NIM/PKK : 21101114/3
MAKUL : ILMU BUDAYA DAERAH DAN MULTIKULTUR
Dalam kasus ini menurut saya telah melanggar ferum internum hak atas
kebebasan beragama dan berkeyakinan. selagi tidak merugikan masyarakat
disekitar nya kenapa harus dilarang, dan rumah tersebut rumah pribadi. Ham kita
memiliki hak masing-masing. Atas hidup kita sendiri.
Pada dasarnya kebebasan memeluk agama atau kepercayaan adalah hak setiap
warga negara. Dasar hukum yang menjamin kebebasan memeluk agama atau
kepercayaan di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”):
"Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali".
Hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.[1] Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduknya untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.[2] Akan tetapi, meskipun kebebasan
memeluk agama atau kepercayaan adalah hak setiap warga negara dan termasuk
sebagai hak asasi, ini bukan berarti tanpa pembatasan, karena setiap orang wajib
menghormati hak asasi orang lain.[3] Pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk
pada pembatasan-pembatasan dalam undang-undang.[4] Jadi, hak asasi
manusia tersebut dalam pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam undang-undang.