Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

HUKUM INVESTASI

Oleh:

I DEWA AGUNG GEDE RAJA BRAHMANDA

1704551147

Kelas B

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2020
HUKUM INVESTASI

PENGATURAN BENTUK BENTUK PERIJINAN BAGI PENANAMAN MODAL


PMDN DAN PMA DI INDONESIA

1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang izin Lingkungan. Pada


pasal 1 angka (13), pasal 1 ayat (1), Pasal 2 ayat (1)
2) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pedoman Dan
Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal. Pasal 10, pasal 12, pasal 25, pasal
30, Pasal 62.
3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2018 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Fasilitas
Penanaman Modal. Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, pasal 10,
pasal 11, pasal 12, pasal 13.
4) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman
Modal Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan
Fasilitas Penanaman Modal. Pasal 4, Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 48, pasal 49,
Pasal 50, Pasal 50A.
5) Peraturan Gubernur Bali Nomor 36 Tahun 2017 Tentang Tata Cara/Prosedur
Penerbitan Perizinan Dan Non Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali. Pasal 2, Pasal 4, Pasal, Pasal 6,
Pasal 7
Berdasarkan Undang-Undang di atas menyatakan bahwa sebuah sertifikasi
sangatlah penting. Sertifikasi dalam bidang kepariwisataan yang disebutkan dalam
pasal 1 angka 2 dijelaskan Bidang Pariwisata adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi di bidang kepariwisataan yang dilakukan secara sistematis dan objektif
melalui uji kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, standar
internasional dan/atau standar khusus. Dengan adanya sertifikasi ini akana sangat
berguna untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan pariwisata dan dapat
meningkatkan produktivitas usaha pariwisata. Setiap jasa yang yang diberikan oleh
pihak pariwisata wajib mempunyai sertifikat komptensi di bidang pariwisata sesuai
dengan ketentuan undang-undang yang berlaku tercanntum dalam pasal 12. Semua
usaha yang berhubungan dengan pariwisata sesuai dengan pasal 17 ayat 2
mempunyai standar yang telah tenntukan pada pasal 18, lalu proses dari sertifikasi
dilakukan oleh LSU bidang pariswisata. Tata cara dalam sertifikasi usaha pariwisata
tercantum dalam pasal 23 ayat 1 ) Sertifikasi Usaha Pariwisata dilakukan oleh LSU
Bidang Pariwisata secara transparan, objektif, dan kredibel sesuai dengan tata cara
Sertifikasi Usaha Pariwisata. Jadi dengan adanya Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwistaan mengamanatkan bahwa pentingnya sertifikasi komptensi
dalam menghadapi persaingan kerja Tenaga Kerja Nasional maupun Internasional.

Anda mungkin juga menyukai