Anda di halaman 1dari 17

SHODAQOH DAN HADIAH

(Tugas Ini Di Buat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Materi Pembelajaran Fiqih MA/SMK)

Di susun Oleh:

1. Elsi Sintia (1911010057)


2. Emi Khoiriyah (1911010058)
3. Nabilah Afanin (1911010128)

Semester/Kelas: 4/A

Dosen Pengampu: Drs. Uswatun Khasanah, M.Pd.I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2021

1
A. KOMPETENSI INTI (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiϐik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
B. KOMPETENSI DASAR :
1.1 Menghayati konsep muamalah dalam islam tentang shadaqah dan hadiah
2.1 Mengamalkan sikap peduli dan tolong menolong sebagai implementasi
dari mempelajari tentang shadaqah dan hadiah
3.1 Memahami ketentuan shadaqah dan hadiah
4.1 Mengomunikasikan dan mempraktikkan pelaksanaan shadaqah dan
hadiah
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Peserta Didik mampu:
1.1.1 Meyakini konsep muamalah dalam islam tentang shadaqah dan hadiah
1.1.2 Menyebar luaskan konsep muamalah dalam islam tentang shadaqah dan
hadiah
2.1.1 Menjadi teladan sikap peduli dan tolong menolong sebagai implementasi
dari mempelajari tentang shadaqah dan hadiah
2.1.2 Memelihara sikap peduli dan tolong menolong sebagai implementasi dari
mempelajari tentang shadaqah dan hadiah
3.1.1 Menjelaskan pengertian shadaqah dan hadiah

2
3.1.2 Menyebutkan hukum shaqah dan hadiah
3.1.3 Menyebutkan rukun dan syarat shadaqah dan hadiah
3.1.4 Menyebutkan tata cara pemberian shadaqah dan hadiah
3.1.5 Menyebutkan manfaat shadaqah dan hadiah
3.1.5 Menyebutkan hikmah adanya shadakah dan hadiah
3.1.6 Menjelaskan persamaan dan perbedaan shadaqah dan hadiah
4.1.1 Mempraktikkan cara pelaksanaan pemberian shadaqah dan hadiah
4.1.2 Membuat laporan dan mempresentasikan tentang pelaksanaan ketentuan
islam tentang shadaqah dan hadiah

3
PETA KONSEP

4
PENDALAMAN MATERI

A. SHODAQOH
1. PENGERTIAN SHODAQOH
Ibnu Manzur dalam kitab Lisanul Arab menjelaskan makna
shodaqoh di tinjau dari segi bahasa adalah saddaqa’alaih maknanya adalah
apa yang engkau berikan kepada kaum faqir karena Allah Swt. Adapun
orang yang memberikan shodaqoh disebut al-Mutaasaddiq. Dikatakan juga
bahwa shodaqoh berasal dari kata as-Sidqu, yang berarti benar, baik dalam
perkataan maupun perbuatan, dikatakan pula bahwa shodaqoh atau sedekah
bermakna a’ta yang berarti memberi.
Menurut Athiyullah mengatakan dalam al-Qamus al-Islami,
shadaqah dengan memfathahkan huruf yang pertama dan kedua adalah apa
yang diberikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan tanpa
paksaan. Sedangkan menurut syar’i shodaqoh bermakna amal yang muncul
dari hati yang penuh dengan iman yang benar, niat yang shahih dan
bertujuan untuk mengharap ridha Allah swt, tanpa paksaan. Menurut al-
Jurjani shodaqoh adalah pemberian yang diniatkan untuk mendaptkan
pahala disisi Allah. Secara umum, makna shodaqoh meliputi seluruh amal
kebajikan dan meninggalkan kemungkaran1 Akan tetapi secara khusus
shodaqoh berarti mengeluarkan harta dan memberikannya kepada yang
berhak dengan mengharap ridha dari Allah swt.2

1
Ubaidurrahim El-Hamdy, Sedekah Bikin Kaya dan Berkah, Kawah Media, Jakarta, 2015,
hlm.2-3
2
Depag RI, Terjemah Al-Quran, Departemen Haji dan Wakaf, Suadi Arabia, 1411 H,
Hlm.43

5
Shadaqoh memang berasal dari bahasaa arab, yang dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai sebagai suatu pemberian yang diberikan oleh
seorang musim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
oleh ruang dan waktu dan jumlah tertentu (Masyukur, 2008:15). Shodaqoh
tidak terbatas pada hal bersifat materi saja akan tetapi juga pada hal yang
bersifat non-materi seperti yang dijelaskan pada sabda Nabi SAW “Setiap
ruas yang aktif dari kamu itu harus disedekahi, maka setiap tasbih itu
nilainya sedekah, setiap tahmid sedekah, setiap tahlil itu sedekah, setiap
takbir itu sedekah dan amar ma’ruf nahi mungkar itu juga sedekah” Dari
pengertian diatas, dapat diartikan bahwa shodaqoh merupakan ibadah yang
sifatnya lentur, artinya tidak dibatasi oleh waktu maupun batasan tertentu
dan tidak terbatas baik berupa materi ataupun non-materi. Artinya segala
bentuk perbuatan baik itu adalah shodaqoh.
2. HUKUM SHODAQOH
Al-Quran dan Hadits menganjurkan untuk melaksanakan Shadaqah
akan tetapi tidak sebagaimana kewajiban mengeluarkan zakat, dan sholat.
Karena shodaqoh tidak ada ketentuan dan kadarnya seperti zakat, shadaqah
tidak ada ketentuan pelaksanaannya seperti Ibadan sholat. Dan tidak ada
dosa yang dijelaskan seandainya seseorang tidak melakukan shadaqah
sebagaimana ibadah melakukan zakat dan sholat. Oleh karena itu hukum
dari Shodaqoh yaitu sunnah. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam
Surah Yusuf: 88

6
‫ع ٍة ُّم ْزجى ٍة فَا َ ْوفِ لَنَا ْال َك ْي َل‬ َّ ‫علَ ْي ِه قَالُ ْوا يٰٓاَيُّ َها ْالعَ ِزي ُْز َم‬
َ ِ‫سنَا َوا َ ْهلَنَا الض ُُّّر َو ِجئْنَا بِب‬
َ ‫ضا‬ َ ‫فَلَ َّما دَ َخلُ ْوا‬
َ َ ‫ّٰللا يَج ِْزى ْال ُمت‬
َ‫ص ِدقِيْن‬ َ ‫علَ ْين َۗا ا َِّن ه‬
َ ‫صد َّْق‬ َ َ ‫َوت‬

Artinya: “Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, kami telah


ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak
berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah
kepada kami. Sesungguhnya Allah member balasan kepada orang-orang
yang bersedekah” (Q.S Yusuf: 88)

3. RUKUN DAN SYARAT SHODAQOH


Rukun dan syarat Shodaqoh adalah:
a. Orang yang memberi
Orang yang memberi hendaknya pemilik harta tersebut dan
berhak membelanjakannya.
b. Orang yang di beri
Syarat orang yang diberi adalah berhak memiliki jadi tidak sah
bershodaqoh kepada anak yang masih dalam kandungan dan
kepada binatang karena keduanya tidak berhak memiliki.
c. Ijab dan Qabul
Ijab adalah pernyataan pemberian dari orang yang member dan
penerimaan dari orang yang diberi.
d. Barang yang diberikan
Barang yang diberikan disyaratkan dapat dijual dan
dimanfaatkan bagi penerimanya. 3
4. TATA CARA PELAKSANAAN SHODAQAH
a. Mendahulukan bersedekah kepada Kerabat yang membutuhkan.
Sebagaimana firman Allah yang berbunyi
‫اْل ْق َربِيْنَ َو ْاليَتمى َو ْال َمس ِكي ِْن َواب ِْن‬
َ ْ ‫يَسْـَٔلُ ْونَكَ َماذَا يُ ْن ِفقُ ْونَ ۗ قُ ْل َما ٰٓ ا َ ْنفَ ْقت ُ ْم م ِْن َخي ٍْر فَل ِْل َوا ِلدَي ِْن َو‬
‫ع ِليْم‬ ‫س ِب ْي ِل ۗ َو َما ت َ ْف َعلُ ْوا م ِْن َخي ٍْر فَا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللاَ ِب ٖه‬ َّ ‫ال‬

3
ibid. 309

7
Artinya: “Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang
mereka infakkan, Jawablah! Apa saja harta yang kamu infakkan
hendaklah diberikan kepada ibu bapa , kaum kerabat , anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”. (Al – Baqarah : 215)
b. Bersedekah kepada kerabat yang memusuhi.
Sebagaimana dijelaskan dalam suaru hadits yang artinya
"Sedekah yang paling afdhal adalah yang diberikan kepada keluarga
dekat yang memusuhi." (HR. Ath-Thabrani)
c. Tidak bersedekah dengan barang yang buruk atau tidak layak.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran yang berbunyi:
َ‫ض ۗ َو َْل تَيَ َّم ُموا ْال َخبِ ْيث‬
ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٰٓ ا َ ْخ َر ْجنَا لَكُ ْم مِنَ ْاْلَ ْر‬
َ َ‫ت َما ك‬ َ ‫يٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْٰٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا م ِْن‬
ِ ‫طيِب‬
‫ي َح ِميْد‬
ٌّ ِ‫غن‬
َ ‫ّٰللا‬ ٰٓ َّ ‫ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم بِاخِ ِذ ْي ِه ا‬
َ ‫ِْل ا َ ْن ت ُ ْغ ِمض ُْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٰٓوا ا َ َّن ه‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kita keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya , padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Al-
Baqarah : 167).
d. Tidak mengungkit-ungkit sedekah dan menyembuhkan sang
penerima sedekah. Sebagai mana firman Allah swt yang berbunyi :
‫ّٰللا ث ُ َّم َْل يُتْبِع ُ ْونَ َما ٰٓ ا َ ْنفَقُ ْوا َمنًّا َّو َْلٰٓ اَذً ۙى لَّ ُه ْم اَج ُْرهُ ْم ِع ْندَ َربِ ِه ْم‬
ِ ‫سبِ ْي ِل ه‬ َ ‫اَلَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ ا َ ْم َوالَ ُه ْم فِ ْي‬
َ‫ع َل ْي ِه ْم َو َْل هُ ْم يَحْزَ نُ ْون‬
َ ‫َو َْل خ َْوف‬

Artinya: "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,


kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti
(perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan.

8
Tidak ada terhadap mereka dan tidak (pula) mereka hati. (Al-Baqarah:
262)

e. Sedekah terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Allah berfirman


yang berbunyi:
َ ‫ِي َوا ِْن ت ُ ْخفُ ْوهَا َوتُؤْ ت ُ ْوهَا ْالفُقَ َر ۤا َء فَ ُه َو َخيْر لَّكُ ْم ۗ َويُكَف ُِر‬
‫ع ْنكُ ْم م ِْن‬ َ ‫ت فَنِ ِع َّما ه‬ َّ ‫ا ِْن ت ُ ْبد ُوا ال‬
ِ ‫صدَق‬
‫ّٰللاُ بِ َما تَعْ َملُ ْونَ َخبِيْر‬
‫سيِاتِكُ ْم ۗ َو ه‬
َ
Artinya: “Jika kamu sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali.
Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu .
Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-
kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-
Baqarah : 271)
Menyembunyikan sedekah dari pandangan orang lain memang
sangat baik karena bisa lebih menjaga kita dalm hal keikhlasan,
bukan berarti sedekah secara terbuka adalah hal yang buruk, sedekah
dengan pandangan orang lainpun sangat baik, serta memiliki
kelebihan lain seperti memeberikan dan motivasi kepada orang lain.
lain untuk melakukan hal baik.
f. Anjuran untuk tidak berlebihan dalam sedekah, dan tidak pula kikir.
Allah berfirman yang berbunyi :
‫َوالَّ ِذيْنَ اِذَآٰ ا َ ْنفَقُ ْوا لَ ْم يُس ِْرفُ ْوا َولَ ْم يَ ْقت ُ ُر ْوا َو َكانَ بَيْنَ ذلِكَ قَ َوا ًما‬
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila menginfakkan
(hartanya) mereka tidak berlebihan-lebihan dan tidak pula terlalu
kikir, dan infak itu di pertengahan di antara yang demikian”. (AL-
Furqan : 67).
g. Tetap bersedekah dalam setiap kondisi.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Sodaqoh
yang paling besar pahalanya?” Nabi Saw menjawab, “Saat kamu
bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit
(mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya.

9
Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru berkata untuk
Fulan sekian dan untuk Fulan semua.” (HR.Bukhori)
5. MANFAAT SHODAQAH
Kebiaaan bersedekah yang dilakukan umat Islam banyak
memberikan manfaat, antara lain :
a. Menumbuhkan ukuwah Islamiyah
b. Menghindarkan dari berbagai bencana
c. Meringankan beban orang lain yang membutuhkan
d. Akan dicintai oleh Allah Swt., dan diberikan pahala yang berlipat-
lipat
e. Terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik
f. Dijauhkan dari sifat takabur dan angkuh
g. Mempertebal rasa kasih sayang kepada orang lain dan menambah
erat persaudaraan sesama manusia
h. Menambah rasa syukur dan berbudi mulia.
6. HIKMAH SEDEKAH
a. Orang yang bersedekah lebih mulia dibanding orang yang
menerimanya sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist “Tangan
diatas lebih baik dari tangan yang dibawah”.
b. Mempererat hubungan sesama manusia terutama kepada kaum fakir
miskin, menghilangkan sifat bakhil dan egois, dan dapat
membersihkan harta serta dapat meredam murka Tuhan.
c. Orang yang bersedekah senantiasa didoakan oleh kedua malaikat.
Sebagaimana hadist yang artinya “Tidaklah seorang laki-laki berada
dipagi hari kecuali dua malaikat berdoa, Ya Allah berilah ganti
orang yang menafkahkan (menyedekahkan) hartanya dan berikanlah
kehancuran orang yang menahan hartanya”. (HR. Bukhari-Muslim).

10
B. HADIAH
1. PENGERTIAN HADIAH
Pengertian hadiah secara bahasa berasal dari kata Hadi (‫ )ھادى‬yang
terdapat 2 Makna. Pertama, tampil ke depan memberi petunjuk. Maksud
kata Hadi tersebut bermakna penunjuk jalan, karena dia tampil di depan.
Kedua, menyampaikan dengan lemah lembut. maksudnya kata hidayah
(‫ )ھدایة‬yang merupakan penyampaian sesuatu dengan lemah lembut guna
menunjukkan simpati.

Sedangkan menurut istilah, hadiah adalah akad pemberian harta


milik seseorang kepada orag lain tanpa adanya imbalan sebagai
penghormatan atas suatu prestasi. 4 Dalam pengertian lain juga dijelaskan
hadiah adalah pemberian sesuatu yang bermanfaat dari seorang kepada
orang lain sebagai penghormatan tanpa mengaharap gantinya hanya untuk
mencari ridha Allah Swt. hadiah ini diberikan bukan karena iba atau rasa
kasihan, tetapi penghargaan atas prestasi atau reputasi seseorang. 5
2. HUKUM HADIAH
Hukum hadiah adalah mubah, yakni boleh dilakukan dan boleh juga
ditinggalkan.6 Dalam sebuah hadits diriwayatkan sebagai berikut:

4
Suranto dan Anang Zamroni, Mendalami Usul Fikih, hal. 142
5
Rizal Qasim, Pengalaman Fiqih, PT: Aqila, Solo, hal. 147
6
Suranto dan Anang Zamroni, Op.Cit, hal. 143

11
‫سله َم قَا َل لَ ْو ُد ِعيتُ ِإلَى‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن ال هن ِبي‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫َّللا‬‫ي ه‬ َ ‫ض‬ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ َر‬َ
‫ي ذ َِراعٌ أ َ ْو ُك َراعٌ لَقَ ِب ْلت‬ َ ‫ذ َِراعٍ أ َ ْو كُ َراعٍ ََل َ َجبْتُ َولَ ْو أ ُ ْهد‬
‫ِي ِإلَ ه‬

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. Telah bersabda, “sekiranya
saya diundang untuk makan sepotong kaki binatang, undangan itu pasti saya
kabulkan, begitu juga kalau potongan kaki binatang dihadiahkan kepada
saya tentu saya terima.” (H.R. Al-Bukhari : 2380).
Adapun hadits lain, yakni yang artinya: “Hendaklah kamu saling
memberi hadiah karena ia akan mewariskan kecintaan dan menghilangkan
kedengkian-kedengkian. (H.R. Dailami).
3. RUKUN DAN SYARAT HADIAH
a. Rukun
Menurut Ulama Hanafiah, rukun hadiah adalah ijab dan kabul sebab
keduanya termasuk akad seperti halnya jual-beli. Dalam kitab Al-
Mabsuth, mereka menambahkan dengan qadbhu
(pemegang/penerima).Alasannya, dalam hadiah harus ada ketetapan
dalam kepemilikan.Adapun yang menjadi rukun dalam hadiah yaitu
wahib (pemberi), mauhub lah (penerima), mauhub (barang yang
dihadiahkan), shighat (ijab dan qabul). 7
a) Wahib (pemberi)
Wahib (pemberi) adalah orang yang memberikan hadiah
atau pemindahan kepemilikan.
b) Mauhub Lah (penerima)
Karena hadiah itu merupakan transaksi langsung, maka
penerima hadiah disyaratkan sudah wujud dalam artinya yang
sesungguhnya ketika akad hadiah dilakukan.Oleh sebab itu, hadiah
tidak boleh diberikan kepada anak yang masih dalam
kandungan.Dalam persoalan ini, pihak penerima hadiah tidak

7
Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqih Muammalat, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010) hlm 442

12
disyaratkan supaya baliq berakal. Kalau sekiranya penerima hadiah
belum cakap bertindak ketika pelaksanaan transaksi, ia diwakili oleh
walinya.
c) Mauhub (barang yang dihadiahkan)
Mauhub (barang yang dihadiahkan) adalah barang yang
dihadiahkan kepada penerima hadiah. Adapun syarat dalam mauhub
(barang yang dihadiahkan) yang akan diberikan yaitu:
Benda yang dihadiahkan tersebut mestilah milik yang
sempurna dari pihak pemberi hadiah.Ini berarti bahwa hadiah tidak
sah bila sesuatu yang dihadiahkan itu bukan milik sempurna dari
pihak pemberi hadiah.
Barang yang dihadiahkan itu sudah ada dalam arti yang
sesungguhnya ketika transaksi hadiah dilaksanakan.Tidak sah
menghadiahkan sesuatu yang belum berwujud.
Objek yang dihadiahkan itu mestilah sesuatu yang boleh
dimiliki oleh agama.Tidaklah dibenarkan menghadiahkan sesuatu
yang tidak boleh dimiliki, seperti menghadiahkan minuman yang
memabukan. 8
d) Shighat (ijab dan qabul)
Dalam pemberian hadiah yang menjadi sasaran ialah kepada
shighat dalam transaksi tersebut sehingga perbuatan itu sunguh
mencerminkan terjadinya pemindahan hak milik melalui hadiah.Ini
berarti bahwa walaupun tiga unsur pertama sudah terpenuhi dengan
segala persyaratannya, hadiah dinilai tidak ada bila transaksi hadiah
tidak dilakukan.9
b. Syarat Hadiah
Adapun syarat-syarat hadiah yaitu berkaitan dengan syarat wahib
(pemberi hadiah) dan maudhub (barang). Ulama Hanabilah menetapkan
11 (sebelas) syarat diantaranya:

8
Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) hlm 75.
9
Ibid, hlm 76

13
a. Hadiah dari harta yang boleh di-tasharruf-kan.
b. Terpilih dan sunguh-sunguh.
c. Harta yang diperjual belikan.
d. Tanpa adanya penganti.
e. Orang yang sah memilikinya.
f. Sah menerimanya.
g. Walinya sebeum pemberi dipandang cukup waktu.
h. Menyempurnakan pemberian.
i. Tidak disertai syarat waktu.
j. Pemberi sudah sudah mampu tasharruf (merdeka, mukallaf, dan
rashid).
k. Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan. 10
4. TATA CARA PEMBERIAN HADIAH
a. Jangan memberikan sesuatu tapi mengharapkan pemberian lebih
dari pada yang kita berikan. Jadi misalnya kita pengen
memberikan sesuatu, tapi orang lain juga harus memberikan
sesuatu kepada kita. Hal ini tidak dibolehkan dalam ajaran yang
diajarkan oleh Rosululloh Muhammad SAW.
b. Berilah segala sesuatu ( hadiah) dengan ikhlas, jangan sampai
menyakiti hati orang yang kita beri hadiah.
c. Jangan memberikan hadiah dengan cara merendahkan hati orang
yang kita beri hadiah.
5. MANFAAT HADIAH
a. Dapat menumbuhkan rasa saling cinta.
Hal ini didasarkan pada sabda nabi, yakni : "Saling
menghadiahkan kalian pasti akan saling mencintai.” (HR.Al-
Bukhari)
b. Dapat menghilangan kedengkian.

10
Ibid, hlm 247

14
Kesenjangan sosial menjadi masalah pemerintah klasik yang
belum ditemukan solusi terbaik di atasnya. Masyarakat kota dengan
kekayaan melimpah sangat berbanding terbalik dengan masyarakat
pinggiran atau pedesaan. Apalagi di masa kini, masyarakat seolah-
akan merasakan bahwa mereka yang kaya semakin kaya dan yang
miskin semakin miskin. Hal ini bisa memicu munculnya sifat iri dan
dengki bahkan bisa memicu kriminalitas bagi masyarakat-
masyarakat yang lemah iman. Maka dari itu, menjadi hadiah solusi
terindah untuk mengatasi masalah ini sesuai Sabda Nabi, yang
artinya: “Saling menghadiahilah kalian karena sesungguhnya
hadiah itu akan diberikan/menghilangkan kedengkian.” (HR.Ibnu
Mandah)
c. Mendapat kebaikkan yang terus menerus dari hadiah yang
diberikan.
d. Memberikan rasa bahagia, dan kebahagiaan itu akan menular.
e. Menambah kedekatan satu sama lain
6. HIKMAH HADIAH
Saling membantu dengan cara memberikan hadiah dianjurkan
oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Hikmah atau manfaat disyari’atkannya
adalah sebagai berikut:
a. Memberi hadiah dapat menghilangkan penyakit dengki, yakni
penyakit yang terdapat dalam hati dan dapat merusak nilai-nilai
keimanan. Hadiah dilakukan sebagai penawar racun hati yaitu
dengki. Artinya: “Beri-memberilah kamu, karena pemberian itu
dapat menghilangkan sakit hati (dengki) ”
b. Pemberian hadiah dapat mendatangkan rasa saling mengasihi,
mencintai, dan menyayangi.
c. Hadiah atau pemberian dapat menghilangkan rasa dendam, dalam
sebuah hadis dari Anas r.a Rasullah Saw bersabda:
َ‫سخ ْی َمتة‬ َ
ِ َّ ‫تـ َ َهادُ ْوا فَأِنَّ ال ْه ِِ َد یَةتَسُ ُل ا ل‬

15
Artinya:”Saling memeberi hadialah kamu, karena sesunguhnya hadiah
itu dapat mencabut rasa dendam.” 11
C. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SHADAQAH DAN HADIAH
Persamaan dari shadaqah dan hadiah adalah sama- sama diberikan
untuk mengharapkan ridha allah, sama- sama tidak ditentukan jumlahnya.
Sedangkan Yang membedakan hadiah dan shodaqoh yaitu, Shodaqoh
diberikan kepada orang yang membutuhkan, sedangkan hadiahh diberikan
karena penghargaan atas jasa seseorang, atau penghargaan atas kemuliaan
atau kesuksesan seseorang.

11
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta, Grafindo, 2005), 219.

16
17

Anda mungkin juga menyukai