Anda di halaman 1dari 15

KONTAMINASI PADA BAHAN BAKAR, OLI DAN BODI

Sebelum masuk pada materi pokok apa itu kontaminasi terlebih dahulu kita pelajari Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No.15 tahun 2008 – tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat
Kerja mengingat peraturan ini sangat penting dengan hal- hal yang diatur seperti dibawah ini :

MENTERI

TENAGA KERJA DAN


TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PER.15/MEN/VIII/2008
TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerja/buruh yang


mengalami kecelakaan di tempat kerja perlu dilakukan pertolongan
pertama secara cepat dan tepat;

b. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf e Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja perlu menetapkan
ketentuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat
kerja;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya


Undang-Undang Pengawasan Perburuhan tahun 1948 Nomor 23 Dari
Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara
Nomor 4 Tahun 1951);

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi


ILO Nomor 120 mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-
kantor (Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 1969);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1818);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4279);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor
12 Tahun 2008;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

7. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan


Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P 2007;

8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.


01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI
TEMPAT KERJA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut dengan P3K di
tempat kerja, adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau
cidera di tempat kerja.

2. Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pengurus/pengusaha dan
diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan P3K di tempat kerja.

3. Fasilitas P3K di tempat kerja adalah semua peralatan, perlengkapan, dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.

4. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.

5. Tempat Kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka bergerak atau tetap di
mana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam Pasal
2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.

6. Pengusaha adalah :
a. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia;

7. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri.

Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja.
(2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja.

BAB II
PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA

Pasal 3
(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memiliki
lisensi dan buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat.
(2) Untuk mendapatkan lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K; dan
d. memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K di tempat kerja yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.
(3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.
(4) Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Pasal 4
Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk
memberikan pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain yang mengalami sakit atau cidera
di tempat kerja.

Pasal 5
(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ditentukan
berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja, dengan rasio
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada :
a. tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah pekerja/buruh
dan potensi bahaya di tempat kerja;
b. tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja;
c. tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di
tempat kerja.

Pasal 6
Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :
a. melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;
b. merawat fasilitas P3K di tempat kerja;
c. mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
d. melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus,

Pasal 7
(1) Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K di tempat
kerja pada tempat yang mudah terlihat.

(2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang mudah dikenal oleh
pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan.

BAB III
FASILITAS P3K DI TEMPAT KERJA

Pasal 8

(1) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi:
a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja
yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.

(2) Alat pelindung diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan peralatan yang
disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan dalam keadaan
darurat.

(3) Peralatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa alat untuk pembasahan
tubuh cepat (shower) dan pembilasan/pencucian mata.

Pasal 9
(1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf a dalam hal :
a. mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih;
b. mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi.
(2) Persyaratan ruang P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. lokasi ruang P3K :
1. dekat dengan toilet/kamar mandi;
2. dekat jalan keluar;
3. mudah dijangkau dari area kerja; dan
4. dekat dengan tempat parkir kendaraan.
b. mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur pasien dan masih
terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas P3K lainnya;
c. bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk
memindahkan korban;
d. diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
e. sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
1. wastafel dengan air mengalir;
2. kertas tisue/lap;
3. usungan/tandu;
4. bidai/spalk;
5. kotak P3K dan isi;
6. tempat tidur dengan bantal dan selimut;
7. tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi roda;
8. sabun dan sikat;
9. pakaian bersih untuk penolong;
10. tempat sampah; dan
11. kursi tunggu bila diperlukan.
Pasal 10
Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K
berwarna hijau;
b. isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini dan tidak
boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja;
c. penempatan kotak P3K :
1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup
cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan;
2. disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini;
3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing
unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh;
4. dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

Pasal 11
Alat evakuasi dan alat transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c
meliputi:
a. tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau rujukan; dan
b. mobil ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan korban.

BAB IV
PENGAWASAN

Pasal 12
Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan pada
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Surat Ketetapan Kepala Djawatan Pengawasan
Perburuhan Nomor 1/Bb3/P tanggal 1 Oktober 1956 tentang Peraturan Khusus Untuk Pertolongan
Pada Kecelakaan (Peraturan Khusus AA), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus 2008

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr. Ir. ERMAN SUPARNO, MBA., M.Si.


LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PER.15/MEN/VIII/2008
TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA


DENGAN JUMLAH PEKERJA/BURUH BERDASARKAN KLASIFIKASI
TEMPAT KERJA

Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah Jumlah petugas P3K


Pekerja/Buruh

Tempat kerja dengan potensi 25 - 150 1 orang


bahaya rendah
>150 1 orang untuk setiap 150
orang atau kurang

Tempat kerja dengan potensi ≤100 1 orang


bahaya tinggi
>100 1 orang untuk setiap 100
orang atau kurang

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus 2008

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr.Ir. ERMAN SUPARNO, MBA.,M.Si.


LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : PER.15/MEN/ VIII/2008


TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA
ISI KOTAK P3K

KOTAK A KOTAK B KOTAK C


(untuk 25 (untuk 50 (untuk100
No ISI
pekerja/buruh pekerja/buruh pekerja/buruh
atau kurang) atau kurang) atau kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan sekali pakai 2 3 4
11. (pasangan) 2 4 6
12. Masker 1 1 1
13. Pinset 1 1 1
14. Lampu senter 1 1 1
15. Gelas untuk cuci mata 1 2 3
16. Kantong plastik bersih 1 1 1
17. Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
18. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
19. Alkohol 70% 1 1 1
20. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
21. Buku catatan 1 1 1
Daftar isi kotak

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus 2008

MENTERI
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr.Ir. ERMAN SUPARNO, MBA.,M.Si.


LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

JUMLAH PEKERJA/BURUH, JENIS KOTAK


P3K DAN JUMLAH KOTAK P3K

Jumlah Kotak P3K


Jumlah Pekerja/Buruh Jenis Kotak P3K
Tiap 1 (Satu) Unit Kerja
Kurang 26
A
pekerja/buruh 1 kotak A
26 s.d 50 1 kotak B atau,
B/A
pekerja/buruh 2 kotak A
51 s.d 100 1 kotak C atau, 2
pekerja/buruh C/B/A kotak B atau, 4
kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A
Setiap 100 1 kotak C atau, 2
pekerja/buruh C/B/A kotak B atau, 4
kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A

Keterangan :
1. 1 kotak B setara dengan 2 kotak A.
2. 1 kotak C setara dengan 2 kotak B

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Agustus 2008

MENTERI
TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI
Setelah kita mengetahui isi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.15 tahun 2008 –
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat Kerja, barulah kita akan mempelajari
apa itu kontaminasi? Jadi kotaminasi adalah sesuatu hal diluar system apa pun itu yang masuk
kedalam sebuah system dan bisa mengganggu sistem tersebut.

1. PENYEBAB KONTAMINASI

Gambar 1. Penyebab kontaminasi

Gambar diatas adalah merupakan gambaran bagaimana kontaminasi itu bisa terjadi pada suatu
system, baik di system bahan bakar, pelumas (oli) dan pada body.

1. Kontaminasi pada Bahan bakar (fuel) berdampak pada berbagai komponen dalam engine.
Misalkan jika menggunakan bahan bakar yang kotor akan berdampak pada :
a) Filter bahan bakar akan cepat kotor dan tersumbat
b) Pompa bahan bakar akan cepat rusak
c) Pada karburator akan membuat pilot jet dan main jet tersumbat sehingga membuat
aliran bahan bakar berkurag
d) Pada system injeksi akan membuat ijektor tersumbat
e) Jika bahan bakar kotor masuk sampai keruang bakar akan menjadi kerak yang
menempel di ruang bakar, semakin lama akan membuat kontaminasi pada oli
2. Kontaminasi pada Oli, jika dibiarkan akan menjadi hal fatal pada mesin karena dapat
merusak mesin. Ada beberapa penyebab kontaminasi pada oli diantaraya :
a) Seperti yang dijelaskan pada point (e) diatas kontaminasi berasal dari kerak yang
menempel di ruang bakar
b) Air, air merupakan penyebab terjadinya kontaminasi pada oli dimana kita ketahui
bersama oli dan air tidak dapat Bersatu. Air bisa menyebabkan komponen yang
terbuat dari logam berkarat sehigga bisa menyebabkan gangguan. Air bisa berasal
dari air radiator yang bocor ke ruang oli, dan berasal dari luar saat mengganti oli
yang disemprot udara kompresor,dimana kita ketahui udara didalam kompresor
mengandug air
c) Gram atau serpihan logam yang kecil, ini berasal dari gesekan antara dua atau lebih
logam saat mesin hidup. Hal ini terjadi karena ada salah satu komponen sudah aus
atau rusak, jika serpihan masuk keruang bahar dapat membuat rusak dinding
silinder sehingga terjadi kebocoran kompresi yang mengakibatkan tenaga mesin
akan berkurang

3. Kontaminasi pada bodi, kontaminasi pada bodi bisa menghasilkan berkarat untuk bodi besi
proses perkaratan besi yang membentuk oksida besi. Secara elektrokimia, proses
perkaratan besi adalah peristiwa teroksidasinya logam besi oleh oksigen yang berasal
dari udara.
Korosi pada besi terjadi karena kontak dengan air. Pada besi tersebut ada yang menjadi anode
dan ada yang menjadi katode. (Sumber: http://schoolbag.info)

Berdasarkan nilai potensial reaksinya, besi merupakan logam yang mudah mengalami
korosi. Logam-logam lain yang mempunyai nilai potensial elektrode lebih besar dari 0,4 V akan
sulit mengalami korosi, sebab dengan potensial tersebut akan menghasilkan Eoreaksi < 0 (negatif)
ketika kontak dengan oksigen di udara. Logam-logam perak, platina, dan emas mempunyai
potensial elektrode lebih besar dari 0,4 V sehingga sulit mengalami korosi.

Faktor penyebab korosi / yang mempercepat korosi


• Air dan kelembaban udara

Dilihat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air merupakan salah satu faktor penting
untuk berlangsungnya korosi. Udara lembab yang banyak mengandung uap air akan
mempercepat berlangsungnya proses korosi.

• Elektrolit

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk terjadinya transfer muatan. Hal
ini mengakibatkan elektron lebih mudah untuk diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak
mengandung asam, sedangkan air laut banyak mengandung garam. Oleh karena itu air hujan dan
air laut merupakan penyebab korosi yang utama.

• Permukaan logam yang tidak rata

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya
akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan
menyebabkan korosi sulit terjadi, sebab kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan
katode sulit terbentuk.

• Terbentuknya sel elektrokimia

Jika dua logam yang berbeda potensial bersinggungan pada lingkungan berair atau lembab, dapat
terbentuk sel elektrokimia secara langsung. Logam yang potensialnya lebih rendah akan segera
melepaskan elektron ketika bersentuhan dengan logam yang potensialnya lebih tinggi, serta akan
mengalami oksidasi oleh oksigen dari udara. Hal tersebut mengakibatkan korosi lebih cepat
terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya tinggi justru
lebih awet. Sebagai contoh, paku keling yang terbuat dari tembaga untuk menyambung besi akan
menyebabkan besi di sekitar paku keling tersebut berkarat lebih cepat.
2. MENCEGAH KONTAMINASI

Berikut adalah cara untuk mencegah terjadinya kontaminasi diantaranya :

a) Usahakan untuk membeli fuel pada tempat-tempat yang sudah terjamin kebersihannya
b) Jangan sering membuka penutup bahan bakar apabila tidak dibutuhkan
c) Apabila suhu lingkungan sangat dingin jangan letakkan kendaraan kita langsung di
lingkungan terbuka, karena pada suhu yang dingin, akan terjadi pengembunan didalam
tangki, Air merupakan salah satu kontamnian yang berbahaya juga. Karena selain
mengganggu proses pembakaran, air juga akan menyebabkan korosi yang akan
mengakibatkan terjadinya kontaminasi lagi
d) Untuk Tempat penyimpanan bahan bakar dalam skala besar usahakan menggunakan
breather (Alat pernapasan). Usahakan gunakan breather yang mempunyai 2 fungsi,
yaitu menyaring udara diluar yang masuk (dari air ataupun kotoran) dan menyaring
udara yang ad didalam tangki keluar.
e) Ganti oli tepat sesuai jadwal yang sudah di tentukan
f) Lakukan service berkala agar jika terjadi kerusakan bisa diketahui secara dini untuk
menghindari kejadian yang lebih merugikan
g) Pada bodi besi lakukan pelapisan cat atau anti karat agar tidak terjadi sentuhan langsug
antadi besi dengan air atau udara

Anda mungkin juga menyukai