1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena
atas berkat Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “ Kardiovaskuler Hemoroid” tepat pada waktunnya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada bidang studi mata
kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II” selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu krtitik dan saran dari semua pembaca sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.
Dengan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,
dan kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada kami
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................4
3. Tujuan...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PISTAKA......................................................................6
1. Pmgertian..............................................................................................6
2. Anatomi Fisiologi.................................................................................6
3. Penyebab...............................................................................................9
4. Tanda dan Gejala..................................................................................10
5. Patofisiologi .........................................................................................10
6. Pathway.................................................................................................12
7. Komplikasi ...........................................................................................12
8. Pengobatan............................................................................................ 13
9. Pencegahan ..........................................................................................15
10. Pemeriksaan Laboratorium...................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................
1. Asuhan Keperawatan............................................................................
2. Tentukan Diagnosa...............................................................................
3. Intervensi .............................................................................................
4. Implementasa .......................................................................................
5. Evaluasi ................................................................................................
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung
bawah saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun
wanita. Wasir atau dalam istilah medisnya disebut hemoroid merupakan
kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur
(anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan utama
penyakit ini adalah perdarahan.
2. Rumusan Masalah
4
6. Bagaimana hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hemoroid?
3. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan
asuhan keperawatan untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang
bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “Hemoroid”.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan
vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering
dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan
perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
2. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang
dari colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan
berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon
sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan
dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani
sekitar 15 cm.
6
Gambar 1.1: unsur-unsur besar rectum
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri
sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior
memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga
proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi
belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid
dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui
arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang
dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem
7
portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior
mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke
dalam vena-vena ini.
8
dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa
feces. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen
yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan
kontraksi secara terus menerus dari otot- otot abdomen (manuver atau peregangan
valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingter
eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan relaks, dan
keinginan untuk berdefekasi menghilang
3. Etiologic
9
4. Tanda dan Gejala
a) Tanda
1) Pendarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan
radang.
b) Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri
setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak
dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan
ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
5. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik
dari vena hemoroidalis.
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul
disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena
10
hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.
Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut.
Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
8 11
6. Pathway
7. Komplikasi
1) Terjadinya pendarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancur. Pendarahan akut
pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistematik pada
hipertensi portal, dan apabila hemorooid semacam ini mengalami
12
pendarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi
yaitu pendarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia
karena jumlah ertirosit yang diproduksi tidak bias mengimbangi jumlah
yang keluar. Anemia yang terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat
masuk lagi ( linkarserta/terjepit ) akan mudah terjadi infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis dan bias mengakibatkan kematian.
2) Terjadi thrombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama-lama darah akan membeku dan
terjadi thrombosis
3) Peradangan
Kalua terjadi lecet karena vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman-kumannya.
8. Pengobatan
1. Terapi konsertif
2. Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan
selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi
selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-
makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun
lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan secara berlebihan.
3. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat
awal.
Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
1. Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi
13
kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2. Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya
Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting
untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per
rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
3. Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah
perianalyang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-
menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch
Hazel)
4. Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free
Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi
pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau
NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian
atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
5. Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat
supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena
hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran
adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah
dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti maka
hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
2. Terapi Tindakan Non Operaktif Elektif
a) Sekleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati
sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke
dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi
inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat,
suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan ke
kuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi).
Komplikasi
: infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan.
14
Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b) Lingasi dengan cicin karet ( Rubber band lingation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk
hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan
pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya
timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan
mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu
kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu
dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang
hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan
terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
C) Bedah beku ( cryosugary)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan
akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan
(dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi
paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
a) IRC (Infra Red Cauter)
b) Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra
merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya
fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
3.Terapi Opertaif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya
dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga
pasien tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi
sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid
dipotong dan dijahit sekaligus. Keuntungan dari metode kedua ini adalah rasa
sakit yang jauh berkurang dari pada metode pertama meskipun pada operasi wasir
dengan metode pertama pun rasa sakit sudah berkurang dibandingkan cara operasi
10-20 tahun yang lalu.
15
9. Pencegahan
Wasir harus segera ditangani agar tidak membengkak, pecah, atau terpelintir.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara:
Mengonsumsi obat pelancar BAB
Eritrosit
Leukosit
Hb
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
17
18