Anda di halaman 1dari 2

Jenis Karakter Dalam Teater

Jenis karakter dalam teater wajib ditentukan sebelum naskah ditulis. Penokohan atau
perwatakan merupakan pelukisan tentang tokoh cerita, baik dalam keadaan lahir maupun
batin dan dapat berubah. Tidak hanya itu, tetapi sang pembuat naskah harus memperhatikan
pandangan hidup, sikap, keyakinan, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Menurut Jones (1995), penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita. Sedangkan menurut Sudjiman (1988), watak merupakan
kualitas moral dan jiwa tokoh yang membedakan dengan tokoh lain.

Penokohan memiliki hubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokoh
serta memberikan nama. Sedangkan, perwatakan memiliki hubungannya bagaimana watak
dalam tokoh-tokoh tersebut.

Jenis Karakter Dalam Teater


Di dalam teater, perwatakan memiliki fungsi untuk menyiapkan atau menyediakan alasan
sebagai tindakan tertentu dengan cara menggambarkan watak maupun sifat-sifat tokoh dalam
cerita. Berikut ini beberapa jenis karakter yang biasa digunakan dalam penokohan teater.

Protagonis

Tokoh protagonis adalah karakter dengan watak yang disukai oleh pembacanya. Biasanya
tokoh ini memiliki watak yang baik dan positif. Tidak hanya itu, tetapi watak protagonis ini
hampir sempurna karena memiliki sikap dermawan, rendah hati, pembela, setia kawan,
mandiri, dan lain sebagainya.

Di kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang memiliki watak yang secara keseluruhan
baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Namun, ada juga watak protagonis yang
menggambarkan dua sisi kepribadian berbeda.

Misalnya, ada tokoh yang memiliki profesi sebagai seorang pencuri. Ia memang jahat, tetapi
begitu sayang kepada anak istrinya sehingga keluarganya sangat menyayangi. Contoh lain,
orang yang pelit dalam tokoh masyarakat memiliki panti asuhan. Ia memilih untuk menjadi
seorang yang pelit demi menutupi kedermawanannya. Ia takut menjadi tidak ikhlas.

Antagonis

Karakter selanjutnya ada antagonis yang merupakan tokoh dengan watak dibenci pembaca.
Kenapa dibenci pembaca? Karena tokoh ini biasanya digambarkan dengan sikap buruk dan
negatif. Misalnya, pendendam, sombong, iri, pamer, ambisius, dan lain sebagainya. Sekalipun
begitu ada beberapa tokoh antagonis yang memiliki campuran sifat baik.
Contohnya, tokoh yang memiliki karakter jujur, tetapi bisa mencelakakan temannya. Contoh
lain tokoh yang selalu setia pada negara padahal negara yang dibela adalah negara penebar
kejahatan di dunia. Mungkin kamu sering menemukan tokoh antagonis, tapi tetap memiliki
sifat baik dalam film, drama, ataupun pementasan teater.

Figuran

Karakter figuran bisa mendampingi tokoh utama, yaitu protagonis dan biasanya memiliki
sifat pelengkap. Jadi pemeran ini tidak terlalu memegang peranan penting sebab tugasnya
hanya mendukung tokoh utama.

Tritagonis

Tritagonis adalah karakter yang akan membantu dalam suatu cerita, baik sebagai tokoh
protagonis maupun antagonis. Karakter yang dimiliki oleh tritagonis bisa disesuaikan dengan
penciptaan citra tokoh dalam beberapa metode, masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.

Biasanya penulis naskah melalui penceritaan menghasilkan sifat-sifat tokoh, pikiran, dan
hasrat perasaan. Terkadang juga bisa menyisipkan komentar pernyataan setuju dan tidaknya
sifat-sifat tokoh tersebut. Secara garis besar, kita dapat mengenal watak para tokoh dalam
sebuah cerita melalui apa yang diperbuat dan diucapkan. Tidak hanya itu, tetapi juga bisa
melalui penggambaran fisik tokoh dan melalui pemikirannya.

Cara Mengemukakan Karakter Tokoh


Setiap tokoh dalam teater biasanya memiliki watak yang berbeda. Pengarang bisa
mengemukakan watak dengan metode langsung maupun tidak langsung.

Metode Langsung

Metode langsung dilakukan ketika pengarang mengomentari watak dari sifat-sifat dasar
secara langsung. Misalnya tokoh tersebut memiliki kebiasaan, seperti suka marah, kasar,
bijaksana, sabar, dan lain sebagainya.

Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung bisa membuat pengarang mengungkapkan watak tokoh cerita melalui
penyajian pikiran, percakapan dialog, dan bisa dilakukan dalam tindakan-tindakan tingkah
laku si tokoh. Melalui metode ini, pengarang mengharapkan penonton bisa menyimpulkan
sendiri tentang watak tokoh melalui dialog dan tingkah laku di atas panggung.

Anda mungkin juga menyukai