Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRAKTEK

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARDIYANSYAH
NIM : PO7220121 1746
KELAS : 1B KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING : Ns, ELSA GUSRIANTI,S.Kep.,Msi

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021
 Tekanan darah normal

1. Anak- anak :

Anak usia prasekolah (3–5 tahun): batas normal tekanan sistolik berkisar antara 95-110 mmHg
dan tekanan diastolik berkisar antara 56-70 mmHg.

Anak usia sekolah (6–13 tahun): batas normal tekanan sistolik berkisar antara 97-112 mmHg dan
tekanan diastolik berkisar antara 57-71 mmHg.

2. Remaja :

Pada remaja usia 13–18 tahun, batas normal tekanan sistoliknya berkisar antara 112–128 mmHg
dan diastolik berkisar antara 66–80 mmHg.

3. Dewasa :

Pada orang dewasa batas normal tekanan sistolik nya yaitu 90-120 mmHg. Dan diastolic berkisar
60-80 mmHg.

4. Lansia :

Tekanan darah lansia cenderung lebih tinggi, yaitu itu < 150 mmHg untuk tekanan sistolik dan

< 90 mmHg untuk tekanan diastolik.

 Denyut Nadi Normal


- Bayi sampai usia 1 tahun: 100-160 kali/menit.
- Anak usia 1-10 tahun: 70-120 kali/menit.
- Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali/ menit.
- Dewasa: 60-100 kali /menit.
- Atlet dengan kondisi yang baik: 40-60 kali/menit
 Pernapasan normal
- Bayi (0-1 tahun): 30-60 napas per menit
- Balita (1-3 tahun): 24-40 napas per menit
- Preschooler (3-6 tahun): 22-34 napas per menit
- Anak usia sekolah (6-12 tahun): 18-30 napas per menit
- Remaja (12-18 tahun): 12-16 napas per menit
- Dewasa (19-59 tahun): 12-20 napas per menit
- Lansia (usia 60 tahun ke atas): 28 napas per menit
 Pernapasan tidak normal
Laju napas di bawah 12 atau di atas 25 dalam posisi istirahat disebut abnormal atau
menandakan gangguan kesehatan tertentu.

 Bau Khas Mulut


- Berbau seperti kotoran
Mulut Anda ternyata bisa berbau seperti kotoran. Apa artinya? Para ahli kesehatan
menyatakan bahwa bau mulut yang seperti kotoran atau feses menunjukkan
bahwa gusi Anda terinfeksi karena adanya bakteri anaerob dalam mulut. Bakteri ini
muncul disebabkan kurangnya flossing atau membersihkan gigi dengan benang.
- Berbau amis
Nitrogen dan sulfur adalah penyebab utama dari keluarnya bau amis di mulut Anda. Jika
Anda mengalami bau ini, berarti ada masalah kesehatan yang berkaitan dengan ginjal
Anda. Sebaiknya segera lakukan pemeriksaan kesehatan ginjal Anda.
- Berbau seperti mulut kering
Bau mulut seperti mulut kering memang sulit untuk dideskripsikan. Bau ini sendiri
disebabkan oleh kekeringan yang terjadi di dalam mulut Anda atau Xerostomia yang
terjadi karena produksi air liur yang tidak normal. Kondisi bau seperti ini akan
menyebabkan masalah gusi serta kerusakan gigi.
- Bau busuk
Bau mulut seperti daging busuk bisa menjadi tanda bahwa ada masalah dengan tonsilitis
Anda. Sebab tonsilitis yang terinfeksi dan meradang akan membuat produksi bakteri
anaerob semakin agresif. Kemudian bakteri ini akan menghasilkan bakteri sulfur yang
menyebabkan bau busuk.
- Bau seperti susu fermentasi
Mulut berbau seperti susu fermentasi ketika Anda sedang melakukan diet yang rendah
karbohidrat namun tinggi protein. Bau ini muncul sebab menjadi tanda bahwa diet yang
Anda jalani tidak baik. Oleh karena itu ganti diet Anda dengan komposisi menu yang
seimbang sebab karbohidrat pun diperlukan untuk kesehatan tubuh Anda.
- Bau seperti kamper
Mereka yang menderita sinus biasanya memiliki bau napas yang seperti kamper. Sebab
lendir yang terbentuk ketika hidung tersumbat mengandung protein yang sangat padat
sehingga menghasilkan bau sedemikian rupa.
- Bau seperti buah pir
Jika bau mulut Anda seperti buah pir, hal ini bisa menjadi tanda bahwa Anda terkena
penyakit diabetes tipe 1. Bau seperti ini muncul ketika ada kekurangan insulin di dalam
tubuh Anda.

 Bunyi Jantung dan Bunyi Jantung Tambahan

1. Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sebagai

berikut :

- tebalnya dinding dada

- adanya cairan dalam rongga pericard

Intensitas dari bunyi jantung harus ditentukan menurut pelannya atau kerasnya

bunyi yang terdengar. Bunyi jantung I pada umumnya lebih keras dari bunyi

jantung II di daerah apeks jantung, sedangkan di bagian basal bunyi jantung II

lebih besar daripada bunyi jantung I. Jadi bunyi jantung I di ictus (M I) lebih keras

dari M 2, sedang didaerah basal P 2 lebih besar dari P 1, A 2 lebih besar dari A 1.

Hal ini karena :

M 1 : adalah merupakan bunyi jantung akibat penutupan mitral secara

langsung.
M 2 : adalah penutupan katup aorta dan pulmonal yang dirambatkan.

P 1 : adalah bunyi M 1 yang dirambatkan

P 2 : adalah bunyi jantung akibat penutupan katup pulmonal secara langsung

A 1 : adalah penutupan mitral yang dirambatkan

A 2 : adalah penutupan katub aorta secara langsung

A 2 lebih besar dari A 1.

Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal irama
jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis. Frekuensi bunyi jantung
harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi
nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi dan bila
frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia.

2. Bising Jantung (cardiac murmur)

Disebabkan :

- aliran darah bertambah cepat

- penyempitan di daerah katup atau pembuluh darah

- getaran dalam aliran darah oleh pembuluh yang tidak rata

- aliran darah dari ruangan yang sempit ke ruangan yang besar

- aliran darah dari ruangan yang besar ke ruangan yang sempit.

Hal-hal yang harus diperhatikan bila terdengar bising ;

1. Lokalisasi Bising

Tiap-tiap bising mempunyai lokalisasi tertentu, dimana bising itu terdengar

paling keras (punctum maximum). Dengan menetukan punctum maximum dan

penyebaran bising, maka dapat diduga asal bising itu :

- punctum maximum di apeks cordis, berasal dari katup mitral


- punctum maximum di sela iga 2 kiri, berasal dari katup pulmonal

- punctum maximum di sela iga 2 kanan, berasal dari katup aorta

- punctum maximum pada batas sternum kiri, berasal dari ASD atau VSD.

.2. Intensitas Bising

Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan :

Tingkat I : bising yang sangat lemah, hanya terdengar dengan

konsentrasi.

Tingkat II : bising lemah, namun dapat terdengar segera waktu

auskultasi.

Tingkat III : sedang, intensitasnya antara tingkat II dan tingkat IV.

Tingkat IV : bising sangat keras, sehingga terdengar meskipun stetoskp

belum menempel di dinding dada.

3. Jenis dari Bising

Jenis bising tergantung pada dase bising timbul :

Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi

jantung 2)

Dikenal 2 macam bising sistole :

- Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan

melalui bagian yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistole.

Didapatkanpada stenosis aorta, punctum maximum di daerah aorta.

- Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang melalui

bagian jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase systole.
Misalnya pada insufisiensi mitral.

 Indikasi Pemberian Oksigen


- Nasal kanul 1-4 liter/menit  95% - 100% (normal)
Nasal kanul digunakan pada pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma
dan COVID-19.
- Rebreating mask  6 – 10 liter/menit  90% -  95% ( hypoksia ringan – sedang )
- Non rebreating mask  10 – 15 liter/menit  85% -  90% (hypoksia sedang – berat)
NRM dapat dipertimbangkan pada kelompok pasien yang perjalanan penyakitnya sangat
berpeluang membaik dengan intervensi segera, misalnya penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), edema paru akut, dan asthma berat.

 Skala nyeri
- Angka 0 artinya tidak nyeri
- Angka 1-3 nyeri ringan
- Angka 4-6 nyeri sedang
- Angka 7-10 nyeri berat

 Kuadran Abdomen

Kuadran Kanan Atas Kuadran Kiri Atas


Hati, kantung empedu, paru, esofagus Hati, jantung, esofagus, paru, pankreas,
limfa, lambung
Kuadran Kanan Bawah Kuadran Kiri Bawah
Usus 12 jari (duo denum), usus besar, usus Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil,
kecil, kandung kemih, rektum, testis, anus usus besar

 Menghitung Infus

Jumlah cairan yang masuk × faktor tetesan

Lama waktu × 60
 Skala Otot

Presentasi
Skala Kekuatan Karakteristik
Normal

0 0 Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal

5 100 Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan
tahanan penuh

 Derajat Edema
Penilaian derajat edema yaitu :
- derajat I apabila kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik,
- derajat II jika kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik,
- derajat III jika kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
- derajat IV jika kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik.

Anda mungkin juga menyukai