KELAS : J-6
TUGAS ESSAY
“SEJARAH PERKEMBANGAN DEMOKRASI”
Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang
diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta
sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu
untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk
rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme
ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.
Hari Kamis, 21 Mei 1998, dalam pidatonya di Istana Negara Presiden Soeharto akhirnya
bersedia mengundurkan diri atau lebih tepatnya dengan bahasa politis ia menyatakan “berhenti
sebagai presiden Indonesia”. Momentum lengser keprabon-nya Raja Indonesia yang telah
bertahta selama 32 tahun ini tentu sangat mengejutkan berbagai pihak. Karena sehari sebelumnya
ia sudah berniat akan segera membentuk Kabinet Reformasi. Setelah melalui saat-saat yang
menegangkan, akhirnya rezim yang begitu kokoh dan mengakar ini berhasil ditumbangkan.
Gerakan mahasiswa sekali lagi menjadi kekuatan terpenting dalam proses perubahan ini. Sebuah
perubahan yang telah memakan begitu banyak korban, baik korban harta maupun nyawa. Kontan
saja mahasiswa kala itu langsung bersorak-sorai, menangis gembira, dan bersujud syukur atas
keberhasilan perjuangannya menumbangkan rezim Orde Baru.
Setelah tumbangnya Orde Baru tibalah detik-detik terbukanya pintu reformasi yang telah begitu
lama dinanti. Secercah harapan berbaur kecemasan mengawali dibukanya jendela demokrasi
yang selama tiga dasawarsa telah ditutup oleh pengapnya otoritarianisme Orde Baru. Momentum
ini menjadi penanda akan dimulainya transisi demokrasi yang diharapkan mampu menata
kembali indahnya taman Indonesia. Pada hari-hari selanjutnya kata “reformasi” meskipun tanpa
ada kesepakatan tertulis menjadi jargon utama yang menjiwai ruh para pejuang pro-demokrasi.
Selang tiga tahun pasca turunnya Soeharto dari tahun 1998 sampai 2000, telah terjadi tiga kali
pergantian rezim yang memunculkan nama-nama:Habibie, Gus Dur, dan Megawati sebagai
presiden Republik Indonesia. Dan duduknya ketiga presiden baru tersebut, juga diwarnai dengan
perjuangan yang sengit dan tak kalah revolusioner. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya mahasiswa
menjadi avant guard yang Mendobrak perubahan tersebut.
Yunani
Sejarah keberadaan demokrasi di dunia diawali dari negara Yunani yang pada waktu itu memiliki banyak
filsuf bijak. Yunani menerapkan demokrasi langsung dimana kekuasaan ada di tangan mayoritas. Sampai
sekarang, Yunani dianggap sebagai negara pelahir demokrasi di dunia. Setiap warga negara yang ada di
Yunani bebas mengungkapkan pendapatnya, namun keputusan akan tetap di tangan golongan mayoritas.
Perbedaan mendasar demokrasi yang diterapkan di Yunani sebagai negara pelopor demokrasi terletak
pada warga negaranya. Tidak setiap penduduk dianggap sebagai warga negara. Dan status warga negara
resmi ini sangat penting jika kita ingin terlibat dalam proses demokrasi politik. Yunani yang pada waktu
itu masih tergolong negara kota yang hanya menganggap orang-orang asli Yunani berkasta tinggi sebagai
warga negara.
Lapisan-lapisan masyarakat yang sangat terasa sekali memang wajar dimaklumi. Di masa lalu,
perbudakan menjadi sangat biasa karena belum adanya sejarah HAM yang menjadikan setiap manusia
sama di mata hukum masyarakat. Sistem kerajaan yang feodal turut pula melatarbelakangi keputusan
penggolongan masyarakat berdasarkan status dan pekerjaan.
Cerita mengenai demokrasi Yunani bahkan telah dimulai sejak abad ke-5 SM. Di zaman itu, Yunani yang
menjadi negara kota, memusatkan diri di Athena. Karenanya, Bapak Demokrasi Yunani bernama
Cleisthenes lebih dikenal sebagai Bapak Demokrasi Athena. Demokrasi di Yunani membebaskan warga
negara untuk berbicara serta bersuara di forum terbuka.
Seperti telah disinggung sebelumnya, yang termasuk warga negara di Yunani kuno hanya kaum tertentu
saja. Pembatasan ini bukan tanpa tujuan. Seorang warga negara yang diberi hak leluasa berbicara juga
dituntut untuk memberikan sesuatu pada negara, terutama ketika Yunani terlibat dalam perang. Sehingga
boleh dikatakan gerakan bela negara di Yunani kuno dilaksanakan secara wajib militer dan berlaku untuk
setiap warga negara.
