Anda di halaman 1dari 20

KESEIMBANGAN ASAM BASA

MODUL
MATERI INTI 7

I. DESKRIPSI SINGKAT

Didalam tubuh terdapat berbagai proses fisiko-kimia, enzimatik dan biolistrik


yang berada dalam keadaan seimbang. Bekerja secara harmonik dan berfungsi optimal
pada kondisi tertentu dimana konsentrasi elektrolit dan ion hidrogen berada dalam
rentang normal antara lain berkat pengaturan sistem buffer, respirasi dan ginjal.
Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam-basa yang merupakan akibat dari
kelainan atau penyakit dapat mempengaruhi fungsi seluruh sistem tubuh terutama :
sistem kardiovaskuler, ginjal, pernapasan, neuro-endokrin, hematologi dan sebagainya.
Kondisi ini perlu ditangani dengan sebaik-baiknya oleh tenaga kesehatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menerapkan asuhan keperawatan
pasien dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Memahami konsep dasar asam & basa
a. Konsep asam basa menurut Hendersson Hesellbach
b. Konsep asam basa menurut Stewart
2. Memahami Diagnosis dan Terapi
a. Asam lemah
b. SID (strong ions difference)
c. Perubahan volume air (free water change)
d. Perubahan konsentrasi ion klorida
e. Langkah-langkah mengkombinasikan BE dengan pendekatan Stewart
3. Memahami asuhan keperawatan pasien dengan gangguan asam basa
a. Alkalosis metabolic
b. Alkalosis respiratorik
c. Asidosis metabolic
d. Asidosis respiratorik

A. POKOK BAHASAN

1. Konsep dasar asam & basa


a. Konsep asam basa menurut Hendersson Hesellbach
b. Konsep asam basa menurut Stewart
2. Diagnosis dan Terapi
a. Asam lemah
b. SID (strong ions difference)
c. Perubahan volume air (free water change)
d. Perubahan konsentrasi ion klorida
e. Langkah-langkah mengkombinasikan BE dengan pendekatan Stewart
3. Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan asam basa
a. Alkalosis metabolik
b. Alkalosis respiratorik
c. Asidosis metabolik
d. Asidosis respiratorik

1. METODE

Metode yang digunakan dalam prores pembelajaran ini adalah dengan cara :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brain storming
3. Diskusi Kelompok
4. Latihan
2. MEDIA DAN ALAT BANTU

Media dan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah dengan :
1. Bahan Tayang (slide power point)
2. Laptop
3. LCD
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Form latihan

3. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif maka perlu disusun langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Penyiapan proses pembelajaran
a. Kegiatan Fasilitator
(1). Memperkenalkan diri
(2). Menyampaikan ruang lingkup bahasan
(3). Menggali pendapat peserta tentang cairan, elektrolit dan asam basa
b. Kegiatan Peserta
(1). Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
(2). Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator
(3). Mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
2. Penyampaian Materi
a. Kegiatan Fasilitator
(1). Menyampaikan pokok bahasan cairan, elektrolit dan asam basa
(2). Memberikan kesempatan pada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas
(3). Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peserta
b. Kegiatan Peserta
(1). Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
(2). Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
(3). Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
3. Rangkuman dan Kesimpulan
a. Kegiatan Fasilitator
(1). Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 5 pertanyaan sesuai topik bahasan
(2). Memperjelas jawaban peserta terhadap masing-masing pertanyaan
(3). Bersama peserta merangkum hasil proses pembelajaran
b. Kegiatan Peserta
(1). Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator
(2). Bersama fasilitator merangkum hasil proses hasil pembelajaran.

