Anda di halaman 1dari 11

Sejarah, Makna dan Nilai Pancasila

Makna Lambang Garuda Pancasila dan


Filosofinya

Makna Lambang Garuda Pancasila dan Filosofinya – Karena pancasila bukan hanya
menjadi landasan negara tetapi juga menjadi salah satu dari empat pilar kebangsaan, bersama
dengan UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Dalam perumusannya Pancasila memakan waktu yang sangat panjang, dan melalui upaya
berpikir kritis, belum lagi perdebatan yang dilalui oleh Founding Fathers, ketika harus
menyamakan pandangan, asumsi dan persepsi mereka.

Pancasila sendiri memiliki arti dari gabungan kata yang membentuknya yaitu Panca yang
berarti lima dan sila yang berarti dasar. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan
bahwa Pancasila memiliki arti lima dasar negara Indonesia.

Berikut bunyi lima sila Pancasila yang sangat penting dan harus dipahami dan oleh bangsa
Indonesia:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan


Perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Jika Pancasila adalah landasan dari negara Indonesia, maka Indonesia juga memiliki
Lambang Negara juga yaitu Garuda, yang seringkali disebut dengan Garuda Pancasila.
Garuda Pancasila dijadikan sebagai lambang negara demi menunjukan identitas bangsa
Indonesia yang kuat dan juga besar.
Pancasila juga seringkali disebut sebagai dasar dan ideologi negara dan menjadi salah satu
dari empat pilar kebangsaan, yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika yang dijelaskan pada buku Pancasila.

Untuk warna kuning memiliki makna keagungan yang dimiliki bangsa Indonesia. Perisai di
bagian dada Garuda menunjukan lambang dari perjuangan juga perlindungan diri dalam
perjalanan meraih tujuan.

Garuda juga memperlihatkan keberadaan khatulistiwa melalui garis hitam tebal pada
Pancasila, memiliki makna adanya khatulistiwa yang melintasi negara kuat merdeka dan
berdaulat.

Jumlah bulu yang dimiliki oleh Garuda Pancasila juga merupakan simbol-simbol yang
bermakna khusus. Jumlah bulu tersebut bermakna sebagai berikut:

 17 bulu pada masing – masing sayap berarti tanggal 17


 8 bulu pada bagian ekor bermakna bulan kedelapan yaitu bulan Agustus

 19 bulu pada bagian pangkal ekor bermakna dua angka pertama tahun kemerdekaan
Republik Indonesia yaitu 1945

 45 bulu pada bagian leher bermakna dua angka terakhir tahun kemerdekaan Republik
Indonesia yaitu 1945

Jika digabungkan jumlah keseluruhan dari bulu Garuda Pancasila maka melambangka
tanggal kemerdekaan Indonesia, yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Hari dimana
Presiden pertama Indonesia Soekarno memproklamirkan Indonesia adalah bangsa yang
merdeka.

Garuda Pancasila juga mencengkeram pita bertuliskan Bhineka Tunggal Ika yang bermakna
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Terakhir Garuda Pancasila memiliki lima simbol di dalam
perisai yang memiliki makna sangat mendalam dalam setiap lambangnya.

Pancasila digunakan untuk pengembangan diri serta perwujudan cita-cita sesuai dengan
kaidah yang ada. Dan hal ini dibahas melalui nilai-nilai yang ada pada Pancasila dan dapat
dipelajari pada buku Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.

Makna Simbol Lima Sila dalam Lambang Garuda Pancasila


1. Simbol Bintang

Simbol garuda Pancasila yang pertama adalah bintang dengan warna kuning berlatar
belakang hitam dan diletakkan tepat di tengah perisai. Gambar bintang sendiri dijadikan
simbol untuk sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari simbol bintang tersebut terdapat lima sudut yang mewakili lima agama besar yang ada di
Indonesia. Sedangkan latar belakang hitam yang menjadi latar dari bintang emas tersebut
memiliki makna yang menggambarkan keberkahan warna ala, keberkahan dari Tuhan Yang
Maha Esa yang menjadi sumber dari segala sesuatu yang ada di Muka Bumi.
Lambang bintang emas bersinar sendiri memiliki artian cahaya dari Tuhan Yang Maha Esa
yang dipancarkan kepada semua makhluk-Nya di muka bumi.

Secara keseluruhan simbol sila pertama ini melambangkan bahwa masyarakat Indonesia
adalah bangsa yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan ragam keyakinan yang dimiliki oleh setiap warga negara.

Anda Mungkin Juga Menyukai


2. Simbol Rantai Emas

Simbol untuk sila kedua digambarkan melalui  rantai emas dengan latar belakang warna
merah. Terdapat 17 mata rantai dalam rantai tersebut dan semuanya berkaitan antara yang
satu dengan yang lain. Mata rantai dengan bentuk persegi merupakan lambang dari laki-laki
dan mata rantai dengan bentuk bulat melambangkan perempuan.

Dari bentuk tersebut dapat dimaknai bahwa antara laki-laki dan perempuan saling
mengaitkan menjelaskan tentang hubungan timbal balik antarumat manusia di muka bumi
baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan, jelas memperlihatkan adanya
kesetaraan.

Sila kedua pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, dilambangkan dengan rantai
emas memperlihatkan bahwa hubungan antarmanusia tidak terputus. Juga menerangkan
bahwa generasi penerus bangsa yang turun temurun akan tetap terhubung,

3. Simbol Pohon Beringin

Lambang dari sila ketiga pancasila adalah pohon beringin yang dimaknai sebagai Persatuan
Indonesia. Pohon beringin diletakan di bagian kanan atas perisai, melambangkan tempat
untuk berteduh dan bernaung dan berlindung.  Pohon beringin mewakili kekuatan dan
keteduhan nusantara dengan keanekaragamannya namun memiliki persatuan yang kuat.

Pohon beringin juga memiliki akar menjulur yang semakin menunjukkan keteduhannya,
menjadikan pancasila sebagai landasan negara yang peneduh dan pelindung bagi bangsa,
memberikan rasa aman terhadap bangsa.

Akar tunggang yang dimiliki pancasila bermakna persatuan bangsa INdonesia, sementara
sulur-sulur yang ada di dalam pohon beringin menggambarkan perbedaan suku-suku,
keturunan, dan agama yang berbeda di Indonesia. Namun sejalan dengan Bhineka TUnggal
Ika, meskipun Indonesia berbeda-beda tetapi tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia tepat di
bawah lambang Pancasila.

Nilai-niai tersebut dijadikan dasar filsafat negara serta filsafat bangsa Indonesia yang ada
hingga saat ini. Pahami lebih dalam melalui buku Pancasila karya Drs. H. Mahpudin Noor.
4. Simbol Kepala Banteng

Kepala Banteng menjadi simbol pancasila selanjutnya dan terletak tepat di kiri atas perisai
Garuda Pancasila. Kepala Banteng adalah lambang dari sila keempat Pancasila yaitu
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan.

Dilihat dari filosofinya banteng adalah hewan yang hidup secara berkelompok. Dengan
demikian banteng melambangkan masyarakat Indonesia yang majemuk dan gemar
berkumpul bersama, gemar bermusyawarah, gemar bermufakat.

Dengan selalu berkumpul maka banteng menjadi hewan yang kuat dan sulit untuk diserang
oleh lawan. Budaya Indonesia sendiri adalah bangsa yang senang berkumpul, berdiskusi, dan
bermufakat. Menjadikan banteng sebagai perumpamaan ketika mengambil keputusan
dilakukan untuk kepentingan bersama dan diambil secara tegas.

5. Simbol Padi dan Kapas

Simbol kelima yang juga menjadi simbol terakhir dari Pancasila adalah padi dan kapas. Padi
dan kapas keduanya menunjukan kemakmuran bangsa Indonesia dan juga kesejahteraan
bangsa Indonesia.

Pada dan Kapas terletak tepat di bagian kanan bawah dari perisai dan menjadi lambang untuk
sila kelima pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Padi dan kapas adalah kebutuhan pokok dan dasar dari manusia yaitu untuk pangan dan
sandang. Jika tercukupi kebutuhan dasar ini maka sejahteralah dan makmurlah masyarakat
Indonesia.

Padi melambangkan ketersediaan makanan, dan kapas melambangkan ketersediaan pakaian.


Dengan lengkapnya kebutuhan pangan dan sandang maka manusia dapat hidup dengan
nyaman.

Makna “Bhinneka Tunggal Ika” dalam Lambang Garuda Pancasila

Seperti yang selalu diajarkan kepada kita, kita semua tahu bahwa Bhinneka Tunggal Ika
memiliki arti yaitu berbeda beda tetapi tetap satu jua. Menjadi semboyan negara Indonesia
tercinta. Dengan semboyan ini, semua masyarakat Indonesia tahu bahwa bangsa Indonesia
satu kesatuan. Melalui Bhineka Tunggal Ika Indonesia digambarkan dan direfleksikan
sebagai persatuan dan kesatuan bangsa yang bersatu dalam satu naungan yang sama yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Bhinneka” berarti beragam sedangkan “tunggal” berarti “satu” dan “ika” berarti itu. Adanya
semboyan Bhineka Tunggal Ika menjadi cara untuk mempersatukan bangsa Indonesia,
mempertahankan kesatuan bangsa, dan juga mengikis konflik atas adanya kepentingan
pribadi ataupun kelompok dengan tujuan akhir mencapai cita-cita negara Indonesia.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika bersumber dari bahasa sansekerta, bahasa Jawa Kuno dai
kitab kakawin Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada masa kerajaan Majapahit abad
ke-14 Masehi. Dari kitab kakawin toleransi antar agama sudah lebih dulu diajarkan terutama
diantara agama Hindu-Siwa dan Buddha.

Mohammad Yamin adalah orang pertama yang mengusulkan semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Menurutnya Bhineka Tunggal Ika akan menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia yang
memang sudah beraneka ragam suku, budaya ras, agama dan bahkan bahasa.

Bhineka Tunggal Ika menjadi ungkapan yang mempersatukan persatuan dan kesatuan
bangsa. Menjaga Indonesia untuk tetap dalam satu kesatuan dan menjadi inspirasi bagi
negara lain, menjadi inspirasi bagi dunia.
Sejarah Lambang Garuda Pancasila

Lambang Garuda Pancasila sendiri berawal dari inisiatif pemerintah untuk mencari pelukis
yang dipercaya dapat menggambarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sebuah
lambang yang perkasa pada tahun 1947 Masehi.

Pada akhirnya burung Garuda dengan perisai yang memiliki lima kolom menjadi pilihan
untuk melambangkan negeri Indonesia, dan menjadi simbol dengan sejarah yang memiliki
makna filosofis tersendiri.

Proses dalam menetapkan burung Garuda menjadi lambang negara Indonesia sendiri,
memakan waktu yang lumayan lama dan melalui diskusi yang cukup alot. Pada mulanya,
ketika rapat Panitia perancang UUD 1945 yang dilakukan sebelum kemerdekaan tepatnya
pada tanggal 13 Juli 1945, seorang pemuda bernama Parada Harahap memberikan usulan
bahwa Indonesia membutuhkan Lambang Negara sebagai simbol Indonesia.

