Laporan Kasus
Disusun oleh:
dr. Grace Natalia Dumat
Pembimbing
dr. Nova Wulur, Sp.OG(K)
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Klasifikasi
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur
kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan.
b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
c. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau
koma.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
e. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi
tanpa proteinuria.
f. Obesitas
G. Teori Genetik
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pereeklampsia, maka 26%
anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8%
anak menantu mengalami preeklampsia.7
maternal preeklampsia.8
2.2. Preeklampsia
2.2.1. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang berhubungan dengan
vasospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan penurunan perfusi
organ. 9 Preeklampsia didefinisikan sebagai suatu sindrom yang dijumpai pada ibu
hamil di atas 20 minggu terdiri dari huipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa
edema.8
Sindroma ini terjadi selama kehamilan, dimana gejala klinis timbul pada
kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah persalinan. Diagnosis
preeklampsia berat adalah keadaan preeklampsia dengan tekanan darah sistolik
160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110mmHg, dengan atau tanpa kadar
proteinuria > 5 gr/24jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif, oliguria (produksi
urine < 500cc dalam 24 jam) disertai kenaikan kadar kreatinin plasma, terdapat
gangguan visus dan serebral, nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas
abdomen, edema paru atau sianosis, pertumbuhan janin terhambat dan sindroma
HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzym, Low Platet Count).
2.2.2. Epidemiologi9
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia
sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian
preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000
kelahiran. Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000)
mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di RSU Tarakan
Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1
Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61 kasus
(4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada
10
usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa,
kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Peningkatan
kejadian preeklampsia pada usia > 35 tahun mungkin disebabkan karena adanya
hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan superimposed PIH.
2.2.4. Patofisiologi11
Etiologi dan faktor pemicu timbulnya eklampsia masih belum diketahui
secara pasti. Teori timbulnya preeklampsia harus dapat menjelaskan beberapa hal,
yaitu sebab meningkatnya frekuensi pada primigravida, bertambahnya frekuensi
dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadinya perbaikan dengan kematian janin
intrauterin, sebab timbulnya tanda-tanda preeklampsia. Itulah sebabnya kenapa
penyakit ini disebut “the disease of theories”.
11
berat akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi
nekrosis tubular dan kortikal.
Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang
fungsinya mungkin sebagai cadangan menaikkan tekanan darah dan
menjamin perfusi plasenta yang adekuat. Pada kehamilan normal renin
plasma, angiotensinogen,angiotensinogen II, dan aldosteron meningkat
nyata di atas nilai normal wanita tidak hamil. Perubahan ini merupakan
kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi.
Pada kehamilan normal efek progesteron diimbangi oleh renin,
angiotensin, dan aldosteron, tetapi keseimbangan ini tidak terjadi pada
preeklampsia.
Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar terjadinya preeklampsia
adalah iskemi uteroplasenter dimana terjadi ketidakseimbangan antara
massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah
plasenta yang berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus, akan
dihasilkan lebih banyak renin uterus yang mengakibatkan
vasokonstriksi dan meningkatnya kepekaan pembuluh darah.
Disamping itu angiotensin menimbulkan vasodilatasi lokal pada uterus
akibat efek prostaglandin sebagai mekanisme kompensasi dari
hipoperfusi uterus.
Laju filtrasi glomerulus dan arus plasma ginjal menurun pada
preeklampsia, tetapi karena hemodinamik pada kehamilan normal
meningkat 30% sampai 50%, nilai pada preeklampsia masih di atas
atau sama dengan nilai wanita tidak hamil. Klirens fraksi asam urat
yang menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada
perubahan pada GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan gejala awal.
Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein biasanya ringan
sampai sedang. Preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom
nefrotik pada kehamilan. Penurunan hemodinamik ginjal dan
peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi morfologi khusus yang
14
5) Kejang
Kejang tanpa penyebab lain merupakan diagnosis eklampsia, kejang
merupakan salah satu tanda dari gejala gangguan serebral pada
preeklampsia. Tanda-tanda serebral yang lain antara lain, sakit kepala,
pusing, tinnitus, hiperrefleksia, gangguan visus, gangguan mental,
parestesia dan klonus. Gejala yang paling sering mendahului kejang adalah
sakit kepala, gangguan visus dan nyeri perut atas.
6) Asam Urat
Korelasi meningkatnya asam urat dengan gejala-gejala kilinis dari
toksemia gravidarum mula-mula didapatkan oleh williams. Kadar asam
urat juga mempunyai korelasi dengan beratnya kelainan pada biopsi ginjal.
Kelainan patologis pembuluh darah uteroplasenta dan berkorelasi dengan
luaran janin pada preeklampsia. Hiperuricemia menyebabkan kematian
perinatal.
7) Gangguan Visus
Gangguan visus pada preeklampsia berat dapat merupakan flashing.
Cahaya berbagai warna, skotoma, dan kebutaan sementara. Penyebabnya
adalah spasme arteriol, iskemia dan edema retina. Tanpa tindakan operasi
penglihatan akan kembali normal dalam 1 minggu.8
2) Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih
5g/24 jam.
Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan dengan kriteria:
a) Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110
mmHg. Tekanan darah tidak menurun meskipun sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b) Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
tegangnya kapsula Glisson).
g) Edema paru-paru dan sianosis.
h) Hemolisis mikroangiopatik.
i) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 penurunan trombosit
dengan cepat
j) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartat aminotransferase
k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
l) Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme,
Trombositopenia)
2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit pre-
eklamsia adalah:
1. Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, dan gangguan fungsi organ vital
pada ibu
2. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya.
3. Melahirkan bayi sehat
4. Pemulihan sempurna kesehatan ibu.
Rawat Inap
Kriteria preeklampsia ringan yang dirawat di rumah sakit yaitu:
a. Bila tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria selama
2 minggu
b. Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat.
c. Kenaikan berat badan ibu ≥ 1 kg perminggu selama 2 kali
berturut-turut
- Terapi medikamentosa: Bila penderita sudah kembali menjadi
preeklampsia ringan, maka masih akan dirawat 2-3 hari lagi, baru
diizinkan pulang
- Perawatan dirumah sakit:
1) Pemeriksaan dan monitoring setiap hari terhadap gejala klinik :
a) Nyeri kepala
b) Penglihatan kabur
c) Nyeri perut kuadran kanan atas
d) Nyeri epigastrium
2) Kenaikan berat badan dengan cepat
3) Menimbang berat badan ketika masuk rumah sakit dan diikuti
setiap harinya
4) Mengukur proteinuria ketika masuk rumah sakit dan diulangi
setiap 2 hari.
21
Perawatan Obstetrik
a. Kehamilan preterm (kehamilan antara 22 minggu sampai ≤ 37
minggu), bila tekanan darah mencapai normotensif,
persalinannya ditunggu hingga aterm
b. Kehamilan preterm yang tekanan darah turun selama perawatan
tetapi belum mencapai normotensif, terminasi kehamilan
dilakukan pada kehamilan 37 minggu
c. Kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai
terjadi inpartu atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat
dilakukan secara spontan dengan mempersingkat kala II, yaitu
dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi forceps. SC dilakukan
apabila ada indikasi obstetri.
2. Pre-eklamsia Berat
Penderita preeklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan
dianjurkan tirah baring ke satu sisi (kiri). 7 Perawatan yang penting pada
preeklamsia berat adalah pengelolaan cairan karena penderita preeclampsia dan
eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat
menentukan terjadinya edema paru dan oliguria adalah hipovolemia, vasospasme,
kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid/pulmonary
capillary wedge pressure.
22
Pemberian antihipertensi7
Di RSU dr. Pirngadi Medan, antihipertensi diberikan jika tekanan sistolik ≥ 160
mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
a) Antihipertensi lini pertama
Nifedipine
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam. Tidak boleh diberikan secara sublingual karena efek
vasodilatasi sangat cepat maka hanya boleh diberikan per oral.
b) Antihipertensi lini kedua
Sodium nitroprusside: 0,25 μg i.v./kg/menit, infuse; ditingkatkan 0,25 μg
i.v./kg/5 menit.
Diazokside: 30-60 mg mg i.v./5 menit; atau i.v infuse 10 mg/menit dititrasi
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah
Furosemide.
Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34 minggu
selama 48 jam (6 gr/12 jam IM sebanyak 4 kali) untuk pematangan paru janin.
Glukokortikoid juga diberikan pada sindroma HELLP.
24
Perawatan Aktif10,12,13
Terminasi kehamilan dilakukan 1-2 jam setelah pemberian MgSO4 atau setelah
terjadi stabilisasi hemodinamik. Pemberian MgSO4 diteruskan sampai 24 jam
pascapersalinan. Perawatan aktif dilakukan dengan indikasi :
a. Ibu
- Kehamilan > 37 minggu
- Kegagalan pada perawatan konservatif, yaitu :
1) Dalam waktu atau selama 6 jam sejak dimulai pengobatan
medisinal terjadi kenaikan TD yang persisten, atau
2) Setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal tidak ada
perbaikan gejala-gejala.
- Muncul tanda dan gejala Impending Eklampsia: PE berat disertai
gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah, nyeri epigastrium,
kenaikan TD yang preogresif
- Dijumpai gangguan fungsi hati/ginjal
- Diduga terjadi solusio plasenta
- Timbul inpartu, ketuban pecah, atau perdarahan
- HELLP Syndrome
b. Janin
- Adanya tanda-tanda fetal distress
- Adanya tanda-tanda PJT
- NST non reaktif dan profil biofisik abnormal
- Terjadinya oligohidramnion
Manajemen persalinan
Persalinan pervaginam merupakan cara yang paling baik bila dapat dilaksanakan
cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi
dengan amniotomi dan infus pitosin, setelah penderita bebas dari serangan kejang
selama 12 jam dan keadaan serviks mengizinkan. Tetapi, apabila serviks masih
lancip dan tertutup terutama pada primigravida, kepala janin masih tinggi, atau
ada persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk mempercepat
partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum atau
cunam. Sikap dasar adalah bila kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan). Stabilisasi hemodinamik dan metabolisme ibu dapat dicapai dalam
4-8 jam setelah salah satu atau lebih dari keadaan berupa 1.) setelah pemberian
25
obat anti kejang terakhir; 2.)setelah kejang terakhir; 3.) setelah pemberian obat
anti hipertensi terakhir; 4.) penderita mulai sadar (responsif dan orientasi).
Untuk memulai persalinan hendaknya diperhatikan hal-hal seperti kejang
sudah dihentikan dan diberikan antikejang untuk mencegah kejang ulangan,
tekanan darah sudah terkendali, dan hipoksia telah dikoreksi.
Pada ibu aterm namun belum inpartu, induksi persalinan dapat
dilakukan bila hasil KTG normal. Pemberian drip oksitosin dilakukan
bila nilai skor pelvik ≥5. Bila perlu, dilakukan pematangan cervix
dengan balon kateter no. 24 diisi dengan 40 cc aquadest. Pada skor
pelvik yang rendah dan kehamilan masih sangat preterm, seksio sesaria
lebih baik dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Seksio sesaria
dilakukan bila : (1) induksi persalinan gagal (6jam setelah diinduksi
tidak tercapai his yang adekuat); (2) terjadi maternal/fetal distress.
Pada ibu aterm yang sudah inpartu, dilakukan pemantauan kemajuan
persalinan dengan menggunakan partograf. Kemudian persalinan kala II
dipersingkat denga EV/EF. Seksio sesaria dilakukan bila: (1) terjadi
maternal/fetal distress; (2) 6jam tidak masuk fase aktif; (3)
penyimpangan partograf.
Seksio sesaria primer dilakukan apabila kontraindikasi persalinan
pervaginam atau usia kehamilan < 34 minggu.
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi dapat
terjadi pada ibu maupun janin/anak.8,12
Maternal
a) Eklampsia
Eklampsia adalah kejang grand mal akibat spasme serebrovaskular.
Kematian disebabkan oleh hipoksia dan komplikasi dari penyakit berat
yang menyertai.
b) Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan autoregulasi aliran
26
darah otak pada MAP (Mean Arterial Pressure) diatas 140 mmHg.
c) HELLP Syndrome
d) Gagal ginjal
Diperlukan hemodialisis pada kasus yang berat.
e) Edema paru
f) Ablasio retina
g) Solusio plasenta
h) Koma
i) Trombosis vena
Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan muncul secara
bersamaan, merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan berapapun umur
gestasi.
Fetal
a) Pertumbuhan janin terhambat
Pada usia kehamilan 36 minggu, masalah utama adalah IUGR. IUGR
terjadi karena plasenta iskemi yang terdiri dari area infark.
b) Persalinan prematur
c) Perdarahan serebral
d) Pneumorhorax
e) Serebral Palsy
2.2.9. Prognosis
Kematian ibu pada preeklampsia 3x lipat dari kematian dalam obstetri dan
pada eklampsia angka kematian ibu berkisar 7-17%. Angka kematian perinatal
pada preeklampsia berkisar 10%. Prematuritas merupakan penyebab utama
kematian perinatal. Angka kejadian prematuritas pada preeklampsia paling sedikit
2x kehamilan normal. Angka kematian bayi prematur lebih kurang 22%. Kejang
merupakan faktor utama sebagai penyebab kematian ibu. Kriteria yang dapat
meningkatkan angka kematian ibu (Kriteria Eden) antara lain:8
1. Kejang 10x atau lebih
27
BAB 3
LAPORAN KASUS
Umur : 38 tahun
Suku : Minahasa
Alamat : Tataaran
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Tanggal masuk : 26 Juli 2021
Anamnesa Penyakit
Ny. O.S, 38 tahun, G3P2A0, Minahasa, Kristen Protestan, IRT, pasien masuk RS
dan di diagnosis dengan G3P2A0 38 tahun hamil 38-39 minggu + Hipertensi
Urgency
Keluhan utama : Nyeri perut ingin melahirkan
Telaah : Keluhan dirasakan oleh os sejak pagi tadi. Os datang ke RS
dengan diantar oleh keluarga. OS datang dalam keadaan
kepala bayi sudah turun didepan jalan lahir. Riwayat tekanan
darah tinggi sebelum hamil (-). Riwayat sakit kepala (-).
Riwayat nyeri ulu hati (-). Riwayat pandangan kabur (-).
Riwayat mual muntah (-). Riwayat trauma (-). Riwayat
mules-
31
RIWAYAT HAID
- HPHT : ?/10/2020
- TTP : ?/7/ 2021
- ANC : Bidan
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Sens : compos mentis Anemis :-
TD : 234/162 mmHg Ikterik :-
HR : 122x/i Sianosis :+
RR : 34x/i Dyspnoe :-
T : 36 0C Oedema :+
STATUS GENERALISATA
Kepala : dbn
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+), isokor, ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
TVJ R-2 cmH2O
Thorax : SP: vesikular
ST: -/-
32
STATUS OBSTETRI
Abdomen : Membesar dengan arah memanjang
TFU : teraba 2 jari di bawah umbilikus,
Teregang : pemeriksaan leopold TDE
Terbawah : pemeriksaan leopold TDE
Gerak :+
His :+
DJJ : 110 x/i
STATUS GINEKOLOGIS
VT : Cervix dilatasi dengan pembukaan lengkap, Air ketuban (-)
LABORATORIUM
25 Juli 2021 (IGD)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah rutin
WBC 13410 4000-1000/μL
RBC 4,74 4-5 x 106/μL
HGB 16,6 12-14 gr/dL
HCT 45,3 36-42 %
PLT 211000 150000-440000/μL
MCV 95,6 80 .0 – 100.0 / fL
MCH 35,5 27,0 – 35,0 / pg
MCHC 36,6
GDS 126 < 200
HbsAg NON REAKTIF NON REAKTIF
Test HIV NON REAKTIF NON REAKTIF
DIAGNOSA SEMENTARA
G3P2A0 hamil 38-39 minggu + hipertensy urgency
TERAPI
- Inj MgSO4 40% dalam RL 28gtt
- - Nifedipin 10mg, berikan nifedipin 10 mg per 30 menit, max.
120 mg/24 jam
- O2 10lt NRM
- IVFD RL 20gtt
RENCANA
- EKG
- Konsul Interna dan Kardiologi
- Observasi his, DJJ pada kala II dan lakukan partus pervaginam
Follow up
Laporan Persalinan
Jam :-
Lama persalinan :
Jam :
Jam 17.05 :
- Placenta dan selaput lahir dengan kesan tidak lengkap
- Perdarahan (+) ±250cc. Kontraksi uterus tampak tidak baik.
Terpasang tampon 2.
- TD : 140/120 mmHg
Perdarahan : ±250cc
RENCANA
- Cek darah rutin, panell HELLP, albumin
- Observasi vital sign, kontraksi, dan tanda-tanda perdarahan
35
FOLLOW UP PASIEN
Status Lokalisata :
Kepala : Normocephal
Mata : palpebral inferior anemis -/-
T/H/M : dbn/nasal kanul terpasang/dbn
Thorax : SP: vesikuler, ST: (-)
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT <2dt , Oedem pretibial (+)
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (-) via kateter
BAB : (-) flatus (+)
R/
Pantau TTV ketat
Oksigenasi adekuat
Albumin 20% 3FLs (1Fls/hr)
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) baik, berwarna kuning keruh
BAB : (-) flatus (+)
R/
TFG
Priksa : SGOT, SGPT, Ur, Cr
Cek X-Foto Thorax Kemarin (Hasil Print Out + Ekspertisi)
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
Ganti Venflon
Konsul TS Kardiologi
S (-)
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 136 /105 mmHg Dyspnoe :-
HR : 103 x/i Oedem :+
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 37 oC Sianosis :-
SpO2 : 97%
GDP : 97
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel ,Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
AFF IVFD
Hasil Laboratorium Urinalisis (30/07/2021)
Warna : Kuning
Kejernihan : Jernih
Leukosit Esterase : NEGATIF
Nitrit : NEGATIF
Urobilinogen : 0,1 ( 0 – 0,2 )
Protein : TRACE
pH : 5,0 ( 5 – 8 )
darah / Hb : NEGATIF
Keton : NEGATIF
Billirubin : NEGATIF
Glukosa : NEGATIF
S (-)
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 154 /122 mmHg Dyspnoe :-
HR : 74 x/i Oedem :+
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,5 oC Sianosis :-
SpO2 : 96%
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
AFF Venflon
S Sesak berkurang
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 140 /107 mmHg Dyspnoe :-
HR : 74 x/i Oedem :+
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,5 oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
ASI : (+/+)
R/
PX
HL
Urin Acid
S (-)
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 140 / 80 mmHg Dyspnoe :-
HR : 75 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36 oC Sianosis :-
SpO2 : 96%
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
(-)
S (-)
42
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 121 / 96 mmHg Dyspnoe :-
HR : 95 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,7 oC Sianosis :-
SpO2 : 97 %
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
Priksa Lab D-Dimer
S (-)
43
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 121 / 96 mmHg Dyspnoe :-
HR : 95 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,7 oC Sianosis :-
SpO2 : 97 %
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
Diet ↑ kalium
Lapor hasil kalium ke dokter penyakit dalan
Lapor untuk terapi lanjut bidang TS penyakit dalam :
1. Furosemide
2. Spironolactone
S (-)
44
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 175 / 153 mmHg Dyspnoe :-
HR : 109 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,5 oC Sianosis :-
SpO2 : 95 %
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
Hasil lab D-Dimer
S (-)
45
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 154 / 103 mmHg Dyspnoe :-
HR : 100 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36 oC Sianosis :-
SpO2 : 94 %
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
(-)
S (-)
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 143 / 120 mmHg Dyspnoe :-
HR : 112 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,3 oC Sianosis :-
SpO2 : 95 %
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) sanguilenta
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
R/
(-)
S (-)
O Status Present :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 143 / 116 mmHg Dyspnoe :-
HR : 113 x/i Oedem :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 36,6 oC Sianosis :-
SpO2 : 96 %
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel, Peristaltik Usus (+) N
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
P/V : (-) lochia (+) Alba
BAK : (+) baik
BAB : (+) flatus (+)
BAB 4
ANALISA KASUS
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Preeklampsia berat ialah Pada kasus ini ditemukan
preeklampsia dengan tekanan tekanan darah saat masuk
darah sistolik ≥160 mmHg dan 180/110 mmHg disertai
tekanan darah diastolik ≥110 proteinuria (+++) dan tidak
mmHg disertai proteinuria lebih ditemukan riwayat hipertensi
5g/24 jam. sebelumnya
Pasien mengeluhkan mual
Disebut preeklampsia berat dengan
muntah 2x per hari 2 hari
impending eclampsia bila
sebelum masuk RS sehingga OS
preeklampsia berat disertai gejala-
didiagnosa dengan preeklampsia
gejala subjektif berupa nyeri kepala
berat
hebat, gangguan visus, muntah-
49
PERMASALAHAN
DAFTAR PUSTAKA
L., editor. Obstetrics & Gynaecology. 3rd ed. Oxford: Blackwell Publishing,
2008: 165-169.
13. Institute of Obstetricians and Gynaecologists. The Diagnosis And
Management Of Pre-Eclampsia And Eclampsia Clinical Practice Guideline.
2013. Available at http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/97892415483
35_en g.pdf [Accesed 15th June 2015]
14. SOGC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE. Diagnosis, Evaluation, and
Management of the Hypertensive Disorders of Pregnancy: Executive
Summary. 2014. Available at http://sogc.org/wp-content/uploads/2014/05/
gui307CPG1405E1.pdf [Accesed 15th June 2015]