4. URAIAN MATERI

b. Konsep dasar asam basa

Gangguan terhadap keseimbangan asam basa dapat berakibat fatal, terutama pada
gangguan yang ekstrem dimana pH <7.0 atau pH >7.7 atau perubahannya berlangsung
cepat. Kelainan ekstrim tersebut dapat menyebabkan disfungsi pada organ penting seperti
edema otak, kejang, gangguan kontraksi otot jantung, vasokonstriksi pembuluh darah
paru dan vasodilatasi sistemik. Sebagai contoh; pasien asidosis metabolik yang bernafas
spontan, akan terjadi hiperventilasi untuk mengkompensasi asidosisnya. Hiperventilasi
lambat laun selain akan mengakibatkan kelelahan pada otot nafas juga akan
menyebabkan terjadinya pengalihan (diversi) aliran darah dari organ-organ vital ke otot-
otot nafas, menyebabkan kerusakan organ (organ injury).

Asidemia akan meningkatkan kadar katekolamin plasma, peningkatan ini selain


mencetuskan aritmia juga akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard pada pasien-
pasien sakit kritis terutama pasien dengan infark miokard akut.

a. Konsep asam basa menurut hendersson hesellbach

- penting u/ menjaga fgs.organ tubuh


- Diatur oleh ginjal dan paru
- Rumus Henderson:
nilai normal pH : 7,40 + 0,02
H+ : 40 + 2 mmol/L
P CO2 : 40 + 2 mmHg
HCO3- : 25 + 2 mmol/L

- asidosis metabolik: H+ naik, HCO3 turun


- Alkalosis metabolik : H+ turun, HCO3 naik
- Asidosis respiratorik: H+ naik, PaCO2 naik
- Alkalosis resp.: H+ turun, PaCO2 turun
- Anion gap: u/ mengetahui ion lain selain ion Cl dan HCO3 seperti laktat/hidroksi
butirat
- Rumus;
anion gap= Na – ( Cl + HCO3)
harga normal : 12 + 2 meq/L

1) Asidosis metabolik:
E/: penambahan asam baru: asidosis laktat, ketoasidosis, infeksi, prod.asam
usus>, keracunan metanol,etilen glikol, salisilat
HCO3 loss: diare, ileus, ileal conduit
Ginjal: asidosis tub.akut, inhibitor
kegagalan prod. Bikarb.: GGT,
hiperkalemi, penyakit medula
G/: Kussmaul resp.,hipotensi, mual, muntah, hiperkalemi, depresi miokard,
resisten vasopresor
Tx/: Bikarbonat iv/po: 0,4X BBX def.Bicarbonat

2) Alkalosis metabolik
Etiologi:
a) Defisit cairan extrasel :
o kehilangan cairan lambung: muntah2
o diuretik berlebihan
o kehilangan NaCl> usus: diare
o pascahiperkapnea & sindroma Barter
b) Volume cairan normal/berlebih
o hiperaldosteronisme primer/sekunder
o sindroma Cushing
o intake mineralokortikoid berlebihan

Pengobatan: koreksi defisit cairan dg. Lar.NaCl, koreksi defisit K, Na, Cl, &
menghambat aktifitas aldosteron

3) Asidosis respiratorik
Penyebab Paru tak mampu mengeluarkan CO2:
a) Gangguan pusat pernafasan
b) Penyakit otot pernafasan: GBS, obat2, Miastenia Gravis
c) Ggn.elastisitas sal.nafas: fibrosis pulm., peny.interstisial paru, obstruksi (
asma, emfisema, bronkitis, bronhiolitis)

4) Alkalosis respiratorik:
Timbul akibat hipoksi atau hipotensi:
a) Penyakit paru: pneumoni, asma, edem paru
b) Berada didaerah tinggi/gunung
c) Penyakit jantung kongestif
d) Obat2: salisilat, teofilin
e) Hiperventilasi primer/sentral, pernafasan Cheyne-Stokes, perdarahan sub-
arachnoid
f) Hiperventilasi psikogenik, sirosis, sepsis, asidosis metabolik yg.baru teratasi
g) Latihan fisik

b. Konsep asam basa menurut Stewart

Konsentrasi dari [H+] hanya ditentukan oleh nilai perbedaan konsentrasi elektrolit kuat
(SID), dan PCO2.

Analisa secara matematika menunjukkan bahwa bukannya konsentrasi absolut


dari ion-ion kuat tersebut yang menentukan [H+], namun perbedaan dari aktivitas ion-ion
kuat tersebut yang berperan, yang disebut sebagai “strong ions difference”. Untuk
mempermudah pemahaman berikut sketsa hubungan antara SID terhadap konsentrasi
[H+] dan [OH-] (Jonathan Waters)

Gambar 1. Sketsa hubungan SID, [H+] dan [OH-]

[H+] [OH-]

(-) SID (+)

Dari sketsa tersebut ditunjukkan bahwa setiap perubahan komposisi elektrolit


dalam suatu larutan akan menghasilkan perubahan pada [H+] atau [OH-] dalam rangka
mempertahankan prinsip kenetralan muatan listrik (electrical-neutrality).

1) Asidosis dan Alkalosis

Misalnya, peningkatan ion klorida yang bermuatan negatif akan menyebabkan


peningkatan [H+] untuk mempertahankan kenetralan muatan listrik. Peningkatan [H+] ini
disebut asidosis.

a) Hubungan terbalik antara [H+] dengan [OH-] maka dapat juga (lebih mudah)
menilai perubahan pH tersebut melalui perubahan pada [OH-].

 Peningkatan [OH-] menyebabkan alkalosis,

 penurunan [OH-] menyebabkan asidosis.

 Sebagai contoh, pada keadaan hiperkloremia, setiap peningkatan klorida


akan menurunkan SID.

b) Secara normal SID plasma selalu positif, maka akan sama saja jika kita
menyebutkan

 Penurunan SID akan menurunkan [OH-]. Penurunan [OH-] menyebabkan


asidosis.
 Jadi [OH-] = SID (hanya jika nilai SID positif, seperti larutan plasma
darah dimana SID normal adalah + 40 mEq/l) 7

Gambar 2. Gamblegram ion-ion kuat

mEq/l

OH SID

Na+

Cl-

2) Klasifikasi gangguan asam basa


Fencl dkk membuat suatu klasifikasi gangguan asam basa berdasarkan metode Stewart.
Klasifikasi menunjukkan bahwa

a) Gangguan asam basa metabolik dapat disebabkan oleh 2 kondisi yang abnormal;
yaitu:

 SID yang abnormal

 konsentrasi asam-asam lemah non-volatile yang abnormal.

b) Gangguan asam basa respiratorik hanya bergantung dari

 perubahan pada nilai PCO2.

c) Perubahan nilai SID dapat disebabkan oleh:

 pertama; adanya kelebihan atau kekurangan air dalam plasma, dimana baik kation
maupun anion kuat kedua-duanya terdilusi atau terkonsentrasi dalam
perbandingan nilai yang sama (dilutional acidosis and concentrational alkalosis)
 kedua; perubahan konsentrasi ion klorida, dan

 ketiga; adanya perubahan pada konsentrasi anion kuat lain.

Tabel . Klasifikasi gangguan keseimbangan asam basa, menurut Fencl dkk8

ACIDOSIS ALKALOSIS
I. Respiratory PCO2 PCO2
II. Nonrespiratory (metabolic)
1. Abnormal SID
a. Water excess/deficit SID, [Na+] SID, [Na+]
b. Imbalance of strong anions
i. Chloride excess/deficit SID, [Cl-] SID, [Cl-]
ii. Unidentified anion excess SID, [XA-]

3) Patofisiologi gangguan keseimbangan asam basa menurut Stewart

a) Respiratori
CO2 diproduksi oleh metabolisme sel atau titrasi HCO3- oleh asam metabolik. Secara
normal ventilasi alveolar akan mempertahankan PCO2 antara 35-45 mmHg. Namun
jika kemampuan ventilasi alveolar tidak sebanding lagi dengan produksi CO 2, maka
gangguan asam basa respiratori akan terjadi.( Kellum ,1999).

Patofisiologi :

Karbondioksida merupakan sisa/produk metabolisme sel. Dari sel CO2 akan


ditransport melalui plasma dan sel darah merah menuju paru untuk dieliminasi.
Sebanyak 7% CO2 larut dalam plasma dan sisanya 93% berikatan dengan sel darah
merah. Didalam sel darah merah 23% CO2 akan berikatan dengan hemoglobin
(carbaminohemoglobin) dan sisanya 71% akan dikonversi/berreaksi dengan H2O
menjadi H2CO3 yang kemudian secara cepat berubah menjadi HCO3- dan H+.(Fencl
,2000) Selanjutnya HCO3- akan melakukan pertukaran dengan CL- dalam plasma
yang disebut chloride shift. Sampai di paru CO2 baik dari sel darah merah maupun
yang terlarut dalam plasma akan dilepas. Normal PaCO2 adalah 40 mmHg,

 Asidosis respiratori
Ketika rasio antara eliminasi dan produksi dari CO2 tidak adekuat maka CO2
akan meningkat. Asidosis jaringan selalu terjadi pada asidosis respiratori
sebab CO2 dibuat di jaringan. Jika hiperkapni menetap maka terjadilah
kompensasi dimana SID akan meningkat untuk mengkompensasi peningkatan
[H+]. Caranya dengan membuang klorida dari plasma.

Karena masuknya klorida ke dalam sel darah merah akan menyebabkan


asidosis intrasel, maka klorida dibuang dari plasma agar SID tetap terjaga.
Mekanisme ini dilakukan oleh ginjal, oleh sebab itu pada pasien hiperkapni
dengan gangguan fungsi ginjal, klorida tidak dapat dibuang sehingga asidosis
tetap terjadi. Namun jika fungsi ginjal baik, dalam beberapa hari SID akan
meningkat untuk mencapai pH normal.1 Peningkatan HCO3- pada peningkatan
PCO2 merupakan dampak (effect) dari penurunan SID untuk mencapai pH
normal, bukan sebagai penyebab (cause) peningkatan pH.1

 Alkalosis respiratori
Respiratori alkalosis merupakan gangguan asam basa yang paling sering
ditemukan. Penyebabnya misalnya berada pada ketinggian tertentu, nyeri,
kehamilan atau keadaan patologis seperti; intoksikasi salisilat, sepsis awal,
gagal hati, dll.

b) Metabolik

Patofisiologi :

Gangguan terhadap keseimbangan asam basa terjadi melalui 3 mekanisme.;

o adanya disfungsi regulasi dari organ utama,

o pemberian obat atau cairan yang mengganggu kemampuan tubuh untuk


mempertahankan keseimbangan, atau

o gangguan metabolisme. Organ-organ yang berperan dalam regulasi SID terutama


adalah ginjal dan sebagian kecil oleh saluran cerna.1,7,8
2. DIAGNOSIS DAN TERAPI

Dalam menyelesaikan beberapa gangguan metabolik yang terjadi dalam praktek


sehari-hari perlu dipahami dahulu mekanismenya. Jonathan Waters membuat ilustrasi yang
mudah dipahami. Seperti diketahui bahwa gangguan asam basa metabolik dapat disebabkan
oleh perubahan pada :

a. Asam lemah

Asam-asam lemah terdiri dari protein dan posfat. Elektrolit-elektrolit lemah ini hanya

sebagian terdisosiasi dalam plasma sehingga kontribusinya dalam mempertahankan


prinsip kenetralan muatan listrik hanya sedikit. Hal menunjukkan bahwa sebagian besar
gangguan asam basa metabolik yang akut disebabkan oleh perubahan pada SID. 8,10

b. SID (strong ions difference)

Ada 3 mekanisme yang menjelaskan terjadinya perubahan pada SID:7

1) Perubahan volume air dalam plasma (contraction alkalosis and dilutional acidosis)
2) Perubahan konsentrasi ion klorida dalam plasma (hyperchloremic acidosis and
hypochloremic alkalosis)
3) n konsentrasi anion-anion yang tak teridentifikasi (unidentified anions)

c. Perubahan volume air (free water change)

1) Asidosis karena dilusi

Secara tradisional asidosis dilusi dijelaskan sebagai ekspansi volume air ekstrasel oleh
larutan yang tidak mengandung alkali.

Misalnya plasma kita asumsikan sebagai 1 liter air yang mengandung Na+ 140 mEq/l
dan Cl- 110 mEq/l dengan nilai SID adalah 30 mEq (140-110). Kemudian kita
tambahkan air sebanyak 1 liter, maka larutan akan terdilusi dengan komposisi menjadi
Na+ 70 mEq/l dan Cl- 55mEq/l, dan SID akan menjadi 15 mEq. Karena terjadi
penurunan SID dari 30 mEq menjadi 15 mEq, maka [H+] akan meningkat (OH- akan
berkurang), sebab disosiasi air harus terjadi untuk mendapatkan keseimbangan
elctroneutrality. Jika dihitung (kuantitatif) maka [H+] akan lebih besar dibanding [OH-
]. Terjadilah asidosis karena dilusi.7
Na+ = 70

Cl - = 55
Na+ = 140
SID = 15 2L
1L
Cl - = 110 OH = 15
SID = 30

OH = 30

Gambar 1, asidosis karena dilusi.

Terapi tradisional terhadap hiponatremia ini selalu menggunakan cairan NaCl baik yang
normal (0.9%) maupun yang hipertonik (3%). Jika kita menggunakan analisa Stewart
maka terapi ini terlihat tidak benar.7

Sebagai contoh,misalnya 1 liter larutan dengan komposisi Na+70 mEq/l dan Cl- 55 mEq/l
(SID =15) ditambahkan 1 liter larutan NaCL 0.9% yang terdiri dari Na+ 154 mEq/l dan
Cl- 154 mEq/l (SID = 0), maka hasilnya adalah kadar natrium akan meningkat namun
tidak sebesar peningkatan kadar klorida, akibatnya SID turun. Larutan saat ini
mengandung Na+112 mEq/l dan Cl- 105 mEq/l  SID turun dari 15 menjadi 7 (112-105).

Penurunan SID menyebabkan peningkatan [H+] atau penurunan [OH-] yang berakibat
terjadinya asidosis. Seharusnya terapi yang adekuat adalah pemberian Na-laktat atau
bikarbonat. Dengan memberikan Na-laktat maka sebenarnya kita menambahkan Na+
lebih banyak dibanding klorida. Meski SID Na-laktat sama seperti NaCl yaitu 0, namun
karena laktat cepat dimetabolisme oleh hati dan ginjal maka SID larutan RL sebenarnya
28. Dengan demikian penambahan natrium tanpa disertai penambahan klorida yang
berarti sehingga SID meningkat atau pH naik  alkalosis. Hal ini telah dibuktikan dalam
beberapa penelitian bahwa pemberian ringer laktat justru mengakibatkan alkalosis bukan
asidosis.

Alternative lain adalah dengan memberikan Na-bikarbonat. Prinsipnya sama dengan


pemberian Na-laktat dimana HCO3- akan berubah menjadi CO2 dan cepat dikeluarkan
melalui paru sehingga hanya Na yang tinggal dalam plasma. Jadi pada intinya tujuan
pemberian Na-bikarbonat adalah meningkatkan SID yaitu penambahan Na tanpa
penambahan klorida bukan menetralisir H+ dengan HCO3-. Namun bikarbonat
mempunyai efek negatif berupa akumulasi CO2 atau CO2 narkosis jika diberikan pada
pasien yang bernafas spontan atau pasien dengan gangguan fungsi paru.

Na+=
+ = 154+140/2=147 2L

Cl -=
154+110/2=
Na+ = 140 1L Na+ = 154 132 1
Cl - = 110 SID = 15
Cl - = 154 L
SID = 30
SID = 0 OH = 15
OH = 30
OH = 0

Gambar 2. Plasma plus NaCl 0.9%

2) Alkalosis kontraksi

Alkalosis kontraksi dapat terjadi pada pasien-pasien dengan restriksi cairan atau
menggunakan diuretik. Sama dengan yang terjadi pada asidosis dilusi, yaitu terjadi
sebagai akibat adanya perubahan pada komposisi air ekstrasel. Misalnya contoh kasus
yang ekstrem, 1 liter larutan dengan komposisi Na+ 140 mEq/l dan Cl- 110 mEq/l
diuapkan sampai tinggal ½ liter. Hasilnya adalah pemekatan dimana konsentrasi Na+
akan menjadi 280 mEq/l dan Cl- menjadi 220 mEq/l. SID saat ini 60  alkalosis.7

Terapinya adalah pemberian air dalam bentuk larutan hipotonik yaitu NaCl 0.45%
yang mengandung Na+ dan Cl- masing-masing 77 mEq/l. Hasilnya adalah larutan saat
ini mengandung Na+ 145 mEq/l dan Cl- 125 mEq/l dengan SID 20. Jadi dengan
memberikan larutan 0.45% SID akan turun dari 60 mEq menjadi 20 mEq,  asidosis.7
Namun karena turunnya SID terlalu jauh (menjadi asidosis) maka disebut juga
alkalosis dengan over koreksi.

d. Perubahan konsentrasi ion klorida

1) Hipokloremia
Pergeseran klorida terjadi dalam hubungannya dengan gangguan pada traktus
gastrointestinal. Selama ini dikenal bahwa asam yang terjadi pada lambung diakibatkan
sekresi H+ ke dalam lambung. Seharusnya yang disekresi ke dalam lambung adalah ion
klorida, menyebabkan SID dalam cairan lambung menjadi kecil/turun sehingga pH cairan
lambung turun  asidosis. Sekresi Cl tersebut akan menyebabkan SID di plasma (plasma
site) akan meningkat  alkalosis, sehingga penyedotan asam lambung per nasogastrik
tube atau muntah akan menyebabkan alkalosis. Mekanismenya yaitu, klorida dari cairan
lambung sewaktu sampai di duodenum seharusnya diabsorpsi lagi, agar pH plasma
kembali normal.
Selanjutnya sampai diusus besar maka seharusnya kation (Na+) diabsorpsi kembali agar
pH plasma normal.1 Namun jika terjadi diare atau gangguan absorpsi di kolon maka
terjadi asidosis karena kation banyak keluar tanpa klorida sehingga SID dalam plasma
akan turun, atau dapat dikatakan klorida dalam plasma relatif lebih tinggi dibanding Na +,
SID menurun  asidosis.

Pada keadaan alkalosis karena penyedotan lambung atau muntah maka, terapi cairan yang
tepat adalah dengan memberikan NaCl 0.9%,7 sedangkan pada keadaan asidosis karena
diare atau gangguan absorpsi usus besar terapi cairan yang tepat adalah memberikan
ringer laktat, dengan ilustrasi sbb;

+ =
Na+ = 147 2L

Cl - = 125
Na+ = 140 Na+ = 154 SID = 22

Cl - = 95 Cl - = 154 OH = 22
SID = 45 SID = 0

OH = 45 OH = 0

1L 1L

Gambar 4, alkalosis hipokloremik

Jika dalam larutan dengan komposisi Na+ 140 mEq/l dan Cl- 95mEq/l (SID 45) di
tambahkan larutan NaCl 0.9% dengan komposisi Na+ = Cl- = 154 mEq/l (SID 0) , maka
hasil akhirnya adalah Na+ 147 mEq/l dan Cl- 125 mEq/l dan SID turun menjadi 22 mEq/l.
Namun jika pasien bermasalah dengan volume, atau volume ekstrasel sudah cukup atau
over load, maka kita cukup memberikan KCl, MgCl2 atau CaCl2. Sebenarnya sama juga
dengan prinsip pemberian Na-bikarbonat, pada kasus ini kita dapat juga memberikan
hanya Cl- yaitu dalam bentuk HCl, namun jarang dilakukan.

2) Hiperkloremia
Hiperkloremia akan menyebabkan terjadinya asidosis atau peningkatan [H+] akibat
penurunan SID. Pada umumnya terjadi iatrogenik akibat pemberian cairan dengan
komposisi klorida sama dengan natrium seperti larutan NaCl, starch dan albumin in
saline. Terapi difokuskan untuk meningkatkan SID, seperti Na bikarbonat.
Pemberian Na-bikarbonat disini bukan berarti kita memberikan HCO3- untuk menetralisir
H+, namun tujuan pemberian Na-bikarbonat disini adalah memberikan Na+ agar SID
meningkat, sedangkan HCO3- tidak diperhitungkan karena akan cepat berubah menjadi
CO2. Dalam hal ini Na bersifat sebagai efektor bukan HCO3-. Sebab HCO3- merupakan
variabel dependent dan akan cepat diekskresi melalui paru sebagai CO2.

Cara lain mengoreksi hiperkloremia ini adalah dengan memberikan anion-anion lain yang
mudah dimetabolisme seperti garam natrium dari laktat, glukonas, asetat atau sitrat.

Na+ = 140
+ Na HCO3 =
Na Laktat
SID pH
Cl - = 120
SID = 20 = Alkalosis
Na Asetat

OH = 20
Na Glukonas

Na Sitrat

Gambar 5, Asidosis Hiperkloremik

e. Langkah-langkah mengkombinasikan BE dengan pendekatan Stewart


1) Tentukan BE dari analisa gas darah
2) Tentukan efek SID.
Efek SID, mEq/l = A + B
A = Efek H2O dari Natrium = 0.3 x ([Na+] – 140).

B = Efek koreksi klorida = 102 – ([Cl-] x 140/[Na+]).

[Na+] dan [Cl-] merupakan komponen utama SID

Berikut contoh kasus menggunakan kombinasi BE dan Stewart; pasien 58 thn, dengan
riwayat syok karena trauma multipel, mengalami gagal ginjal. Hasil pemeriksaan kimia
darah:

pH 7.39 BE effects (mEq/l):

CO2 (mmHg) 36 SBE -3.1

Sodium (mEq/l) 139 Free Water ef -0.3

Chloride (mEq/l) 105 Corrected Cl- effect -3.8

Anion Gap (mEq/l) 17.0 Albumine effect 8.8

Albumin (g/l) 18 Unmeasured Anion effect -7.9

Jika kita menilai menurut H-H, maka pasien ini menderita metabolik asidosis namun
anion gap masih dalam batas referensi, sehingga memberi kesan tidak ada UA yang
bermakna.23 Tetapi menurut analisa Stewart pasien ini sebenarnya menderita asidosis
karena adanya UA yang bermakna menurunkan SID, namun karena efek alkalinisasi yang
kuat dari hipoalbumin maka pH terlihat normal.23 Dan ternyata setelah diperiksa kadar
posfat pasien ini 2.44 mmol/l atau berkontribusi sebesar –5 mEq/l terhadap UA.
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan tradisional menggunakan H-H tidak dapat
mendeteksi adanya UA ini, karena tertutup oleh kadar albumin plasma yang rendah.
HCO3-
150 mEq/l SID

Na+ Alb-
ATot

Pi- Unmeasured Anions:


100
K+ UA- Lactate

Sulfat

Mg ++
Cl- Keto acids

Metanol

Salisylate
Ca++
50

Cation anion
+H

Gambar 6, gamblegram SID, ATot dan Unmeasured anions

3. Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa


a. Alkalosis metabolik
1) Diagnosa Keperawatan:
a) Kekurangan vol. cairan b.d kehilangan cairan berlebih dari GIT
b) Penurunan Cardiac Output b.d disritmia
c) Resti Gangguan pertukaran gas b.d hipoventilasi
d) Resti injury b.d kelemahan
2) Tindakan Keperawatan Alkalosis Metabolik
Kaji dan monitor:
 Vital sign
 Intake dan output cairan
 Rate & irama EKG
 Serum elektrolit (untuk mengetahui apakah ada hipokalemia)
b. Alkalosis respiratorik
1) Diagnosa keperawatan alkalosis respiratorik :
a) Gangguan Persepsi/sensori b.d defisit neurologi
b) Gangguan Proses pikir b.d hipereksitasi serebral
c) Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
d) Cemas b.d efek alkalosis pada SSP
e) Resti injury b.d lemah
2) Tindakan Keperawatan Alkalosis Respiratorik
 Support dan bantu klien dengan therapi yang sesuai dan sempurna
 Sediakan lingkungan yang nyaman dan aman
c. Asidosis metabolik
1) Diagnosa keperawatan asidosis metabolik
a) Pe ↓ Cardiac Output b.d disritmia
b) Resti Gangguan Persepsi/sensori b.d Gangguan pada SSP
c) Resti injury b.d kelemahan
d) Resti Gangguan membran mukosa mulut b.d hiperventilasi
e) Resti kekurangan cairan b.d kehilangan cairan mll GIT
2) Tindakan Keperawatan Asidosis Metabolik
Kaji dan monitor:
 vital sign
 suara & fungsi usus
 Fungsi Persarafan&status mental
 Intake & output cairan serta BB
 rate & irama EKG
 konsentrasi serum elektrolit
 Sediakan lingkungan yg aman
 Berikan cairan dan elektrolit secara iv
d. Asidosis respiratorik
1) Diagnosa keperawatan pada asidosis respiratorik adalah :
a) Cemas b.d kesulitan bernafas
b) Potensial komplikasi: pernafasan tdk adekuat b.d hipoventilasi
c) Gangguan pertukaran gas b.d hipoventilasi pd alveoli
d) Gangguan persepsi/sensori b.d pola nafas tdk normal
e) Jalan nafas tidak efektif b.d sekresi pulmonal berlebih
2) Tindakan Keperawatan Asidosis Respiratorik
 Kaji & monitor adanya komplikasi & respon terhadap therapi
 Monitor tingkat kesadaran
 Monitor rate & irama EKG
 Monitor konsentrasi serum elektrolit
 Monitor nilai lab. AGD
 Beri O2, cairan iv, elektrolit & medikasi
DAFTAR PUSTAKA

Kellum JA. (1999). Diagnosis and Treatment of Acid-Base Disorders. In:


Textbook of Critical Care, W.B. Saunders Co, Philadelphia, PA. Grenvik
A, Shoemaker PK, Ayers S, Holbrook (eds). pp839-853.

Gilfix BM, Bique M, Magder S. (1993). A physical chemical approach to


the analysis of acid-base balance in the clinical setting. J Crit Care,
8:187--197.

Kellum JA, Kramer DJ, Pinsky MR. (1995). Strong ion gap: A methodology
for exploring unexplained anions. J Crit Care,10:51--55.

Waters J.(2001). Using Stewart for Clinical Gain. Available on:


http://www.anaesthetist.com/icu/elec/ionz

Fencl V, Jabor A, Kazda A, Figge J. (2000). Diagnosis of metabolic acid-


base disturbances in critically ill patients. Am J Respir Crit Care Med.
Dec;162(6):2246-51

Morfei J. (1999). Stewart’s Strong Ions Difference Approach to Acid-Base


Analysis. Respir Care;44(1):45-52.

Anda mungkin juga menyukai