Ketika UUD 1945 sudah ditetapkan begitu juga Pancasila yang sudah ditetapkan sebagai
ideologi negara, lain halnya dengan lambang negara yang belum kunjung ditetapkan.
Karenanya, sebagai langkah awal pada 16 November 1945 dibentuklah Panitia Indonesia
Raya untuk melakukan riset mengenai arti lambang-lambang semenjak peradaban di
Indonesia hadir. Namun sayangnya, organisasi Panitia Indonesia Raya, yang menjadikan Ki
Hajar Dewantara sebagai ketua ini harus menunda pekerjaannya, karena ada permasalahan.
Asal-Usul Lambang Garuda Pancasila

Sayembara kemudian dibuka oleh pemerintah. Dalam sayembara tersebut pemerintah


mencari pelukis yang dapat menciptakan desain terbaik untuk memberikan gambaran terbaik
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun banyak diantara penulis dan pelukis yang belum atau kurang memahami mengenai
sejarah Indonesia, untuk menciptakan lambang negara sesuai dengan peradaban. Pemerintah
sendiri tidak memberikan gambaran dan penjelasan secara spesifik mengenai bagaimana
kriteria lukisan yang harus dilukis untuk lambang negara.

Belum menemukan titik temu, pada 1950, pemerintah kembali menggelar sayembara kedua
untuk menciptakan dan melukiskan lambang negara. Sayembara ini digelar setelah
terbentuknya Panitia Lencana Negara, tepatnya dibentuk pada 10 Januari 1950 dan
dikoordinatori langsung oleh Sultan Hamid yang saat itu menjadi Menteri.

Sebagai bakal simbol dan lambang negara diperlukan diskusi dan pendapat dari petinggi
negara sehingga lambang tersebut bisa mencapai titik kesempurnaan. Karenanya
perbincangan ini melibatkan banyak pihak yang menjadi petinggi negara. Mereka adalah
Sultan Hamid II, Muhammad Yamin dan Soekarno. Namun sesungguhnya karya Sultan
Hamid II adalah karya yang dipilih oleh Soekarno dan anggota DPR yang pada saat itu
sedang menjabat.

Alasan karya Muhammad Yamin tidak terpilih  dalam rancangan karyanya, karena
Muhammad Yamin memasukan beberapa elemen yang mengandung unsur dari negara
Sakura. Muhammad Yamin memasukan unsur sinar matahari dalam rancangan lambang
negara yang beliau desain.

Meskipun karya Muhammad Yamin tidak terpilih, beliau tetap ikut memberikan saran dan
masukan atas lukisan yang telah dibuat oleh Sultan Hamid II. Muhammad Yamin dengan
tegas memberikan masukan untuk mencantumkan semboyan negara yaitu “Bhineka Tunggal
Ika” yang dibawa dan dicengkeram oleh Burung Garuda melalui pita di kaki Burung Garuda.

Dalam proses perundingan, lambang negara ini juga sempat mendapatkan kritikan dari
Masyumi, Masyumi sendiri merupakan Partai yang memiliki jumlah anggota muslim
terbesar. Masyumi dengan tegas menyatakan tentang ketidaksetujuan dan keberatan mereka
akan burung Garuda yang erat kaitannya dengan unsur mitologis, yang disematkan pada
burung Garuda.

Garuda yang digambarkan memiliki tangan dan bahu manusia serta memegang perisai. Sultan
Hamid yang mendapatkan kritikan tersebut, menerima aspirasi tersebut dengan positif, dan
menyempurnakan kembali rancangannya, dari yang awalnya berbentuk Rajawali-Garuda
Pancasila menjadi diringkas kembali dengan Garuda Pancasila.

Dengan bantuan Moh.Hatta yang saat itu sebagai perdana menteri, Soekarno sebagai presiden
kemudian membawa dan menyerahkan rancangan lambang negara kepada Kabinet RIS. Pada
11 Februari 1950, dan akhirnya dalam sidang Kabinet RIS, lambang negara karya Sultan
Hamid diresmikan.

Dalam proses penyempurnaan, tepatnya 8 Februari 1950, bentuk terakhir dari lambang
kebaggaan Inonesia yaitu Garuda Pancasila, akhirnya rampung dan tercipta. Pada akhirnya, di
tanggal 20 Februari 1950, lukisan yang sudah rampung tersebut dipajang di ruang sidang
yang bertepatan dengan pelaksanaan rapat pertama DPR-RIS perdana dilaksanakan.

Meskipun lambang negara tersebut telah diresmikan, dalam perjalanannya, Soekarno terus
melakukan perbaikan terhadap bentuk Garuda Pancasila. Menurut Soekarno, lambang Garuda
Gundul yang sudah diresmikan memiliki kemiripan dengan Bald Eagle, yang menjadi
lambang dari Amerika Serikat.

Sehingga Soekarno meminta bantuan Dullah yang saat itu menjadi pelukis istana untuk
menambahkan jambul pada kepala Burung Garuda yang menjadi lambang Negara. Pada
tanggal 20 Maret 1950.

Soekarno juga terus melakukan revisi lagi dengan merubah posisi cakar burung garuda. Yang
sebelumnya pita dicengkeram di depan pita berubah jadi dicengkram di belakang pita. Pada
akhirnya burung garuda masuk kedalam tahap final dengan menambah ukuran burung
Garuda serta tata warna seperti sekarang ini.

Setelah semua selesai dan mencapai tahap final dibentuklah masterpiece dari rancangan
Garuda Pancasila dengan membuat patung Garuda Pancasila berlapis emas. Patung tersebut
tersimpan dengan rapi pada Ruang Kemerdekaan di Monas (Monumen Nasional) dengan
skala bentuk berukuran 3 dimensi, dan setelahnya ditetapkan menjadi Lambang Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang tidak mengalami perubahan desain hingga saat ini.
Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara

Pancasila terdiri atas dua kata, yaitu panca dan sila. Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta
yang diambil dari dari kitab Negarakertagama yaitu “Pantjasyila”, Pantja yang berarti lima
dan syila yang berarti sendi/alas/dasar.. Jadi, pancasila berarti lima dasar. Pancasila sebagai
dasar negara berfungsi penting dalam kehidupan bernegara. Pancasila menjadi penentu arah
dan cita-cita luhur bangsaIndonesia. Pancasila juga menjadi tuntunan untuk menjalankan
kehidupan bernegara. Segenap warga Indonesia harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

Dasar-dasar yang menjadi landasan berdirinya suatu negara biasanya digali dari jiwa bangsa
atau negara yang bersangkutan. Oleh karena itu dasar-dasar negara antara negara yang satu
dengan negara yang lain berbeda-beda. Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Dasar-dasar
negara tersebut dirumuskan dari jiwa (rakyat) bangsa atau negara masing-masing.Berikut ini
dijelaskan proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Proses Peumusan Pancasila


Sebelum menjadi dasar negara, Pancasila mengalami proses yang panjang. Para pendiri
bangsa berjuang menyatukan tenaga dan pikiran. Tujuannya untuk mewujudkan Indonesia
merdeka dengan dasar yang kuat. Dengan dasar yang kuat Indonesia akan kokoh. Indonesia
pun tidak akan mudah terpecah belah.
Pada awal tahun 1945, Indonesia masih dijajah oleh Jepang. Jepang menjajah Indonesia
selama tiga setengah tahun. Jepang menjajah Indonesia sejak tahun 1942. Jepang juga
berhasil menjajah beberapa negara di Asia Tenggara. Beberapa negara tersebut antara lain
Filipina, Burma (Myanmar), dan Vietnam.

Selama tahun 1945, keadaan berbalik. Tentara Jepang mulai mengalami kekalahan di
berbagai medan pertempuran. Pada Perang Pasifik, pasukan Jepang dikalahkan oleh Amerika.
Jepang juga dikalahkan oleh Sekutu pimpinan Inggris di kawasan Indocina. Pasukan Sekutu
adalah pasukan gabungan yang dipimpin oleh Amerika sewaktu Perang Dunia II (1938-
1945). Indocina adalah semenanjung di Asia Tenggara yang meliputi Myanmar, Thailand,
Kamboja, Vietnam, Laos, dan Semenanjung Malaya. Dalam pengertian yang lebih sempit,
nama Indocina hanya merujuk kepada Kamboja, Laos, dan Vietnam yang pernah dijajah oleh
Prancis.

Kekalahan tersebut mengancam kekuasaan Jepang di Negara-negara jajahannya. Di


Indonesia, Jepang juga harus menghadapi perlawanan rakyat. Terlebih lagi, Belanda masih
ingin kembali menjajah Indonesia. Pada waktu itu, Belanda bergabung dengan Sekutu.
Perlawanan rakyat dan usaha Belanda menjadikan kedudukan Jepang kian lemah. Jepang
akhirnya menjanjikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Janji tersebut bertujuan untuk
meredam gejolak dan perlawanan rakyat Indonesia

Untuk memenuhi janjinya, Jepang kemudian membentuk BPUPKI. BPUPKI merupakan


singkatan dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau
Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945 dan beranggotakan
62 orang. BPUPKI diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat. Beberapa yang
menjadi anggota antara lain Soekarno, Moh. Hatta, K.H. Dewantara, K.H. Mas Mansyur,
K.H. Wachid Hasyim, K.H. Agus Salim, Soepomo, M. Yamin.

Anggota BPUPKI resmi dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Sehari berikutnya yaitu tanggal
29 Mei 1945, BPUPKI mulai bersidang. Sidang berlangsung sampai tanggal 1 Juni 1945.
Salah satu agendanya adalah merumuskan dasar negara Indonesia merdeka. Gagasan tentang
dasar negara tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Ir Soekarno dan Dr.
Soepomo. Sidangnya yang pertama, dilaksanakan pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni
1945.

Gagasan Mr. Mohammad Yamin yang diusulkan pada tanggal 29 Mei 1945 adalah sebagai
berikut:

 Peri kebangsaan
 Peri kemanusiaan
 Peri ketuhanan
 Peri kerakyatan
 Kesejahteraan rakyat.

Selanjutnya Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 mengusulkan dasar negara sebagai
berikut.

 Persatuan
 Kekeluargaan
 Mufakat dan demokrasi
 Musyawarah
 Keadilan sosial.

Gagasan Ir. Soekarno yang diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945 adalah sebagai berikut.

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme atau peri kemanusiaan
 Mufakat atau demokrasi
 Kesejahteraan sosial
 Ketuhanan yang berkebudayaan.

Setiap usulan ditampung dan dimusyawarahkan bersama. Dibentuklah sebuah tim khusus.
Tim tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah panitia kecil yang terdiri atas sembilan
orang. Mereka adalah Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Yamin, Ahmad Soebardjo, A.A.
Maramis, Abdul Kahar Muzakir, K.H. Wachid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikoesno
Tjokrosoejoso. Tim inilah yang kemudian disebut sebagai Panitia Sembilan. Panitia Sembilan
bertugas membahas lebih lanjut usulan-usulan tentang dasar negara.

Tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan menetapkan hasil sidang yang disebut dengan Piagam
Jakarta atau The Jakarta Charter. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Piagam Jakarta
adalah sebagai berikut:

 Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.


 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rancangan tersebut mengalami perubahan-perubahan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh
PPKI itu didasarkan atas daerah-daerah di Indonesia bagian timur yang tidak beragama Islam
merasa keberatan. Keberatan tersebut diungkapkan terhadap sila pertama Pancasila pada
rumusan Piagam Jakarta (Rancangan Pembukaan UUD) yang berbunyi: “Ke-Tuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

Sebelum rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 itu dimulai, masalah keberatan dari daerah
Indonesia bagian timur tersebut dibicarakan terlebih dahulu oleh Drs. Moh. Hatta dengan
empat orang anggota PPKI, yaitu K.H. Wakhid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman
Singodimedjo dan Mr. Teuku Moh. Hasan. Dalam rancangan pembukaan yang semula
berbunyi, “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Piagam Jakarta yang telah mengalami perubahan itu kemudian disahkan menjadi pembukaan
(preambule) Undang-Undang Dasar 1945. Lima dasar atau sila yang dicantumkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu kemudian disebut Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai