Anda di halaman 1dari 7

NAMA : YHOS PUTRA PERDANA

KELAS : J-6

TUGAS ESSAY
“SEJARAH PERKEMBANGAN DEMOKRASI”

Pengertian Demokrasi 
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang


memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-
lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-
lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan
kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen)
dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan
peraturan. Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya
pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak
wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak
dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara
berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih). Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan
dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung,
tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen
secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan
rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan
rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering
dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang
masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan system pemerintahan yang bagus, sebagai
tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan
jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun
negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah
melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal,
narapidana atau bekas narapidana).
Sejarah Perkembangan Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5
SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang
diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta
sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu
untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk
rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme
ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.

Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945 memberikan
penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.Dalam mekanisme kepemimpinannya
Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih
dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara
melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa
demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas
di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai
pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi
semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk
kedalam alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang.
Pemilu demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan
Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan sebagai pemenang Pemilu.
Tumbangnya Orde Baru pada tanggal 21 Mei 1998, adalah momentum pergantian kekuasaan
yang sangat revolusioner dan bersejarah di negara ini. Dan pada tanggal 5 Juli 2004, terjadilah
sebuah pergantian kekuasaan lewat Pemilu Presiden putaran pertama. Pemilu ini mewarnai
sejarah baru Indonesia, karena untuk pertama kali masyarakat memilih secara langsung
presidennya. Sebagai bangsa yang besar tentu kita harus banyak menggali makna dari sejarah.

Hari Kamis, 21 Mei 1998, dalam pidatonya di Istana Negara Presiden Soeharto akhirnya
bersedia mengundurkan diri atau lebih tepatnya dengan bahasa politis ia menyatakan “berhenti
sebagai presiden Indonesia”. Momentum lengser keprabon-nya Raja Indonesia yang telah
bertahta selama 32 tahun ini tentu sangat mengejutkan berbagai pihak. Karena sehari sebelumnya
ia sudah berniat akan segera membentuk Kabinet Reformasi. Setelah melalui saat-saat yang
menegangkan, akhirnya rezim yang begitu kokoh dan mengakar ini berhasil ditumbangkan.
Gerakan mahasiswa sekali lagi menjadi kekuatan terpenting dalam proses perubahan ini. Sebuah
perubahan yang telah memakan begitu banyak korban, baik korban harta maupun nyawa. Kontan
saja mahasiswa kala itu langsung bersorak-sorai, menangis gembira, dan bersujud syukur atas
keberhasilan perjuangannya menumbangkan rezim Orde Baru.

Setelah tumbangnya Orde Baru tibalah detik-detik terbukanya pintu reformasi yang telah begitu
lama dinanti. Secercah harapan berbaur kecemasan mengawali dibukanya jendela demokrasi
yang selama tiga dasawarsa telah ditutup oleh pengapnya otoritarianisme Orde Baru. Momentum
ini menjadi penanda akan dimulainya transisi demokrasi yang diharapkan mampu menata
kembali indahnya taman Indonesia. Pada hari-hari selanjutnya kata “reformasi” meskipun tanpa
ada kesepakatan tertulis menjadi jargon utama yang menjiwai ruh para pejuang pro-demokrasi.
Selang tiga tahun pasca turunnya Soeharto dari tahun 1998 sampai 2000, telah terjadi tiga kali
pergantian rezim yang memunculkan nama-nama:Habibie, Gus Dur, dan Megawati sebagai
presiden Republik Indonesia. Dan duduknya ketiga presiden baru tersebut, juga diwarnai dengan
perjuangan yang sengit dan tak kalah revolusioner. Lagi-lagi untuk kesekian kalinya mahasiswa
menjadi avant guard yang Mendobrak perubahan tersebut.

Sejarah Demokrasi di Dunia


Demokrasi merupakan suatu sistem yang asasnya diterapkan oleh hampir seluruh negara di dunia pada
saat ini. Kebebasannya yang sangat realistis meletakkan rakyat sebagai ujung tombak berdirinya suatu
negara membuat demokrasi mudah diterima masyarakat. Sejarah mengenai demokrasi memiliki buntut
yang sangat panjang dan membedah sejarah demokrasi dunia.
Suatu pemerintahan yang menggunakan prinsip demokrasi akan menjadikan pemerintahannya
dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Prinsip inilah yang mendasari demokrasi dan
menjadikan ciri khas terkenal dari sistem pemerintahan tandingan sosialis – komunis ini.
Sehingga, suatu negara yang demokratis memiliki tujuan ke depan yang mengarah kepada kepentingan
rakyat sebagai penduduk sekaligus warga negara dari negara itu sendiri. Rakyat merupakan salah satu
unsur negara yang harus dipenuhi sebelum negara tersebut dapat diresmikan kedaulatannya dan
mendapatkan pengakuan dari negara lain di dunia internasional. Rakyat bagi negara demokratis
merupakan tujuan dari negara itu sendiri. Segala sesuatunya harus memprioritaskan kesejahteraan rakyat.
Sementara itu, unsur negara yang lain agar suatu wilayah berpenghuni dapat dikatakan sebagai negara
yaitu adanya pemerintahan yang berdaulat sekaligus memiliki undang-undang negara sebagai pengatur
ketertiban berbangsa dan bernegara. Di negara non demokrasi, pemerintahan biasanya didominasi oleh
sebagian warga negara yang memiliki kekuasaan dari garis keturunan. Sehingga dari waktu ke waktu
terjadi stagnasi pewarisan pemerintahan.
Kemungkinan suatu negara diperintah oleh kaum tertentu hanya terbuka lebar jika negara tersebut
menggunakan sistem oligarki atau monarki. Kebanyakan negara pada zaman dahulu sebelum terciptanya
sejarah HAM, memiliki bentuk monarki atau oligarki. Pemerintahannya pun tertutup, hanya orang-orang
dalam lingkup keluarga atau etnis tertentu saja yang dapat menduduki kursi pemerintahan. Dan rakyat
harus tunduk kepada pemerintahan tersebut tanpa peduli kecakapan yang dimiliki oleh pemimpin.
Sistem demokrasi perlahan-lahan menghapuskan sifat kepemimpinan totaliter seperti yang terjadi pada
sejarah keruntuhan uni soviet. Demokrasi berusaha sebisa mungkin menyelenggarakan negara secara
terbuka dan partisipatif. Seluruh kritik, saran dan komentar yang ditujukan kepada pemerintah atau pihak
tertentu harus ditampung dan boleh digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan
pembangunan negara.
Alasan di atas menjadi dasar mengapa negara demokrasi menyelenggarakan pemerintahan dari rakyat.
Karena segala sesuatunya selalu melibatkan rakyat. Bahkan pemerintah yang menduduki kursi parlemen
sebagai wakil rakyat tidak boleh menyimpan segala permasalahan rakyat sendirian. Apabila ada kasus
korupsi atau perkembangan penting yang menyangkut kelangsungan hidup orang banyak, mereka juga
harus melaporkan perkembangan kepada rakyat.
Media massa dalam negara demokrasi selalu beruntung. Ia memiliki peran penting dalam menyalurkan
setiap informasi dan perkembangan yang ada di kubu rakyat maupun pemerintah sebagai wakil rakyat.
Karenanya, demokrasi memiliki 2 jenis –langsung dan tidak langsung- yang terkait dengan sejarah
panjang antar negara.

Yunani
Sejarah keberadaan demokrasi di dunia diawali dari negara Yunani yang pada waktu itu memiliki banyak
filsuf bijak. Yunani menerapkan demokrasi langsung dimana kekuasaan ada di tangan mayoritas. Sampai
sekarang, Yunani dianggap sebagai negara pelahir demokrasi di dunia. Setiap warga negara yang ada di
Yunani bebas mengungkapkan pendapatnya, namun keputusan akan tetap di tangan golongan mayoritas.
Perbedaan mendasar demokrasi yang diterapkan di Yunani sebagai negara pelopor demokrasi terletak
pada warga negaranya. Tidak setiap penduduk dianggap sebagai warga negara. Dan status warga negara
resmi ini sangat penting jika kita ingin terlibat dalam proses demokrasi politik. Yunani yang pada waktu
itu masih tergolong negara kota yang hanya menganggap orang-orang asli Yunani berkasta tinggi sebagai
warga negara.
Lapisan-lapisan masyarakat yang sangat terasa sekali memang wajar dimaklumi. Di masa lalu,
perbudakan menjadi sangat biasa karena belum adanya sejarah HAM yang menjadikan setiap manusia
sama di mata hukum masyarakat. Sistem kerajaan yang feodal turut pula melatarbelakangi keputusan
penggolongan masyarakat berdasarkan status dan pekerjaan.
Cerita mengenai demokrasi Yunani bahkan telah dimulai sejak abad ke-5 SM. Di zaman itu, Yunani yang
menjadi negara kota, memusatkan diri di Athena. Karenanya, Bapak Demokrasi Yunani bernama
Cleisthenes lebih dikenal sebagai Bapak Demokrasi Athena. Demokrasi di Yunani membebaskan warga
negara untuk berbicara serta bersuara di forum terbuka.
Seperti telah disinggung sebelumnya, yang termasuk warga negara di Yunani kuno hanya kaum tertentu
saja. Pembatasan ini bukan tanpa tujuan. Seorang warga negara yang diberi hak leluasa berbicara juga
dituntut untuk memberikan sesuatu pada negara, terutama ketika Yunani terlibat dalam perang. Sehingga
boleh dikatakan gerakan bela negara di Yunani kuno dilaksanakan secara wajib militer dan berlaku untuk
setiap warga negara.
Para saudagar asing dapat hidup di Yunani dengan aman, namun tidak dapat ikut bersuara karena tidak
termasuk warga negara. Hanya sekitar 30.000 sampai 60.000 penduduk Yunani yang menjadi warga
negara. Padahal total jumlah penduduknya masa itu mencapai 400.000 jiwa. Para wanita, para budak,
anak-anak, dan laki-laki di bawah 20 tahun tidak akan diwajibkan berperang karena tidak menjadi warga
negara.
Setelah menerapkan demokrasi sejak abad ke-5 SM, pemungutan suara perdana baru dilakukan pada abad
ke-7 SM. Tepatnya dengan diselenggarakan Apella (nama pemungutan suara) di Sparta, Yunani
membuktikan pemilihan secara langsung, umum dan bebas rahasia dapat diadakan dengan lancar.
Tentunya sejarah demokrasi parlemen di Yunani berbeda dengan sejarah DPR dan sejarah MPR di
Indonesia abad 20.
Yunani identik dengan Romawi. Romawi kuno menyumbang banyak harta dan sokongan orang-orang
besar di Yunani. Hampir seluruh jajaran pemerintahannya yang demokratis di Yunani diisi oleh orang-
orang Romawi. Namun, Romawi lebih terkenal akan kekuatan perangnya daripada sejarah mewarnainya
demokrasi di Yunani.

Eropa
Demokrasi di Eropa dimulai sekitar abad ke-6 hingga ke-15. Pada masa inilah kekuasan di Eropa
tergantung otoritas gereja dan Paus yang sangat dihormati. Sama seperti negara-negara lain di dunia,
Eropa –terutama bagian barat selalu terkekang dengan posisi budak di bawah tuan.
Demokrasi tumbuh di Eropa bagian barat karena kebanyakan kaum budak dan rakyat jelata ingin
melepaskan diri dari kebiasaan adat. Kekuasaan otoritas gereja yang tidak selalu adil dan
menyejahterakan seluruh masyarakat membuat orang-orang kecil merasa tidak dihargai. Mereka bangkit
dengan mengubah sistem menjadi demokrasi.
Beberapa negara di Eropa Barat telah mengaku menjadi negara demokratis, namun banyak yang belum
sepenuhnya menjalankan sistem demokrasi. Contoh negara besar yang nyata beralih sistem ke demokrasi
tercatat dalam sejarah keruntuhan Uni Soviet. Setelah negara ini mengalami konflik sampai pecah
menjadi beberapa negara kecil, negara pecahan ini menerapkan sistem demokratis karena tidak ingin
mengulang lagi sejarah kelam sosialis – komunis.
Inggris
Negara Inggris sangat erat dengan Magna Charta tahun 1215. Namun bukan karena sejarah HAM yang
diangkat oleh Magna Charta. Lebih dari itu, Magna Charta 1215 juga menyangkut sejarah berdirinya
negara demokrasi di dunia. Piagam besar ini telah ditandatangani oleh beberapa penguasa yang bersedia
melaksanakan demokrasi di kalangan sesamanya.
Pemilihan parlementer pertama kali dilaksanakan di Inggris tahun 1265. Sebelumnya, sejak
dikeluarkannya Magna Charta, orang-orang diluar golongan raja dan bangsawan merasa lebih terlindungi.
Kekuasaan raja yang sebelumnya tidak terbatas menjadi lebih sempir karena diberlakukannya Magna
Charta. Setiap orang berhak membela dirinya sendiri dan memperjuangkan hak sebagai manusia.
Memang pada awalnya pemilihan parlementer hanya dilaksanakan oleh orang-orang tertentu yang
berjumlah 3 % dari total penduduk Inggris. Seiring berkembangnya waktu, sistem Monarki yang mulanya
sebagai sistem resmi di Inggris menjadi lapuk dan diganti dengan sistem demokrasi.
Beberapa imigran dari daratan Inggris pergi ke Amerika Serikat. Di sana, mereka mulai menyebarkan
sistem demokrasi yang menggeser keberadaan sistem lama yang mengedepankan keturunan. Sistem
demokrasi diterima masyarakat Amerika Serikat dengan diadakannya majelis umum Virginia. Sehingga
dapat dikatakan demokrasi Amerika Serikat dimulai oleh orang Inggris yang bermukim di Virginia pada
abad ke-16.

