Anda di halaman 1dari 29

UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN DAN

PENANGANGAN STUNTING DI DESA SIRNAGALIH


KECAMATAN CIPEUNDEUY
KABUPATEN BANDUNG BARAT

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN IV BERBASIS


PROGRAM STUDI

Oleh

Widya Fira Lestari

NPP : 29.1920

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Manusia


Sektor Publik

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2022
TANDA PERSETUJUAN

Judul Laporan PL IV : UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN


DAN PENANGANGAN STUNTING DI DESA
SIRNAGALIH KECAMATAN CIPEUNDEUY
Nama dan NPP : WIDYA FIRA LESTARI / 29.1920

Fakultas : Manajemen Pemerintahan


Program Studi : Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Dosen Pembimbing
Publik

Dr. Rizki Amalia, S.STP.,M.AP Dr. H. Busiri, S.Pd.I, M.Si


NIP. 19790628 199712 2 001 NIP. 19710421 200012 1 001
UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN DAN
PENANGANGAN STUNTING DI DESA SIRNAGALIH
KECAMATAN CIPEUNDEUY
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Widya Fira Lestari

Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik


Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Abstrak

Stunting adalah kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan.


Menjadikan anak tersebut lebih pendek atau lebih kecil dibanding anak seusianya
karena tidak tercukupinya asupan gizi, bahkan sejak dalam kandungan. Mata
rantai terjadinya stunting dimulai dari usia remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui,
pemberian MPASI, berlanjut dengan pola hidup sehari-hari, terutama pada seribu
hari pertama kehidupan. Desa Sirnagalih merupakan lokasi prioritas pencegahan
dan penanganan stunting terintegrasi di Kabupaten Bandung Barat tahun 2022.
Laporan praktek lapangan IV ini dilakukan dengan penelitian lapangan (field
research) dimana studi lapangan ini dimaksudkan bahwa praja langsung
melaksanakan pengabdian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Hasil dari
praktek lapangan IV ini yaitu terlihat anak yang sebelumnya terdampak kasus
stunting sudah menunjukkan perubahan pertumbuhannya seperti tinggi dan berat
badan yang terus bertambah. Selain itu masyarakat juga semakin antusias dalam
melakukan pemeriksaan dan konseling ketika ada dilakukan di puskesmas
setempat.

Abstract

Stunting is a condition in which children experience growth disorders. Making the


child shorter or smaller than children his age due to inadequate nutritional
intake, even from the time of the womb. The chain of stunting starts from the age
of teenage girls, pregnant women, breastfeeding mothers, giving complementary
foods, continues with the pattern of daily life, especially in the first thousand days
of life. Sirnagalih Village is a priority location for integrated stunting prevention
and management in West Bandung Regency in 2022. This fourth field practice
report is carried out with where field studies This means that the Praja directly
carries out the service to the location or object that has been determined. The
results of this IV field practice show that children who were previously affected by
stunting cases have shown changes in their growth such as increasing height and
weight. In addition, the community is also more enthusiastic in conducting
examinations and counseling when it is carried out at the local health center.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi COVID-19 telah berimbas pada peningkatan masalah kesehatan di

Indonesia. Masalah kesehatan yang semakin meningkat ditengah pandemi ini

salah satunya yaitu gizi kurang (stunting). Hal ini disebabkan karena goncangan

ekonomi akibat pandemi terus meningkat yang dibuktikan dengan tingginya

angka PHK, meningkatnya jumlah pengangguran, dan peningkatan angka

kemiskinan. Akibat kondisi ekonomi masyarakat yang menurun sehingga

menyebabkan menurunnya kemampuan masyarakat untuk mengakses makanan

dan layanan kesehatan. Peningkatan angka stunting saat ini tidak bisa dilepaskan

dari kondisi dampak pandemi COVID-19 dimana semakin banyak keluarga yang

jatuh miskin dan keluarga yang sudah miskin semakin terpuruk perekonomiannya.

Akibatnya mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga atau

tidak mengikuti anjuran makanan bergizi untuk keluarga karena adanya

keterbatasan terkait akses, ketersediaan, dan keterjangkauan bahan makanan sehat.

Pemerintah telah menetapkan pencegahan dan penangana serta penurunan

stunting sebagai prioritas nasional yang dilaksanakan secara lintas sektor

diberbagai tingkatan sampai dengan tingkat desa. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dinyatakan bahwa desa berkewajiban untuk

mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang menjadi program prioritas

nasional. Oleh karena itu, pemerintah desa diharapkan untuk dapat menyusun

kegiatan-kegiatan yang relevan dengan penurunan stunting terutama yang bersifat

1
skala desa melalui pemanfaatan dana desanya.

Pencegahan dan penanganan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk

menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya

tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga

tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan

produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan

terhadap penyakit dikarenakan gizi yang buruk. Gizi buruk pada balita merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang kompleks. Akar masalahnya terkait dengan

ketahanan pangan dan gizi, kemiskinan, pendidikan, keamanan, ketersediaan air

bersih, higiene dan sanitasi lingkungan, serta terkait dengan situasi darurat atau

bencana (Kemenkes RI 2019: 18). Berbagai kondisi tersebut dipengaruhi oleh

daya beli, akses pangan, kerentanan terhadap penyakit, akses informasi dan akses

terhadap pelayanan yang mendasari terjadinya penyebab langsung dan tidak

langsung masalah kekurangan gizi. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita

penyakit kronis dimasa dewasanya. Bahkan stunting dan berbagai bentuk masalah

gizi diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto

(PDB) setiap tahunnya.

Diketahui stunting yaitu kondisi dimana anak mengalami gangguan

pertumbuhan, menjadikan anak tersebut lebih pendek dibanding anak seusianya

karena tidak tercukupinya asupan gizi, bahkan sejak dalam kandungan. Stunting

merupakan kondisi gagal tumbuh (kerdil) akibat kekurangan gizi kronis dalam

waktu yang lama. Mata rantai terjadinya stunting dimulai dari usia remaja putri,

ibu hamil, ibu menyusui, pemberian MPASI, berlanjut dengan pola hidup sehari-

2
hari, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

Masalah gizi stunting (balita pendek) menjadi salah satu masalah gizi yang

krusial, khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting

ditunjukkan dengan bentuk kegagalan tumbuh kembang yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan linear pada balita akibat dari akumulasi ketidakcukupan

nutrisi yang berlangsung lama, sejak dari masa kehamilan hingga pada usia 24

bulan. Kekurangan gizi pada masa tumbuh kembang anak di usia dini akan

menghambat perkembangan fisik, dapat meningkatnya kesakitan, menghambat

perkembangan mental anak, dan bahkan menyebabkan kematian. Balita yang

mengalami masalah gizi stunting mempunyai risiko terjadinya penurunan

kecakapan intelektual, produktivitas, dan kemungkinan risiko mengalami penyakit

degeneratif di masa yang akan datang.

Permasalahan stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak diakibatkan

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama dan terus menjadi fokus

pemerintah untuk segera diselesaikan. Bahkan upaya untuk mengurangi angka

stunting di daerah terus dilakukan, termasuk hingga ditingkatan puskesmas dan

posyandu. Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan

dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selain itu,

stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang

baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.

Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua

tahun pertama kehidupan. Stunting diawal kehidupan akan berdampak buruk pada

kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa. Pasalnya, stunting sangat

3
dipengaruhi oleh seribu hari pertama kehidupan, dimulai dari dalam kandungan.

Stunting pada anak-anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama di Indonesia dan menjadi masalah yang serius karena dikaitkan

dengan kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. Kekurangan gizi pada usia

dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya

mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Kemampuan

kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian

ekonomi jangka panjang bagi perorangan dan masyarakat Indonesia. Intervensi

pada seribu hari pertama penting untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah

Indonesia pun melakukan sejumlah intervensi untuk mencapai target turunnya

prevalensi stanting pada anak di bawah umur dua tahun dari 37% (2013) menjadi

28% pada tahun 2019.

Upaya untuk mencegah stunting tentu telah dilakukan oleh Pemerintah Desa

Sirnagalih namun tetap saja ada warga yang mengalami kekurangan gizi (kerdil)

yang diketahui merupakan penyebab utama stunting. Hal tersebut tentu menjadi

salah satu penilaian terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam mengatasi

kekurangan gizi. Untuk meminimalisir permasalahan stunting maka Pemerintah

Desa bersama Posyandu Sirnagalih berupaya keras melakukan berbagai kebijakan

dan program untuk menurunkan jumlah penduduk yang mengalami stunting atau

kekurangan gizi. Sehingga penduduk tersebut dapat merasakan perubahan yang

menuntut adanya peningkatan kualitas manusia.

4
Sejalan dengan program pemerintah dalam konvergensi integrasi pencegahan

dan penanggulangan stunting di Desa Sirnagalih maka pemerintah Kabupaten

Bandung Barat membuat Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor :

188.45 /Kep.288-Bapelitbangda/2021 Tentang Penetapan Lokasi Prioritas

Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Bandung Barat

Tahun 2022. Hingga saat ini Desa Sirnagalih masih terdaftar sebagai lokasi

prioritas pencegahan dan penanggulangan stunting terintegrasi di Kabupaten

Bandung Barat. Hal ini dikarenakan masih adanya anak usia di bawah dua tahun

(Baduta) yang terdata menderita stunting. Penulisan ini memiliki maksud untuk

mendeskripsikan dan menganalisis mengenai upaya apa saja yang telah

pemerintah desa lakukan dalam mengatasi stunting di Desa Sirnagalih.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan

penulisan laporan praktik lapangan IV dengan judul “UPAYA PEMERINTAH

DESA DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING DI DESA

SIRNAGALIH KECAMATAN CIPEUNDEUY”.

5
1.2 Rumusan Masalah

Memperhatikan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka

permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam Praktek Lapangan IV ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya pemerintah desa dalam pencegahan dan penanganan

stunting di Desa Sirnagalih Kecamatan Cipeundeuy ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam upaya pemerintah desa dalam

pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sirnagalih Kecamatan

Cipeundeuy ?

1.3 Tujuan Praktek Lapangan IV

Praktek lapangan IV ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis upaya

apa saja yang telah dilakukan serta kendala yang dihadapi pemerintah desa dalam

upaya pencegahan dan penanganan stunting di Desa Sirnagalih Kecamatan

Cipeundeuy.

6
METODE PRAKTIK

2.1 Waktu dan Tempat Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Praktik Lapangan IV dilaksanakan di kantor Desa

Sirnagalih. Praktik Lapangan IV berbasis Program Studi dilaksanakan pada

tanggal 7 sampai dengan 26 Maret 2022 di Desa Sirnagalih Kecamatan

Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.

2.2 Jenis dan Pendekatan

Praktik lapangan IV ini merupakan penelitian lapangan (field research)

dimana studi lapangan ini dimaksudkan bahwa praja langsung melaksanakan

pengabdian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan edukatif, yaitu pendekatan yang dalam program

maupun pelaksanaan pengabdian mengandung unsur pendidikan yang dapat

mendinamisasikan masyarakat menuju kemajuan yang dicita-citakan.

2.3 Rencana Kegiatan

Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan maka dengan ini penulis

selama Praktik Lapangan IV akan melaksanakan program kerja dengan cara

pengabdian masyarakat dalam hal ini yaitu suatu kegiatan yang bertujuan

untuk membantu masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas salah satunya

ikut mengikuti kegiatan sosialiasi mengenai stunting tanpa mengharapkan

imbalan dalam bentuk apapun.


2.4 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran praktik lapangan ini tentu saja adalah masyarakat

terkhusus balita yang sudah terdata menjadi anak penderita stunting, ibu bayi

dan balita di Desa Sirnagalih. Pelaksanaan upaya pencegahan dan penanganan

stunting tentu melibatkan Pemerintah Desa sebagai penggerak untuk mengatasi

permasalahan stunting di Desa Sirnagalih. Pemerintah Desa tentunya tidak

tinggal diam dalam hal ini, pelaksanaan posyandu menjadi pengantar dari

Pemerintah Desa untuk memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada warga

akan apa itu stunting, gejala dan penyebabnya, hingga cara pencegahan dan

penanganannya.

2.5 Metode Kegiatan

Peningkatan angka stunting di Desa Sirnagalih saat ini tidak bisa dilepaskan

dari kondisi pandemi COVID-19 dimana semakin banyak keluarga yang

perekonomiannya melemah. Akibatnya mereka kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan pangan keluarga atau tidak mengikuti anjuran makanan bergizi untuk

keluarga karena adanya keterbatasan terkait akses, ketersediaan, dan

keterjangkauan bahan makanan sehat. Program kerja dan upaya seperti

penyuluhan dan sosialisasi dilaksanakan dengan metode kelembagaan dan

pendampingan terhadap masyarakat. Penulis berkoordinasi bersama Pemerintah

Desa dan kader Posyandu Sirnagalih untuk bersama-sama melakukan penyuluhan

dengan tujuan untuk menurunkan angka penderita stunting di Desa Sirnagalih.

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari praktek lapangan IV dalam upaya pemerintah desa dalam

pencegahan dan penanggulangan stunting di Desa Sirnagalih Kecamatan

Cipeundeuy yaitu hasil diperoleh dari terjun langsung penulis kelapangan dan

ditemukan bahwa Pemerintah Desa Sirnagalih pastinya tidak diam dalam hal

pencegahan dan penanganan stunting yang menimpa anak di desa mereka. Upaya

tentu telah dilakukan dengan bekerjasama bersama posyandu di 15 RW Desa

Sirnagalih. Hal yang dilakukan yaitu kader dan bidan posyandu terus melakukan

pendampingan dan pemantauan yang berkesinambungan yang rutin dilakukan tiga

kali dalam satu bulan. Selain melakukan pemantauan, juga melakukan konseling

dengan melaksanakan penimbangan berat badan serta pengukuran pada anak

terutama yang terdampak kasus stunting. Hal ini tentu dilakukan untuk menekan

angka stuting di Desa Sirnagalih .

Penulis juga menemukan bahwa kelompok sasaran yaitu masyarakat, ibu

hamil dan ibu balita yang anaknya terdampak stunting merespon positif tentang

apa yang dikerjakan Pemerintah Desa dan Posyandu. Terlihat anak yang

sebelumnya terdampak kasus stunting sudah kembali ceria, dapat berbaur dengan

sebayanya untuk bermain serta menunjukkan perubahan pertumbuhannya seperti

tinggi dan berat badan yang terus bertambah. Selain itu masyarakat juga antusias

dalam melakukan pemeriksaan dan konseling ketika ada dilakukan di puskesmas

setempat. Dalam hal konseling, puskesmas Sirnagalih melakukan pemeriksaaan

9
sebanyak tiga kali dalam satu bulan untuk terus memantau dan mengontrol

perkembangan anak stunting.

3.2 Pembahasan

Kekurangan gizi pada masa tumbuh kembang anak di usia dini akan

menghambat perkembangan fisik, meningkatnya kesakitan, menghambat

perkembangan mental anak, dan bahkan menyebabkan kematian. Masalah

stunting (balita pendek) merupakan salah satu masalah gizi yang krusial,

khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting merupakan bentuk

kegagalan tumbuh kembang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan linear

pada balita akibat dari akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama,

mulai dari masa kehamilan sampai pada usia 24 bulan. Balita yang mengalami

masalah gizi stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan

intelektual, produktivitas, dan kemungkinan risiko mengalami penyakit

degeneratif dimasa mendatang.

Pemerintah telah meluncurkan sebuah Rencana Aksi Nasional Penanganan

Stunting pada bulan Agustus 2017 yang harus menekankan pada kegiatan

konvergensi ditingkat desa, daerah, dan nasional untuk mengutamakan dengan

kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif dalam 1000 Hari Pertama

Kehidupan (HPK) hingga dengan usia 6 tahun. Intervensi Gizi Spesifik yang

ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

dengan kontribusi sebesar 30% penurunan stunting pada umumnya dilakukan oleh

sektor kesehatan. Sedangkan Intervensi Gizi Sensitif ditujukan melalui berbagai

10
kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dengan kontribusi sebesar 70%

terhadap penurunan angka stunting dengan sasaran masyarakat umum dan tidak

khusus terhadap ibu hamil dan balita pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

(Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017 : 9).

Desa Sirnagalih adalah desa yang terletak disebelah utara dari kantor

Kacamatan Cipeundeuy yang berbatasan langsung dengan tiga desa dan satu

kabupaten lain yaitu Kabupaten Purwakarta. Desa Sirnagalih menjadi salah satu

lokasi prioritas pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Kabupaten

Bandung Barat. Penetapan Desa Sirnagalih menjadi lokasi prioritas stunting di

kecamatan Cipeundeuy karena bayi dan balitanya banyak yang mengalami kondisi

stunting. Diketahui stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita

(bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak

terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan

dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak

setelah bayi berusia dua tahun.

Pemerintah Desa Sirnagalih dalam hal upaya pencegahan dan penanganan

stunting dilaksanakan dengan melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi melalui

posyandu yang dilakukan setiap dua minggu sekali di 15 RW Desa Sirnagalih.

Banyak balita yang menderita Stunting di Desa Sirnagalih dapat dilihat pada tabel

berikut:

11
Tabel 3.1
Data Anak Penderita Stunting di Desa Sirnagalih

No Nama Alamat

1 Rizky Alfiansyah RW 9

2 Hilka Nur Safitri RW 9

3 Bianca Almahyra Putri N RW 10

4 Arkhan Fauzan RW 12

5 Muhammad Arfan Wijaya RW 12

Sumber : Kantor Desa Sirnagalih 2022

Tabel di atas menunjukkan masih ada anak yang menderita stunting di Desa

Sirnagalih. Data anak yang menderita stunting di Desa Sirnagalih ini diperoleh

dari hasil kegiatan posyandu 32 anak dan balita yang di ukur berdasarkan berat

badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Anak tersebut akan diukur berat, tinggi

dan lingkar kepalanya dan apabila tidak sesuai antara umur dan pertumbuhannya

maka anak tersebut termasuk kategori stunting.

Stunting sangat penting untuk ditangani karena menyangkut kualitas sumber

daya manusia. Stunting pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak

balita. Gejala stunting bisa dilihat dari kondisi gagalnya pertumbuhan pada anak

yang berumur di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi

berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Disamping

itu, stunting beresiko pada terhambatnya pertumbihan fisik dan kerentanan anak

terhadap penyakit, hal lain dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan

12
kognitif yang akan mempengaruhi tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di

masa depan.

Anak-anak yang menderita stunting di Desa Sirnagalih dapat dilihat dari

masa pertumbuhannya. Seperti ada anak yang berumur 13 bulan namun baru

memiliki 2 gigi, anak yang berusia 14 bulan yang seharusnya sudah memiliki

berat badan 9 kg ke atas namun anak tersebut hanya memiliki berat 7 kg dan ada

anak yang sudah berusia 1 tahun lebih namun baru bisa berjalan. Hal ini tentu

menjadi perhatian Pemerintah Desa Sirnagalih yang berupaya dalam pencegahan

dan penanggulangan stunting seperti terus menggerakan posyandu melalui kader

posyandu dan bidan yang terdapat pada 15 RW di Desa Sirnagalih.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan penanganan stunting di

Desa Sirnagalih yaitu :

1. Ketika posyandu, anak yang menderita stunting ini akan menjadi prioritas

utama dalam pengecekkan pertumbuhannya seperti melihat pertumbuhan

anak tersebut dalam jangka waktu satu bulan.

2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) seperti yoghurt, biskuit dan buah.

PMT sendiri adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam

bentuk kudapan yang aman dan mengandung nilai gizi yang sesuai dengan

kebutuhan balita.Tujuan dari pemberian PMT sendiri adalah memenuhi

kebutuhan gizi bayi dan balita sekaligus memberi pembelajaran pada ibu

dan balita.

3. Melakukan penyuluhan yang dilakukan oleh bidan dan kader posyandu

melalui sosialisasi dan edukasi kepada ibu hamil dan ibu anak balita akan

13
pentingnya mengikuti posyandu, pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil dan

anak, memberikan edukasi tentang stunting, gizi buruk, serta pentingnya

hidup bersih dan sehat.

Upaya pemantauan status gizi pada anak dan balita difokuskan melalui

pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan

penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung

terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung difasilitas pelayanan kesehatan.

Cakupan penimbangan balita di Posyandu adalah indikator yang berhubungan

dengan pelayanan gizi mencakup pada balita, cakupan-cakupan pelayanan

kesehatan dasar, pada dasarnya imunisasi dan proses pencegahan prevelensi gizi

kurang pada balita. Semakin tinggi cakupan balita ditimbang, idealnya maka

semakin tinggi pula cakupan Vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan

diharapkan semakin rendah prevalensi gizi kurang.

Desa Sirnagalih melalui Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor :

188.45/Kep. 288 - Bapelitbangda/2021 ditetapkan sebagai daftar lokasi prioritas

pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Kabupaten Bandung Barat

Tahun 2022. Hal ini menjadi perhatian Pemerintah Desa yang berupaya

menurunkan angka stunting di Desa Sirnagalih. Keberhasilan pemerintah desa

dalam percepatan penurunan stunting secara efektif dalam hal pelaksanaannya

tidak lepas dari peran pemerintah desa itu sendiri yang sangat berpengaruh dalam

hal pengambilan kebijakan. Upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Sirnagalih

diharapkan dapat mengurangi dan mengatasi adanya anak yang menderita

stunting. Upaya perbaikan gizi masyarakat, Pemberian Makanan Tambahan

14
(PMT), dan penyuluhan melalui sosialisasi pada hakikatnya dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Keadaan gizi yang baik

adalah syarat utama dalam mewujudkan SDM yang sehat dan berkualitas dan

mencegah stunting.

Pemerintah Desa Sirnagalih bersama kader posyandu akan tetap

melakukan upaya meningkatkan kesehatan bayi dan balita yang dimulai dengan

penyuluhan kepada masyarakat khusunya generasi muda tentang bahaya

pernikahan dini dan pentingnya kecukupan gizi pada saat usia kehamilan dan

program pengadaan makanan bergizi untuk bayi dan balita yang ada di Desa

Sirnagalih. Selain itu program posyandu rutin dilakukan oleh kader posyandu

selama satu bulan pada 15 RW yang bertujuan untuk mendata tumbuh kembang

balita. Program posyandu ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan dini stunting

diusia balita dan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan balita di Desa

Sirnagalih. Dengan adanya program posyandu ini diharapkan dapat meingkatkan

kesehatan bayi dan balita dan dapat menurunkan angka stunting yang terjadi di

balita dan setiap bayi yang lahir.

15
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dipaparkan penulis dalam laporan praktek lapangan

IV di Desa Sirnagalih Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat yaitu :

1. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor : 188.45 /Kep.

288-Bapelitbangda/2021 Desa Sirnagalih ditetapkan sebagai lokasi

prioritas pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Kabupaten

Bandung Barat Tahun 2022.

2. Upaya yang dilakukan dalam penanganan Stunting di Desa Sirnagalih

dalam meningkatkan kesehatan bayi dan balita yaitu dengan melakukan

penyuluhan, sosialisasi serta pemantauan gizi dengan memberikan makan

tambahan atau cemilan yang bergizi. Bukan hanya pada bayi dan balita,

pemberian makanan tambahan atau cemilan bergizi diberikan kepada ibu

hamil untuk memenuhi nutrisi sang ibu hamil.

3. Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua

tahun pertama kehidupan. Kader Posyandu Desa Sirnagalih terus

melakukan penyuluhan dan sosialisasi di posyandu setiap seminggu sekali

kepada ibu hamil dan anak penderita stunting sebagai wujud perhatian

Pemerintah Desa kepada masyarakatnya hingga angka anak penderita

stunting dapat terus menurun dengan menunjukkan perubahan

pertumbuhan anak yang kembali normal dan lebih baik dari sebelumnya.

16
4.2 Saran

Saran yang dapat dipaparkan penulis dalam laporan praktek lapangan IV di

Desa Sirnagalih Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat yaitu :

1. Pentingnya peran aktif Pemerintah Desa dan kader posyandu dalam

penanganan stunting pada balita disetiap sudut desa sangat diharapkan

bisa terus dilaksanakan bila perlu ditingkatkan proses pelayanan baik dari

tenaga kesehatan maupun sarana prasaranannya.

2. Posyandu Sirnagalih hendaknya dapat rutin melakukan penyuluhan

sosialisasi dan edukasi yang terkait dengan stunting agar semua kalangan

masyarakat mengetahui stunting baik proses pencegahannya maupun

penanganannya.

3. Diharapkan kepada masyarakat agar dapat proaktif membantu Pemerintah

Desa untuk mencegah dan menanggulangi stunting di Desa Sirnagalih

dengan memperhatikan pola asuh anak agar dapat mendapatkan gizi yang

lebih baik, masyarakat harus memahami dan mempelajari tentang

pemenuhan gizi untuk anak agar tidak terkena dampak gizi buruk yang

dapat meningkatkan angka stunting di Desa Sirnagalih.

4. Intervensi penurunan stunting harus dilakukan diseluruh RT/RW yang ada

di Desa Sirnagalih karena tidak menutup kemungkinan suatu saat akan

ada anak stunting yang bertambah jumlahnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Pedoman Pencegahan dan

Tatalaksana Gizi Buruk Pada Balita. Jakarta : Kementrerian Kesehatan

Republik Indonesia

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017.

Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting. Jakarta : Kementerian

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor : 188.45 /Kep.288-

Bapelitbangda/2021 Tentang Penetapan Lokasi Prioritas Pencegahan dan

Penanganan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun

2022.

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa


LAMPIRAN

1. Koordinasi dengan perangkat desa terkait stunting di Desa Sirnagalih

2. Kunjungan terhadap anak penderita stunting


3. Pengecekkan fisik anak yang menderita stunting
4. Contoh anak yang menderita stunting di Desa Sirnagalih
5. Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu balita mengenai stunting
6. Pendataan anak penderita stunting

7. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa buah-buahan di

Posyandu

Anda mungkin juga menyukai