Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TENTANG DIAGNOSA HEMOFILIA


Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan anak
Dibimbing Oleh Ibu Dosen ,Ns.lailatuk hafidah,S,kep.M,kes

Disusun oleh:
Ainor Rahman
33412001130

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK NEGRI MADURA
JURUSAN KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah dengan judul “ MAKALAH DIAGNOSA HEMOFILIA" sebagai salah satu tugas
Individu Keperawatan Anak.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu di karenakan
kemampuan penulis yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan penulis tak
lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.
Penulis berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB 1 PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………
C. TUJUAN MASALAH……………………………………………………………….
D. MAMFAAT PENULISAN…………………………………………………………
BAB II KONSEP MEDIS
A. DEFINISI…………………………………………………………………………
B. KLASIFIKASI…………………………………………………………………….
C. ETIOLOGI………………………………………………………………………..
D. PATOFISIOLOGI………………………………………………………………..
E. MANIFESTASI KLINIS………………………………………………………….
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK………………………………………………..
G. PENATALAKSANAAN…………………………………………………………
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN……………………………………………………………………
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………………………….
C. INTERVENSI KEPERAWATAN………………………………………………..
BAB IIII PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………
B. SARAN…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
E.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hemofilia A adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah


yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X, dimana terjadi
kekurangan faktor VIII. Tidak berfungsinya atau tidak adanya FVIII di dalam darah akan
mengakibatkan terjadinya perdarahan.1,2 Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki-laki,
dengan angka kejadian hemofilia A sekitar 1 : 10.000 orang. Jumlah penyandang hemofilia di
Indonesia cenderung meningkat. Dari registrasi oleh Himpunan Masyarakat Hemofilia
Indonesia (HMHI), pada tahun 2012 tercatat sebanyak 1.585 orang dan sampai dengan tahun
2013 tercatat sebanyak 1.737 orang penderita hemofilia. Seharusnya berdasarkan perhitungan
biostatistik di Indonesia dengan populasi 220 juta, akan ada penyandang hemofilia sekitar
20.000 orang. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena underdiagnosis terhadap penyakit
hemofilia, sehinggamenyebabkan tingginya angka kematian.1,2,3Manifestasi klinis hemofilia
yang tersering adalah perdarahan terutama pada sendi lutut, siku, bahu, dan pergelangan kaki
(hamartrosis) yang dapat terjadi secara akut, yang ditandai dengan nyeri dan bengkak serta
keterbatasan gerak sendi. Apabila tidak diobati secara adekuat dapat menjadi kronik dan
walaupun ditangani dengan baik tetap menyebabkan artritis kronik yang dapat berupa
kerusakan sendi permanen, disebut dengan artropati hemofilia. Tanda perdarahan yang sering
dijumpai yaitu berupa hemartrosis, hematom subkutan/ intramuskular,

B. B.RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat korelasi ekspresi limfosit B CD20 dengan kadar inhibitor FVIII pada
pasien Hemofilia A yang mendapat terapi substitusiApa yang dimaksud dengan anak
Autisme?

C. TUJUAN MASALAH

1. TUJUAN UMUM
Mengetahui korelasi ekspresi limfosit B CD20 dengan kadar inhibitor FVIII pada
pasien Hemofilia A yang mendapat terapi
substitusi

2. TUJUAN HUSUS

1. Mengetahui rerata ekspresi limfosit B CD20 pada pasien hemofilia A yang


mendapat terapi substitusi.
2. Mengetahui rerata kadar inhibitor FVIII pada pasien hemofilia A yang mendapat
terapi substitusi.

3. Mengetahui korelasi ekspresi limfosit B CD20 dengan kadar inhibitor FVIII pada
pasien Hemofilia A yang mendapat terapi substitusi.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan


sumbangan data dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang peran ekspresi limfosit
B CD20 dan korelasinya dengan kadar inhibitor FVIII pada pasien Hemofilia A yang
mendapat terapi subtitusi.

2. Manfaat untuk praktisi Dengan mengkorelasikan ekspresi limfosit B CD20 dengan kadar
inhibitor ini, di masa depan akan memberikan manfaat perihal kemungkinan penggunaan
terapi antibodi monoklonal anti CD20 dalam penatalaksanaan pasien Hemofilia A yang
mempunyai inhibitor FVIII.

3. Manfaat untuk kepentingan masyarakatDengan memberikan pelayanan yang lebih


antisipatif dan rasional melalui penilaian ekspresi limfosit B CD20 yang berkorelasi
dengan kadar inhibitor faktor VIII, maka pelayanan akan menjadi lebih baik.
BAB II

A. DEFINISI
Hemofilia adalah suatu kelainan pembekuan darah yang biasanya disebabkan defisiensi
faktor pembekuan yang sifatnya diturunkan ataupun didapat. Secara umum, tanda dan gejala
hemofilia dialami oleh laki-laki, sedangkan perempuan hanya bersifat sebagai pembawa sifat.
Gambaran khas dari hemofilia adalah perdarahan sendi. Paling banyak terjadi pada sendi lutut
(45%), siku (30%), pergelangan kaki (15%), bahu (3%) dan pergelangan tangan (2%). Pada
pasien yang telah mendapatkan pengobatan profilaksis, sendi yang paling banyak terkena
perdarahan adalah pergelangan kaki. Pasien berusia 10 tahun dengan artropati genu kanan
grade IV berdasarkan klasifikasi Arnold-Hilgardner. Telah dilakukan upaya untuk menjaga
agar artropati tidak bertambah berat dengan melakukan fisioterapi rutin, pencegahan
perdarahan, pemberian faktor konsentrat sesegera mungkin dan manajemen nutrisi. Selama
pengamatan tidak didapatkan perburukan artropati ataupun perdarahan mengancam jiwa.
Pemantauan jangka panjang terhadap risiko perdarahan berulang, perburukan artropati dan
masalah psikososial tetap dilanjutkan walaupun pengamatan telah selesai.

B. ETIOLOGI
Hemofilia yang paling lazim adalah hemofilia A yang disebabkan oleh defisiensifaktor
VIII dan menyusun 75% dari penderita hemofilia. Hemofilia B disebabkan olehdefisiensi
faktor IX dan kira-kira jumlahnya seperempat dari penderita hemofilia A.Defisiensi berat
faktor XI yang juga dikenal sebagai hemofilia C jarang ditemukan.

1. Hemofilia adalah gangguan resesif terkait gen-x,yang diturunkan olehperempuan dan


ditemukan secara dominan pada laki-laki

2. Hemofilia juga dapat disebabkan oleh mutasi gen.

C. PATOFISIOLOGI
Hemofilia merupakan kondisi yang ditentukan secara genetik,terangkai seksresesif
dimana terdapat defisiensi faktor VII, yaitu globulin anti hemofilik. Secara klinikhanya
mengenai laki-laki,tetapi wanita dapat bertindak sebagai karier. Walaupundemikian, secara
teoritis memungkinkan bahwa perkawinan dari laki-laki yang hemofilikdan wanita yang karier
dapat memberikan anak, dimana satu dalam empat adalahwanita hemofilik. Sebelumnya
diduga bahwa kombinasi gen ini letal, tetapi dalambeberapa kasus hemofilia wanita
sebenarnya telah dikenali dewasa ini. Pada umumnya,anak dari seorang laki-laki normal dan
wanita karier secara rata-rata 50 % normal 55%wanita karier dan 25% laki-laki hemofilik.
Anak dari seorang laki-laki hemofilik danwanita normal adalah 50% laki-laki normal dan 50%
wanita karier.
Phatway
DNA

X mutasi

kekurangan factor VIII dan IX

Apabila mengalami trauma (tajam,


tumpul)

Pembuluh darah mengkerut

Kekurangan jumlah factor


pembeku darah

Benang fibrin penutup luka tidak


terbentuk sempurna

Darah tidak berhenti mengalir


keluar pembuluh

Pendarahan pada sendi dan otot Pendarahan lama hipoflomia

Kelumpuhan nyeri

Gangguan mobilitas fisik


D. TANDA DAN GEJALA

1. Terdapatnya perdarahan jaringan lunak, otot dan sendi, terutama sendi-sendiyang


menopang berat badan, disebut hematrosis (perdarahan sendi).

2. Perdarahan berulang kedalam sendi menyebabkan degenerasi kartilagoartikularis disertai


gejala-gejala arthritis.

3. Perdarahan timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang.

4. Dapat timbul saat bayi mulai merangkak.

5. Tanda perdarahan : hemartrosis, hematom subkutan / intramuscular,perdarahan mukosa


mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis, hematuria.

