Anda di halaman 1dari 8

KISI – KISI UTB MATKUL KEP.

ANAK

1. Tanda Bahaya MTBS


 Tidak bisa minum atau menyusu
 Memuntahkan semua makanan dan/atau minuman
 Pernah atau sedang sedang mengalami kejang
 Gelisah
 Letargis atau tidak sadar
 Ada stridor
 Tampak biru (sianosis)
 Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin
2. Tanda Gejala Pneumonia
 Sesak napas disertai pernapasan cuping hidung dan retraksi dada
 Panas badan
 Ronki basah sedang nyaring pada bronkopneumonia atau suara pernapasan broncial
dan bernada pekak pada pneumonia lobaris pada saat perkusi
 Foto toraks menunjukan adanya bercak-bercak pada satu atau beberapa lobus
 Leukositosis
3. MK Pneumonia (DARI GOOGLE)
Gejala klinis dari pneumonia menurut Nursalam (2016) adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,
purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak.
4. Intervensi Pneumonia
5. Klasifikasi Pneumonia
BERDASARKAN BERAT RINGANNYA PENYAKIT, SESUAI DENGAN BERATNYA
SESAK NAPAS DAN KEADAAN UMUM
 Pneumonia ringan
batuk & sedikit sesak / takipnea tapi masih aktif bermain, mampu makan minum dan
tidur seperti biasanya
 Pneumonia sedang-berat
sesak dg retraksi otot pernapasan, lemah dan tidak mampu makan minum seperti
biasanya, serta gelisah
 Pneumonia sangat berat
Sesak hebat, penurunan kesadaran dan sianosis
BERDASARKAN ETIOLOGI: virus, bakteri, jamur, klamidia
BARDASARKAN LOKASI kerusakan anatomis/ perbedaan diagnostik fisis:
1. pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
2. pneumonia lobaris, pneumonia interstitialis.
6. Tanda Gejala TBC
 BB turun/tdk naik (IKA: 67%)
 Anoreksia dg gagal tumbuh (IKA: 74,7%)
 Demam lama/berulang, keringat malam (IKA: 81%)
 Pembesaran KGB, tidak nyeri & multipel
 Batuk lama> 3mnggu (IKA : 78,4%)
 Diare persisten
7. Penkes Pasien TBC
8. Intervensi Pasien TBC b.d Nutrisi
Diagnosa : Defisit nutisi b.d peningktan kebutuhan metabolisme d.d nafsu makan menurun
Intervensi : manajemen nutrisi (I.03119)
9. Etiologi BBLR
 Etiologi dari maternal
 prematur dari faktor maternal yaitu : Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi,
penggunaan obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta
previa, solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin.
 IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu : Anemia,
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika
 Etiologi dari fetus
 Prematur dari faktor fetus yaitu : Gestasi multipel atau malformasi.
 IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu: Gangguan
kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi multipel
(Bansal, Agrawal, dan Sukumaran, 2013)
 Faktor Ibu
1. Penyakit penyakit kronik
2. Ibu geografis
3. Keadaan sosial ekonomi
10. Intervensi BBLR
11. APGAR (baca-baca)
Aperance : penampilan luar
Puise : Detak jantung
Grimace : meringis atau refleks
Activity : aktivitas otot
Respiration : pernafasan
12. Perhitungan APGAR
 Aperance : penampilan luar
Skor 0 : warna seluruh tubuh bayi pucat kebiruan
Skor 1 : warna tubuh normal, tetapi tangan dan kaki kebiruan
Skor 2 : warna tubuh bayi kemerahan meruakan warna tubuh yang normal
 Puise : Detak jantung
Skor 0 : denyut jantung bayi tidak terdeteksi
Skor 1 : denyut jantung bayi berdetak pelan
Skor 2 : denyut jantung bayi berdetak lebih cepat
 Grimace : meringis atau reflex
Skor 0 : bayi tidak merespon sama sekali meskipun terlalu diberikan rangasangan
sekalipun
Skor 1 : bayi menangis jika diberi rangsangan
Skor 2 : bayi menangis atau batuk secara spontan
 Activity : aktivitas otot
Skor 0 : bayi tidak bergerak sama sekali
Skor 1 : bayi bergerak namun lemah dan tidak aktif
Skor 2 : bayi tampak bergerak aktif dan kuat
 Respiration : pernafasan
Skor 0 : bayi tidak bernapas sama sekali
Skor 1 : bayi lemah dan napas tidak teratur
Skor 2 : bayi menangis dengan kuat dan bernapas secara normal

Semuanya di totalkan dan akan menghasilkan skor apgar 1-10, untuk bayi skor 7
keatas dianggap normal sedangkan 6 kebawah dianggap relative rendah
13. Penyebab RDS (DARI GOOGLE)
 Sindrom gawat napas terjadi pada bayi prematur karena paru-paru tidak mampu
membuat surfaktan yang cukup. Surfaktan adalah zat berbusa yang membuat paru-
paru mengembang secara penuh sehingga bayi baru lahir bisa menghirup udara begitu
keluar dari Rahim
 Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi
sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya
RDS. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama disebabkan oleh
kekurangan atau tidak adanya surfaktan.
14. Patofisiologi Hiperbili (2x)
15. Inkompatbilitas Hiperbili (DARI GOOGLE)
 Inkompatibilitas ABO yang termasuk dalam antigen golongan darah utama, golongan
darah A dan B
 Salah satu faktor resiko terjadinya hiperbilirubinemia adalah Inkompatibilitas ABO,
dimana ketidaksesuaian golongan darah merupakan penyebab terbanyak penyakit
hemolitik neonatal yang sulit dikenali manifestasinya. Kejadian ini ditemukan pada
ibu bergolongan darah O yang melahirkan bayi bergolongan darah A atau B.
16. MK Hiperbili
 Kulit berwarna kuning sampai jingga
 Bayi tampak lemah
 Refleks hisap kurang
 Urine pekat
 Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit
 Feces seperti dempul/pucat
 Tonus otot yang lemah
 Turgor kulit jelek
 Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl
 Terdapat ikterus pada skelera, kuku atau kulit dan membrane mukosa
 Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari ke
2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 sampai 4 dan menurun hari ke 5 – 7
yang biasanya merupakan jaundice fisiologi (Surasmi, 2013)
17. Penatalaksanaan Hiperbili
 Fototerapi
 Penghentian asi
 Intravena immunoglobin
 Transfisi pengganti
 Terapi medikamentosa
18. Etiologi Hiperbili
 Disebabkan oleh peningkatan produksibilirubin karena tingginya jumlah sel darah
merah, dimana sel darah mengalami pemecahan sel yang lebih cepat. Selain itu,
hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan karena penurunan uptake dalam hati,
penurunan konjugasi oleh hati, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
19. Kadar Hiperbili (DARI GOOGLE)
 Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam
darah >10 mg/dL pada minggu pertama yang secara klinis ditandai dengan ikterus
pada sklera, kulit, mukosa bibir kering dan sianosis pada bayi hipoksia.
 Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir <2 mg/dl. Pada kosentrasi > 5
mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit
dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan pada minggu
pertama kehidupannya (Surasmi, 2013)
Derajat Luas ikterus Perkiraan kadar
ikterus bilirubin
I Kepala dan leher 5 mg/dL
II Sampai badan atas (di atas umbilicus) 9 mg/dL
III Sampai badan bawah (di bawah umbilicus) 11 mg/dL
hingga tungkai atas ( di atas lutut)
IV Sampai badan bawah (di bawah umbilicus) 12 mg/dL
hingga tungkai atas ( di atas lutut)
V Sampai telapak tangan dan kaki 16 mg/dL

20. Kramer Hiperbili


Penilaian ikterus menurut Kramer
Derajat Luas ikterus Perkiraan kadar
ikterus bilirubin
I Kepala dan leher 5 mg/dL
II Sampai badan atas (di atas umbilicus) 9 mg/dL
III Sampai badan bawah (di bawah umbilicus) 11 mg/dL
hingga tungkai atas ( di atas lutut)
IV Sampai badan bawah (di bawah umbilicus) 12 mg/dL
hingga tungkai atas ( di atas lutut)
V Sampai telapak tangan dan kaki 16 mg/dL

21. Komplikasi Hiperbili


 Fase inisial, ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya gerakan bayi dan reflek
hisap yang buruk
 Fasefase intermediate, ditandai dengan oderate sputor, iritabilitas dan peningkatanan
tonus (retrocollis dan opisthotonus) yang disertai demam.
 Fase lanjut, ditandai dengan sputor yang dalam atau yang koma, peningkatan tonus,
tidak mampu makan, high-pitch cry, dan kadang kejang.
22. MTBS (Banyak Kasus)
23. MTBS Gizi (Status Gizi) di hal 433
24. MTBS Demam di hal 430 dan 431
25. MTBS Batuk di hal 428
26. MTBS Diare di hal 429
27. Penatalaksanaan Diare
 Selain pemberian cairan → rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan
cepat), rencana terapi B (penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan oralit), rencana
terapi A (penanganan diare dirumah)
 Pemberian Zink selama 10 hari → lama diare menjadi lebih pendek, volume tinja
lebih sedikit, kenaikan BB yg lebih baik, dan perbaikan terhadap status defisit Zn
 Penggunaan probiotik → efektif dalam pencegahan maupun terapi diare akut akibat
rotavirus pada anak, dalam hal memperpendek masa sakit.
28. Klasifikasi Diare
1. Diare Akut → diare mendadak yang berlangsung kurang dari 14 hari → tersering karena
VIRUS → BAB berair (watery), berbusa, tidak ada darah atau lendir, dan berbau asam
2. Diare Kronik → diare melanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan atau tanpa kegagalan
pertumbuhan (failure to thrive).
29. Intervensi Diare
30. MK Diare
Manifestasi klinis diare
 Anak /bayi cengeng gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.
 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai darah
atau lendir
 Warna tinja → kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
 Anus dan sekitarnya lecet → seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit menurun, ubun-ubun dan mata
cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
 Merasa kehausan, gelisah, rewel, muntah, demam Perubahan TTV → nadi dan
respirasi cepat, tekanan darah turun, denyut jantung cepat, lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, sopora komatus)
 Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
 Bila terjadi asidosis metabolik → klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
 Pemeriksaan laboratorium → pemeriksaan feses ditemukan adanya leukosit dan
laktoferin
31. Etiologi Diare
Penyebab Diare
 Virus (Rotavirus) → BAB berair (watery), berbusa, tidak ada darah lendir, berbau
asam.
 GE ( fluperut) terbanyak karena virus.
 Bakteri → BAB disertai dengan darah/lendir, sakit perut→Memerlukan antibioka
 Parasit(Giardiasis) → BAB darah+/- dan lendir, sakit perut → memerlukan antiparasit
 Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika →Bila diare, segera hubungi dokter
32. Stadium Asma
 Stadium I
Edema di. Bronkus : - batuk
 Stadium II
Sekresi bronkus : - batuk sering, sputum jernih, sesak, weezingi, ekspirasi memanjang
 Stadium III
Obstruksi & spasme bronkus sangat meningkat : Napas cepat dangkal dan Suara napas tidak
dengar
33. Klasifikasi Asma
 Asma episodik jarang / ringan (75%) : Gejala hanya sesekali timbul
 Asma episodik sering / sedang (20%) : Gejala lebih sering timbul
 Asma persisten / berat (5%) : Gejala timbul terus menerus, hampir setiap hari
34. Intervensi Asma
35. MK Asma (DARI GOOGLE)
 Manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi / wheezing, sesak nafas, dada
terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi, retraksi otot
dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis,
berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah.
36. Pemeriksaan Diagnostik Pneumonik
 Pemeriksaan darah yang akan dilakukan untuk diagnosis pneumonia yaitu hitung
darah lengkap (complete blood count), ini adalah tes sederhana dan murah. Hitung
darah putih adalah salah satu dari jumlah darah yang diukur. Jika meningkat, infeksi
atau peradangan hadir.
37. Tanda Gejala Kwashiorkor (Masalah Gizi)
1. Rambut yang kering, jarang, dan rapuh, bahkan dapat berubah warna menjadi putih
atau kuning kemerahan seperti rambut jagung
2. Muncul ruam atau dermatitis
3. Lebih rewel
4. Terlihat lesu dan selalu mengantuk
5. Gangguan tumbuh kembang, termasuk berat dan tinggi tidak bertambah
6. Perut membesar
7. Kadar albumin darah rendah (hipoalbuminemia)
8. Infeksi yang terjadi terus menerus akibat lemahnya kekebalan tubuh
9. Kuku pecah dan rapuh
10. Penurunan massa otot
11. Diare
38. Pengkajian Kwashiorkor.
39. Intervensi Kwashiorkor
40. Klasifikasi Kwashiorkor
 Kwashiorkor adalah gangguan gizi akibat defisiensi protein dengan asupan kalori
yang adekuat.
 Prevalensi : Umur 1-5 tahun
41. Tanda Gejala Marasmus (Masalah Gizi)
1. Kekurangan berat badan.
2. Kehilangan banyak massa otot dan jaringan lemak.
3. Pertumbuhan terhambat.
4. Kulit kering dan rambut rapuh.
5. Terlihat lebih tua dari usianya.
6. Tidak berenergi dan tampak tidak bersemangat atau lesu.
7. Diare kronis.
42. Pengkajian Marasmus
43. Intervensi Marasmus
44. Klasifikasi Marasmus
 Definisi
 Marasmus adalah gangguan gizi akibat kekurangan zat tenaga/kalori dalam waktu
yang lama.
 Kekurangan energi pada makanan mengakibatkan cadangan protein tubuh terpakai
sehingga anak menjadi kurus dan menimbulkan keadaan marasmus
 Prevalensi : Umur 0-2 tahun

*NB: SOAL RATA-RATA KASUS

Anda mungkin juga menyukai