Para saudagar asing dapat hidup di Yunani dengan aman, namun tidak dapat ikut bersuara karena tidak
termasuk warga negara. Hanya sekitar 30.000 sampai 60.000 penduduk Yunani yang menjadi warga
negara. Padahal total jumlah penduduknya masa itu mencapai 400.000 jiwa. Para wanita, para budak,
anak-anak, dan laki-laki di bawah 20 tahun tidak akan diwajibkan berperang karena tidak menjadi warga
negara.
Setelah menerapkan demokrasi sejak abad ke-5 SM, pemungutan suara perdana baru dilakukan pada abad
ke-7 SM. Tepatnya dengan diselenggarakan Apella (nama pemungutan suara) di Sparta, Yunani
membuktikan pemilihan secara langsung, umum dan bebas rahasia dapat diadakan dengan lancar.
Tentunya sejarah demokrasi parlemen di Yunani berbeda dengan sejarah DPR dan sejarah MPR di
Indonesia abad 20.
Yunani identik dengan Romawi. Romawi kuno menyumbang banyak harta dan sokongan orang-orang
besar di Yunani. Hampir seluruh jajaran pemerintahannya yang demokratis di Yunani diisi oleh orang-
orang Romawi. Namun, Romawi lebih terkenal akan kekuatan perangnya daripada sejarah mewarnainya
demokrasi di Yunani.
Eropa
Demokrasi di Eropa dimulai sekitar abad ke-6 hingga ke-15. Pada masa inilah kekuasan di Eropa
tergantung otoritas gereja dan Paus yang sangat dihormati. Sama seperti negara-negara lain di dunia,
Eropa –terutama bagian barat selalu terkekang dengan posisi budak di bawah tuan.
Demokrasi tumbuh di Eropa bagian barat karena kebanyakan kaum budak dan rakyat jelata ingin
melepaskan diri dari kebiasaan adat. Kekuasaan otoritas gereja yang tidak selalu adil dan
menyejahterakan seluruh masyarakat membuat orang-orang kecil merasa tidak dihargai. Mereka bangkit
dengan mengubah sistem menjadi demokrasi.
Beberapa negara di Eropa Barat telah mengaku menjadi negara demokratis, namun banyak yang belum
sepenuhnya menjalankan sistem demokrasi. Contoh negara besar yang nyata beralih sistem ke demokrasi
tercatat dalam sejarah keruntuhan Uni Soviet. Setelah negara ini mengalami konflik sampai pecah
menjadi beberapa negara kecil, negara pecahan ini menerapkan sistem demokratis karena tidak ingin
mengulang lagi sejarah kelam sosialis – komunis.
Inggris
Negara Inggris sangat erat dengan Magna Charta tahun 1215. Namun bukan karena sejarah HAM yang
diangkat oleh Magna Charta. Lebih dari itu, Magna Charta 1215 juga menyangkut sejarah berdirinya
negara demokrasi di dunia. Piagam besar ini telah ditandatangani oleh beberapa penguasa yang bersedia
melaksanakan demokrasi di kalangan sesamanya.
Pemilihan parlementer pertama kali dilaksanakan di Inggris tahun 1265. Sebelumnya, sejak
dikeluarkannya Magna Charta, orang-orang diluar golongan raja dan bangsawan merasa lebih terlindungi.
Kekuasaan raja yang sebelumnya tidak terbatas menjadi lebih sempir karena diberlakukannya Magna
Charta. Setiap orang berhak membela dirinya sendiri dan memperjuangkan hak sebagai manusia.
Memang pada awalnya pemilihan parlementer hanya dilaksanakan oleh orang-orang tertentu yang
berjumlah 3 % dari total penduduk Inggris. Seiring berkembangnya waktu, sistem Monarki yang mulanya
sebagai sistem resmi di Inggris menjadi lapuk dan diganti dengan sistem demokrasi.
Beberapa imigran dari daratan Inggris pergi ke Amerika Serikat. Di sana, mereka mulai menyebarkan
sistem demokrasi yang menggeser keberadaan sistem lama yang mengedepankan keturunan. Sistem
demokrasi diterima masyarakat Amerika Serikat dengan diadakannya majelis umum Virginia. Sehingga
dapat dikatakan demokrasi Amerika Serikat dimulai oleh orang Inggris yang bermukim di Virginia pada
abad ke-16.