6. Perdarahan berkelanjutan pasca operasi (sirkumsisi, ekstrasi gigi).

7. Hemofilia dicurigai pada bayi baru lahir dengan perdarahan berlebihan dari talipusat atau
setelah sirkumsisi.

8. Pada hemofilia ringan, dengan karakteristik tingkat faktor 5% sampai50%,anak-anak


mengalami perdarahan lama hanya ketika mereka terluka.

9. Pada hemofilia sedang, dengan karakteristik tingkat faktor 1% sampai5%,perdarahan lama


terjadi akibat trauma atau pembedahan,tetapikemungkinan terdapat episode perdarahan
spontan.

10. Pada hemofilia berat, dengan karakteristik tingkat factor di bawah 1%,perdarahan lama
terjadi secara spontan tanpa cedera.
Manifestasi umum antara lain :
Kulit mudah memar, Perdarahan memanjangakibat luka, Hematuria spontan, Epiktasis
(mimisan), Hemartrosis (perdarahanpada persendian menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan
keterbatasan gerak).

E. Penatalaksanaan

Tatalaksana penderita hemofilia harus dilakukan secara komprehensif


meliputipemberian faktor pengganti yaitu F VIII untuk hemofilia A dan F IX untuk hemofilia
B,perawatan dan rehabilitasi terutama bila ada kerusakan sendi. Edukasi dan
dukunganpsikososial bagi penderita dan keluarganya.Bila terjadi perdarahan akut terutama
daerah sendi, maka tindakan RICE(rest,ice,compression,elevation) segera dilakukan. Sendi
yang mengalami perdarahandiistirahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk
basah yang dingin,kemudian dilakukan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah
perdarahan.Penderita sebaiknya diberikan faktor pengganti dalam 2 jam setelah
perdarahan.Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0,5 x BB (Kg) x
kadaryang diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangkan F IX diberikan tiap 24
jamuntuk hemofilia B. Kadar F VIII atau F IX yang diinginkan tergantung pada
lokasiperdarahan dimana untuk perdarahan sendi, otot, glukosa mulut dan hidung kadar 30-50
% diperlukan. Perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah retroperitonial dansusunan
saraf pusat maupun trauma dan tindakan operasi dianjurkan kadar 60.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan koagulasi akan menyatakan protrombin yang normal dan


waktuperdarahan,kadar fibrinogen normal,faktor VIII rendah pada hemofilia
A,faktorIX rendah pada hemofilia B,dan masa tromboplastin parsial memanjang.

1. HDL akan menyatakan hitung trombosit normal.

2. Uji DNA untuk hemofilia A akan mendeteksi carrier penyakit.

3. Amnionsentesis akan mendiagnosis hemofilia pada waktu pranatal.

4. Uji skrining untuk koagulasi darah

a) Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3 darah).

b) Masa protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik).

c) Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan


faktorkoagulasi intrinsik).

d) Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis).

e) Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik).

5. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan


untukpemeriksaan patologi dan kultur.

6. Uji fungsi faal hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi


adanyapenyakit hati (misalnya, serum glutamic-piruvic transaminase
[SPGT], serumglutamic-oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase alkali,
bilirubin). (Betz &Sowden, 2002).
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Berisi tentang tanggal / jam NRS Ruang No. Registrasi dari diagnose medis
a. Identitas Klien

Nama, Usia, Jenis Kelamin, Agama, Suku/Bangsa bahwa pekerjaan, Pendidikan


status pernikahan, alamat, Nama Suami/Istri/Orang Tua serta identitas
penanggung jawab klien
b. Keluhan Utama

Berisi tentang keluhan keluarga pasien saat pengkajian, ditulis dengan singkat dan
jelas, seperti : gangguan Ketika darah tidak membeku secara normal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi penjelasan dari awal orang tua ,merasakan keluhan pada anaknay sampai
dibawa ke RS meliputi penyebab gejala yang diterita, serapa parah luka yang di
alami.
d. Upaya yang dilakukan

Berisi upaya klien yang telah dilakukan klien / keluarga untuk mengurangi darah
yang keluar dari luka.
c. Terapi yang dilakukan

Berisi tentang semua terapi medis beserta tindakan yang dilakukan dalam masa
perawatan di RS.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
 Perdarahan timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang
 Perdarahan berulang kedalam sendi menyebabkan degenerasi
kartilagoartikularis disertai gejala-gejala arthritis.
e. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga mengatakan ,tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit hemofilia.
f. Genogram
g. Berisi tentang 3 generasi klien sesuai kebutuhan
h. Pola fungsi kesehatan
1) Pola prepepsi dan tata laksana kesehatan

Berisi tentang pengetahuan klien atau keluarga yang berhubungan dengan


perubahan fungsi / antomi tubuh pada klien.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Berisi kebiasaan pada klien dalam memenuhi nutrisi sebelum sakit samapi saat
sakit, biasanya pada penyakit hemofillia tidak mempengaruhi pola nutrisi dan
metabolisme. Pada klien.
3) Pola eliminasi

Berisi tentang keadaan BAB dan BAK pada klien sebelum sakit sampai saat
ini (sakit).
4) Pola aktivitas dan kebersihan pasien

Berisi aktivitas rutin pasien sebelum sakit sampai saat sakit mulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali, pada penyakit hemofillia biasanya pada klien
mengalami susah tidur,.
5) Pola istirahat

Diisi dengan kualitas dan kuantitas tidur pada klien sebelum sakit sampai saat
sakit, meliputi jumlah jam tidur siang dan malam, biasanya pada klien
mengalami tidur tidak teratur..
6) Pola kognitif dan peripepsi sensori

Berisi kemampuan pada klien berkomunikasi dengan baik seperti orang


biasanya dikarenakan kurang kemampuan berkomunukasi .status mental dan
kemampuan pengindaran yang melipauti penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan.
7) Pola konsep diri
a. Gambaran diri

Sikap klien pada klien terhadap tubuhnya, dalam kasus ini tentang klien
merasa tidak malu .
b. Ideal diri

Perpepsi klien berperilaku berdasarkan standart atau tujuan tertentu.


c. Harga diri

Penilaian keluarga terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa


seberapa jauh memenuhi ideal diri.
d. Peran diri

Sikap dan perilaku pasien yang diharapkan berdasarkan posisi


dimasyarakat.
e. Identitas diri

Kesadaran diri dari penilaian dari semua aspek konsep diri secara utuh
8) Pola hubungan peran

Diisi dengan hubungan pada klien dengan keluarga atau dengan masyarakat
sekitar apakah harmonis atau tidak.
9) Pola fungsi social
10) Pola mekanisme koping

Berisi dengan cara klien menghadapi masalah saat sakit


11) Pola nilai dan kepercayaan

Berisi nilai-nilai dan keyakinan klien yeng menjadi sugesti yang


mempengaruhi gaya hidup klien yang berdampak pada kesehatan klien.
i. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum

Didisi dengan keadaan umum pasien seperti keasadaran berat badan dan tanda-
tanda vital, suhu tubuh, nadi, frekuensi pernafasan.
2. Kesadaran

klien yang memiliki riwayat penyakit hemofillia biasanya memiliki kebiasaan


berinteraksi berkurang .

Tanda-tanda vital

TD = Pada penyakit hemofillia biasanya tekanan tidak normal

N = Nadi pada penyakit hemofillia tidak normal

S = Suhu pada penyakit hemofillia normal


3. Kepala

Diisi sesuai dengan pasien ada benjolan atau tidak, warna rambut dan
kebersihan kepala.
4. Mata

Dalam kasus ini tidak ada kelainan pada meta


5. Hidung

Keadaan/bentuk, mukosa hidung cairan yang keluar dari hidung fungsi


penciuman dan kelainan pada hidung klien.
6. Mulut

Bentuk, mukosa, lidah kering, pendaran gusi, bibir pecah-pecah.


7. Telinga

Dalam kasus ini tidak ada kelainan pendengaran


8. Kulit

Didisi dengan keadaan kulit seperti lembab tidaknya kulit


9. Leher

Tidak ada pembesaran kelainan gatah bening, tidak ada pembesaran tyoid.
10. Paru-paru
 Inpeksi : serasi dengan kulit sekitar
 Polpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
 Perkusi : terdengar redup
 Auskultasi : cenderung whezzing
11. Thorak

Pergerakan dada biasanya normal, paru-paru dan jantung juga normal dengan
dilakukan pengkajian teknik inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
12. Jantung
 Inpeksi : Tidak ada lesi
 Polpasi : Tidak ada nyeri tekan pada castu
 Perkusi : Terdengar bunyi redup
 Auskultasi : Tersengar normal
13. Abdomen
 Inpeksi : Warna kulit sama dengan seluruh tubuh tidak ada lesi
 Polpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi :
 Auskultasi :
14. Genetalia

Tidak kelainan, tidak ada wasir atau masalah yang lain


15. Ekstremitas

Mudah lelah karena pernafasan tidak teratur


16. Pemeriksaan neurologis

Diisi dengan pengkajian melalui Glasgow coma scale


j. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboraturium

1. HDL akan menyatakan hitung trombosit normal.

2. Uji DNA untuk hemofilia A akan mendeteksi carrier penyakit.

3. Masa protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik).


Terapi awal
1. Terapi edukasi
a. Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit hemofillia secara umum dan
pola penyakit hemofillia sendiri)
b. Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan hemofillia
sendiri/hemofillia mandiri)
c. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksnaan dan mengontrol
hemofillia.
1. Diagnose keperawatan
1. Diagnosa keperawatan 1 nyeri akut b/d agen pencedera fisik hubungan bpad
tampak meringis Delisa frekuensi nadi meningkat sulit tidur
2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri DPRD mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas kekuatan otot menurun nyeri saat bergerak
3. Hipovolemia DPRD kekurangan infek cairan volume urine menurun suhu tubuh
meningka
2. Itervensi
Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x9 jam tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil, Keluhan nyeri menurun, Tingkat meringis menurun, Tingka,
gelisah menurun, Frekuensi nadi membaik, Pola tidur membaik
Intervensi utama: manajemen nyeri
Observasi
-Identifikasi lokasi nyeri, durasi
-identifikasi skala nyeri
-monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeautik
-berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
-fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
-jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetic.

 Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 9x24 jam status cairan membaik
dengan kriteria hasil
Volume urine menurun
Kekuatan nadi menurun
Frekuensi nadi membaik
Suhu tubuh membaik
Intervensi utama: manajemen hipovolemia
Observasi
-periksa tanda dan gejala hipovolemia
-monitor intake dan output
Terapeautik
-Hitung kebutuhan cairan
-berikan asupan cairan oral
Edukasi
-anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
-anjurkan menghindari posisi mendadak
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian IV siotonis

 Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 9x24 jam status cairan membaik
dengan kriteria hasil
Volume urine menurun
Kekuatan nadi menurun
Frekuensi nadi membaik
Suhu tubuh membaik
Intervensi utama: manajemen hypovolemia
Observasi
-periksa tanda dan gejala hypovolemia
-monitor intake dan output
Terapeautik
-Hitung kebutuhan cairan
-berikan asupan cairan oral
Edukasi
-anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
-anjurkan menghindari posisi mendadak
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian IV siotonis
3. Implementasi

Berisi serangkaian kegiatan perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang diharapkan dan menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.Inplementasi adalah realisasi tindakan yang telah ditetapkan oleh parawat
4. Evaluasi

Berisi kegiatan terus menerus untuk menentukan apakah rencana keperawatan


efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan merevisi atau menghentikan
rencana keperawatan.
Kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu bentuk kelainan
perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana protein
yang diperlukan untuk pembekuan darahtidak ada atau jumlahnya sangat
sedikit. Trombosit berbentuk bulatkecil atau cakram oval dengan diameter 2
sampai 4 mikrometer.Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakarosit,
yaitu selyang sangat besar dalam susunan hemopoetik dalam sumsum
tulangyang memecah menjadi trombosit, baik dalam sumsum tulang
atausegera setelah memasuki darah, khususnya ketika mencoba
untukmemasuki kapiler paru.

Gejala yang mudah dikenali adalah bila terjadi lukayang menyebabkan


sobeknya kulit permukaan tubuh, maka darahakan terus mengalir dan
memerlukan waktu berhari-hari untukmembeku. Bila luka terjadi di bawah
kulit karena terbentur, makaakan timbul memar/ lebam kebiruan disertai rasa
nyeri yang hebat pada bagian tersebut.
B. Saran
Hemofilia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat dicegah makauntuk
penderita hemofili kami sarankan agar tetap sabar dan berusahauntuk
pengobatan rutin. Berusahalan agar menjaga kesehatan danmencegah dampak
dari hemofilia
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35775199/
Asuhan_Keperawatan_pada_Anak_dengan_Hemofilia

Anda mungkin juga menyukai