PERKEMBANGAN
PADA ANAK
Siti Dewi Rahmayanti.,S.Kp.,M.Kep
Definisi pertumbuhan dan
perkembangan
Pertumbuhan
Perubahan fisik yang ditandai dengan
bertambahnya ukuran berbagai organ
tubuh yang disebabkan adanya
pembesaran sel-sel tubuh.
Perubahan yang alami secara kuantitatif
pada tubuh
Definisi pertumbuhan dan
perkembangan
Perkembangan
Proses menuju kedewasaan yang ditandai
bertambahnya kemampuan atau
keterampilan dalam fungsi tubuh
Berlangsungnya proses kematangan
Terminologi Tahap
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Masa pra natal
Embrio: konsepsi sampai 8 minggu
Fetus: 9 minggu sampai lahir
Neonatal: 0 sampai 1 bulan
Pasca Neonatal (Infant): 1 bulan sampai 1 tahun
Toddler: 1 sampai 3 tahun
Pra Sekolah: 4 sampai 5 tahun
Sekolah: 6-12 tahun
Remaja: 13 sampai 18 tahun
Remaja
Ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan
Kontinue
Pada periode tertentu terdapat masa
percepatan/perlambatan
Pertumbuhan organ tubuh mengikuti pola
tertentu
Pola perkembangan anak sama tapi memiliki
tingkat kecepatan yang berbeda
Aktivitas tubuh diganti respon individu yang
khas
Refleks primitif akan menghilang sebelum
gerakan volunter tercapai
Ciri-ciri Pertumbuhan dan
Perkembangan
Peningkatan fungsi-fungsi individu
1. Sensorik (Dengar, Lihat, Raba, Rasa, Cium)
2. Motorik (Gerak Kasar, Halus)
3. Kognitif (Pengetahuan, Kecerdasan)
4. Komunikasi / Berbahasa
5. Emosi - Sosial
6. Kemandirian
7. Kreativitas
8. Kerjasama Dan Kepemimpinan
9. Etika, Budi Pekerti, Moral-spiritual
Pola Arah Perkembangan
Pola Perkembangan Fisik yang Terarah
Cephalocaudal pola pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari kepala yang ditandai
dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar,
kemudian berkembang kemampuan untuk
menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan
kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah
lengan ,tangan dan kaki
Toddler
Bertambah 1,8 – 2,7 kg/th
Pada usia 2,5 th mencapai 4 x berat lahir
Pra sekolah
Berat badan bertambah sekitar 2,3 kg/th dan di usia 4 tahun
mencapai rata-rata 16,8 Kg.
Parameter Pertumbuhan
Berat Badan
Usia Sekolah
BB bertambah 2 – 3 kg/tahun.
Remaja
Berat badan selama masa remaja sudah
mencapai 30 – 50 % berat orang dewasa.
Parameter Pertumbuhan
Tinggi Badan
Kenaikan TB fluktuasi
Proses mudah, murah, cepat
Memerlukan dua teknik pengukuran pada anak
umur < 2 tahun (supinasi dan berdiri)
Indikator gangguan pertumbuhan fisik
Perkiraan TB
1 tahun: 1,5 x TB Lahir
4 tahun: 2 x TB lahir
6 tahun: 1,5 x TB setahun
13 tahun: 3 x TB lahir
Parameter Pertumbuhan
Tinggi Badan
Bayi
0 – 6 bulan: bertambah 2,5 cm per bulan hingga rata-
rata 63,8 cm
6 – 12 bulan: bertambah 50% hingga rata-rata 72,5 cm
Toddler
Pra Sekolah
Sekolah
Remaja
Psikoseksual (Freud)
Fase Genital: Konsentrasi inti pada masa ini termasuk
perkembangan gambaran diri dan penerimaan dari teman yang
berlainan jenis kelamin.
ANTICIPATORY GUIDANCE
& TOILET TRAINING
Luka bakar
Keracunan
Jatuh
tenggelam
BAHAYA UMUM YG DAPAT TERJADI
Memberitahukan/upaya
bimbingan kepada orang tua
tentang tahapan pertumbuhan
dan perkembangan anak
sehingga orang tua sadar akan
apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai
dengan usia anak.
A. Anticipatory guidance
pada masa bayi
TOILET TRAINING
3. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari
potensial bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat
naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil
bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan
potensial bahaya.
a. Jauhkan korek api dari jangkauan.
b. Mengamankan tempat-tempat yang
secara potensial dapat membahayakan
anak.
c. Mendidik anak :
- Cara menyeberang jalan.
- Arti rambu-rambu lalulintas.
- Cara mengendarai sepeda yang aman
peran orang tua = perlu belajar mengontrol
lingkungan.
4. Usia Sekolah
a. Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
b. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda,
mendaki gunung, berenang.
5. Remaja
a. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh
dapat : fraktur, luka pada kepala.
B. Kecelakaan karena olah raga.
PENCEGAHAN
a. Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan
bermotor sebelumnya ada negosiasi antara orang tua
dengan remaja.
b. Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
c. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum
melakukan olah raga.
Ngantuuuukkkkk.wmv
Konsep
Bermain
Pada Anak
Nunung Nurjanah
BERMAIN
Anak
Sesuai tingkatan usia
Permainan
Bahasa universal
Terapeutik
Antisipasi reaksi
hospitalisasi
Bermain adalah
pekerjaan anak
Bermain adalah awal pengetahuan
Bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan
atau tanpa alat , sehingga memberikan hiburan
atau kesenangan bagi anak.
Dramatik atau
Unoccupied Game
Memfokuskan perhatian
Pura-Pura
Memerankan kehidupan Bermain dengan aturan
secara singkat pada hal
sehari-hari dalam drama tertentu
yang menarik perhatian
Permainan Berdasarkan Karakter Sosial
Asosiatif Kooperatif
Bermain bersama dan Permainan kerja sama,
mengerjakan aktivitas bersifat teratur dan
serupa atau bahkan anak bermain dalam
sama, tetapi tidak ada kelompok dengan anak
pembagian kerja lain
Tingkatan Permainan
Imitatif Kompetitif
Permainan meniru atau
memainkan bersama Permainan untuk
anak lain, misal petak memenangkan dan
umpet mendapatkan
penghargaan
Stimulasi taktil,
auditorius, visual dan
kinestetik
Mengembangkan
keterampilan berbahasa
Mengembangkan
kemampuan
menyelesaikan masalah
FUNGSI BERMAIN
Sosialisasi
Belajar membentuk
hubungan sosial dan
menyelesaikan masalah
sosial
Belajar saling memberi
dan menerima termasuk
kritik
Belajar bereksperimen
dan mencoba ide
Memberi kesempatan
menjadi kreatif
Merangsang eksplorasi
FUNGSI BERMAIN
Kesadaran Diri
Mempelajari kemampuan
diri
FUNGSI BERMAIN
Nilai Moral
Menyesuaikan diri
dengan standar
kelompok
Membentuk perilaku
FUNGSI BERMAIN
Manfaat Terapeutik
Memberikan sarana
melepaskan diri dari
ketegangan dan stress
yang dihadapi
Belajar menyampaikan
rasa takut, keinginan ,
dan kebutuhannya
Perkembangan Perkembangan
Sensorimotor Intelektual Sosialisasi
Naik sepeda, lomba lari Puzzle Role play
Contoh Permainan
2
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah tindakan ● Vaksin adalah zat yang
memasukkan vaksin ke dalam dimasukkan ke dalam tubuh
tubuh agar menghasilkan biasanya mengandung virus
atau bakteri yang dilemahkan,
kekebalan terhadap penyakit
juga mengandung protein dari
tertentu.
virus atau bakteri.
3
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksin akan menghasilkan ● Proses ini adalah imunisasi
reaksi imunitas tubuh, sehingga dalam tubuh.
tubuh dipersiapkan melawan
serangan infeksi jika terjadi di
kemudian hari.
4
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah tindakan ● Imunisasi adalah hasil dari
mendapatkan vaksin vaksin yaitu terbentuknya
kekebalan tubuh.
5
Jenis Imunisasi : Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif menghasilkan ● Imunisasi aktif merupakan
antibodi untuk kekebalan tubuh respons imun yang sudah
terhadap penyakit setelah dibentuk ketika anak
seseorang mandapatkan vaksin mendapat vaksin setiap
bulannya
6
Jenis Imunisasi : Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif memerlukan ● Imunisasi aktif dapat
waktu agar kekebalan tubuh diperoleh dari kekebalan
terbentuk tubuh yang dihasilkan
tubuh sendiri
● Imunisasi aktif dapat
bertahan lebih lama dari
imunisasi pasif
7
Jenis Imunisasi : Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif bekerja sebagai ● Imunisasi pasif bekerja secara
pemberi antibodi dari orang alami yaitu seperti pemberian
yang sudah kebal terhadap antibodi dari tubuh ibu hamil
penyakit tertentu terhadap kepada janin
orang yang belum kebal ● Imunisasi pasif buatan yaitu
dengan cara menyuntikkan
immunoglobulin
8
Jenis Imunisasi : Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif tidak ● Imunisasi pasif tidak
membentuk kekebalan tubuh didapatkan dari tubuh
secara aktif melainkan sendiri
mendapatkan kekebalan tubuh
dari orang yang kekebalan
tubuhnya sudah terbentuk
9
MANFAAT IMUNISASI
Meningkatkan kekebalan
tubuh
Mencegah penyakit,
kecacatan, kematian
10
MANFAAT IMUNISASI
Melindungi diri dari penyakit
berbahaya
Menurunkan prevalensi
penyakit
ERADIKASI PENYAKIT
11
MANFAAT IMUNISASI
Mencegah penularan di
masyarakat
KEKEBALAN KOMUNITAS
(HERD IMMUNITY)
12
Pencapaian Imunisasi
Global
Cakupan imunisasi global mencapai 86%,
namun masih ada sekitar 19.5 juta anak tidak
mendapatkan imunisasi dasar
13
Pencapaian Imunisasi
Nasional
Cakupan imunisasi nasional mencapai 92.04%
dari target 92%
14
Alasan Anak TIDAK
Diimunisasi
Takut panas, keluarga tidak mengizinkan,
tempat imunisasi jauh, sibuk, sering sakit, tidak
tahu tempat imunisasi
15
PROGRAM IMUNISASI
PPI adalah Program
Pengembangan Imunisasi yang
disebut imunisasi wajib / dasar
terdiri dari BCG, Polio, DPT,
Hepatitis B, Hib dan
Campak/MR.
Program ini disubsidi oleh
pemerintah
16
PROGRAM IMUNISASI
Non PPI adalah Program
Pengembangan Imunisasi yang
tidak disubsidi oleh pemerintah
terdiri dari Measles Mumps
Rubella, Thyphoid, Hepatitis A,
Pneumococcal, Human
Papillomavirus
17
JADWAL IMUNISASI
● Usia 0 bulan: HB0
● Usia 1 bulan: BCG, OPV 1
● Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib1, OPV 2
● Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib2, OPV 3
● Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib 3, IPV 4
● Usia 9 bulan: MR
18
19
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan Vaksin Basillus
Calmette Guerin ke dalam tubuh anak
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit
IMUNISASI BCG Tuberculosis
Menghambat penyebaran bakteri
RUANG LINGKUP
Semua anak yang berusia kurang dari 2 bulan diberikan
satu kali dengan dosis 0,05 ml melalui injeksi intra
cutan
20
IMUNISASI POLIO
PENGERTIAN
Imunisasi Polio adalah tindakan imunisasi dengan memberikan vaksin
polio dalam bentuk oral (Oral Polio Vaccine) dan injeksi (Injectable /
Inactivated Polio Vaccine)
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Polio Mielitis
RUANG LINGKUP
Semua anak yang berusia 0-11 bulan yang diberikan 4 kali dengan
interval 4-6 minggu
21
Perbedaan OPV dan IPV
KEUNTUNGAN OPV KERUGIAN OPV
Diperoleh imunitas humoral ● Kegagalan vaksinasi pada
dan lokal diare, muntah
Imunitas mukosa usus ● Kontraindikasi pada pasien
Pemberian murah, mudah immunicompromize
Herd Immunity ● Diperlukan cold chain
● Menimbulkan pencemaran
22
IMUNISASI DPT
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan vaksin Difteri Pertusis Tetanus pada
anak.
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis
danTetanus
RUANG LINGKUP
Semua anak yang berusia 2-11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval
4-6 minggu dengan dosis 0,5 ml secara intra muscular
23
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan Vaksin Hepatitis B ke
dalam tubuh anak melalui injeksi sub cutan
TUJUAN
IMUNISASI Memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis
HEPATITIS B B
RUANG LINGKUP
Imunisasi diberikan 3 kali yaitu saat lahir, 1-2 bulan,
dan saat 4 bulan diberikan dengan dosis 0,5 ml secara
Intra Muscular
24
IMUNISASI Hib
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan vaksin Haemophilus influenzae type b
(Hib) pada anak.
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi ringan hingga berat
akibat bakteri Hib mulai dari infeksi telinga, bronchitis, pneumonia,
meningitis, infeksi sendi, tulang, darah dan jantung
RUANG LINGKUP DAN CARA PEMBERIAN
Semua anak yang berusia 2-11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4-6
minggu diberikan dengan dosis 0,5 ml setiap pemberian secara IM
25
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan vaksin campak (measles)
dan rubella pada anak sebagai pengembangan program
imunisasi mulai tahun 2017 menggantikan imunisasi
campak
IMUNISASI
Measles TUJUAN
Rubella Memberikan kekebalan terhadap penyakit Campak dan
Rubella
RUANG LINGKUP DAN CARA PEMBERIAN
Anak usia 9 bulan, dan diulang dalam interval 6 bulan
diberikan dengan dosis 0,5 ml secara Sub Cutan
26
VAKSIN KOMBINASI
● Quadrivalent: DTwP/HepB, DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/IPV
● Pentavalent: DTaP/Hib/IPV, DTaP/HepB/Hib
● Hexavalent: DTaP/HepB/Hib/IPV
27
VAKSIN KOMBINASI
● Vaksin kombinasi yang saat ini digunakan dalam imunisasi
dasar adalah imunisasi pentabio yang terdiri dari DTaP,
Hepatitis B dan Hib
● Vaksin pentabio dapat diberikan pada anak usia 2,3, dan 4
bulan atau 2,4, dan 6 bulan
28
Vaksin Kombo
KEUNTUNGAN
Mengurangi jumlah suntikan,
kunjungan, ketidaknyamanan
Memudahkan mengejar jadwal
yang tertunda, dan menambah
vaksin baru
Mengurangi biaya
29
Vaksin Kombo
KERUGIAN KERUGIAN
● Menurunkan respons imun ● Menambah ruang
tiap antigen penyimpanan
● Jadwal harus disesuaikan ● Membingungkan tenaga
● Mempengaruhi supply dan kesehatan
harga vaksin
30
PENGELOLAAN VAKSIN: Penyimpanan Vaksin
● Disimpan di lemari es khusus dengan jarak lemari dan dinding
minimal 15 cm
● Penyiapan cold chain terstandar (freezer, lemari es dan termos)
● Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
● Sirkulasi ruangan cukup
● Vaksin disusun dengan jarak 1-2 cm / 1 jari antar dus vaksin
31
PENGELOLAAN VAKSIN: Penyimpanan Vaksin
● Vaksin polio memerlukan tempat penyimpanan dengan suhu
dibawah 00C
● Vaksin Hep B, DPT-HB-HiB, IPV, DT akan berpotensi rusak jika
terpapar suhu beku
● Vaksin Polio, BCG dan MR akan rusak jika terpapar suhu panas
● Pada umumnya vaksin akan rusak jika terkena sinar matahari
secara langsung
32
PENGELOLAAN VAKSIN: Pengambilan Vaksin
● Ambil sampel tiap kotak
● Lihat: kadaluarsa, VVM, warna larutan, gumpalan dalam
larutan
● Pisahkan vaksin yang: tidak memenuhi syarat, VVM A dan B
jangan dicampur, VVM B dipakai lebih dahulu
33
Pengelolaan Vaksin: Vial Vaccine Monitor (VVM)
A. Tanda segiempat lebih terang dari lingkaran sekitar, bila belum
kadaluarsa maka vaksin DAPAT digunakan
B. Tanda segiempat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran
sekitar, bila belum kadaluarsa maka vaksin SEGERA digunakan
C. Tanda segi empat berwarna sama dengan lingkaran sekitar
maka vaksin JANGAN digunakan
D. Tanda segi empat berwarna lebih gelap dari lingkaran sekitar
maka vaksin JANGAN digunakan
34
PENGELOLAAN VAKSIN: Membawa Vaksin
● Masukkan dalam cold box atau vaccine carrier
● Bila jarak dekat masukkan cool pack air
● Bila jarak jauh masukkan cold pack beku
● Termos tidak boleh kena sinar matahari langsung
35
Pengelolaan Vaksin: Durasi Pemakaian Vaksin
● Vaksin Hepatitis B setelah dibuka dapat bertahan selama 4
minggu
● Vaksin Polio setelah dibuka dapat bertahan selama 2 minggu
● Vaksin MR setelah dibuka dapat bertahan selama 6 jam
● Vaksin BCG setelah dibuka dapat bertahan selama 3 jam
36
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(KIPI)
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun
waktu satu bulan setelah imunisasi
37
KLASIFIKASI KIPI
38
TATA LAKSANA KIPI
PELACAKAN PELACAKAN
ANALISIS ANALISIS
EVALUASI EVALUASI
39
TEMPAT PELAKSANAAN IMUNISASI DI MASA
PANDEMI
Menyelenggarakan di ruang yang cukup besar dengan sirkulasi
udara yang baik
Ruangan terpisah dari poli pelayanan anak / dewasa sakit
40
TEMPAT PELAKSANAAN IMUNISASI DI MASA
PANDEMI
Meja pelayanan antara petugas dan orang tua berjarak 1-2 meter
41
WAKTU PELAKSANAAN IMUNISASI DI MASA
PANDEMI
Jadwal terpisah dari pelayanan poli anak / dewasa sakit
Jam layanan tidak terlalu lama dan dibatasi jumlah sasaran yang
dilayani
Koordinasi dengan lintas program lain untuk memberikan
pelayanan kesehatan lain yang bersamaan dengan imunisasi
Informasikan nomor layanan kesehatan
42
TERIMA KASIH
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020
Umur
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 14 15 16 18
Hepatitis B 1 2 3 4 5
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 Td / Tdap
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3 (p)
Influenza 1 Diulang setiap tahun 1 kali
MR /
MR / MMR MR MMR
MR / MMR
JE 1 2
2 kali, interval
Varisela 6 minggu - 3
bulan
2 kali,
Hepatitis A
interval 6 – 36 bulan
Tifoid 1 Diulang setiap 3 tahun 1 kali
HPV 2 kali
Dengue 3 kali, interval 6 bulan
Cara membaca kolom umur: misal 2 berarti umur 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) • Vaksin pneumokokus (PCV): diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada umur 12 -15 bulan. Jika belum
Rekomendasi imunisasi berlaku setelah diterbitkan di Sari Pediatri. Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public- diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak
articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur 1- 2 tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan.
Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali
Primer Catch-up Booster Daerah Endemis • Vaksin rotavirus monovalen : diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal
4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu.
• Vaksin rotavirus pentavalen : diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai
Untuk menerapkan jadwal imunisasi dengan benar perlu dibaca keterangan di bawah ini dan uraian lengkap di majalah
10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
Sari Pediatri
• Vaksin influenza : diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama
• Vaksin hepatitis B (HB) monovalen sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Umur > 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.
penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, imunisasi hepatitis B • Vaksin MR / MMR : pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat
sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih, kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar berikan imunisasi HB diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5 – 7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau
segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis primer. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB MMR.
dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB • Vaksin Japanese encephalitis (JE) : diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah
selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP. endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1 - 2 tahun kemudian.
• Vaksin polio 0 (nol): sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan berikan bOPV-0 saat bayi • Vaksin varisela : diberikan mulai umur 12 – 18 bulan. Pada umur 1 – 12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu
pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal sampai 3 bulan. Umur 13 tahun atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu
diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP. • Vaksin hepatitis A : diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian
• Vaksin BCG : sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 3 • Vaksin tifoid polisakarida : diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun
bulan atau lebih BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul • Vaksin human papiloma virus (HPV) : diberikan pada anak perempuan umur 9 – 14 tahun 2 kali dengan jarak 6 – 15 bulan
reaksi lokal cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis. (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan (vaksin bivalen)
• Vaksin DPT: dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalent).
bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5 - 7 tahun • Vaksin dengue : diberikan pada anak umur 9 – 16 tahun dengan seropositif dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah
atau pada program BIAS kelas 1. Umur 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya pada umur dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau
10 – 18 tahun atau pada program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun. dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.
KOMUNIKASI
PADA ANAK
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Usia Tumbuh kembang
5. Status kesehatan anak
6. Sistem sosial
7. Lingkungan.
SIKAP DALAM KOMUNIKASI
1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini
sampai dengan anak menunjukkan kesiapan
untuk berespon positif terhadap
keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada
anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dgn cara menempatkan diri kita
pada posisi anak dan orang tua.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu
kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai
klien. Misal : senyum pada saat yang tepat,
melakukan jabat tangan atau sentuhan yang
lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap Konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi
yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
komunikasi dengan klien, misal : gambar, mainan.
KOMUNIKASI SESUAI TUMBUH
KEMBANG ANAK
1. Bayi
: mengungkapkan kebutuhan dengan
bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh
orang sekitarnya, misal: menangis.
2. Toddler dan Pra sekolah
- Memberitahu apa yang terjadi pada dirinya.
- Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh
alat pemeriksa yang akan digunakan.
- Bicara lambat
- Hindari sikap mendesak untuk dijawab, misal:
jawab dong.
- Hindari konfrontasi langsung
- Salaman pada anak (mengurangi rasa cemas)
- Bergambar atau bercerita.
3. Usia sekolah
- Gunakan kata sederhana yang spesifik
- Jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan
pada anak
- Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
- Jangan menyakiti atau mengancam
- diskusi atau curah pendapat dengan teman
sebaya.
- Hindari pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu.
- jaga kerahasiaan dalam komunikasi ( masa transisi
dalam bersikap dewasa ).
CARA KOMUNIKASI DENGAN ANAK
1. Melalui
orang ketiga : tidak langsung bertanya
pada anak.
2.Bercerita : pergunakan bahasa yang mudah
dimengerti,perlihatkan gambar
3.Biblioterapi: melalui pemberian buku/majalah anak
mengekpresikan perasaan dan aktivitas sesuai
cerita dalam buku.
4.Meminta untuk menyebutkan keinginan:
mengetahui apa keinginan / keluhan anak.
5. Pro/kontra:mengetahui
perasaan anak dan pikiran
anak, mengajukan pertanyaaan hal positif dan
negatif
6.Menulis : bila anak tidak dapat mengungkapkan
perasaan secara verbal.
7. Menggambar : anak akan mengungkapkannya
apabila gambar yang ditanya maksud gambarnya.
8. Bermain : sangat efektif dalam membantu
berkomunikasi, dapat menjalin hubungan
interpersonal dengan teman dan perawat.
CARA KOMUNIKASI DENGAN ORANG
TUA
1. Tahap Prainteraksi
- Mengumpulkan data tentang klien dengan
mempelajari status atau bertanya kepada orang
tua tentang masalah yang ada.
2. Tahap Perkenalan
- Memberi salam dan senyum pada
klien,melakukan validasi , mencari kebenaran
data yang ada, mengobservasi,
memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu
dan menjelaskan kerahasiaan klien.
3. Tahap Kerja
- Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya,
karena akan memberitahu tentang hal yang kurang
dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama.
4. Tahap Terminasi
- Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses
dan hasil, memberikan reinforcement positif, tindak
lanjut,kontrak, dan mengakhiri wawancara dengan
cara yang baik.
Ngantuuuukkkkk.wmv
PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK
4. Dipersonalisasi
• Peran sakit yang dialami klien
menyebabkan perubahan kepribadian,
tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan, perubahan
identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya.
5. Takut dan Ansietas
• Perasaan takut dan ansietas timbul karena
persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
Manusia
( Anak )
Keperawatan
• Manusia : klien (anak dan
keluarga)
• Lingkungan:
1. Eksternal: nutrisi, orangtua,
saudara kandung, sanak saudara,
disiplin, maturasi biologik,
sekolah,kelompok, penerimaan
sosial, identitas rasial, agama,
kultur, yan-kes, bermain
• 2. Internal: genetik, jenis kelamin,
emosi, predisposisi atau resistensi
terhadap penyakit
• Sehat: suatu kondisi dari sejahtera
tinggi sampai sakit berat atau mati
muda
• Keperawatan
Pengertian ………..
Peran perawat dalam melakukan
tiga tingkat pencegahan
Pencegahan Primer
Promosi Kesehatan
Pencegahan Penyakit
Pencegahan kecelakaan
• Sosial Budaya
• Ekonomi
• Herediter
• Nilai & Keyakinan
Child Abuse
• Semua bentuk perlakuan menyakitkan
secara fisik ataupun emosional,
penyalahgunaan seksual, pelalaian,
eksploitasi komersial atau eksploitasi lain,
• Mengakibatkan cedera / kerugian nyata
ataupun potensial terhadap kesehatan anak,
kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang
anak, atau martabat anak,
CREATED BY
NUNUNG NURJANAH
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
FITKES UNJANI
CIMAHI
PENDAHULUAN
Ò Perkembangan anak menggambarkan kematangan
fungsi individu.
Ò Indikator penting dalam menilai kualitas hidup
anak
Ò Pemantauan / pemeriksaan perkembangan anak
harus dilakukan secara berkala dan teratur sejak
anak berusia 1 bulan.
Ò Bayi atau anak dengan risiko tinggi terjadi
penyimpangan perkembangan perlu mendapat
prioritas, antara lain bayi prematur, berat badan
lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia,
infeksi intrapartum, IDMs, gemeli, dll.
TUJUAN PENILAIAN PERKEMBANGAN
Ò Mengetahui dan mengikuti proses perkembangan
anak
Ò Menemukan kelainan dan keterlambatan
perkembangan anak secara dini
Ò Mengetahui berbagai masalah perkembangan
yang memerlukan penanganan
Ò Mengetahui kapan anak harus dirujuk ke level
yang lebih tinggi
Ò Meningkatkan kesadaran orang tua untuk
berusaha menciptakan kondisi yang kondusif
untuk perkembangan optimal
LEVEL PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Ò Formulir Denver II
É Berisi 125 gugus tugas yang dibagi menjadi 4
sektor untuk menjaring fungsi personal sosial,
adaptif-motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.
É Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang
terbagi dari umur dalam bulan dan tahun sejak lahir
sampai 6 tahun.
É Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan
sampai anak berumur 24 bulan, kemudian mewakili
3 bulan sampai anak berumur 6 tahun.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
É Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125
terdapat batas kemampuan perkembangan yaitu 25%,
50%, 75%, dan 90% dari populasi anak yang lulus pada
tugas perkembangan tersebut.
É Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan
angka pada ujung kotak sebelah kiri
Ð R singkatan dari report artinya tugas perkembangan
tersebut dapat lulus berdasarkan laporan dari orang
tua/pengasuh anak, akan tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan
apa yang bisa dilakukan oleh anak.
Ð Angka kecil menunjukkan tugas yang harus
dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada
formulir.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Ò Pengertian
KPSP adalah alat skrining
perkembangan untuk mengetahui
perkembangan anak berlangsung
normal atau ada penyimpangan.
Ò Tujuan
Alat yang dapat membantu
petugas kesehatan, guru TK, dan
petugas PAUD terlatih untuk
melakukan deteksi perkembangan
pada anak berusia 3 sampai 72
bulan.
JADWAL PEMERIKSAAN KPSP
Ò KPSP rutin dilaksanakan pada umur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,
60, 66, dan 72 bulan.
Ò Bila anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin.
Ò Bila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan
umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat yang lebih muda.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Timbul serangan
Bronkus Bronkus
Hiperreaktif : Tetap lebar
(tidak rentan, tidak sensitif,
•Otot saluran napas mengkerut tidak mudah goncang, stabil)
• Stadium I
- Edema di. bronkus : - batuk
• Stadium II
- Sekresi bronkus : - batuk sering
- sputum jernih
- sesak, weezingi, ekspirasi
memanjang
• Stadium III
- Obstruksi & spasme bronkus :
- Napas cepat dangkal
- Suara napas tidak dengar
BAGAIMANA PENANGGULANGANNYA ?
I. Obat pereda
Meredakan gejala serangan asma, berupa kombinasi
obat :
1. Pengendur otot saluran napas yang mengkerut
2. Pengencer lendir, mempermudah pengeluaran lendir di
saluran napas
3. Penghilang pembengkakan dinding saluran napas
• Anti inflamasi
• Mukolitik
TERAPI
INHALASI
ANAK DENGAN COVID 19
BY CHATARINA S
ANGKA KEJADIAN
Ruang Level I (23 Maret s.d 26 Mei 2020) Ruang Level II & III (23 Maret s.d 26 Mei 2020:
▸ PDP: 48orang ▸ PDP:19orang
▸ COVID-19: 2orang ▸ COVID-19: tidakada
Neonatus Level I &II (23 Maret s.d 26 Mei 2020): Neonatus Level III (23 Maret s.d 26 Mei 2020:
▸ BayilahirdariibuPDP: 3orang ▸ Bayilahirdariibu PDP:4orang
▸ Covid-19: tidakada ▸ COVID-19: tidakada
3
DEFINISI
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19): Penyakit
yang menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat
(Kepres no. 11 tahun 2020)
• Demam
GANGGUAN • Batuk pilek
PERNAFASAN
AKUT • Sakit tenggorokan
• Sesak nafas
• Pneumonia
KASUS • Kegagalan organ
COVID-19 lain
BERAT
• Kematian
5
COVID-19
Apakah berbeda pada anak?
COVID‐19 epidemic:Diseases characteristics in children
• Kasus terbanyak: Keluarga
• Penularan di fasilitas Kesehatan
• Gejala ringan: Potensi besar menularkan
• Transmisi melalui droplet, aerosol, dan conjunctiva
• *Mungkin* dapat ditularkan melalui sal. Pencernaan
• Belum terdapat bukti yang memadai transimisi dari ibu ke bayi
PATOFISIOLOGI
Anak kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19
Risiko ketidakseimbangan
Risiko Syok Malas makan & minum cairan
Penurunan kesadaran
Risiko Jatuh Risiko ketidakseimbangan
Intake kurang
elektrolit
p
A
T
I
E
N
T ✓ Konsep Hospitalisasi
✓ Konsep Family Centered
S Care
A ✓ Konsep Tumbuh Kembang
F ✓ Konsep Atraumatic Care
E
T
✓ Konsep Bermain
Y ✓ Proses Keperawatan anak
12
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
13
PENGENDALIAN APD
Penggunaan & melepas
APD dengan benar →
penularan infeksi
14
PROSES KEPERAWATAN ANAK
ASESMEN AWAL (KARS edisi 1.1)
• Keluhan utama: Gangguan pernafasan, demam, batuk, sesak
1. Status fisik nafas, sakit tenggorokan
• Pemeriksaan fisik: head to toe, data fokus pemeriksaan
pernafasan: irama, kedalaman, frekuensi, suara nafas
15
Lanjutan Asesmen Awal
• Alergi obat
5. Riwayat Alergi • Alergi makanan
16
Lanjutan Asesmen Awal
• Barthel indeks
8.Status fungsional • Mandiri, Ketergantungan Ringan,
Sedang, Berat atau Total
• BB
9. Status nutrisi • TB
• LL
17
Lanjutan Asesmen Awal
18
Perawatan di Rumah
Monitor Kebersihan
gejala Anak tangan
Hiegiene Jaga
diri Penyebaran
Kebersihan Monitor
lingkungan Gejala Diri
1 Pendekatan keperawatan anak tetap dapat diaplikasikan
walaupun dalam kondis pandemik COVID-19.
2 Pemantauan tumbuh kembang yang optimal →menentukan
kualitas generasi bangsa Indonesia masa depan.
21
BY: CHATARINA
APA ITU MTBS ?
SUATU PENDEKATAN
KETERPADUAN DALAM TATA
LAKSANA BALITA SAKIT
Strategi untuk
meningkatkan derajat
kesehatan anak
Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI)
TUJUAN MTBS
STRATEGI MTBS
MENGAPA
LATAR BELAKANG
PERLU MTBS
Europe Eastern
2% Mediterranean
14%
Americas
4%
Southeast
Asia 30%
Africa Western
39% Pacific 10%
Diare
12%
Lainnya Malaria
29% 8%
Campak
HIV 5%
4%
Kategori MTBS :
Bayi muda ( 1 hari s/d 2 bulan)
Anak ( 2 bln s/d 5 tahun )
PELAKSANA MTBS
TENAGA KESEHATAN, YAITU :
❑ PARAMEDIS (PERAWAT & BIDAN)
❑ DOKTER
BUKAN UNTUK
RAWAT INAP
BUKAN UNTUK
KADER
KEUNTUNGAN MTBS BAGI PROGRAM TERKAIT
PROGRAM KEUNTUNGAN
Chest Indrawing
(retraksi subkostal)
Dapat juga dipakai kriteria paling
sedikit 3 dari 5 gejala/ tanda:
1. Sesak napas disertai pernapasan cuping
hidung dan retraksi dada
2. Panas badan
3. Ronki basah sedang nyaring pada
bronkopneumonia atau suara
pernapasan broncial dan bernada pekak
pada pneumonia lobaris pada saat
perkusi
4. Foto toraks menunjukan adanya bercak-
bercak pada satu atau beberapa lobus
5. leukositosis
Penatalaksanan medis
Sebelum memberikan obat tentukan dahulu
: berat ringannya penyakit, riwayat
pengobatan sebelumnya, dan respon
terhadap pemgobatan tersebut, adanya
penyakit yang mendasari
Antibiotik awal ( dalam 24-72 jam pertama)
umur 1-2 bln : ampisilin + gentamisin, kalau
respon baik dilanjutkan 10-14 hari
umur > 2 bln : ampisilin + kloramfenikol,
kalau respon baik dilanjutkan sampai
dengan 3 hari , klinis sembuh ( biasanya
cukup 5 -7 hr )
Simptomatik (untuk panas badan dan
batuk)
Sebaiknya tidak diberikan terutama 72 jam
pertama.
Suportif
O2 lembab 40% melalui kateter hidung
diberikan sampai sesak napas hilang
Cairan, nutrisi dan kalori yang memadai
melalui oral, intragastrik, atau infus.
TUBERCULOSIS PADA ANAK
By: Chatarina S
TB → Masalah kesehatan
WHO → 90 juta kasus TB
30 juta kematian ec TB.
Indonesia : prevalensi ke-3 tertinggi
Inhalasi droplet nuclei berisi M.tuberculosis
2-10 minggu
Penyebaran limfogen lokal
Penyebaran hematogen
95% 5%
5% Imunitas menurun
TB inaktif mungkin masih
atau gagal
ada basil TB hidup
Gambar. Patogenesis TB
Gambar. Perjalanan alamiah penyakit TB primer pada anak
yang tidak mendapatkan pengobatan
GAMBARAN KLINIS TB ANAK
Gejala umum
• BB /tdk naik (IKA : 67%)
• Diare persisten
DIAGNOSIS TB
Dasar diagnosis
a. Riwayat kontak TB
Sasraatmadja (’83)
☺ Kontak TB → 51/107 uji tuberkulin (+)
☺ Risiko infeksi TB → 1,86 kali
b. Gambaran Klinis
DIAGNOSIS TB (lanjutan)
c. Pemeriksaan penunjang
Uji Tuberkulin → infeksi TB
e. Pemeriksaan radiologis
Gambaran tidak spesifik
- infiltrat (27,2%)
- infiltrat + pemb.KGB hilus/paratakeal (13,6%)
- Milier (26,1%)
- Efusi pleura (5,6%), dll
DIAGNOSIS TB (lanjutan)
f. Pemeriksaan bakteriologis
Sediaan apus BTA
- Penting
Kendala → - teknik pemeriksaan → spesimen
sulit didapat
- TB dini → jumlah kuman sedikit
- OAT
GAMBARAN RADIOLOGIS PARU
konjungtivitis fliktenularis
Kriteria diagnosis yg digunakan
pada sistem skoring IDAI
Hal-hal yang mencurigakan TB :
1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB yang
BTA (+)
2. Tes tuberkulin yang positif (> 10 mm)
3. Gambaran foto rontgen sugestif TB
4. Terdapat reaksi kemerahan yg cepat (dlm 3-7 hari) setelah
imunisasi dg BCG
5. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
6. Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang
jelas
7. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas/ berat badan
kurang baik yg tidak naik dlm 1 bln meskipun sudah dg
penanganan gizi (failure to thrive)
8. Gejala-gejala klinis spesifik (pd kelenjar limfe, otak, tulang,
dll)
> 3 (+) : dianggap TB
PENGOBATAN TB
• Permulaan intensif
• Kombinasi 3 atau lebih OAT
• Teratur dan lama
• Pemberian gizi yang baik
• Pengobatan dan pencegahan penyakit lain
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
1. Isoniazid (INH) : 5 - 15 mg/Kg BB/hari, max. 300 mg/hari
oral 1 - 2 x / hari
2 bl 6 bl 9 bl 12 bl
INH
RIF
PZA
EMB
STREP
PRED
Departemen Keperawatan
Anak
Kejang
• Kejang merupakan kelainan
neurologis yang sering dijumpai
pada kehidupan sehari-hari
• Perlu dibedakan apakah kejang
atau bukan kejang
• Tatalaksana kejang dibagi
dilakukan saat kejang dan
setelah kejang
Kejang atau bukan kejang
Keadaan Kejang Bukan kejang
Onset tiba-tiba gradual
Kesadaran terganggu tidak terganggu
Gerakan ekstre sinkron asinkron
Sianosis sering jarang
Ger abn mata selalu jarang
Serangan khas sering jarang
Lama detik-menit beberapa menit
Dapat diprovokasi jarang hampir selalu
Ictal EEG abn selalu tidak pernah
Etiologi Kejang
• Kejang Demam
• Infeksi SSP
• Epilepsi
Definisi
• Kejang demam adalah
bangkitan kejang yang
terjadi pada bayi atau
anak antara umur 3
bulan sampai 5 tahun
karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di
atas 38° C) akibat
proses ekstra kranium
(Price & Wilson, 1995,
Soetomenggolo, 1999,
Hockenberry, 2009)
Etiologi
• Kenaikan suhu tubuh akibat infeksi
saluran pernafasan, otitis media,
gatroenteritis, ISK
• Umur
• Genetik
• Riwayat prenatal dan perinatal yang
buruk (asfiksia)
Patofisiologi
Perubahan
keseimbangan Difusi ion kalium
Demam
membran sel dan natrium
neuron
Meluas ke
Lepasnya
seluruh sel
Kejang muatan listrik
dengan bantuan
yang besar
neurotransmitter
Manifestasi Klinis
• Demam
• Penurunan kesadaran
• Tangan dan kaki kaku atau tersentak-
sentak
• Lidah tergigit, gigi atau rahang
terkatup rapat
• Sulit bernapas
• Busa di mulut
• Wajah dan kulit menjadi pucat atau
kebiruan
• Mata berputar-putar, sehingga hanya
putih mata yang terlihat.
• Inkontinensia (mengeluarkan air kemih
atau tinja diluar kesadarannya)
Klasifikasi
• Simple febrile seizures :
– Kejang menyeluruh
– Berlangsung < 15 menit
– Tidak berulang dalam 24 jam.
• Complex febrile seizures:
– Kejang fokal (hanya melibatkan
salah satu bagian tubuh)
– Berlangsung > 15 menit
– Berulang dalam waktu singkat
(selama demam berlangsung).
Klasifikasi menurut Living Stone
•
Prognosa
• Epilepsi
– Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari
KDS dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi
oleh demam.
– Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi
oleh seorang anak sesudah menderita KDS
tergantung kepada faktor :
• riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam
keluarga
• kelainan dalam perkembangan atau kelainan
sebelum anak menderita KDS
• kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
– Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas,
maka kemungkinan mengalami serangan
kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding
bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali
faktor di atas.
Prognosa
• Hemiparesis
– Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum
maupun kejang fokal.
– Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan
spastisitas.
– Diperkirakan sekitar 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang
lama.
• Retardasi Mental
– Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ,
sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami
gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang
lebih rendah.
– Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam,
kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
Penatalaksanaan
• Menjaga jalan nafas dan pemenuhan oksigenasi
• Usahakan suhu tetap stabil dengan pemberian
antipiretik
• Memasang infus untuk pemberian glukosa dan obat
lain
• Pemberian anti konvulsan: diazepam untuk mengatasi
kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan
memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel
yang rusak karena asfiksia dan anoxia
ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS KONVULSIF3
Diazepam 5-
Prehospital 10mg/rekt max 2x 0-10 mnt
jarak 5 menit
Departemen Keperawatan
Anak
Definisi
• Meningitis adalah
peradangan pada
daerah selaput otak
(arachnoid dan
piamater) yang
disebabkan oleh virus
atau bakteri.
Etiologi
• Meningitis disebabkan
oleh berbagai macam
organisme yaitu virus
dan bakteri
• Faktor predisposisi
meningitis seperti fraktur
tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-
sum tulang belakang.
Patofisiologi
Infeksi selaput otak
Bakteri
berkembang Pembengkakan
Eksudat infeksi Panas
biak di bagian infeksi
Penyempitan
Mencedarai Berlebihan PD sekitar
saraf kranial menyumbat CSS dan
penekanan saraf
Gejala dan
Penurunan perfusi
kerusakan Hidrosefalus
di saraf yan terkena
jaringan serebral
iskemia
LANJUTAN PATOFISIOLOGI
ISKEMIA
GAGAL
EDEMA SEREBRAL
TIK MENINGKAT
Klasifikasi
• Terdapat 2 jenis
meningitis :
– Meningitis bakteri
– Meningitis virus
Klasifikasi : Meningitis Bakteri
• Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis
adalah haemofilus influenza, Nesseria, Diplokokus
pneumonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aureus,
Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas.
• Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit.
• Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di
dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan
yang tadinya tipis menjadi tebal.
• Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan
jaringan otak akan mengalami infark.
Manifestasi klinis : Meningitis bakteri
• Irritable, apatis
• Nyeri kepala
• Anoreksia, obstipasi, muntah
• Kejang
• Kaku kuduk
• Kaku seluruh tubuh, opistotonus
• Strabismus, nistagmus
• Kelumpuhan
• Koma
Klasifikasi : Meningitis Virus
• Meningitis Virus
– Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik
meningitis.
– Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit
yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez
simpleks dan herpez zoster.
– Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri
tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak
ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
– Peradangan terjadi pada seluruh korteks cerebri dan
lapisan otak.
– Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Manifestasi klinis : meningitis virus
• Gejala infeksi akut : lesu, iritable,
panas, muntah, anoreksia, sakit
kepala
• Gejala TTIK : muntah, nyeri
kepala, tangis merintih,
penurunan kesadaran, kejang,
paralisis, strabismus, pernafasan
cheyne stokes, pada bayi : ubun-
ubun besar menonjol dan tegang
• Gejala rangsangan meningeal :
kaku kuduk, rigiditas umum,
kernig signs , brudzinski +
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa
cairan otak meliputi jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
– Pemeriksaan darah terutama jumlah sel darah merah yang biasanya
meningkat diatas nilai normal.
– Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi
adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
– Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum
glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya
menurun dari nilai normal.
• Pemeriksaan Radiografi
– CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau
penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit
yang sudah sangat parah.
Penatalaksanaan
• Pengobatan biasanya diberikan antibiotik
yang paling sesuai untuk setiap
mikroorganisme penyebab meningitis.
• Lama pengobatan tergantung etiologi
bakteri penyebab, pada umumnya 10-14
hari.
• Pada umumnya tidak diperlukan tindakan
bedah kecuali bila ada komplikasi seperti
abses otak atau hidrosefalus.
Pencegahan
• Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan
mengerti dengan baik faktor presdisposisi seperti otitis
media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana
dapat menyebabkan meningitis serosa.
• Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan
tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut
telah hilang.
• Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai
harus cepat diatasi.
• Untuk mengidentifikasi faktor atau jenis organisme
penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai
dengan organisme penyebab untuk melindungi
komplikasi yang serius.
Pengkajian
• Neonatus : hipotermi, hipertermi, pucat,
letargi, iritabilitas, anoreksia dan minum,
kejang, diare, muntah, fontanel menonjol,
opistotonus
• Bayi dan anak : letargi, iritabilitas, pucat,
anoreksia, mual, muntah, peningkatan TIK,
fontanel menonjol, kejang
• Kaku kuduk, kernig sign dan brudzinski +
• Pemeriksaan penunjang : CSS
Nursing Care Planning
• Dx. Kep. Risiko cedera d.d kejang
• Tujuan : pasien terhindar dari cedera
• Intervensi
– Observasi tingkat kesadaran, TTV
– Kurangi stimulus yang dapat menyebabkan
reaksi eksternal
Nursing Care Planning
• Dx. Kep. Nyeri akut b.d adanya proses inflamasi
• Tujuan : terpenuhi rasa nyaman dengan kriteria
– Nyeri dapat diterima atau ditoleransi
– Nyeri berkurang atau hilang
• Intervensi
– Atur posisi nyaman, pada umumnya miring
– Tinggikan sedikit kepala bagian tempat tidur tanpa
menggunakan bantal
– Lakukan teknik relaksasi, distraksi, guided imagery
atau terapi musik
– Kolaborasi pemberian analgetik
Nursing Care Planning
• Dx. Kep. Gangguan proses keluarga b.d krisis
situasional
• Tujuan : Keluarga mendapatkan dukungan yang
adekuat
• Intervensi
– Berikan kesempatan keluarga untuk
mengekspresikan perasaan
– Berikan informasi yang jelas pada proses
penanganan yang telah diberikan
– Libatkan keluarga dalam tindakan perawatan
DIARE
Definisi
• Buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja >
200 gram atau 200 ml/24jam
• Buang air besar encer lebih dari 5 kali per
hari dapat disertai atau tanpa disertai
lendir/darah
Penyebab Diare
• Virus (Rotavirus) → BAB berair (watery), berbusa, tidak
ada darah lendir, berbau asam.
• GE ( fluperut) terbanyak karena virus.
• Bakteri → BAB disertai dengan darah/lendir, sakit perut
→Memerlukan antibioka
• Parasit(Giardiasis) → BAB darah+/- dan lendir, sakit
perut → memerlukan antiparasit
• Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika
→Bila diare, segera hubungi dokter
• Alergi susu → diare biasanya timbul beberapa menit
atau jam setelah minum susu → biasanya pada alergi
susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu
sapi.
• Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai
penyakit lain → misalnya infeksi saluran kencing,
infeksi telinga, campak dll.
Manifestasi Klinis
• anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang.
• Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer, kadang disertai darah atau lendir
• Warna tinja → kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
• Anus dan sekitarnya lecet → seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
• Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit
menurun, ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
• Merasa kehausan, gelisah, rewel, muntah, demam
• Perubahan TTV → nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah turun, denyut jantung cepat, lemas, kesadaran
menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
• Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
• Bila terjadi asidosis metabolik → klien akan tampak
pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
• Pemeriksaan laboratorium → pemeriksaan feses
ditemukan adanya leukosit dan laktoferin
Klasifikasi Diare
1. Diare Akut → diare mendadak yang berlangsung
kurang dari 14 hari → tersering karena VIRUS → BAB
berair (watery), berbusa, tidak ada darah atau lendir,
dan berbau asam
2. Diare Kronik → diare melanjut sampai 2 minggu atau
lebih dengan atau tanpa kegagalan pertumbuhan
(failure to thrive).
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Tinja → Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja
• Bila perlu diadakan uji bakteri
➢ Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah → menentukan PH dan cadangan alkali
dan analisa gas darah.
➢ Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin →
mengetahui faal ginjal.
➢ Pemeriksaan elektrolit → kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
Akibat Diare
1. Kehilangan air (dehidrasi) → merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare
2. Hipoglikemia → pada 2-3% anak dengan diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita
KKP → karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia →glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak
• Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat
→ Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna
dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik dan orangtua sering menghentikan
makanan
• Gangguan sirkulasi → terjadi renjatan (shock)
hipovolemik → akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia → asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun
dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal
Komplikasi
• Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik).
• Renjatan hipovolemik.
• Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
• Hipoglikemia.
• Introleransi laktosa sekunder → defisiensi enzim laktase
→ kerusakan vili mukosa, usus halus.
• Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
• Malnutrisi energi protein → karena selain diare dan
muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
Derajat Dehidrasi Berdasarkan Kehilangan
BB
• Tidak ada dehidrasi → bila terjadi penurunan berat
badan 2,5%.
• Dehidrasi ringan → bila terjadi penurunan berat badan
2,5-5%.
• Dehidrasi sedang 7-8%
• Dehidrasi berat → bila terjadi penurunan berat badan 8-
10%
Bentuk Klinis Diare
DIAGNOSA DIDASARKAN PADA KEADAAN
Diare cair akut Diare lebih dari 3 kali/hari berlangsung kurang dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Kolera Diare air cucian beras yg sering dan banyak → cepat
menimbulkan dehidrasi
Diare dgn dehidrasi berat selama tjd KLB kolera
Diare dgn hasil kultur tinja positif u/ V. Cholerae
Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih tanda -Beri cairan untuk diare
dibawah ini : dengan dehidrasi berat
-letargis/tidak sadar - Rencana Terapi C
-Mata cekung
-Tidak bisa minum/malas
minum
-Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (>3 dtk)
Dehidrasi Terdapat dua atau lebih tanda -Beri anak cairan dan
ringan/sedang dibawah ini : makanan untuk dehidrasi
-rewel, gelisah ringan → Rencana terapi B
-Mata cekung - setelah rehidrasi, nasehati
-Minum dengan lahap, haus ibu u/ penanganan dirumah
- cubitan kulit kembali lambat dan kapan kembali segera
-Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan
Diare
Klasifikasi Tanda atau Gejala Pengobatan
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda - beri cairan dan makanan
untuk diklasifikasikan sebagai untuk menangani diare di
dehidrasi ringan atau berat rumah → rencana terapi A
- nasihati ibu kapan
kembali segera
-Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Orangtua diberitahu untuk mencari
pertolongan medik lebih lanjut, jika :
• Anak tampak letargi atau gelisah sehingga sulit minum
• Terdapat muntah persisten
• Defisit cairan yang makin banyak akibat diare yang
persisten
• Diare disertai darah
• Menurunnya produksi urin
Pemberian Makanan Secepatnya (early
refeeding)
• Nasehati ibu u/ meneruskan pemberian ASI secepatnya
dan makanan sehari-hari → mencegah tjdnya gangguan
gizi, menstimulasi perbaikan usus dan mengurangi
derajat serta lamanya penyakit.
• Bayi dengan dehidrasi berat yg disertai malnutrisi dan
kerusakan usus → berikan formula yang bebas laktosa
atau formula yg mudah dicerna
• Makanan yang perlu dihindari → yg mengandung gula
sederhana → soft drink, jus buah kental, minuman yg
mengandung kafein, sereal yg dilapisi gula, makanan yg
tinggi lemak
Penatalaksanaan
• Selain pemberian cairan → rencana terapi C
(penanganan dehidrasi berat dengan cepat), rencana
terapi B (penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan
oralit), rencana terapi A (penanganan diare dirumah)
• Pemberian Zink selama 10 hari → lama diare mjd lebih
pendek, volume tinja lebih sedikit, kenaikan BB yg lebih
baik, dan perbaikan thd status def Zn
• Penggunaan probiotik → efektif dalam pencegahan
maupun terapi diare akut akibat rotavirus pada anak,
dalam hal memperpendek masa sakit.
Pencegahan atau Edukasi
• Pemberian ASI eksklusif 4-6 bulan
• Sterilisasi botol setiap sebelum pemberian susu formula
• Persiapan/penyimpanan makanan secara bersih
• Gunakan air bersih dan matang untuk minum
• Kebiasaan cuci tangan sebelum menyiapkan dan
memberi makan
• Membuang tinja di jamban
• Imunisasi campak
• Pemberian makanan seimbang untuk menjaga status
gizi yang baik
Anak dengan
Kurang Kalori
Protein (KKP)
Definisi
• Patologi
– Intake protein kurang → penurunan asam amino
essensial untuk sintesis
– Intake karbohidrat → insulin meningkat → asam amino
essensial dalam serum → disalurkan ke otot
– Rendahnya asam amino essensial dalam serum →
pembentukan albumin oleh hepar menurun→ edema
– Intake protein berkurang→ gangguan pembentukan
lipoprotein beta→ gangguan transport lemak dari hepar
ke depot lemak → akumulasi lemak dalam hepar →
perlemakan hepar
Kwashiorkor
• Manifestasi Klinis
– Gangguan pertumbuhan
– Edema seluruh tubuh terutama pada kaki
– Wajah membulat dan sembab
– Perubahan status mental: cengeng, rewel, apatis
– Anoreksia
– Rambut kusam dan mudah dicabut
– Crazy pavement dermatosis: bercak putih dan merah muda
dengan tepi hitam pada kulit
– Hepatomegali
– Jaringan sub kutan tipis
– Atrofi otot
– Mudah terkena infeksi
– Diare
Kwashiorkor
• Pemeriksaan Penunjang
– Kadar albumin, glukosa dalam serum menurun
– Globulin normal / meningkat
– Asam amino menurun, kolesterol menurun
– Kalium menurun, natrium meningkat
– Tes fungsi hati: perlemakan hepar
– Osteoporosis
Marasmus
• Definisi
– Marasmus adalah gangguan gizi akibat
kekurangan zat tenaga/kalori dalam
waktu yang lama.
– Kekurangan energi pada makanan
mengakibatkan cadangan protein tubuh
terpakai sehingga anak menjadi kurus
dan menimbulkan keadaan marasmus
• Prevalensi
– Umur 0-2 tahun
Marasmus
• Etiologi
– Intake makanan mengandung kalori tinggi
– Penyakit metabolik
– Infeksi kronis
– Kelainan kongenital
Marasmus
• Patologi
– Intake makanan berkurang→ energi berkurang→
kebutuhan jaringan tubuh tidak terpenuhi
– Untuk kelangsungan hidup→ penggunaan energi
dan cadangan protein dari dalam tubuh
– Penghancuran jaringan tubuh→ memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit essensial lain seperti
asam amino untuk komponen homeostatik
Marasmus
• Manifestasi Klinis
– Anak tampak sangat kurus
– Muka seperti orang tua
– Anak cengeng dan rewel
– Rambut kering, tipis, mudah rontok
– Lemak sub kutan menghilang, turgor kulit menurun, kulit
keriput
– Atrofi otot
– Sering diare atau konstipasi
– Perut cekung/ membuncit dengan gambaran usus jelas
– Mata besar, dalam
– Penurunan TTV
Kwashiorkor-Marasmus
• Memperlihatkan gejala campuran antara
kwashiorkor dan marasmus
• Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan energi untuk pertumbuhan normal
• Gejala memperlihatkan berat badan turun 60%
dibawah normal dan memperlihatkan tanda-
tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokomiawi
lainnya.
Komplikasi KKP
• Penyakit infeksi: TBC
• Keterlambatan tumbang
• Defisiensi vitamin dan mineral
– Vitamin A: xerofthalmia
– Vitamin B1: kelainan saraf
– Vitamin B2: Stomatitis
– Vitamin B12: Anemia
– Vitamin C: Scurvy
• Gangguan kecerdasan intelektual
• Depresi mental
Pencegahan KKP
• Pemantauan pertumbuhan anak
dengan menimbang BB secara
periodik
• Pendidikan kesehatan terutama
tentang pemberian gizi
• Pemeliharaan kesehatan: imunisasi,
hygiene
• Pemberian makanan suplemen / PMT
• Penyediaan makanan TKTP untuk
anak yang disapih
Penatalaksanaan KKP
• Secara Umum
– Berikan intake makanan TKTP
– Observasi intake output
– Jaga Hygiene
• Secara Khusus
– Fase Resusitasi
– Fase Transisi
– Fase Rehabilitasi
Penatalaksanaan KKP
• Fase Resusitasi
– Atasi hipoglikemi
– Atasi hipothermi
– Atasi dehidrasi
– Cegah Infeksi
• Fase Transisi
– Peralihan ke energi lebih tinggi
sampai 150 kkal/kg/hari berupa F
75 dan F 100 yang dilakukan
secara bertahap
Penatalaksanaan KKP
Energi 0.75 kkal/cc 100 kkal/cc
Susu bubuk tanpa lemak 25 80
Gula 70 50
Tepung sereal 35
Minyak sayur 27 60
Campuran mineral 20 20
Campuran vitamin 140 140
Air Tambahkan sampai 1000cc Tambahkan sampai 1000cc
Penatalaksanaan KKP
• Fase Rehabilitasi
– Pemberian makanan tinggi
kalori (150-200 kkal/kg/hari)
– Suplementasi zat besi (FeSO4)
10mg/kg 3x/hari
– Atasi penyebab (penyakit,
kemiskinan)
– Pendidikan tentang gizi dan
kesehatan
Pengkajian Keperawatan
Faktor genetik
Faktor lingkungan
Faktor Genetik
Gangguan Ortopedik
Pseudotumor serebri
KOMPLIKASI OBESITAS PADA ANAK
• Bayi
Bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapinya bukan untuk
menurunkan berat badannya tetapi memperlambat kecepatan
kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diet sesuai dengan
kebutuhan normal untuk pertumbuhan
Pengaturan terapinya dengan :
- 110 kkal/kg BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan
- 90 kkal/kg BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan.
- Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara
diselingi dengan air tawar.
- Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan,
susu rendah/tanpa lemak.
- Anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong
saja, tetapi biarkan melakukan aktifitas.
• Pada anak prasekolah yang mengalami obesitas, kenaikan
berat badan harus diperlambat dengan :
– Diet seimbang 60kkal/kg BB/hari.
– Makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari
makanan yang mengandung kalori tinggi.
– Dorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan
mengurangi menonton TV yang berlebihan.
• Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita
berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikkan
tinggi badannya
– Diet sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/ kg BB/hari.
– Mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik.
– Tidak boleh menonton televisi terlalu lama dan disertai
makan makanan yang tinggi energy.
– Mengorganisir kelompok olahraga/rekreasi, agar anak lebih
aktif.
• Pada obesitas remaja, kita harus menurunkan BB anak
untuk mencapai BB yang diharapkan sesuai dengan tinggi
badannya. Diet yang diberikan adalah sekitar 850
kkal/hari.
• Selain itu, anak harus didorong untuk melakukan aktivitas ,
baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok .
Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan
teman-temannya.
strategi kontrol berat badan pada
anak obesitas
▪ Kontrol lingkungan anak
▪ Pantau perilaku anak
▪ Aktivitas fisik ditingkatkan
▪ Modifikasi diet, contoh dengan “taffic light diet”
▪ Tentukan tujuan penurunan BB
▪ Berikan reward terhadap perubahan perilaku yang
berhasil.
▪ Pemecahan masalah
▪ Motivasi keluarga tentang pola makan yang sehat di
keluarga. Menganjurkan keluarga untuk memantau gaya
hidupnya. Perbanyak materi dan makna konsultasi
dengan keluarga.
prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan
ada/tidak adanya komplikasi. Obesitas yang berlanjut
sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.
Pencegahan
BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur, bisa juga terjadi pada
bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam pertumbuhannya selama
kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014).
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari masa kelahiran
normal yaitu kurang dari 37 minggu masa kehamilan (Harding et al., 2017). Menurut
WHO, bayi prematur dibagi dalam 3 macam kategori yaitu extremely preterm (32
hingga < 37 minggu).
KLASIFIKASI BBLR DAN PREMATURIA
• Klasifikasi BBLR
A. Berdasarkan Berat Badan B. Berdasarkan usia gestasi
Kategori berat badan lahir yang baru telah ditemukan 1. Prematuritas murni
untuk lebih mendefinisikan bayi berdasarkan berat Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37
badan. Kategori berat badan lahir rendah adalah : minggu dan berat badan sesuai dengan berat
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi badan untuk masa gestasinya.
dengan berat badan 1500-2500 gram pada saat lahir.
2. Dismatur
2. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR)
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari
adalah bayi dengan berat badan lahir 1000- 1500
berat badan seharusnya untuk masa
grampada saat lahir.
gestasinya. Berat bayi mengalami retardasi
3. Bayi berat badan lahir extrem rendah (BBLER)
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi
adalah bayi dengan berat badan lahir <1000 gram
pada saat lahir.
yang kecil untuk masa kehamilannya.
• Klasifikasi Prematuria
3) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-
sifat premature dan matur, akan tetapi sering timbul masalah-masalah seperti
layaknya apa yang dialami oleh bayi premature misalnya hiperbilirunemia, sindrom
gangguan pernafasan, daya hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi harus
diawasi dengan seksama.
ETIOLOGI BBLR DAN PREMATURIA
1. Etiologi BBLR
Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau
narkortika
❑ Etiologi dari fetus
• Faktor Ibu
2. Ibu geografis
• Kurang Gizi
• Preklamsia atau
Hipertensi pada ibu hamil
• Anemia
Menifestasiklinis BBLR dan Prematuritas
Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran dada < 30
cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
Sebuah inovasi baru dalam perawatan bayi lahir prematur yang mendekatkan bayi dan
ibunya adalah perawatan metode kanguru atau disingkat dengan PMK. Penelitian ini telah
membuktikan bahwa PMK dapat meningkatkan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan
saturasi oksigen pada bayi prematur ke arah normal. Penulis berkesimpulan bahwa PMK
dapat diimplementasikan dalam penerapan asuhan keperawatan pada bayi
neonatus,terutama dalam kondisi keterbatasan penyediaan inkubator bagi bayi prematur.
Intervensi Keperawatan Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Observasi
1. Monitor faktor orang tua yang mempengaruhi keterlibatannya dalam
perawatan
Terapeutik
1. Pastikan status fisiologi bayi terpenuhi dalam perawatan
2. Sediakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan hangat
3. Berikan kursi pada orang tua, jika perlu
4. Posisikan pada bayi telungkup tegak lurus di dada orang tua
5. Miringkan kepala bayi kesalah satu sisi kanan atau kiri dengan kepala
sedikit tengadah (ekstensi)
Lanjutan…
6. Hindari mendorong kepala bayi fleksi dan hiperekstensi
7. Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi
8. Posisikan panggul dan lengan bayi dalam posisi fleksi
9. Posisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya
10. Buat ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur perawatan kanguru
2. Jelaskan keuntungan kontak kulit ke kulit orang tua dan bayi
3. Anjurkan orang tua menggunakan pakaian yang nyaman dengan bagian
depan terbuka
TERIMAKASIH
Ilmu Keperawatan S-1_2D
ASFIKSIA
KELOMPOK 2
Sylvia Tresnawati 213120123 Silvia Tiana F 213120141
Denita Permatasari N 213120124 Hanifah Nur Aini 213120142
Andika Wijaya 213120125 Ramadhan Murdiana 213120151
Raihannisya 213120126 Nadia Nurul H. H 213120152
Kariza Fitria I 213120133 Nurani Saxena B 213120153
Bunga Siti R 213120138 Tressa Sriambarwati 213120155
Salwa Salsabila 213120139 Siska Fatma Diva 213120166
Pengertian
• Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo,
Sarwono, 1997).
• Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas
secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994).
Klasifikasi
Menurut Marmi dan Rahardjo, asfiksia di klasifikasikan sebagai berikut :
b) Mild-moderate
01 a) Virgorous baby
Skor APGAR 7-10, dalam hal ini bayi
02 asphyxia (asfiksia sedang)
dianggap sehat dan tidak memerlukan Nilai APGAR 4-6, pada pemeriksaan
tindakan resusitasi. fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100 kali/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis dan
refleks iritabilitas tidak ada.
03 c) Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus
otot buruk, sianosis berat yang kadang-kadang pucat
dan refleks iritabilitas tidak ada.
Fatofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin
)menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang.
Diagnosa
1. Denyut Jantung Janin
2. Meconium Dalam Air Ketuban
3. Pemeriksaan pH Pada Janin
Komplikasi
Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir dapat
menimbulkan komplikasi pada berbagai organ, yaitu :
a) Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri,
kecacatan cerebral palsy.
b) Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal presisten
pada neonatus, perdarahan paru dan edema paru.
c) Fastrointestinal: enterokolitisnekrotikana
d) Ginjal: tubular nekrosis akut, SIADH
e) Hematologi: DIC.
Faktor resiko penyebab asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hasil Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Pada Nursing Intervntion Classificatin (NIC), penulis melakukan intervensi
inovasi muscle pumping dan ransang taktil untuk meningkatkan Apgar Score
pada pasien By.Ny. Is. Intervensi ini dilakukan kepada pasein diawali dengan
mengobservasi kondisi pasien. Saat melakukan intervensi inovassi muscle
pumping dan ransang taktil, penulis melakukan konsultasi dengan perawat
ruangan untuk menanyakan kondisi pasien apakah memungkinkan penulis
melakukan intervensi inovasi muscle pumping dan ransang taktil
Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
melahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelahiran tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan yang dimana bayi tidak dapasegera bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Saran
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar
pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah
referensi bacaan dari yang lain.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik
HIPERBILIRUBINEMIA
ANGGOTA :
Lutfi Muhamad H 213120146 Rachel 213120162
Fahiza Fauziah A 213120147 Alina Regina P 213120161
Nabila zukhruf H 213120135 Anisa Maulida 213120121
Irna Risnawati 213120132 Nayla putri A 213120148
Meira 213120154 Septin Mardiana 213120128
Farida Noer Laila 213120160 Resti Apriani 213120131
DEFINISI
HIPERBILIRUBINEMIA
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang
secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan factor
penyebab fisiologik dan non-fisiologik
Etiologi
Hiperbilirubinemia disebabkan oleh peningkatan produksi
bilirubin karena tingginya jumlah sel darah merah, dimana sel
darah merah mengalami pemecahan sel yang lebih cepat. Selain
itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan karena penurunan
uptake dalam hati, penurunan konjugasi oleh hati, dan
peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
PATOFISIOLOGIS
Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin
disfoglukuronat (uridine disphoglucuronid acid) glukurinil transferase menjadi
bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin
yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melaui ginjal. Dengan
konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melaui membran kanalikular.
Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diabsorbsi kembali dan masuk ke dalam sirkulasi
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Siklus absorbsi, konjugasi, ekskresi,
dekonjugasi, dan reabsorbsi ini disebut sirkulasi enterohepatik. Proses ini
berlangsung sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas
pada hari-hari pertama kehidupan
KLASIFIKASI
Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia
Fisiologis Patologis
Hiperbilirubinemia fisiologis pada bayi baru Hiperbilirubinemia patologis atau
lahir tidak muncul pada 24 jam pertama biasa disebut dengan ikterus pada
setelah bayi dilahirkan. Biasanya pada bayi baru lahir akan muncul dalam
hiperbilirubinemia fisiologis peningkatan 24 jam pertama setelah bayi
kadar bilirubin total tidak lebih dari 5mg/dL dilahirkan. Pada hiperbilirubinemia
per hari. Pada bayi cukup bulan, patologis kadar serum bilirubin
hiperbilirubinemia fisiologis akan mencapai total akan meningkat lebih dari 5
puncaknya pada 72 jam setelah bayi mg/dL per hari
dilahirkan
TANDA & GEJALA
Kulit dan bagian putih Tidak kuat
mata bayi (sklera) menghisap ASI
berubah menjadi kuning
1. Fototerapi dapat digunakan tunggalatau dikombinasi dengan transfusi pengganti untuk menurunkan
bilirubin
2. Intravena immunoglobulin (IVIG) Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan
faktor imunologik.
3. Transfusi pengganti Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit
4. Penghentian ASI akan menurunkan billirubin serum
5. Terapi medikamentosa Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya
KESIMPULAN
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam darah secara
berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu warna kuning pada mata, kulit,
dan mata atau biasa disebut dengan jaundice. Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia pada
minggu pertama kehidupannya yang disebabkan oleh: Meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis)
Kurangnya albumin sebagai alat pengangkut. Penurunan uptake/peresapan oleh hati. Dan adapun beberapa
gejala pada penyakit kuning ini yaitu seperti urine dengan warna kecokelatan seperti air the, warna feses yang
terang atau bisa menyerupai warna dempul, Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut, demam. Dapat terjadi
terutama jika penyakit yang mendasari adalah suatu infeksi; dan. Mual dan muntah juga dapat terjadi.
Penyakit kuning pada bayi baru lahir biasanya tidak memerlukan perawatan khusus karena dapat
hilang dalam 10–14 hari. Umumnya kuning fisiologis pada bayi baru lahir dapat sembuh sendiri, dan tidak
memerlukan pengobatan dan tindakan khusus. Ibu dapat membantu menurunkan risiko terjadinya kuning
dengan memastikan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi tidak usah
panik karena pada Umumnya kuning fisiologis pada bayi baru lahir dapat sembuh sendiri, dan tidak
memerlukan pengobatan dan tindakan khusus.
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA