Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN STUDI LAPANG INDUSTRI PERTANIAN

Oleh :

“INDUSTRI RUMAH TANGGA”: Tempe Mae

DI KELURAHAN: Panorama

KECAMATAN: Singaran Pati

KOTA BENGKULU

OLEH KELOMPOK:

1. Rosa Dita Qasturi (E1G020007)


2. Rizka Wahyuni Nasution (E1G020021)
3. Tri Shabirah Intaniah (E1G020049)
4. Rani Fajrin (E1G020065)
5. Oktariananda (E1G020085)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi Lapangan Industri merupakan salah satu mata kuliah yang mendukung proses belajar
mahasiswa program studi Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Hal ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya mendapat pembelajaran di dalam kelas saja namun
juga mengetahui dunia kerja secara langsung dan memperoleh pengalaman di luar kampus
sebagai penyempurnaanya. Studi lapangan adalah salah satu proses kegiatan pengungkapan
fakta-fakta melalui observasi/pengamatan  dan wawancara dalam proses memperoleh keterangan
atau data dengan cara terjun langsung ke lapangan.

Salah satu bentuk pengolahan kacang-kacangan yang tidak asing lagi adalah menjadi
produk tempe. Bentuk ini cukup disenangi dan telah memasyarakat. Sampai saat ini tempe pada
umumnya dibuat dari kacang kedelai, sementara dari jenis kacang lain masih jarang digunakan.
Tempe adalah makanan khas Indonesia. Cara pembuatan tempe telah ditemykan sebelum tahun
1900, tetapi pembuatannya masih sederhana. Kualitas tempe yang baik dapat diperoleh dengan
memilih kedelai bermutu baik, pengolahan yang tepat dan penggunaan kedelai yang tidak
bercampur bahan lainnya.
Pembuatan tempe didasarkan pada proses fermentasi, factor inoculum dan kapang dari jenis
rhizopus yang berperan penting dalam proses tersebut. Selama proses fermentasi, jenis-jenis
mikroba lain mungkin turut campur, tetapi tidak menunjukkan aktivitas yang nyata. Fermentasi
kapang hanya berlangsung aktif hanya 1 hari, setelah itu mulai terbentuk spora yang berwarna
putih kehitaman, karena mulai dipengaruhi aktivitas bakteri pembusuk.

Dalam mata kuliah Studi Lapang Industri ini akan dipelajari tentang bagaimana proses
produksi dan pemasaran dari sebuah industri rumah tangga kecil (Tempe Mae) yang berada
dalam lingkup Kota Bengkulu dan sekitarnya. Industri rumah tangga yang akan dibahas adalah
industri Tempe Mae yang bertempat di Jalan Semangka 4, No 37 RT 12 RW 04, Panorama, Kota
Bengkulu, Singaran Pati, Bengkulu.
1.2 Tujuan

1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai dunia agroindustri secara nyata.


2. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai penerapan keilmuan teknologi industri
pertanian.
3. Meningkatkan hubungan kerja sama antara industri dan perguruan tinggi.
4. Melatih marasiswa merencarakan dan mengelola sesuatu kegiatan serta bekerja sama
dalam tim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Agroindustri merupakan rangkaian kegiatan agrobisnis berbasis pertanian yang saling


berkaitan dalam suatu sistem produksi, pembuatan, distribusi, pemasaran dan berbagai kegiatan
atau jasa penunjangnya. Bagi Indonesia sejauh pada aspek produksi tingkat kemandirian kita
masih cukup tinggi karena sebagian besar produk agroindustri yang dikonsumsi penduduk
utamanya berasal dari agroindustri dalam negeri. (Hairun et all,2016).

Di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3 tentang perindustrian, yang
berbunyi “industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan memanfaatkan
sumber daya industri sehingga kemudian dapat menghasilkan suatu barang yang mempunyai
nilai tambah”. Komoditas pertanian merupakan sebuah peluang bagi industri rumah tangga
mengingat Indonesia merupakan negara agraris seperti termuat dalam Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Tujuan dari industri tersebut untuk
memajukan ekonomi masyarakat di suatu desa tidak hanya itu namun, juga dapat berperan dalam
menciptakan lapangan pekerjaan. Akan tetapi terdapat beberapa kendala yang menghambat
perkembangan usahanya seperti masih adanya kelemahan program pemerintah terkait industri
rumah tangga. (Hidayat, 2020).

Makanan tradisional merupakan makanan yang dikonsumsi oleh suatu masyarakat tertentu
dengan cita rasa yang khas. Propinsi Bengkulu merupakan salah satu propinsi dengan beragam
suku bangsa. Di Propinsi Bengkulu terdapat beberapa suku bangsa asli yaitu: suku bangsa
serawai, rejang, melayu, lembak, pekal, kaur, muko-muko. Masing-masing suku bangsa
memiliki budaya yang berbeda. (Faryantoni dkk, 2015).

Tempe merupakan salah satu pangan fermentasi yang dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Proses produksinya diperoleh secara turun-temurun, sehingga sangat beragam antar
wilayah dan antar perajin.  Salah satu keragaman pada pembuatan tempe adalah penggunaan
kedelai pecah kulit sebagai bahan bakunya. (Intan Kusumawati et all,2020).

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting setelah beras dan jagung.
Konsumsi kedelai yang meningkat tidak diimbangi dengan tingkat produksinya, bahkan luas
panen dari tahun 2009-2013 menurun dengan rata-rata laju sebesar -6,54% dan produksi kedelai
juga menurun dengan rata-rata laju sebesar -5,38% Terjadinya penurunan luas panen dan
produksi sementara permintaan kedelai di dalam negeri terus meningkat, meng-akibatkan
Indonesia harus mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk
memenuhinya sejak tahun 1975 posisi Indonesia bergeser dari negara eksportir menjadi negara
importer kedelai. (Naelis et all,2015).
BAB III
METODOLOGI

Metode yang kami lakukan dalam pelaksanaan studi lapang Industri adalah metode
observasi. Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan
melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan dikunjungi. Dengan
menerapkan metode Observasi Lapangan (Outdoor Study) diharapkan aktivitas pembelajaran
dan hasil belajar mahasiswa dapat meningkat karena metode outdoor study merupakan suatu
kegiatan menyampaikan ilmu dan pengetahuan secara bersama-sama di luar kelas yang
mengajak mahasiswa lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, mahasiswa bukan
hanya menerima pengetahuan dari apa yang mereka dengar tetapi juga dari apa yang ia lihat dan
ia lakukan sehingga para mahasiswa secara langsung melibatkan semua panca indera dan aspek
motorik lainnya, serta dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar mahasiswa
dengan cara menghubungkan konsep yang dipelajari dengan kondisi real yang terjadi di
lapangan.

Pada kunjungan pertama kami melakukan observasi langsung ke tempat pembuatan tempe
mae. Lokasi atau tempat kami kunjungan adalah tempe mae yang bertempat di Kelurahan
Panorama, Kecamatan Singaran pati, Kota Bengkulu. Sebelum melakukan observasi, hal
pertama yang kami lakukan yaitu melalukan survey tempat mana saja yang cocok untuk kami
kunjungi. Setelah mengumpulkan hasil survey kami melakukan diskusi tempat mana yang cocok
untuk studi lapangan kelompok kami. Kemudian kami menghubungi dan mendatangi pemilih
usaha untuk meminta izin melakukan kunjungan dan menentukan jadwal kunjungan. Proses
pengumpulan data kami lakukan dengan cara wawancara dan melihat langsung proses
pembuatannya. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara yaitu cara untuk
mendapatkan informasi dengan bertanya langsung pada pemilik dari Tempe mae. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan data sedetail mungkin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bahan baku dan alat


a. Alat produksi
Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi Tempe mae adalah :
1. Baskom
2. Saringan
3. Panci
4. Kipas angin
5. Pengaduk
6. Loyang
7. Kompor
8. Kacang kedelai
9. Ragi tempe
10. Daun pisang/kantong plastik

b. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam 1 kali produksi pembuatan Tempe mae adalah:
1. Kacang/kedelai 550 kg
2. Ragi tempe ½ bungkus
3. Daun pisang
4. Plastik 1 ½ kg
5. Lilin

c. Biaya produksi
Biaya produksi ini merupakan total biaya atau modal awal dalam sekali produksi dengan
jumlah bahan sebanyak yang tertera pada bahan produksi

Tabel biaya produksi Bay Tat


4.2 Proses

1. Pertama tama rebuslah kacang ke dalam kuali atau semacam nya


2. Lalu angkat setelah selesai di rebus
3. Kemudian rendamlah selama 1 malam
4. Setelah di rendah 1 malam, di beri air bekas air rebusan tadi
5. Kemudian di giling memakai mesin sampai bersih, dan ducuci sampai bersih
6. Setelah dicuci sampai bersih lalu di beri ragi tempe
7. Dan ditiriskan sampai kering

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TEMPE


4.1 Produk akhir

4.2 Produk samping dan limbah


Proses pembuatan Tempe menghasilkan produk sampingan dan produk limbah. Yang
kemudian di buang kedalam selokan. Limbah padat pada proses produksi tempe berasal dari
kulit kedelai yang mengelupas selama proses perendaman. Sedangkan limbah cair berasal
dari air yang digunakan selama proses produksi dimulai dari perendaman hingga pencucian
kedelai yang kemudian dialirkan ke selokan atau tempat pembuangan yang telah di
sediakan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis jamur Rhizopus, seperti Rhizopus
Oligosporus, Rh.Oryzae, Rh.Stolonifer (jamur roti) atau  Rh. Arrhizus, sedangkan jamur
yang sering digunakan adalah jamur Rhizopus Orizae merupakan. Fermentasi adalah proses
produksi energi dalam sel di dalam keadaan anaerobic (sedikit oksigen)
Studi lapangan ini bukan saja menjadi bahan wawasan dan pengetahuan yang nyata
untuk mahasiswa namun juga dapat meningkatkan hubungan kerja sama antara industri dan
perguruan tinggi ke depannya sebab keduanya memiliki hubungan mutualisme dan saling
berhubungan satu sama lain.
Studi lapangan ini juga melatih mahasiswa untuk merancang dan mengelola sesuatu
kegiatan atau kerja sama dalam tim. Mulai dari bagaimana kami melakukan survey dan
observasi tentang sebuah industri pertanian sampai bagaimana merencanakan dan mengatur
suatu industri baik industri berskala rumah tangga maupun industri berskala besar. Serta
melihat secara langsung proses dari bahan baku sampai sebuah produk dihasilkan.

5.2 Saran

1. Untuk menekan biaya bahan baku impor seperti kacang kedelai yang biasanya
menggunakan bahan baku impor, maka para pengusaha tempe bisa menggunakan
bahan baku kacang kedelai lokal.
2. Untuk menjaga konsumen tetap membeli tempe maka harga tidak dinaikan tetapi
ukuran tempe diperkecil dan pengusaha tempe tidak merugi sehingga kegiatan
usaha pembuatan tempe tetap bisa berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Hairun, Suslinawati , dan Ana Zuraida.2016. ANALISIS USAHA PEMBUATAN TEMPE


(Studi Kasus pada Usaha Pembuatan Tempe “Bapak Joko Sarwono”) DI KELURAHAN
BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN. Al Ulum Sains dan
Teknologi Vol.2 No.1 Nopember 2016.

Hidayat, Yusna. 2020. Pengembangan Indutri Rumah Tangga Melalui Pemanfaatan Hasil
Pertanian Di Desa Salamsari, Kecamatan Kedu, Kabupaten Tamanggung. Jurnal
Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN).Vol 4(2) : 26-31.

Faryantoni, Hengki, Laili Susanti, Yessy Rosalin. 2015. Indentifikasi Proses Pembuatan Bay Tat
Kue Tradisional Bengkulu. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Indonesia. Vol 7(2):57-64

Intan Kusumawati.2020. Efisiensi Proses Produksi dan Karakteristik Tempe dari Kedelai Pecah
Kulit (Production Process Efficiency and Characteristic of Tempe from Dehulled
Soybean). Vol. 29 No. 2 (2020): PANGAN.

Naelis dan Novindra.2015. NALISIS EKONOMI PENGUSAHA TEMPE DALAM


MENGHADAPI KENAIKAN HARGA KEDELAI IMPOR DI
KELURAHAN SEMPER, JAKARTA UTARA. Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 3 No 2,
Desember 2015); halaman 97-112
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai