Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM KARDIOVASKULER HEMORID


Dosen Pembimbing : Ns. Jikrun Jaata.,S.kep.,M.kep
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB 2

Disusun Oleh Kelompok 1


Suchi Fatika Mokodompit 02010010041
Agristiawati Ahmad
Leony Gania Sanger
Putry Patresia Puluko
Arsy Ratu
Moh. Reza Dondo

PRODI S1 KEPERAWATAN SEMESTER IV


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHAMEDIKA

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena
atas berkat Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “ Kardiovaskuler Hemoroid” tepat pada waktunnya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada bidang studi mata
kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II” selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu krtitik dan saran dari semua pembaca sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.
Dengan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,
dan kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan berbagai ilmu kepada kami

Kotamobagu, 12 April 2022


Penulis,

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................4
3. Tujuan...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PISTAKA......................................................................6
1. Pmgertian..............................................................................................6
2. Anatomi Fisiologi.................................................................................6
3. Penyebab...............................................................................................9
4. Tanda dan Gejala..................................................................................10
5. Patofisiologi .........................................................................................10
6. Pathway.................................................................................................12
7. Komplikasi ...........................................................................................12
8. Pengobatan............................................................................................ 13
9. Pencegahan ..........................................................................................15
10. Pemeriksaan Laboratorium...................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................
1. Asuhan Keperawatan............................................................................
2. Tentukan Diagnosa...............................................................................
3. Intervensi .............................................................................................
4. Implementasa .......................................................................................
5. Evaluasi ................................................................................................

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung
bawah saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun
wanita. Wasir atau dalam istilah medisnya disebut hemoroid merupakan
kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur
(anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan utama
penyakit ini adalah perdarahan.

Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya.


Darah yang keluar biasanya merah muda segar dan bisa hanya menetes saja
tetapi kadang juga sampai menyemprot. Hemoroid (wasir) hampir sama
bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki
dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus.
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu definisi yang sudah lama alias usang!
Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang
SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK)
2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa
pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien hemproid?

2. Bagaimana hubungan riwayat hemoroid pada keluarga terhadap


kejadian hemoroid?

3. Bagaimana hubungan asupan serat terhadap kejadian hemoroid?

4. Bagaimana hubungan asupan air terhadap kejadian hemoroid?

5. Bagaimana hubungan konstipasi terhadap kejadian hemoroid?

4
6. Bagaimana hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hemoroid?

7. Bagaimana hubungan posisi defekasi terhadap kejadian hemoroid?

8. Apa factor resiko yang paling dominan mempengaruhi kejadian


hemoroid?

3. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan
asuhan keperawatan untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang
bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “Hemoroid”.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan
vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering
dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan
perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).

Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid


seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang
dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan
perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).

Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang


benar- benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).

2. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang
dari colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan
berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon
sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan
dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani
sekitar 15 cm.

6
Gambar 1.1: unsur-unsur besar rectum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri
sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior
memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga
proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi
belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid
dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui
arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang
dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.

Gambar 1.2: arteri-arteri pada rectum

Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem

7
portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior
mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke
dalam vena-vena ini.

Gambar 1.3: vena-vena pada rectum

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak


teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat
beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan
segmen colon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan,
akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari
dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari
itu.

Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan


merangsang reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan
interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter
eksterna berada di bawah kontrol volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada
segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut
parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung
jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum
yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna

8
dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa
feces. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen
yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan
kontraksi secara terus menerus dari otot- otot abdomen (manuver atau peregangan
valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingter
eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan relaks, dan
keinginan untuk berdefekasi menghilang

3. Etiologic

a) Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan


sanitasi, sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis
(kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal),
fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri
sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor
predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah
mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar
menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi,
dan perdarahan, sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002)
hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau
memperberat adanya hemoroid.
b) Faktor penyebab terjadinyahemoroid adalah sebagai berikut :
a. Mengejan pada waktu defekasi.
b. Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
c. Pembesaran prostat.
d. Keturunan atau hereditas.
e. Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
f. Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan,
berdiri dan duduk terlalu lama dan konstipasi).

9
4. Tanda dan Gejala
a) Tanda
1) Pendarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan
radang.
b) Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri
setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak
dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan
ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.

5. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik
dari vena hemoroidalis.
Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul
disebelah dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena

10
hemoroidalis inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani.

Hemoroid eksterna ada dua klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis akut.
Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.

Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid


interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan
proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior
kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan
tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interior derajat II
dapat mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat
mengecil secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna
derajat III mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang
paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri
pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna
dan eksterna.

Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdaraha, trombosis, dan


stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang
mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.

Kebanyakan penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan.


Pengobatan berupa kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan
penggunaan supositoria. Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap,
terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri anus tidak dapat diatasi.

8 11
6. Pathway

7. Komplikasi
1) Terjadinya pendarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancur. Pendarahan akut
pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistematik pada
hipertensi portal, dan apabila hemorooid semacam ini mengalami

12
pendarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi
yaitu pendarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia
karena jumlah ertirosit yang diproduksi tidak bias mengimbangi jumlah
yang keluar. Anemia yang terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat
masuk lagi ( linkarserta/terjepit ) akan mudah terjadi infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis dan bias mengakibatkan kematian.
2) Terjadi thrombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama-lama darah akan membeku dan
terjadi thrombosis
3) Peradangan
Kalua terjadi lecet karena vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan
meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman-kumannya.

8. Pengobatan
1. Terapi konsertif
2. Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan
selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi
selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-
makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun
lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan secara berlebihan.
3. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat
awal.
Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
1. Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi

13
kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2. Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya
Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting
untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per
rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
3. Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah
perianalyang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-
menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch
Hazel)
4. Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free
Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi
pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau
NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian
atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
5. Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat
supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena
hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran
adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah
dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti maka
hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
2. Terapi Tindakan Non Operaktif Elektif
a) Sekleroterapi

Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati
sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke
dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi
inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat,
suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan ke
kuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi).
Komplikasi
: infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan.

14
Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b) Lingasi dengan cicin karet ( Rubber band lingation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk
hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan
pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya
timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan
mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu
kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu
dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang
hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan
terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
C) Bedah beku ( cryosugary)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan
akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan
(dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi
paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
a) IRC (Infra Red Cauter)
b) Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra
merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya
fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
3.Terapi Opertaif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya
dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga
pasien tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi
sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid
dipotong dan dijahit sekaligus. Keuntungan dari metode kedua ini adalah rasa
sakit yang jauh berkurang dari pada metode pertama meskipun pada operasi wasir
dengan metode pertama pun rasa sakit sudah berkurang dibandingkan cara operasi
10-20 tahun yang lalu.

15
9. Pencegahan
Wasir harus segera ditangani agar tidak membengkak, pecah, atau terpelintir.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara:
 Mengonsumsi obat pelancar BAB

 Menerapkan pola makan yang sehat dan menambah asupan serat

 Menggunakan salep wasir

 Menjalani operasi pengangkatan wasir


Untuk menghindari terjadinya wasir, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengonsumsi makanan kaya serat, banyak minum air putih, dan rutin berolahraga.
Selain itu, hindari kebiasaan yang dapat memicu wasir, seperti duduk terlalu lama,
menunda BAB, atau mengejan berlebihan.

10. Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan :

 Eritrosit

 Leukosit

 Hb

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai