online di tengah pandemi
sungguh berbeda karena yang diperhitungkan bukan sistem atau konstruksi pendidikan tetapi
soal keprihatinan individu terhadap kecemasan bersama. Keprihatinan ini merupakan suatu
bentuk solidaritas sosial di mana seseorang berusaha untuk menyelamatkan yang lain di tengah
situasi krisis.
Mengikuti pemikiran Emmanuel Levinas (1906-1995), penampakan wajah Yang Lain menuntut
saya untuk bertanggung jawab terhadap kehadiran orang lain. Tanggung jawab ini tidak hanya
bersifat individual tetapi juga komunal karena kehadiran seseorang juga menampilkan orang lain
dibelakangnya. Fenomena itulah yang kita lakukan di tengah pandemi, bahwa kuliah online
bukan hanya sekadar perubahan tempat dan sistem kuliah tetapi kita dihentakkan oleh kenyataan
akan keberadaan orang lain di tengah krisis pandemi sekaligus berusaha menyelamatkannya.
Solidaritas kita di tengah pandemi persisnya demikian; kebijakan dalam institusi pendidikan
untuk melaksanakan kuliah online selama masa darurat Covid-19
merupakan suatu usaha atau jalan di mana kita diingatkan untuk membatasi ruang geraknya demi
orang lain. Seseorang harus merasa memiliki tanggung jawab dan keprihatinan besar terhadap
keselamatan orang lain. Oleh karena itu, belajar online adalah jalan menuju solidaritas sosial
sebagai belarasa terhadap Yang Lain. Prinsip dasar perguruan tinggi harus selalu didahulukan,
yaitu misi kemanusiaan.
Ekologi
Solidaritas yang dibangun di tengah pandemi juga tidak hanya sebatas pada manusia tetapi juga
lingkungan hidup. Saat ini kita masih memiliki utang besar terhadap upaya menyelamatkan
bumi.
Kerusakan sumber-sumber alam baik tanah maupun hutan disebabkan oleh desakan konsumtif
manusia secara berlebihan. Misalnya saja, penebangan hutan di Amazon untuk kebutuhan kertas
dan yang lainnya. Kita menggunakan semua itu dengan resiko besar bahwa bumi akan semakin
rusak. Maka tugas kita adalah berusaha untuk menemukan inovasi yang memungkinkan agar
penggunaan barang-barang yang bersumber pada hutan bisa diminimalisasi. Oleh karena itu,
kebijakan belajar online nampaknya menjadi inovasi dan jalan untuk berbelarasa terhadap
keselamatan bumi. Pola pendidikan ke dalam sistem online bisa mengurangi penggunaan barang-
barang yang selalu bersumber dari eksploitasi alam.
Kebijakan ini sangat berdampak positif terhadap usaha untuk menghijaukan kembali planet
bumi. Yang menjadi penopang perubahan selalu datang dari generasi muda yaitu mahasiswa.
Oleh karena itu, mahasiswa menjadi penggerak utama dalam usaha ini dan perubahan itu sendiri
sepenuhnya bergantung pada mahasiswa sebagai generasi yang produktif.

Pendidkan Meng-global
Di Indonesia, perbincangan mengenai sistem belajar online lebih terasa pada masa pandemi
Covid-19. Kalau kita melihat secara global bahwasannya belajar online sudah biasa diterapkan
dalam pendidikan di Barat.
Guru dan para siswa bisa berinteraksi via online.Siswa biasa menggunakan platform digital
untuk berdiskusi. Singkatnya ruang maya sudah sangat biasa dijelajah. Pendidikan seperti ini
tentu menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Mahasiswa harus bisa bersaing secara global dengan
memanfaatkan pola pendidikan online.
Siswa mengikuti belajar via online dari rumah atau tempat tinggal masing-masing. siswa tidak
perlu hadir di kelas, semuanya dilakukan secara online.
Di tengah pandemi ini, melalui sistem belajar online nampaknya pendidkan Indonesia bisa
perlahan mengglobal. Saat ini, siswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk bisa menelusuri
berbagai sumber pengetahuan baik yang berbasis internet maupun media cetak yang bisa
dijangkau. Selain itu, tentu akan banyak kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas yang bisa
menunjang perkembangan wawasan pribadi. Masa pandemi menjadi berkat bagi siswa yang
sungguh-sungguh mengembangkan kapasitas intelektualnya.
Untuk mengikuti pola pendidikan global yang dilakukan secara online maka muncul suatu
tuntutan baru bagi mahasiswa di mana ada kewajiban untuk fasih mengeksplor dunia digital.
Institusi pendidikan mesti membekali para siswa dengan pengetahuan yang memadai untuk
menjelajah sistem online yang difasilitas oleh berbagai platform digital seperti Padlet, Google
Classroom, Gallery Walk, Line Group, WAG, Google Hangout, Zoom, Google Meet, Youtube,
Whatsapp, Instagram, LMS Belajar dan patform digital lainnya.
Siswa yang menggunakan berbagai platform digital seperti itu akan mewajibkan dirinya untuk
secara terus menerus mengeksplorasi dan mengasah kemampuan dalam penggunaan media
online.

Ia bisa menjelajah dan memilih sarana digital yang paling baik untuk digunakan. Dengan itu,
siswa kian jauh dari istilah gaptek (gagap teknologi) dan semakin banyak orang yang lebih maju
dalam pengembangan teknologi. Mimpi-mimpi negara kita untuk memanfaatkan kemajuan
industri 4.0. dan persaingan artificial intelligence di masa mendatang semakin jelas. Indonesia
bisa optimis dalam persaingan dan kolaborasi anak bangsa secara online. Akhirnya, kita menuju
era Homo digitalis.
Kebiasaan Umum
Pelaksanaan belajar online di tengah pandemi terkesan mendadak dan kurang produktif.
Persiapan pendidikan kita belum matang untuk menjalankan belajar online. Kebiasaan umum
masyarakat Indonesia adalah merasa belum terbiasa dengan belajar online. Belum ada
pembekalan dan perngenalan kepada masyarakat dan siswa sebelum pandemi terjadi. Ini
semestinya bukan hanya tugas pemerintah tetapi tugas setiap orang terutama kaum akademis
yang bisa mengedukasi masyarakat demi kemajuan dan kemapanan kemanusiaan kita.

Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya paham soal belajar online sehingga hambatan dan
tantangan sering terjadi. Hambatan bisa datang dari masyarakat dan siswa itu sendiri yang tidak
disiplin dan tidak menganggap serius pelaksanaan belajar online.
Ada kebiasaan bahwa, kita harus mengingatkan keluarga atau orang terdekat jika ingin
melakukan video conference di rumah. Kita harus mencari tempat yang sunyi dan harus
berkompromi dengan banyak orang di sekitar untuk memberikan suasana tenang. Persoalan
sederhana seperti itu bisa menggarisbawahi soal pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan
masyarakat tentang belajar online.
Persoalan seperti ini jarang sekali terjadi di negara maju, sebab mereka sudah mendidik
masyarakat dan memperkenalkan teknologi dan penggunaannya. Misalnya; untuk negara maju
dalam Riset Work From Home ( WFH) selama era new normal, tercatat koresponden yang
bersedia untuk bekerja remote dalam beberapa waktu untuk sepanjang kariernya sekitar 98
persen. Dari 98 persen tersebut, 32 persen koresponden yang suka bekerja di rumah karena
fleksibel. Ada 26 persen yang suka bekerja di mana saja dengan internet dan laptop. Sekitar 21
persen, merasa senang karena hemat energi dan tidak perlu berpergian.
Fasilitas
Keterbatasan fasilitas internet tidak jarang terjadi di Indonesia. Menurut penelitian dari
WebsiteToolTester (11/2019), dari total 207 negara, Indonesia berada di posisi ke-92 dengan
kecepatan rata-rata hanya 6,65 Mbps. Dengan kecepatan seperti ini, tentu akan banyak hambatan
dalam penggunaan internet untuk seluruh wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, banyak wilayah
di Indonesia yang tentunya belum sejahtera soal pemanfaatan jaringan internet. Apalagi kalau
belajar online diikuti dari kampung yang berada jauh dari pusat kota.
Pengolahan jaringan yang terbatas dan terlambat memengaruhi jalannya belajar online.
Hambatan ini akan masih menjadi tugas besar negara Indonesia untuk menjamin mutu
pendidikan ketika sungguh-sungguh dilakukan secara online. Kalau tidak diatasi maka belajar
online tidak akan membawa kita kepada persaingan pendidikan global.

Memang internet menyediakan berbagai sumber pengetahuan tetapi tidak semuanya bisa diakses.
siswa mesti membayar untuk bisa mengakses suatu artikel, buku, majalah dan lain sebagainya.
Ini adalah suatu tantangan yang berat. Oleh karena itu, umumnya dalam keadaan ini seseorang
terjebak pada menurunnya produktifitas akademis dan masalah psikologi tertentu seperti stres
akademis. Kalau siswa tidak cerdas untuk memaknai proses belajar online maka bisa saja
hilangnya kreatifitas. Oleh karena itu, masa ini merupakan suatu tantangan bagi seorang siswa
untuk benar-benar mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dirinya dalam hal kreatifitas dan
belajar mandiri.
Penutup
Masa pandemi ini mendorong kita untuk beradaptasi pada suatu keadaan yang baru atau the new
normal. Para siswa dan guru juga beradaptasi dengan belajar online. Belajar online harus
menjadi bagian dari seruan kemanusiaan. Sekolah memiliki prinsip untuk kemanusiaan. Artinya,
praktek belarasa dan solidaritas kemanusiaan di tengah pandemi bisa dijalankan melalui adanya
belajar online. Belajar online mesti dilihat sebagai suatu sumbangan solidaritas kemanusiaan dan
solidaritas ekologis di tengah pandemi. Belajar online tidak hanya sekadar rekonstruksi
bangunan pendidikan tetapi rekoleksi diri terhadap keprihatinan sosial demi kesejahteraan
manusia. Dengan platform digital, kita akhirnya semakin dekat dengan evolusi sebagai homo
digital. Ruang untuk menjajakan dunia maya atau online semakin berkembang. Kita optimis
menuju pendidikan yang mengglobal melalui jaringan. Belajar online juga menjadi kritikan bagi
pemerintah untuk menata masyarakat dan memberikan pendidikan yang jelas agar terbebas dari
belenggu keterbelakangan pendidikan. Masyarakat dan siswa pertama-tama harus dibekali oleh
pengetahuan dan pembentukan sumber daya manusia. Kemudian, barulah rekonstruksi sistem
dan infrastruktur yang selalu menjadi hambatan kita untuk
berkembang. Sehingga, kesejahteraan di Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat
bukan hanya sebagian orang yang cukup beruntung oleh karena kemajuan teknologi.
Semua implikasi yang saya maksudkan diatas adalah orientasi belajar online di tengah pandemi.
Kita semua adalah saksi mata dan generasi inilah yang akan bertanggung jawab terhadap
pembangunan bangsa Indonesia di masa mendatang setelah pandemi ini.

Anda mungkin juga menyukai