Demokrasi Mendominasi Dunia


Mungkin kita pernah bertanya, bagaimana awal mulanya sistem demokrasi dapat mendominasi sistem
pemerintahan di dunia. Mendunianya sistem ini dimulai di pertengahan abad ke-20. Abad ini menjadi
abad yang mengerikan dalam sejarah dunia. Pada abad ini, 2 paham besar berseteru. Antara kubu
demokrasi yang digawangi Amerika Serikat melawan kubu komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet.
Pada awal abad ke-20, sebenarnya demokrasi telah berkembang pesat. Sayangnya pertumbuhan yang baik
ini dihambat oleh kondisi depresi besar dunia. Karena kondisi global yang sedang tidak aman, banyak
negara yang mulai merubah sistem pemerintahannya agar lebih mudah dikendalikan. Beberapa pemimpin
dunia mulai bergerak menjadi pemimpin totalitarianis, fasis, dan kemudian memunculkan pemerintahan
yang diktator.
Selama beberapa puluh tahun abad ke-20 berjalan mencekam, selama itu pula rakyat biasa di dunia
terkungkung oleh pemerintahan yang diktator. Selanjutnya, semenjak perang dunia kedua berlangsung,
dunia terbagi menjadi blok barat dan blok timur. Kedua blok ini terus berusaha menyebarkan paham
masing-masing. Sampai pada akhirnya terjadi perang dingin.
Puncak tumbuhnya demokrasi dengan leluasa adalah saat sejarah keruntuhan Uni Soviet benar-benar
terjadi. Selain negara yang hancur, paham komunis yang dibanggakan Uni Soviet beserta sekutunya ikut
tenggelam. Mulai dari saat itulah banyak negara di dunia yang beralih menganut sistem demokrasi.
Walaupun demokrasi telah mendominasi dunia, di awal perkembangannya selepas keruntuhan Uni Soviet,
beberapa negara belum dapat berdemokrasi total. Keadaan ini dapat dimaklumi karena paham komunis
pernah menjadi paham besar dunia. Walaupun telah hancur, namun sisa kekuatan komunis belum hilang
sepenuhnya.
Negara-negara bekas negara komunis banyak yang beralih ke demokrasi. Namun pada prakteknya,
mereka masih terpengaruh sisa kekuatan komunisme. Misalkan saja ketika diselenggarakan pemilihan
umum, banyak negara yang dapat menyelenggarakan tetapi tidak dapat berjalan sesuai tuntunan
demokrasi. Artinya, unsur demokrasi berupa transparan, terbuka, langsung, bebas rahasia belum dapat
sepenuhnya dipraktekkan.
Pada akhirnya, waktu yang mengajari negara bekas komunis beralih menjadi negara demokrasi penuh.
Sampai sekarang, banyak negara yang masih berusaha menegakkan demokrasi. Beberapa negara di dunia
yang sejak 2011 dianggap sebagai negara demokrasi penuh adalah Amerika Serikat, Jepang, Irlandia, dan
Spanyol.
Sementara itu, negara demokrasi yang lain termasuk ke dalam golongan negara demokrasi tidak
sempurna. Ada survei yang mendasari penjenisan ini. Namanya ialah Democracy Index. Berdasarkan
jenis demokrasinya, penerapan prinsip demokrasi dan terpenuhinya asas-asas demokrasi, hasil survei
tersebut menjadi parameter negara untuk menyempurnakan kedemokrasiannya.

Anda mungkin juga menyukai