Anda di halaman 1dari 721

PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN
PADA ANAK
Siti Dewi Rahmayanti.,S.Kp.,M.Kep
Definisi pertumbuhan dan
perkembangan
 Pertumbuhan
 Perubahan fisik yang ditandai dengan
bertambahnya ukuran berbagai organ
tubuh yang disebabkan adanya
pembesaran sel-sel tubuh.
 Perubahan yang alami secara kuantitatif
pada tubuh
Definisi pertumbuhan dan
perkembangan
 Perkembangan
 Proses menuju kedewasaan yang ditandai
bertambahnya kemampuan atau
keterampilan dalam fungsi tubuh
 Berlangsungnya proses kematangan
Terminologi Tahap
Pertumbuhan dan
Perkembangan
 Masa pra natal
 Embrio: konsepsi sampai 8 minggu
 Fetus: 9 minggu sampai lahir
 Neonatal: 0 sampai 1 bulan
 Pasca Neonatal (Infant): 1 bulan sampai 1 tahun
 Toddler: 1 sampai 3 tahun
 Pra Sekolah: 4 sampai 5 tahun
 Sekolah: 6-12 tahun
 Remaja: 13 sampai 18 tahun
 Remaja
Ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan
 Kontinue
 Pada periode tertentu terdapat masa
percepatan/perlambatan
 Pertumbuhan organ tubuh mengikuti pola
tertentu
 Pola perkembangan anak sama tapi memiliki
tingkat kecepatan yang berbeda
 Aktivitas tubuh diganti respon individu yang
khas
 Refleks primitif akan menghilang sebelum
gerakan volunter tercapai
Ciri-ciri Pertumbuhan dan
Perkembangan
 Peningkatan fungsi-fungsi individu
1. Sensorik (Dengar, Lihat, Raba, Rasa, Cium)
2. Motorik (Gerak Kasar, Halus)
3. Kognitif (Pengetahuan, Kecerdasan)
4. Komunikasi / Berbahasa
5. Emosi - Sosial
6. Kemandirian
7. Kreativitas
8. Kerjasama Dan Kepemimpinan
9. Etika, Budi Pekerti, Moral-spiritual
Pola Arah Perkembangan
 Pola Perkembangan Fisik yang Terarah
 Cephalocaudal  pola pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari kepala yang ditandai
dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar,
kemudian berkembang kemampuan untuk
menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan
kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah
lengan ,tangan dan kaki

 Proximaldistal  pola pertumbuhan dan perkembangan


yang dimulai dengan menggerakkan anggota gerak
yang paling dekat dengan pusat/sumbu tengah, seperti
menggerakkan bahu dahulu baru kemudian jari-jari.
Pola Arah Perkembangan
 Pola Perkembangan dari Umum ke Khusus
 Pola pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dengan menggerakkan
daerah yang lebih umum (sederhana)
dahulu baru kemudian daerah yang lebih
kompleks. Misalnya melambaikan tangan
kemudian memainkan jari.
Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan
 Internal
 Faktor Genetik dan proses sejak kehamilan
 Eksternal
 Nutrisi
 Status Kesehatan
 Keluarga
 Teman sebaya
 Lingkungan
 Fasilitas pelayanan kesehatan
Ruang Lingkup Pertumbuhan
dan Perkembangan
 Fisik
 Intelektual
 Emosional sosial
 Psikoseksual
 Moral
Parameter Pertumbuhan
 Ukuran Antropometrik
 Tergantung Umur
 BB terhadap umur
 TB terhadap umur
 Lingkar kepala terhadap umur
 Lingkar lengan atas terhadap umur
 Tidak Tergantung Umur
 BB terhadap TB
 LLA terhadap TB
 Lain-lain: LLA dengan standar, skin fold
Parameter Pertumbuhan
 Berat Badan
 Hasil peningkatan/penurunan semua
jaringan pada tubuh
 Indikator terbaik untuk status gizi dan
tumbang
 Proses mudah dalam waktu yang cepat
 Perkiraan BB (Behrman, 1992):
 3 - 12 bulan: (Umur dalam bulan + 9) : 2
 1- 6 tahun: (Umur dalam tahun x 2) + 8
 6 - 12 tahun: (Umur dalam tahun x 7 – 5) : 2
Parameter Pertumbuhan
 Berat badan
 Bayi
 0 – 6 bln: bertambah 650 gr/bln, rata-rata 6 bln= 7,3 Kg
 0 – 5 bln: 2 x BB lahir
 6 – 12 bln: bertambah 341 gr/bln, rata-rata 12 bln 9,8 Kg
 12 bulan: 3 x BB lahir

 Toddler
 Bertambah 1,8 – 2,7 kg/th
 Pada usia 2,5 th mencapai 4 x berat lahir

 Pra sekolah
 Berat badan bertambah sekitar 2,3 kg/th dan di usia 4 tahun
mencapai rata-rata 16,8 Kg.
Parameter Pertumbuhan
 Berat Badan
 Usia Sekolah
 BB bertambah 2 – 3 kg/tahun.

 Remaja
 Berat badan selama masa remaja sudah
mencapai 30 – 50 % berat orang dewasa.
Parameter Pertumbuhan
 Tinggi Badan
 Kenaikan TB fluktuasi
 Proses mudah, murah, cepat
 Memerlukan dua teknik pengukuran pada anak
umur < 2 tahun (supinasi dan berdiri)
 Indikator gangguan pertumbuhan fisik
 Perkiraan TB
 1 tahun: 1,5 x TB Lahir
 4 tahun: 2 x TB lahir
 6 tahun: 1,5 x TB setahun
 13 tahun: 3 x TB lahir
Parameter Pertumbuhan
 Tinggi Badan
 Bayi
0 – 6 bulan: bertambah 2,5 cm per bulan hingga rata-
rata 63,8 cm
 6 – 12 bulan: bertambah 50% hingga rata-rata 72,5 cm
 Toddler

 Rata-rata bertambah 7,5 cm/tahun,

 Usia 2 th sekitar setengah dari tinggi badan org dewasa

 Pra Sekolah

 Pertambahan sekitar 6 – 7,5 cm/th

 Pada usia 4 tahun sekitar 101,25 cm.

 Sekolah

 Rata-rata TB bertambah 5 cm/tahun

 Remaja

 Sekitar 20 – 25 % tinggi badan untuk orang dewasa sudah


diraih.
Parameter Pertumbuhan
 Lingkar Kepala
 Volume Intrakranial
 Menaksir Pertumbuhan Anak
 Pertumbuhan LK paling pesat pada 6 bulan
pertama kehidupan yaitu dari 34 cm waktu
lahir dapat mencapai 44 cm pada umur 6
bulan
 Acuan nilai LK adalah kurva LK Nellhaus
Parameter Pertumbuhan
 Lingkar Lengan Atas
 Pertumbuhan jaringan lemak dan otot
 Menilai status gizi dan tumbang pada anak
usia pra sekolah
 Lipatan Kulit
 Tebalnya lipatan kulit pada daerah tricep
dan subskapular
 Refleksi pertumbuhan jaringan lemak
bawah kulit
Perkembangan Masa Bayi
 Perkembangan Motorik
 Motorik Kasar
 Memutar kepala dari sisi satu ke sisi yg lain
 Mengangkat kepala di usia 3 bln
 Berguling sekitar usia 5 bln
 Duduk bersandar di usia 7 bln
 Duduk tanpa ditopang di usia 8 bln
 Naik untuk berdiri di usia 9 bln
 Berjalan merambat pd usia 10 bln
 Berjalan dengan bantuan sso pd usia 12 bln
Perkembangan Masa bayi
 Perkembangan Motorik
 Motorik Halus
 Genggaman yg kuat di usia 1 bln, refleks ini
menghilang sktr 3 bln
 Menggenggam scr sadar pd usia 5 bln
 Memindahkan barang dari tangan 1 ke yg lain
di usia 5 bln
 Menggenggam dg ibu jari dan jari lain di usia 7
– 8 bln
 Gerakan menjepit di usia 9 – 10 bln
 Membangun menara dua blok di usia 12 bln
Perkembangan Masa Bayi
 Perkembangan Psikososial (Erickson)
 Masa “Percaya vs tidak percaya”
 Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada
seseorang baik orang tua maupun orang
yang mengasuhnya ataupun tenaga
kesehatan yang merawatnya.
 Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi
kesalahan dalam mengasuh atau merawat
maka akan timbul rasa tidak percaya.
Perkembangan Masa Bayi
 Perkembangan Psikoseksual (Freud)
 Fase Oral
 Pada masa ini kepuasan dan kesenangan,
kenikmatan dapat melalui dengan cara
menghisap, menggigit, mengunyah atau
bersuara, ketergantungan sangat tinggi
dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman.
 Masalah yang diperoleh pada tahap ini
adalah menyapih dan makanan.
Perkembangan Masa Bayi
 Perkembangan Kognitif (Piaget)
 Tahap sensori motorik (0-2 th)
 Anak mempunyai kemampuan dalam
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
dengan cara melihat, mendengar,
menyentuh dan aktivitas motorik. Semua
gerakan akan diarahkan ke mulut dengan
merasakan keingintahuan sesuatu dari apa
yang dilihat, didengar, disentuh dll.
Perkembangan Masa Toddler
 Perkembangan Motorik
 Motorik Kasar
 Berjalan tanpa bantuan di usia 15 bln
 Menaiki tangga dg berpegangan pd satu
tangan di usia 18 bln
 Melompat dengan 2 kaki pd usia 30 bln
 Motorik Halus
 Membangun menara 2 blok dan mencorat-
coret secara spontan di usia 15 bln
 Membangun menara 3 – 4 blok di usia 18 bln
Perkembangan Masa Toddler
 Perkembangan Psikososial (Erickson)
 Otonomi vs Rasa ragu
 Anak sudah mulai mencoba dan mandiri
dalam tugas tumbuh kembang seperti
kemampuan motorik dan bahasa.
 Pada tahap ini jika anak tidak diberikan
kebebasan anak akan merasa malu.
Perkembangan Masa Toddler
 Perkembangan Psikoseksual (Freud)
 Fase Anal
 Kepuasan pada fase ini adalah pada
pengeluaran tinja. Anak akan menunjukkan
keakuannya dan sikapnya sangat narsistik
yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan
sangat egosentrik, mulai mempelajari struktur
tubuhnya.
 Masalah pada saat ini adalah obsesif
kompulsif, introvert, kurang pengendalian diri
dan tidak rapi.
Perkembangan Masa Toddler
 Perkembangan Kognitif (Piaget)
 Tahap Sensori Motorik
Perkembangan Usia Pra
Sekolah
 Perkembangan Motorik
 Motorik Kasar
 Usia 3 tahun: mulai mengendarai sepeda roda
tiga, menaiki tangga dengan kaki yang
bergantian, berdiri satu kaki dalam beberapa
detik, melompat dengan jarak yang lebar.
 Usia 4 tahun: melompat dengan satu kaki,
menangkap bola, menuruni tangga dengan
kaki yang bergantian
 Usia 5 tahun, anak dapat melempar dan
menangkap bola, melangkah dengan mata
tertutup, melompati tali.
Perkembangan Usia Pra
Sekolah
 Perkembangan Motorik
 Motorik Halus
 Usia 3 tahun: dapat membuat menara dari 9 –
10 balok, meniru lingkaran, dan meniru garis
silang.
 Usia 4 tahun: anak belajar menalikan
sepatunya, meniru gambar kotak,
menggambar bentuk.
 Usia 5 tahun: anak bisa mengikat tali sepatunya,
menggunakan gunting dengan baik, meniru
gambar segitiga, menulis beberapa kata dan
angka juga nama panggilannya.
Perkembangan Usia Pra
Sekolah
 Perkembangan Bahasa
 Usia 3 tahun, anak dapat mengucapkan
900 kata, menggunakan 3 – 4 kalimat.
 Usia 4 tahun menguasai 1500 kata,
bercerita, menyanyikan lagu, di usia ini
anak banyak menggunakan kata
“kenapa”.
 Usia 5 tahun anak menguasai 2100 kata,
mengenal warna, nama-nama hari dalam
seminggu, dan nama bulan.
Perkembangan Usia Pra
Sekolah
 Perkembangan Psikososial (Erickson)
 Tahap “Initiative VS Guilt”
 Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman baru secara aktif dalam aktivitasnya. Apabila
pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa bersalah.

 Perkembangan Psikoseksual (Freud)


 Fase Phalik
 Kesenangan anak berpusat pada genitalia.
 Oedipal kompleks terjadi ditandai dengan rasa bersaing
dengan orang tua yang sama jenis kelaminnya dan lebih
dekat dengan orang tua yang berbeda jenis kelaminnya.
Perkembangan Usia Pra
Sekolah
 Perkembangan Kognitif (Piaget)
 Fase pemikiran preoperasional
 Anak mulai menggunakan klasifikasi
sederhana, menghubungkan satu
peristiwa dengan peristiwa yang lain.
Perkembangan Usia Sekolah
 Perkembangan Motorik
 Motorik kasar : mengendarai sepeda,
bersepatu roda atau menggunkan skateboard,
peningkatan yang progresif dalam
keterampilan melompat, berlari, dan berenang.
 Motorik halus : menulis dengan baik, menulis
kalimat. Mereka memiliki kemampuan yang
lebh baik dalam keterampilan tangan, dan
mulai bisa mengoperasikan komputer.
Perkembangan Usia Sekolah
 Perkembangan Bahasa
 Usia 7-9 tahun anak sudah dapat berkomunikasi dengan
pola pembicaraan orang dewasa
 Belajar menyusun kata-kata menjadi struktur kalimat yang
baik.

 Perkembangan Kognitif (Piaget)


 Usia 7 – 11 tahun berada pada tahap “Concrete
Operations”
 Anak dapat membuat alasan yang induktif, kegiatan
operasional logik, dan pemikiran konkrit. Aktivitas yang
khusus pada anak ini adalah mengumpulkan dan
mengoleksi benda-benda seperti boneka, kelereng.
Perkembangan Usia Sekolah
 Perkembangan Psikososial (Erickson)
 Tahap “Industri VS Inferiority”
 Hal penting untuk anak adalah lingkungan sekolah.
 “Industri” anak ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk
mencapai sesuatu yang nyata, belajar bagaimana berkompetisi
dengan orang lain dan bagaimana cara meraih sesuatu.
 Rasa “Inferiority” dirasakan ketika anak tidak dapat meraih apa
yang mereka inginkan.

 Perkembangan Psikoseksual (Freud)


 Fase Laten: Usia 5 – 12 tahun relatif tidak memperhatikan masalah
seksual sebelum masa pubertas atau dewasa Selama masa ini,
pengembangan harga diri sejalan dengan peningkatan
keingintahuan dalam hal konsep dan nilai-nilai.
Perkembangan Remaja
 Perkembangan Motorik
 Motorik kasar sudah mencapai level
orang dewasa dan motorik halus
dilanjutkan untuk menjada lebih baik.
Perkembangan Remaja
 Perkembangan Kognitif (Piaget)
 Usia 11 – 15 tahun: operasional formal,
 Anak mengembangkan alasan-alasan yang abstrak.
 Anak mengembangkan pendekatan yang sistematis pada saat
menyelesaikan masalah.

 Perkembangan Psikososial (Erickson)


 Pada masa ini yang menjadi hal penting adalah kelompok teman
sebaya. Mereka mengembangkan konsep diri dan peran yang
dapat diaplikasikan.

 Psikoseksual (Freud)
 Fase Genital: Konsentrasi inti pada masa ini termasuk
perkembangan gambaran diri dan penerimaan dari teman yang
berlainan jenis kelamin.
ANTICIPATORY GUIDANCE
& TOILET TRAINING

SITI DEWI RAHMAYANTI., S.KP.,M.KEP


Latar belakang

Pelayanan Kes  Pencegahan penyakit dan


pemeliharaan kesehatan
 Anticipatory guidance
 Immunisasi
 Penkes tumbang
LATAR BELAKANG

 Anak sedang mengembangkan keterampilan


motorik kasar sehingga anak bergerak terus,
berlari, jinjit, naik tangga, pagar, main sepeda dll

 Anak sedang mengembangkan ketrampilan


motorik halus exp : menutup botol, menggenggam
sesuatu, membuka / menutup lemari, melempar
benda.

 Mempunyai rasa ingin tahu yg tinggi


 Anak laki2 lebih aktif bergerak shg beresiko tjd
kecelakaan dr anak perempuan

 Anak tidak dijaga karena orang tua sibuk bekerja

 Resiko lebih besar terutama pada saat anak lelah &


lapar

 Anak asing dg lingkungan / pengasuh

 Anak belum tahu upaya melindungi diri


KECENDERUNGAN KECELAKAAN PADA ANAK

 Tergantung pada usia & tumbuh kembangnya


 Exp :
 Tertabrak motor / mobil

 Luka bakar

 Keracunan

 Jatuh

 tenggelam
BAHAYA UMUM YG DAPAT TERJADI

 Lantai rumah licin/ basah


 Rumah dg tangga yg curam / tanpa pegangan
 Alat makan / minum dr bahan pecah belah
 Penyimpanan obat / zat berbahaya yg terbuka
 Exp. Obat2 P3K, pembersih lantai, insektisida
 Sumur yg terbuka
 Parit
 Rumah di pinggir jalan
 Kompor / alat masak yg berada dlm jangkauan anak
 Kabel listrik berantakan
 Stop kontak tidak di tutup.
Anticipatory Guidance

 Memberitahukan/upaya
bimbingan kepada orang tua
tentang tahapan pertumbuhan
dan perkembangan anak
sehingga orang tua sadar akan
apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai
dengan usia anak.
A. Anticipatory guidance
pada masa bayi

1. Usia 6 bulan pertama


a. Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal
dalam memenuhi kebutuhan bayi.

b. Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan


bayi terhadap stimulasi dari lingkungan.
c. Support kesenangan orang tua dalam melihat
pertumbuhan dan perkembangan bayinya mis :
respon tertawa.

d. Menyiapkan orang tua untuk kebutuhan


keamanan bayi.

e. Menyiapkan orang tua untuk imunisasi bayi.

f. Menyiapkan orang tua untuk mulai memberi


makanan padat pada bayi.
2. Usia 6 bulan kedua
a. Menyiapkan orang tua akan adanya “Stranger
Anxiety”.
b. Menganjurkan orang tua agar anak dekat
kepadanya hindari perpisahan yang lama.
c. Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin
sehubungan dengan meningkatnya mobilitas bayi.
d. Menganjurkan orang tua menggunakan “Kontak
Mata” dari pada hukuman badan sebagai suatu
disiplin.
B. ANTICIPATORY GUIDANCE PADA MASA BALITA
Pada masa ini ada dua masalah yang lazim terjadi yaitu toilet
training dan sibling rivalry

TOILET TRAINING

Indikasi Kesiapan Anak dan Orang Tua untuk Toilet Traning


Kesiapan anak :
1. Fisik
a. Pengontrolan saraf volunter spinkterani dan uretra usia 18 -
24 bulan.

b. Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.


c. Perkembangan ketrampilan motorik kasar :
duduk, jongkok, berjalan.

d. Perkembangan ketrampilan motorik halus :


mampu membuka celana dan berpakaian.
2. Psikologis
a. Adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
b. Kemampuan berkomunikasi : verbal dan
non verbal mengindikasikan dorongan
untuk miksi atau defikasi.
c. Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat
tingkahlaku dan mengikuti pengarahan.
d. Mengekspresikan keinginan untuk
menyenangkan orang tua.
e. Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 - 10
menit tanpa cerewet atau turun.

f. Mengikuti tingkat kesiapan anak.

g. Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu


kesabaran dan pengertian.

h. Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti :


perceraian, pindah rumah, mendapat adik baru
atau akan berlibur.

i. Memberi pujian jika anak berhasil.


Sibling Rivalry
Keluarga mendapat bayi baru : dapat
menimbulkan krisis bagi toddler :
a. Perubahan merasa ada saingan.
b. Perhatian ibu terbagi.
c. Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan
anak bertingkahlaku infantil
Perlu persiapan toddler untuk menerima
kehadiran saudara kandungnya mulai sejak bayi
dalam kandungan.
Anticipatory Guidance Pada Masa Balita
1. Usia 12 - 18 bulan
a. Menyiapkan orang tua untuk
mengantisipasi adanya perubahan tingkah
laku dari toddler.
b. Penyapihan secara bertahap.
c. Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
d. Pencegahan bahaya kecelakaan yang
potensial terjadi.
e. Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan
disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk
mengatasi negatifistik dan tempertantrum.

f. Perlunya mainan baru untuk mengembangkan


motorik, bahasa, pengetahuan dan ketrampilan
social.
2. Usia 18 - 24 bulan
a. Menekankan pentingnya persahabatan
sebaya dalam bermain.

b. Menekankan pentingnya persiapan anak


untuk kehadiran bayi baru.

c. Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis


anak untuk toilet training.
d. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut
seperti pada kegelapan atau suara keras.

e. Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-


tanda regresi pada waktu anak mengalami
stress.
3. Usia 24 - 36 bulan
a. Mendiskusikan kebutuhan anak untuk
dilibatkan dalam kegiatan dengan cara
meniru.

b. Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan


dalam toilet training dan sikap menghadapi
keadaan-keadaan seperti mengompol atau
BAB dicelana.
c. Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler
mis : melalui bahasa yang digunakan
ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif
yang lain.

d. Menekankan disiplin harus tetap berstruktur


dengan benar dan nyata, ajukan alasan yang
rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.
C. Anticipatory Guidance Usia Prasekolah
Bimbingan terhadap orang tua selama usia
prasekolah :
1. Usia 3 tahun
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan
minat anak dalam hubungan yang luas.

b. Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-


peraturan.
c. Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif
(menurunkan ketegangan/ tension).

d. Menganjurkan orang tua untuk menawarkan


kepada anaknya alternatif-alternatif pilihan pada
saat anak bimbang.

e. Perlunya perhatian ekstra.


2. Usia 4 tahun
a. Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik
dan bahasa.

b. Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang


seksual.

c. Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik


dari tingkah lakunya.
3. Usia 5 tahun
a. Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.

b. Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan


periode tenang pada anak.
D. Usia Sekolah
Bimbingan pada orang tua pada usia sekolah.
1. Usia 6 tahun
a. Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan
mendorong anak berinteraksi dengan temannya.

b. Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan


terutama naik sepeda.
c. Siapkan orang tua akan peningkatan interest keluar
rumah.

d. Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan


anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang
berbeda.
2. Usia 7 - 10 tahun
a. Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan
kemandirian.

b. Interest beraktivitas di luar rumah.

c. Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita


memasuki prapubertas.
3. Usia 11 - 12 tahun
a. Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang
perubahan tubuh saat pubertas.

b. Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.

c. Sex education yang adekuat dan informasi yang


akurat.
PENCEGAHAN TERHADAP KECELAKAAN
PADA ANAK
 Kecelakaan merupakan kejadian yang dapat
menyebabkan kematian pada anak.
 Kepribadian adalah factor pendukung terjadinya
kecelakaan.
 Orang tua bertanggungjawab terhadap kebutuhan
anak, menyadari karakteristik
 Perilaku yang menimbulkan kecelakaan waspada
terhadap factor-faktor lingkungan yang
mengancam keamanan anak.
 Factor-faktor Yang Menyebabkan
Kecelakaan
-Jenis kelamin biasanya lebih banyak pada laki-
laki karena lebih aktif di rumah.
-Usia pada kemampuan fisik dan
kognitif, semakin besar akan semakin tahu mana
yang bahaya.
-Lingkungan
Adanya penjaga atau pengasuh.
Cara Pencegahan :
a. Pemahaman tingkat perkembangan dan
tingkah laku anak.
b. Kualitas asuhan meningkat.
c. Lingkungan aman.
Pencegahan Terhadap Kecelakaan ;
1. Masa Bayi
Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka
bakar, keracunan, kurang O2.
Pencegahan
a. Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-
hati).
b. Kurang O2 : plastic, sarung bantal.
c. Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman
(restraint), tidak pakai kursi tinggi.
d. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.
e. Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.
2. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :
a. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
b. Tenggelam.
c. Keracunan atau terbakar.
d. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
e. Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan :
a. Awasi jika dekat sumber air.
b. Ajarkan berenang.
c. Simpan korek api, hati-hati terhadap
kompor masak dan strika.
d. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
e. Jangan biarkan anak bermain tanpa
pengawasan.
f. Periksa air mandi sebelum dipakai.
g. Tempatkan barang-barang berbahaya
ditempat
yang aman.
h. Jangan biarkan kabel listrik menggantung
/mudah ditarik.
i. Hindari makan ikan yang ada tulang dan
makan permen yang keras.
j. Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense
of balance.

3. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari
potensial bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat
naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil
bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan
potensial bahaya.
a. Jauhkan korek api dari jangkauan.
b. Mengamankan tempat-tempat yang
secara potensial dapat membahayakan
anak.
c. Mendidik anak :
- Cara menyeberang jalan.
- Arti rambu-rambu lalulintas.
- Cara mengendarai sepeda yang aman
peran orang tua = perlu belajar mengontrol
lingkungan.
4. Usia Sekolah
a. Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
b. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda,
mendaki gunung, berenang.

Orang tua mengajarkan keamanan :


a. Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
b. Aturan yang aman dalam berenang
c. Mengawasi pada saat anak menggunakan alat
berbahaya : gergaji, alat listrik.
d. Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang
bisa meledak/terbakar.

5. Remaja
a. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh
dapat : fraktur, luka pada kepala.
B. Kecelakaan karena olah raga.
PENCEGAHAN
a. Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan
bermotor sebelumnya ada negosiasi antara orang tua
dengan remaja.
b. Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
c. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum
melakukan olah raga.
Ngantuuuukkkkk.wmv
Konsep
Bermain
Pada Anak
Nunung Nurjanah
BERMAIN
Anak
Sesuai tingkatan usia

Permainan
Bahasa universal

Terapeutik
Antisipasi reaksi
hospitalisasi
Bermain adalah
pekerjaan anak
Bermain adalah awal pengetahuan
Bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan
atau tanpa alat , sehingga memberikan hiburan
atau kesenangan bagi anak.

Bermain merupakan kegiatan yang


menyenangkan sekaligus menjadi sarana belajar
bagi anak.
Bermain Terapeutik
Bermain terapeutik
sering digunakan untuk
mengurangi penyakit,
reaksi hospitalisasi, dan
menyiapkan anak dalam
prosedur terapeutik.
Manfaat
Mempraktikkan proses hidup
atau belajar kehidupan
melalui komunikasi dan
interaksi dengan lingkungan
dan sekitarnya.
Tujuan Bermain

Mengenal diri sendiri Belajar Belajar


menghadapi berinteraksi
lingkungan

Menghubungkan Mengadaptasi diri Mengungkapkan


sesuatu dengan pada tuntutan perasaan
situasi sosial
Klasifikasi Permainan
Berdasarkan isi
Berdasarkan karakter sosial
Berdasarkan Isi Permainan

Sosial Afektif Rasa Senang Keterampilan


Merasakan kesenangan
Pengalaman stimulasi Melatih menguasai
dalam berhubungan
non sosial keterampilan baru
dengan orang lain

Dramatik atau
Unoccupied Game
Memfokuskan perhatian
Pura-Pura
Memerankan kehidupan Bermain dengan aturan
secara singkat pada hal
sehari-hari dalam drama tertentu
yang menarik perhatian
Permainan Berdasarkan Karakter Sosial

Pengamat Tunggal Paralel


Memperhatikan apa Anak bermain sendiri
Anak bermain secara
yang dilakukan anak dengan mainan yang
berbeda dengan mainan mandiri tetapi diantara
lain tetapi tidak ikut
anak-anak lain
terlibat permainan yang digunakan anak
lain di tempat yang
sama
Berdasarkan Karakter Sosial

Asosiatif Kooperatif
Bermain bersama dan Permainan kerja sama,
mengerjakan aktivitas bersifat teratur dan
serupa atau bahkan anak bermain dalam
sama, tetapi tidak ada kelompok dengan anak
pembagian kerja lain
Tingkatan Permainan

Imitatif Kompetitif
Permainan meniru atau
memainkan bersama Permainan untuk
anak lain, misal petak memenangkan dan
umpet mendapatkan
penghargaan

Formal Mengandung unsur


Permainan
perlombaan dengan
mempertahankan diri,
hadiah
misal bermain
mempertahankan kursi
FUNGSI BERMAIN
Perkembangan
Sensori Motor
Permainan aktif untuk
perkembangan otot

Stimulasi taktil,
auditorius, visual dan
kinestetik

Melepas kelebihan energi


FUNGSI BERMAIN
Perkembangan
Intelektual
Belajar mengenal warna,
bentuk, ukuran dan
fungsi objek

Mengembangkan
keterampilan berbahasa

Mengembangkan
kemampuan
menyelesaikan masalah
FUNGSI BERMAIN
Sosialisasi
Belajar membentuk
hubungan sosial dan
menyelesaikan masalah
sosial
Belajar saling memberi
dan menerima termasuk
kritik

Mempelajari peran dalam


lingkungan
FUNGSI BERMAIN
Kreativitas

Belajar bereksperimen
dan mencoba ide

Memberi kesempatan
menjadi kreatif

Merangsang eksplorasi
FUNGSI BERMAIN
Kesadaran Diri

Belajar mengenal diri


dan posisi

Mengatur tingkah laku

Mempelajari kemampuan
diri
FUNGSI BERMAIN
Nilai Moral

Mengetahui hal yang


benar dan salah

Menyesuaikan diri
dengan standar
kelompok

Membentuk perilaku
FUNGSI BERMAIN
Manfaat Terapeutik
Memberikan sarana
melepaskan diri dari
ketegangan dan stress
yang dihadapi

Belajar menyampaikan
rasa takut, keinginan ,
dan kebutuhannya

Mengontrol agresi dan


kecenderungan destruktif
Contoh Permainan

Perkembangan Perkembangan
Sensorimotor Intelektual Sosialisasi
Naik sepeda, lomba lari Puzzle Role play
Contoh Permainan

Kesadaran Diri Manfaat


Kreativitas
dan Nilai Moral Teapeutik
Mewarnai dengan Permainan yang
mencoba mencampur Semua permainan disesuaikan dengan
warna kebutuhan anak saat
hospitalisasi
Mainan
Anak
Definisi
Tipe mainan yang dipilih dan atau diberikan untuk anak
dapat memfasilitasi perkembangan anak.
Replika kecil dari budaya yang alat-alatnya membantu
mengasimilasi budaya
Keamanan Mainan

Pemilihan Upaya anak dan Tanggung jawab


Mainan orang tua orang tua
Berdasarkan usia dan Sesuai harapan anak Aman dan memiliki nilai
kemampuan anak dan orang tua manfaat
Terima kasih
IMUNISASI PADA ANAK
Departemen Kep Anak
Nunung Nurjanah
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah proses ● Imunisasi adalah proses
pemberian vaksin dengan cara dalam tubuh supaya
disuntikkan atau diteteskan seseorang memiliki
melalui mulut untuk kekebalan tubuh terhadap
meningkatkan produksi penyakit.
antibodi sebagai penangkal
penyakit.

2
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah tindakan ● Vaksin adalah zat yang
memasukkan vaksin ke dalam dimasukkan ke dalam tubuh
tubuh agar menghasilkan biasanya mengandung virus
atau bakteri yang dilemahkan,
kekebalan terhadap penyakit
juga mengandung protein dari
tertentu.
virus atau bakteri.

3
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksin akan menghasilkan ● Proses ini adalah imunisasi
reaksi imunitas tubuh, sehingga dalam tubuh.
tubuh dipersiapkan melawan
serangan infeksi jika terjadi di
kemudian hari.

4
Perbedaan Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah tindakan ● Imunisasi adalah hasil dari
mendapatkan vaksin vaksin yaitu terbentuknya
kekebalan tubuh.

5
Jenis Imunisasi : Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif menghasilkan ● Imunisasi aktif merupakan
antibodi untuk kekebalan tubuh respons imun yang sudah
terhadap penyakit setelah dibentuk ketika anak
seseorang mandapatkan vaksin mendapat vaksin setiap
bulannya

6
Jenis Imunisasi : Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif memerlukan ● Imunisasi aktif dapat
waktu agar kekebalan tubuh diperoleh dari kekebalan
terbentuk tubuh yang dihasilkan
tubuh sendiri
● Imunisasi aktif dapat
bertahan lebih lama dari
imunisasi pasif

7
Jenis Imunisasi : Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif bekerja sebagai ● Imunisasi pasif bekerja secara
pemberi antibodi dari orang alami yaitu seperti pemberian
yang sudah kebal terhadap antibodi dari tubuh ibu hamil
penyakit tertentu terhadap kepada janin
orang yang belum kebal ● Imunisasi pasif buatan yaitu
dengan cara menyuntikkan
immunoglobulin

8
Jenis Imunisasi : Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif tidak ● Imunisasi pasif tidak
membentuk kekebalan tubuh didapatkan dari tubuh
secara aktif melainkan sendiri
mendapatkan kekebalan tubuh
dari orang yang kekebalan
tubuhnya sudah terbentuk

9
MANFAAT IMUNISASI
Meningkatkan kekebalan
tubuh
Mencegah penyakit,
kecacatan, kematian

10
MANFAAT IMUNISASI
Melindungi diri dari penyakit
berbahaya
Menurunkan prevalensi
penyakit
ERADIKASI PENYAKIT

11
MANFAAT IMUNISASI
Mencegah penularan di
masyarakat
KEKEBALAN KOMUNITAS
(HERD IMMUNITY)

12
Pencapaian Imunisasi
Global
Cakupan imunisasi global mencapai 86%,
namun masih ada sekitar 19.5 juta anak tidak
mendapatkan imunisasi dasar

13
Pencapaian Imunisasi
Nasional
Cakupan imunisasi nasional mencapai 92.04%
dari target 92%

14
Alasan Anak TIDAK
Diimunisasi
Takut panas, keluarga tidak mengizinkan,
tempat imunisasi jauh, sibuk, sering sakit, tidak
tahu tempat imunisasi

15
PROGRAM IMUNISASI
PPI adalah Program
Pengembangan Imunisasi yang
disebut imunisasi wajib / dasar
terdiri dari BCG, Polio, DPT,
Hepatitis B, Hib dan
Campak/MR.
Program ini disubsidi oleh
pemerintah

16
PROGRAM IMUNISASI
Non PPI adalah Program
Pengembangan Imunisasi yang
tidak disubsidi oleh pemerintah
terdiri dari Measles Mumps
Rubella, Thyphoid, Hepatitis A,
Pneumococcal, Human
Papillomavirus

17
JADWAL IMUNISASI
● Usia 0 bulan: HB0
● Usia 1 bulan: BCG, OPV 1
● Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib1, OPV 2
● Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib2, OPV 3
● Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib 3, IPV 4
● Usia 9 bulan: MR

18
19
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan Vaksin Basillus
Calmette Guerin ke dalam tubuh anak
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit
IMUNISASI BCG Tuberculosis
Menghambat penyebaran bakteri
RUANG LINGKUP
Semua anak yang berusia kurang dari 2 bulan diberikan
satu kali dengan dosis 0,05 ml melalui injeksi intra
cutan

20
IMUNISASI POLIO
PENGERTIAN
Imunisasi Polio adalah tindakan imunisasi dengan memberikan vaksin
polio dalam bentuk oral (Oral Polio Vaccine) dan injeksi (Injectable /
Inactivated Polio Vaccine)
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Polio Mielitis
RUANG LINGKUP
Semua anak yang berusia 0-11 bulan yang diberikan 4 kali dengan
interval 4-6 minggu

21
Perbedaan OPV dan IPV
KEUNTUNGAN OPV KERUGIAN OPV
Diperoleh imunitas humoral ● Kegagalan vaksinasi pada
dan lokal diare, muntah
Imunitas mukosa usus ● Kontraindikasi pada pasien
Pemberian murah, mudah immunicompromize
Herd Immunity ● Diperlukan cold chain
● Menimbulkan pencemaran

22
IMUNISASI DPT
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan vaksin Difteri Pertusis Tetanus pada
anak.
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis
danTetanus
RUANG LINGKUP
Semua anak yang berusia 2-11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval
4-6 minggu dengan dosis 0,5 ml secara intra muscular

23
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan Vaksin Hepatitis B ke
dalam tubuh anak melalui injeksi sub cutan
TUJUAN
IMUNISASI Memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis
HEPATITIS B B
RUANG LINGKUP
Imunisasi diberikan 3 kali yaitu saat lahir, 1-2 bulan,
dan saat 4 bulan diberikan dengan dosis 0,5 ml secara
Intra Muscular

24
IMUNISASI Hib
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan vaksin Haemophilus influenzae type b
(Hib) pada anak.
TUJUAN
Memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi ringan hingga berat
akibat bakteri Hib mulai dari infeksi telinga, bronchitis, pneumonia,
meningitis, infeksi sendi, tulang, darah dan jantung
RUANG LINGKUP DAN CARA PEMBERIAN
Semua anak yang berusia 2-11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4-6
minggu diberikan dengan dosis 0,5 ml setiap pemberian secara IM
25
PENGERTIAN
Imunisasi dengan memberikan vaksin campak (measles)
dan rubella pada anak sebagai pengembangan program
imunisasi mulai tahun 2017 menggantikan imunisasi
campak
IMUNISASI
Measles TUJUAN
Rubella Memberikan kekebalan terhadap penyakit Campak dan
Rubella
RUANG LINGKUP DAN CARA PEMBERIAN
Anak usia 9 bulan, dan diulang dalam interval 6 bulan
diberikan dengan dosis 0,5 ml secara Sub Cutan

26
VAKSIN KOMBINASI
● Quadrivalent: DTwP/HepB, DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/IPV
● Pentavalent: DTaP/Hib/IPV, DTaP/HepB/Hib
● Hexavalent: DTaP/HepB/Hib/IPV

27
VAKSIN KOMBINASI
● Vaksin kombinasi yang saat ini digunakan dalam imunisasi
dasar adalah imunisasi pentabio yang terdiri dari DTaP,
Hepatitis B dan Hib
● Vaksin pentabio dapat diberikan pada anak usia 2,3, dan 4
bulan atau 2,4, dan 6 bulan

28
Vaksin Kombo
KEUNTUNGAN
Mengurangi jumlah suntikan,
kunjungan, ketidaknyamanan
Memudahkan mengejar jadwal
yang tertunda, dan menambah
vaksin baru
Mengurangi biaya

29
Vaksin Kombo
KERUGIAN KERUGIAN
● Menurunkan respons imun ● Menambah ruang
tiap antigen penyimpanan
● Jadwal harus disesuaikan ● Membingungkan tenaga
● Mempengaruhi supply dan kesehatan
harga vaksin

30
PENGELOLAAN VAKSIN: Penyimpanan Vaksin
● Disimpan di lemari es khusus dengan jarak lemari dan dinding
minimal 15 cm
● Penyiapan cold chain terstandar (freezer, lemari es dan termos)
● Lemari es tidak terkena sinar matahari langsung
● Sirkulasi ruangan cukup
● Vaksin disusun dengan jarak 1-2 cm / 1 jari antar dus vaksin

31
PENGELOLAAN VAKSIN: Penyimpanan Vaksin
● Vaksin polio memerlukan tempat penyimpanan dengan suhu
dibawah 00C
● Vaksin Hep B, DPT-HB-HiB, IPV, DT akan berpotensi rusak jika
terpapar suhu beku
● Vaksin Polio, BCG dan MR akan rusak jika terpapar suhu panas
● Pada umumnya vaksin akan rusak jika terkena sinar matahari
secara langsung

32
PENGELOLAAN VAKSIN: Pengambilan Vaksin
● Ambil sampel tiap kotak
● Lihat: kadaluarsa, VVM, warna larutan, gumpalan dalam
larutan
● Pisahkan vaksin yang: tidak memenuhi syarat, VVM A dan B
jangan dicampur, VVM B dipakai lebih dahulu

33
Pengelolaan Vaksin: Vial Vaccine Monitor (VVM)
A. Tanda segiempat lebih terang dari lingkaran sekitar, bila belum
kadaluarsa maka vaksin DAPAT digunakan
B. Tanda segiempat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran
sekitar, bila belum kadaluarsa maka vaksin SEGERA digunakan
C. Tanda segi empat berwarna sama dengan lingkaran sekitar
maka vaksin JANGAN digunakan
D. Tanda segi empat berwarna lebih gelap dari lingkaran sekitar
maka vaksin JANGAN digunakan

34
PENGELOLAAN VAKSIN: Membawa Vaksin
● Masukkan dalam cold box atau vaccine carrier
● Bila jarak dekat masukkan cool pack air
● Bila jarak jauh masukkan cold pack beku
● Termos tidak boleh kena sinar matahari langsung

35
Pengelolaan Vaksin: Durasi Pemakaian Vaksin
● Vaksin Hepatitis B setelah dibuka dapat bertahan selama 4
minggu
● Vaksin Polio setelah dibuka dapat bertahan selama 2 minggu
● Vaksin MR setelah dibuka dapat bertahan selama 6 jam
● Vaksin BCG setelah dibuka dapat bertahan selama 3 jam

36
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(KIPI)
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun
waktu satu bulan setelah imunisasi

37
KLASIFIKASI KIPI

KIPI Lapangan: Reaksi Vaksin, Kesalahan Program/Teknik


Pelaksanaan Imunisasi, Reaksi Suntikan, Kebetulan, Tidak
Diketahui

KIPI Kausalitas: Tidak terdapat bukti hubungan, Bukti tidak cukup


untuk menerima hubungan, Bukti memperkuat penolakan
hubungan kausalitas, Bukti memperkuat hubungan penerrimaan
kausalitas, Bukti memastikan hubungan kausalitas

38
TATA LAKSANA KIPI

PPENEMUAN KASUS PENEMUAN KASUS

PELACAKAN PELACAKAN

ANALISIS ANALISIS

TINDAK LANJUT TINDAK LANJUT

EVALUASI EVALUASI

39
TEMPAT PELAKSANAAN IMUNISASI DI MASA
PANDEMI
Menyelenggarakan di ruang yang cukup besar dengan sirkulasi
udara yang baik
Ruangan terpisah dari poli pelayanan anak / dewasa sakit

Tempat pelayanan bersih, selalu didesinfectan sebelum dan


sesudah pelayanan
Tersedia tempat mencuci tangan

40
TEMPAT PELAKSANAAN IMUNISASI DI MASA
PANDEMI
Meja pelayanan antara petugas dan orang tua berjarak 1-2 meter

Jalan / pintu masuk dan keluar pasien sebaiknya terpisah

Jika menggunakan kipas angin maka letakkan kipas angin di


belakang petugas agar aliran udara kipas angin mengalir dari
tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi

Ruang tunggu sebelum dan sesudah imunisasi terpisah dengan


jarak 1-2 meter

41
WAKTU PELAKSANAAN IMUNISASI DI MASA
PANDEMI
Jadwal terpisah dari pelayanan poli anak / dewasa sakit

Jam layanan tidak terlalu lama dan dibatasi jumlah sasaran yang
dilayani
Koordinasi dengan lintas program lain untuk memberikan
pelayanan kesehatan lain yang bersamaan dengan imunisasi
Informasikan nomor layanan kesehatan

42
TERIMA KASIH
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2020
Umur
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 14 15 16 18
Hepatitis B 1 2 3 4 5
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 Td / Tdap
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3 (p)
Influenza 1 Diulang setiap tahun 1 kali
MR /
MR / MMR MR MMR
MR / MMR
JE 1 2
2 kali, interval
Varisela 6 minggu - 3
bulan
2 kali,
Hepatitis A
interval 6 – 36 bulan
Tifoid 1 Diulang setiap 3 tahun 1 kali
HPV 2 kali
Dengue 3 kali, interval 6 bulan

Cara membaca kolom umur: misal 2 berarti umur 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) • Vaksin pneumokokus (PCV): diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dengan booster pada umur 12 -15 bulan. Jika belum
Rekomendasi imunisasi berlaku setelah diterbitkan di Sari Pediatri. Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public- diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak
articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 2 bulan dari dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur 1- 2 tahun berikan PCV 2 kali dengan jarak minimal 2 bulan.
Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 diberikan 1 kali
Primer Catch-up Booster Daerah Endemis • Vaksin rotavirus monovalen : diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis kedua dengan interval minimal
4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu.
• Vaksin rotavirus pentavalen : diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai
Untuk menerapkan jadwal imunisasi dengan benar perlu dibaca keterangan di bawah ini dan uraian lengkap di majalah
10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu.
Sari Pediatri
• Vaksin influenza : diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama
• Vaksin hepatitis B (HB) monovalen sebaiknya diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Umur > 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis.
penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000g, imunisasi hepatitis B • Vaksin MR / MMR : pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat
sebaiknya ditunda sampai berumur 1 bulan atau lebih, kecuali ibu HBsAg positif dan bayi bugar berikan imunisasi HB diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5 – 7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau
segera setelah lahir tetapi tidak dihitung sebagai dosis primer. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB MMR.
dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB • Vaksin Japanese encephalitis (JE) : diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah
selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP. endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1 - 2 tahun kemudian.
• Vaksin polio 0 (nol): sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan berikan bOPV-0 saat bayi • Vaksin varisela : diberikan mulai umur 12 – 18 bulan. Pada umur 1 – 12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu
pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal sampai 3 bulan. Umur 13 tahun atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu
diberikan 2 kali sebelum berumur 1 tahun bersama DTwP atau DTaP. • Vaksin hepatitis A : diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12 bulan kemudian
• Vaksin BCG : sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 3 • Vaksin tifoid polisakarida : diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun
bulan atau lebih BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberikan. Bila timbul • Vaksin human papiloma virus (HPV) : diberikan pada anak perempuan umur 9 – 14 tahun 2 kali dengan jarak 6 – 15 bulan
reaksi lokal cepat pada minggu pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis tuberkulosis. (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan (vaksin bivalen)
• Vaksin DPT: dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalent).
bulan atau 2, 4, 6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan. Booster berikutnya diberikan pada umur 5 - 7 tahun • Vaksin dengue : diberikan pada anak umur 9 – 16 tahun dengan seropositif dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah
atau pada program BIAS kelas 1. Umur 7 tahun atau lebih menggunakan vaksin Td atau Tdap. Booster selanjutnya pada umur dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau
10 – 18 tahun atau pada program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun. dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.
KOMUNIKASI
PADA ANAK

Departemen Keperawatan Anak


PENGERTIAN

Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi


disampaikan pada orang lain melalui simbol-
simbol , tanda, atau tingkah laku
KOMPONEN KOMUNIKASI

1. Komunikator / Pengirim pesan


Yang menjadi komunikator dalam hal ini
adalah anak, keluarga, atau kelompok .
2. Komunikan / penerima pesan
Penerima pesan merupakan orang yang
menerima berita atau lambang .
3. Pesan
Berita yang disampaikan oleh pengirim pesan
4. Media
Sarana atau saluran dari komunikasi. Dapat
berupa media cetak, audio, visual, atau audio
visual.
5. Umpan Balik
Reaksi komunikan sebgai dampak atau pengaruh
dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KOMUNIKASI

1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Usia Tumbuh kembang
5. Status kesehatan anak
6. Sistem sosial
7. Lingkungan.
SIKAP DALAM KOMUNIKASI

Menyampaikan sikap komunikasi merupakan


sesuatu apa yang harus dilakukan dalam
komunikasi baik secara verbal atau non verbal.
1.Sikap berhadapan
Bentuk sikap dimana seseorang langsung bertatap
muka atau berhadapan langsung dengan anak
(komunikator siap untuk berkomunikasi).
2. Sikap mempertahankan kontak
Bertujuan menghargai klien dan mengatakan
adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dgn
cara selalu memperhatikan apa yang
diinformasikan atau disampaikan dengan tidak
melakukan kegiatan yg dapat mengalihkan
perhatian dengan lainnya.

3. Sikap membungkuk ke arah pasien


Menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau
mendengar sesuatu dengan cara membungkuk
sedikit ke arah klien.
4.Sikapterbuka
Bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki
tidak melipat tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi

5. Sikap tetap relaks


Menunjukkan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respons pada klien selama komunikasi.
SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini
sampai dengan anak menunjukkan kesiapan
untuk berespon positif terhadap
keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada
anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dgn cara menempatkan diri kita
pada posisi anak dan orang tua.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu
kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai
klien. Misal : senyum pada saat yang tepat,
melakukan jabat tangan atau sentuhan yang
lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap Konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi
yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
komunikasi dengan klien, misal : gambar, mainan.
KOMUNIKASI SESUAI TUMBUH
KEMBANG ANAK

1. Bayi
: mengungkapkan kebutuhan dengan
bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh
orang sekitarnya, misal: menangis.
2. Toddler dan Pra sekolah
- Memberitahu apa yang terjadi pada dirinya.
- Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh
alat pemeriksa yang akan digunakan.
- Bicara lambat
- Hindari sikap mendesak untuk dijawab, misal:
jawab dong.
- Hindari konfrontasi langsung
- Salaman pada anak (mengurangi rasa cemas)
- Bergambar atau bercerita.
3. Usia sekolah
- Gunakan kata sederhana yang spesifik
- Jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan
pada anak
- Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
- Jangan menyakiti atau mengancam
- diskusi atau curah pendapat dengan teman
sebaya.
- Hindari pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu.
- jaga kerahasiaan dalam komunikasi ( masa transisi
dalam bersikap dewasa ).
CARA KOMUNIKASI DENGAN ANAK

1. Melalui
orang ketiga : tidak langsung bertanya
pada anak.
2.Bercerita : pergunakan bahasa yang mudah
dimengerti,perlihatkan gambar
3.Biblioterapi: melalui pemberian buku/majalah anak
mengekpresikan perasaan dan aktivitas sesuai
cerita dalam buku.
4.Meminta untuk menyebutkan keinginan:
mengetahui apa keinginan / keluhan anak.
5. Pro/kontra:mengetahui
perasaan anak dan pikiran
anak, mengajukan pertanyaaan hal positif dan
negatif
6.Menulis : bila anak tidak dapat mengungkapkan
perasaan secara verbal.
7. Menggambar : anak akan mengungkapkannya
apabila gambar yang ditanya maksud gambarnya.
8. Bermain : sangat efektif dalam membantu
berkomunikasi, dapat menjalin hubungan
interpersonal dengan teman dan perawat.
CARA KOMUNIKASI DENGAN ORANG
TUA

1. Anjurkan orang tua untuk berbicara


2. Arahkan ke fokus
3. Mendengarkan
4. Diam
5. Empati
6. Meyakinkan kembali
7. Merumuskan kembali
8. Memberi petunjuk kemungkinan apa yg terjadi
9. Menghindari hambatan dalam komunikasi.
TAHAPAN KOMUNIKASI DENGAN
ANAK

1. Tahap Prainteraksi
- Mengumpulkan data tentang klien dengan
mempelajari status atau bertanya kepada orang
tua tentang masalah yang ada.
2. Tahap Perkenalan
- Memberi salam dan senyum pada
klien,melakukan validasi , mencari kebenaran
data yang ada, mengobservasi,
memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu
dan menjelaskan kerahasiaan klien.
3. Tahap Kerja
- Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya,
karena akan memberitahu tentang hal yang kurang
dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama.

4. Tahap Terminasi
- Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses
dan hasil, memberikan reinforcement positif, tindak
lanjut,kontrak, dan mengakhiri wawancara dengan
cara yang baik.
Ngantuuuukkkkk.wmv
PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK

Siti Dewi R., S.Kp., M.Kep


PENDAHULUAN

• Tujuan utama keperawatan anak:


optimal tumbuh kembang
• Pencapaian tertinggi dapat setiap
aspek tumbang
• Pencapaian tergantung kondisi
kesehatan dan tahapan tumbang
• Sangat individual bagi tiap-tiap
anak
• Keluarga mampu meningkatkan
kekuatan, kemampuan, dan
tindakan sendiri
FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
• Family Center Care
• Hospitalisasi
• Atraumatic care
• Child Abuse
Family Center Care
– Berfokus pada keluarga
– Keluarga merupakan unsur
penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian keluarga
– Kehidupan anak dapat
ditentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan
anak harus mengenal keluarga
sbg tempat tinggal atau sebagai
1 3/12/2007 konstanta tetap dlm kehidupan
anak
Definisi/ Pengertian FCC

Pendekatan dalam perencanaan,


tindakan, dan evaluasi asuhan yg
didasari atas kerjasama yg
menguntungkan antara pemberi
pelayanan, klien, dan keluarga

Pendekatan asuhan kesehatan yang


membentuk disain kebijakan, program,
fasilitas dan interaksi staf
Memberikan forum u berbagi informasi terkait
asuhan untuk anak dan keluarga

Konsep dengan kepercayaan pasen dan


keluarga sebaiknya berpartisipasi dalam
keputusan yg berhubungan dengan pelayanan
kesehatan

Pendekatan unik asuhan kesehatan dimana


keluarga menjadi kolaborator dengan asuhan
tim kesehatan untuk menentukan kemungkinan
asuhan terbaik untuk anak
PRINSIF FCC
• Respect : pemberi asuhan mengakui dan
menghargai keunikan klien

• Information: pemberi asuhan berkomunikasi


dan berbagi informasi yang bermanfaat dengan
klien dan keluarga secara lengkap dengan cara
tegas

• Strengths: senantiasa memanfaatkan kekuatan


yang ada pada klien dan kel

• Choice : memberi alternatif pada klien dan


keluarga dalam menentukan asuhan
Lanjutan frinsif FCC
• Flexibility ; asuhan yang diberikan tidak
kaku pada sistem yang sudah ada

• Collaboration : pemberi asuhan


berkolaborasi dengan klien dan keluarga
dalam proses pemberian asuhan

• Support ; memberi dukungan baik fisik,


psikologis, sosial, spiritual,

• Empowerment ; memberdayakan klien


dan keluarga dalam proses asuhan
Aplikasi FCC
FCC menempatkan keluarga
(partisipasi/ pelibatan orangtua)
sebagai sentral rencana asuhan
Implementasi partisipasi orangtua
dalam FCC perlu diperhalus
Tantangan besar perawat anak di area
klinik  “Effective Change Agent”
Perlu memasukkan konsep dan
prinsip FCC ke dalam organisasi
infrastruktur: rencana fisik, standar
prosedur, pelayanan yang
ditawarkan, pendidikan personal
*Menciptakan Program pelatihan dan
partisipasi dalam pendidikan utk
keluarga

* Merubah praktik kunjungan:Keluarga


sebagai partner (patisipasi dalam
asuhan, pengambilan keputusan,
dukungan sibling, dukungan staf)
 Trend asuhan bergerak dari RS ke
rumah (home care)
 Kebutuhan efektifitas FCC perlu
difasilitasi perawat
 Perlu penyesuaian kembali peran
orang tua dan perawat
 Perawat harus merubah persepsi
hubungan dengan orang tua (Ortu ahli
dalam merawat anak)

 Perawat menjadi konsultan, pendidik,


memberi dukungan dan membantu
memberdayakan keluarga
Hospitalisasi
• Hospitalisasi pada anak merupakan
suatu keadaan krisis pada anak, saat
anak sakit dan dirawat di rumah sakit.

• Keadaan ini terjadi karena


anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stressor bagi anak baik
terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Hospitalisasi pada anak

• Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties


tentang kegelapan, monster,
pembunuhan dan diawali oleh situasi
yang asing.
• Gangguan kontak social jika pengunjung
tidak diizinkan
• Nyeri dan komplikasi akibat
pembedahan atau penyakit
Lanjutan ..Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Hospitalisasi pada anak

• Prosedur yang menyakitkan


• Takut akan cacat atau mati.
• Berpisah dengan orang tua dan
sibling
Perubahan Yang Terjadi Akibat
Hospitalisai
1. Perubahan konsep diri.
• Akibat penyakit yang di derita atau tindakan
seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan
perubahan peran, ideal diri, harga diri dan
identitasnya.
2. Regresi
• Klien mengalami kemunduran ketingkat
perkembangan sebelumnya atau lebih rendah
dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan
intelektual.
3. Dependensi
• Klien merasa tidak berdaya dan
tergantung pada orang lain.

4. Dipersonalisasi
• Peran sakit yang dialami klien
menyebabkan perubahan kepribadian,
tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan, perubahan
identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya.
5. Takut dan Ansietas
• Perasaan takut dan ansietas timbul karena
persepsi yang salah terhadap penyakitnya.

6. Kehilangan dan perpisahan


• Kehilangan dan perpisahan selama klien
dirawat muncul karena lingkungan yang asing
dan jauh dari suasana kekeluargaan,
kehilangan kebebasan, berpisah dengan
pasangan dan terasing dari orang yang dicintai
Reaksi Anak Terhadap
Hospitalisasi

• Reaksi tersebut bersifat individual dan


sangat tergantung pada usia
perkembangan anak,pengalaman
sebelumnya terhadap sakit,sistem
pendukung yang tersedia dan
kemampuan koping yang dimilikinya,

• pada umumnya,reaksi anak terhadap


sakit adalah kecemasan karena
perpisahan,kehilangan, perlukaan
tubuh,dan rasa nyeri.
Reaksi anak pada hospitalisasi :

1. Masa bayi(0-1 th)


• Dampak perpisahan
• Pembentukan rasa percaya diri dan
kasih sayang
• Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety
/cemas
• Menangis keras
• Pergerakan tubuh yang banyak
• Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th)
• Sumber utama adalah cemas akibat
perpisahan, disini respon perilaku anak
dengan tahapnya.
• Tahap protes menangis, menjerit,
menolak perhatian orang lain
• Putus asa menangis berkurang,anak tak
aktif,kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
• Pengingkaran/ denial
• Mulai menerima perpisahan
• Membina hubungan secara dangkal
• Anak mulai menyukai lingkungannya
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6
tahun )
• - Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan
• Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas
• Sering kali dipersepsikan anak
sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut
sehingga menimbulkan reaksi
agresif, marah, berontak,tidak mau
bekerja sama dengan perawat.
4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
• Perawatan di rumah sakit memaksakan
meninggalkan lingkungan yang dicintai ,
keluarga, kelompok sosial sehingga
menimbulkan kecemasan. Kehilangan
kontrol berdampak pada perubahan
peran dlm keluarga, kehilangan
kelompok sosial,perasaan takut mati,
kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa
digambarkan dgn verbal dan non verbal.
5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
 Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh
kelompok sebayanya. Saat MRS cemas karena
perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas
kehilangan control Reaksi yang muncul :
 Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
 Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
 bertanya-tanya
 menarik diri
 menolak kehadiran orang lain
Reaksi Orang Tua Terhadap
Hospitalisasi

Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi &


Perasaan yang muncul dalam
hospitalisasi:
• Takut dan cemas,perasaan sedih dan
frustasi:
• Kehilangan anak yang dicintainya:
- Prosedur yang menyakitkan
- Informasi buruk tentang diagnosa medis
- Perawatan yang tidak direncanakan
• Pengalaman perawatan sebelumnya &
Perasaan sedih:

• Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak


mau didekati orang lain & Perasaan
frustasi: Kondisi yang tidak mengalami
perubahan Perilaku tidak
kooperatif,putus asa,menolak tindakan &
Reaksi saudara kandung terhadap
perawatan anak di RS:
Marah,cemburu,benci,rasa bersalah
Perawatan anak dan keluarga
khususnya dalam situasi di
rumah sakit
• Secara umum unit pediatric,anak-
anak yang dirawat khususnya yang
dapat berjalan atau pengaturan
outpasien, ruangan isolasi atau
intensive care.
1. Pengaturan outpasient atau rawat
jalan
• Rawat jalan atau pengaturan
outpatient memberikan pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk
anak saat keadaan mendesak dari
masuknya pasien semalaman.
Diantara manfaat perawatan rawat
jalan adalah :
• Meminimalkan stressor dari
hospitalisasi, khususnya
perpisahan dari keluarga
• Mengurangi masuknya infeksi
• Menghemat biaya.
• Menunggu selalu tidak dapat dihindari
dalam pengaturan rawat jalan. Keluarga
sering melaporkan menunggu dimana
merupakan bagian pengalaman yang
paling tertekan.

• Memberikan alat komunikasi merupakan


salah satu jalan untuk mengizinkan
keluarga ( setiap waktu bersama anak)
untuk meninggalkan area dan kemudian
kembali lagi ketika dibutuhkan.
2. Isolasi
• Masuk kedalam ruangan isolasi
meningkatkan semua tipe stressor
terkait hospitalisasi. Pemisahan
lebih lanjut dari keluarga, ditambah
kehilangan control dan perubahan
lingkungan, dan penampilan aneh
dari pengunjung.
• Orientasi untuk waktu dan tempat
dipengaruhi. Stressor ini diperparah
dengan anak-anak dibatasi untuk
mengerti tentang isolasi.
• Ketika anak ditempatkan di ruangan
isolasi, persiapan penting dilakukan
untuk anak agar merasa masih dikontrol.
• Pada anak muda pendekatan yang
paling bagus adalah menjelaskan secara
sederhana, seperti “ kamu memerlukan
ruangan ini untuk menolong kamu agar
lebih baik lagi”.
• Ini khusus tempat membuat semua jenis
kuman akan pergi
3. Masuk ruangan emergency
• Satu dari pengalaman traumatic
rumah sakit yang paling banyak
untuk anak dan orang tua adalah
masuk ruangan emergency.

• C/ tiba-tiba mengalami sakit atau


terjadinya cedera hanya sedikit
waktu untuk persiapan dan
penjelasan.
4. Intensive care unit
• Masuk ke ruangan ICU bisa
menyebabkan trauma untuk anak dan
keluarga.
• Secara alami parahnya penyakit dan
pengakuan keadaan disekitar ICU
merupakan factor utama, khususnya
orang tua.
• Pengalaman orang tua secara signifikan
lebih stress ketika masuk tidak terduga
daripada yang diharapkan.
Atraumatic Care

• Perawatan yg tidak menimbulkan


trauma pada anak dan keluarga

• Memperhatikan dampak dari


tindakan yg diberikan dg melihat
prosedur tindakan / aspek lain yg
dpt menimbulkan trauma
PRINSIP ATRAUMATIC CARE

• Menurunkan / mencegah dampak


perpisahan dr keluarga
• Meningkatkan kemampuan orang tua
dlm mengontrol perawatan pd anak
• Mencegah / mengurangi cedera ( injury )
dan nyeri ( dampak psikologis )
• Tidak melakukan kekerasan pada anak
• Modifikasi lingkungan fisik
PRINSIP KEPERAWATAN
ANAK
• Anak bukan miniatur orang dewasa
• Anak sbg individu unik & mempunyai
kebutuhan sesuai tahap perkembangan
• Pelayanan keperawatan anak
berorientasi pd pencegahan &
peningkatan derajat kesh, bukan
mengobati anak sakit
• Keperawatan anak merupakan disiplin
ilmu kesh yg bfokus pd kesejahteraan
anak shg perawat btanggung jawab sec
komprehensif dlm meberikan askep
anak
• Praktik keperawatan anak
mencakup kontrak dg anak &
keluarga untuk mencegah,
mengkaji, mengintervensi &
meningkatkan kesejahteran dg
menggunakan proses keperawatan
yg sesuai dg moral ( etik ) & aspek
hukum ( legal )
• Tujuan keperawatan anak & remaja
adalah untuk meningkatkan
maturasi / kematangan
• Berfokus pada pertumbuhan &
perkembangan
PARADIGMA KEPERAWATAN
ANAK

Manusia
( Anak )

Sehat Sakit Lingkungan

Keperawatan
• Manusia : klien (anak dan
keluarga)
• Lingkungan:
1. Eksternal: nutrisi, orangtua,
saudara kandung, sanak saudara,
disiplin, maturasi biologik,
sekolah,kelompok, penerimaan
sosial, identitas rasial, agama,
kultur, yan-kes, bermain
• 2. Internal: genetik, jenis kelamin,
emosi, predisposisi atau resistensi
terhadap penyakit
• Sehat: suatu kondisi dari sejahtera
tinggi sampai sakit berat atau mati
muda
• Keperawatan
Pengertian ………..
Peran perawat dalam melakukan
tiga tingkat pencegahan
Pencegahan Primer
 Promosi Kesehatan
 Pencegahan Penyakit
 Pencegahan kecelakaan

Penyuluhan, Bimbingan Antisipasi


Pencegahan Sekunder
saat anak sakit, agar tidak
terjadi komplikasi
Pencegahan Tersier
agar anak tetap bisa
berfungsi dalam
ketidakmampuan
Perbedaan perawatan anak dg
dewasa
• Struktur fisik
• Proses fisiologis
• Kemampuan berfikir
• Tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu
Askep Anak meliputi tumbang
anak yaitu
– ASAH ( stimulasi mental )
– ASIH ( Kasih sayang )
– ASUH ( kebutuhan fisik )
FAKTOR2 YG MEMPENGARUHI
PENINGKATAN KESEHATAN ANAK

• Sosial Budaya
• Ekonomi
• Herediter
• Nilai & Keyakinan
Child Abuse
• Semua bentuk perlakuan menyakitkan
secara fisik ataupun emosional,
penyalahgunaan seksual, pelalaian,
eksploitasi komersial atau eksploitasi lain,
• Mengakibatkan cedera / kerugian nyata
ataupun potensial terhadap kesehatan anak,
kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang
anak, atau martabat anak,

• Dilakukan dalam konteks hubungan


tanggung jawab, kepercayaan atau
kekuasaan
Introduction
• Incidence in Indonesia :
2005 – 18.700 kasus (child abuse)
Jabotabek (2005) : 726 kasus  223 physical
abuse, 327 sexual abuse, 176 emotional abuse
(Tempo interaktif, 2006)
• Kebijakan di Indonesia ttg abuse n neglect:
UU No 23/2002 tentang perlindungan anak.
Bagaimana dengan pelaksanaannya ?
Child Abuse & Neglect
• Perawat mempunyai peran yang penting
dalam pengkajian dan intervensi thd child
abuse & neglect.
• Pengetahuan perawat ttg child abuse &
neglect ?
• Bila terdeteksi adanya kecurigaan terhadap
child abuse & neglect, apa yang harus
perawat lakukan selanjutnya? – Kebijakan
RS??
Tanda – tanda yang harus
diperhatikan bila ada kecurigaan child
abuse:
• Adanya tanda2 kekerasan atau kelalaian,
termasuk “injury” sebelumnya.
• Cerita yang tidak sesuai dengan “injury” dari
orang tua atau pengasuh.
• Penyebab “injury” ditimpakan kepada saudara
kandung atau orang lain.
• “injury” tidak konsisten dengan cerita, spt
tangan patah akibat jatuh dari tempat tidur
berjarak 50 cm dan ada karpet dibawahnya.
Tanda – tanda yang harus
diperhatikan bila ada kecurigaan child
abuse: (Cont.)
• Cerita tidak sesuai dengan tahap perkembangan
anak, spt: anak usia 6 bln menyalakan kran air
panas.
• Mengeluh sesuatu yang lain & tidak berhubungan
dengan tanda2 abuse, spt mengeluh demam
ketika ditemukannya adanya luka bakar tingkat 1-
2.
• Respon ortu/pengasuh yang tidak sesuai seperti
menolak dilakukan test tambahan/ menunda
mencari pengobatan dalam jangka waktu yang
lama, respon emosional yang berlebihan atau
tidak ada.
Tanda – tanda yang harus
diperhatikan bila ada kecurigaan child
abuse: (Cont.)
• Respon anak yang tidak tepat, spt tidak
berespon terhadap nyeri, takut untuk
disentuh, tidak adanya perasaan cemas
saat berpisah.
• Anak melaporkan adanya physical/sexual
abuse.
• Adanya laporan abuse dalam keluarga.
• Kunjungan berulang ke UGD karena
“injury”
Predisposition
• Karakter orang tua: Sifat untuk menyiksa, harga
diri rendah, isolasi dari lingkungan, hubungan
interpersonal tidak memuaskan.
• Karakter Anak: anak yang tidak diharapkan atau
tidak disukai orangtua, dalam keluarga ada > 2
anak kecil.
• Karakter lingkungan : stress, masalah
keuangan, pengangguran, alkoholism.
Faktor Masyarakat
• Tingkat kriminalitas yang tinggi
• Layanan sosial yang rendah
• Kemiskinan yang tinggi
• Tingkat pengangguran yang tinggi
• Adat istiadat mengenai pola asuh anak
• Pengaruh pergeseran budaya
• Stres para pengasuh
• Budaya memberikan hukuman badan kepada
anak
• Pengaruh media massa
Faktor Orang Tua
• Riwayat orang tua dengan kekerasan fisik atau
seksual pada masa kecil
• Orang tua remaja
• Imaturitas emosi
• Kepercayaan diri rendah
• Dukungan sosial rendah
• Keterasingan dari masyarakat
• Kemiskinan
• Kepadatan hunian (rumah tinggal)
SITUASI KELUARGA
• Mempunyai banyak anak balita
• Riwayat penggunaan zat obat-obatan
terlarang (NAPZA) atau alkohol
• Kurangnya dukungan sosial bagi keluarga
• Diketahui adanya riwayat child abuse
dalam keluarga
• Kurangnya persiapan menghadapi stress
saat kelahiran anak
• Kehamilannya disangkal
• Orang tua tunggal
Situasi Keluarga
• Masalah interaksi dengan masyarakat
• Kekerasan dalam rumah tangga
• Riwayat depresi dan masalah kesehatan mental
lainnya (ansietas, skizoprenia, dll)
• Riwayat bunuh diri pada orang tua/ keluarga
• Pola dan mendidik anak
• Nilai-Nilai hidup yang dianut orangtua
• Kurangnya pengertian mengenai
perkembangan anak
FAKTOR ANAK
• Prematuritas
• Berat badan lahir rendah
• Cacat
• Anak dengan gangguan tingkah laku
/ masalah emosi
Problems child abuse &
neglect in Indonesia
• Government policy.
• Health education and programs to
prevent child abuse & neglect.
• Institutional guidelines.
• Nurses knowledge about child abuse
& neglect.
• Indonesian Culture
PENILAIAN
PERKEMBANGAN

CREATED BY
NUNUNG NURJANAH

PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
FITKES UNJANI
CIMAHI
PENDAHULUAN
Ò Perkembangan anak menggambarkan kematangan
fungsi individu.
Ò Indikator penting dalam menilai kualitas hidup
anak
Ò Pemantauan / pemeriksaan perkembangan anak
harus dilakukan secara berkala dan teratur sejak
anak berusia 1 bulan.
Ò Bayi atau anak dengan risiko tinggi terjadi
penyimpangan perkembangan perlu mendapat
prioritas, antara lain bayi prematur, berat badan
lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia,
infeksi intrapartum, IDMs, gemeli, dll.
TUJUAN PENILAIAN PERKEMBANGAN
Ò Mengetahui dan mengikuti proses perkembangan
anak
Ò Menemukan kelainan dan keterlambatan
perkembangan anak secara dini
Ò Mengetahui berbagai masalah perkembangan
yang memerlukan penanganan
Ò Mengetahui kapan anak harus dirujuk ke level
yang lebih tinggi
Ò Meningkatkan kesadaran orang tua untuk
berusaha menciptakan kondisi yang kondusif
untuk perkembangan optimal
LEVEL PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN

Diagnostik Skrining Pra Skrining Kepekaan


Dokter Dokter / Tenaga Dokter / Tenaga Kesehatan Orang Tua
Kesehatan
ELMS II Denver II Pediatric Development
Questioner (PDQ)
Parent’s Evaluation of
Developmental Status (PEDS)
KPSP
DENVER II
Ò Pengertian
Salah satu alat skrining
perkembangan untuk memantau
perkembangan anak sebagai revisi
dari DDST
Ò Fungsi
Alat prediksi perkembangan anak
untuk mengetahui sedini mungkin
dugaan adanya gangguan
perkembangan yang digunakan pada
anak usia 0-6 tahun.
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN YANG
DIPANTAU
Ò Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
Ò Motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis, dsb.
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN YANG DIPANTAU

Ò Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang


berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dsb.
Ò Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dsb.
ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN

Ò Formulir Denver II
É Berisi 125 gugus tugas yang dibagi menjadi 4
sektor untuk menjaring fungsi personal sosial,
adaptif-motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.
É Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang
terbagi dari umur dalam bulan dan tahun sejak lahir
sampai 6 tahun.
É Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan
sampai anak berumur 24 bulan, kemudian mewakili
3 bulan sampai anak berumur 6 tahun.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
É Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125
terdapat batas kemampuan perkembangan yaitu 25%,
50%, 75%, dan 90% dari populasi anak yang lulus pada
tugas perkembangan tersebut.
É Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan
angka pada ujung kotak sebelah kiri
Ð R singkatan dari report artinya tugas perkembangan
tersebut dapat lulus berdasarkan laporan dari orang
tua/pengasuh anak, akan tetapi apabila
memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan
apa yang bisa dilakukan oleh anak.
Ð Angka kecil menunjukkan tugas yang harus
dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada
formulir.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Ò Alat Peraga, terdiri dari


É Benang wol merah
É Kismis
É Kerincingan dengan gagang kecil
É 10 buah kubus berwarna dengan ukuran
2.5 cm x 2.5 cm
É Botol kaca kecil dengan diameter lubang
1.5 cm
É Bel kecil
É Bola tenis
É Pinsil merah
É Cangkir plastik
É Kertas kosong
LANGKAH PEMERIKSAAN
Ò Sapa orang tua/pengasuh dan anak dengan ramah.
Ò Jelaskan kepada orang tua/pengasuh mengenai tujuan
dilakukan tes perkembangan.
Ò Lakukan komunikasi yang baik dengan anak.
Ò Tentukan usia kronologis.
É Catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal
pemeriksaan pada formulir.
É Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan
dikurangi tanggal lahir
Ò Bila anak lahir prematur , koreksi faktor prematuritas
É Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum
tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun,
maka harus dilakukan koreksi.
LANGKAH PEMERIKSAAN

Ò Tarik garis usia secara vertikal untuk


menentukan bagian soal pemeriksaan.
Ò Lakukan tugas perkembangan untuk tiap
sektor perkembangan dimulai dari sektor yang
paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri
umur, kemudian yang terpotong umur, dan
lanjutkan sampai kanan garis umur.
LANGKAH PEMERIKSAAN
Ò Tentukan jumlah soal pemeriksaan yang
tergantung pada waktu dan tujuan
Ò Menentukan risiko gangguan perkembangan
É Pada setiap sektor minimal dilakukan 3 soal
pemeriksaan yang berada sebelah kiri diluar
garis usia dan setiap soal garis pemeriksaan
yang terpotong garis umur
É Bila tidak dapat melakukan langkah di atas
maka lakukan pemeriksaan tambahan ke kiri
sampai anak mampu menyelesaikan 3 tugas
perkembangan.
LANGKAH PEMERIKSAAN
Ò Menentukan sejauhmana perkembangan
É Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 soal
pemeriksaan pada sebelah kiri garis usia dan
yang terpotong garis usia.
É Lanjutkan pemeriksaan ke kanan sampai 3 kali
tercatat gagal melakukan tugas perkembangan.
Ò Tes perilaku
Dinilai dari keterangan pengasuh dan dapat
dibandingkan perilaku selama tes dengan
kehidupan sehari-hari.
SKORING SOAL PEMERIKSAAN
Ò Skoring ditulis dalam kotak kecil dengan rincian sebagai
berikut:
É Pass (P): bila anak berhasil mengerjakan tugas
perkembangan dengan baik atau ibu/pengasuh
memberikan laporan yang dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukannya.
É Fail (F): bila anak tidak berhasil mengerjakan tugas
perkembangan dengan baik atau ibu/pengasuh anak
memberi laporan tepat bahwa anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.
É No Opportunity (N.O): bila anak tidak mempunyai
kesempatan melakukan soal pemeriksaan
É Refusal (R): bila anak menolak mengerjakan soal
pemeriksaan.
INTERPRETASI INDIVIDUAL

Ò Advance: mendapat skor P pada soal


pemeriksaan dikanan garis usia.
Ò Normal: F/R pada soal di kanan garis usia
atau P/F/R pada daerah 25-75% soal
yang terpotong garis usia.
Ò Caution: F/R pada 75-90% daerah pada
soal yang terpotong garis usia ditandai
dengan huruf C.
INTERPRETASI INDIVIDUAL

Ò Delayed: F/R pada soal pemeriksaan di kiri


garis usia, ditandai dengan menghitamkan
ujung kotak pada soal pemeriksaan.
Ò No Opportunity: pada tugas perkembangan
yang berdasarkan laporan, orang tua
melaporkan bahwa anaknya tidak ada
kesempatan untuk melakukan tugas
perkembangan tersebut.
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
(KESIMPULAN)
Ò Normal
É Bila tidak ada keterlambatan atau paling banyak satu caution.
É Dilakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan berikutnya.
Ò Suspect
É Bila didapatkan ≥ 2 caution, dan atau ≥ 1 keterlambatan.
É Dilakukan pemeriksaan ulang dalam jarak 1-2 minggu.
Ò Untestable
É Bila terdapat penolakan ≥ 1 pada soal pemeriksaan di kiri garis usia
atau penolakan > 1 pada daerah 75-90% soal pemeriksaan yang
terpotong pada garis usia.
É Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
TINDAK LANJUT
Skrining perkembangan

Suspek/curiga ada gangguan Normal


Monitoring perkembangan
secara rutin
Evaluasi untuk diagnostik

Masalah perkembangan Normal


Monitoring perkembangan
Intervensi Dini secara rutin
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN

Ò Pengertian
KPSP adalah alat skrining
perkembangan untuk mengetahui
perkembangan anak berlangsung
normal atau ada penyimpangan.
Ò Tujuan
Alat yang dapat membantu
petugas kesehatan, guru TK, dan
petugas PAUD terlatih untuk
melakukan deteksi perkembangan
pada anak berusia 3 sampai 72
bulan.
JADWAL PEMERIKSAAN KPSP
Ò KPSP rutin dilaksanakan pada umur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,
60, 66, dan 72 bulan.
Ò Bila anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin.
Ò Bila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan
umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat yang lebih muda.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Ò Formulir KPSP menurut umur


Berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak.
Ò Alat bantu pemeriksaan

Pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,


kerincingan, kubus berukuran sisi 2.5 cm
sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0.5 – 1 cm.
LANGKAH PEMERIKSAAN
Ò Tentukan umur anak dengan menanyakan
tanggal, bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur
anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan.
Ò Pilih formulir KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
Ò KPSP terdiri dari 2 pertanyaan yaitu:
Ò Pertanyaan yang dapat dijawab oleh
ibu/pengasuh anak
LANGKAH PEMERIKSAAN

Ò Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau


petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP.
Ò Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-
ragu menjawab oleh karena itu pastikan
ibu/pengasuh mengerti hal yang ditanyakan.
Ò Tanyakan pertanyaan tersebut secara
berurutan, satu per satu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban ya atau tidak.
LANGKAH PEMERIKSAAN
Ò Catat jawaban tersebut pada formulir.
Ò Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
Ò Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Ò Hitunglah berapa jumlah jawaban ya
É Jawaban ya bila ibu/pengasuh anak menjawab anak bisa
atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
É Jawaban tidak bila ibu/pengasuh anak menjawab anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak tahu.
INTERPRETASI HASIL KPSP
Ò Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, artinya
perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
Ò Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, artinya
perkembangan anak meragukan (M).
Ò Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, artinya
kemungkinan ada penyimpangan (P).
Ò Untuk jawaban ‘Tidak’ perlu dirinci jumlah jawaban
‘Tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
INTERVENSI

Ò Bila perkembangan anak sesuai umur (S)


É Beri pujian pada ibu karena telah mengasuhnya
dengan baik.
É Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
É Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan
kesiapan anak.
INTERVENSI

É Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan


kesehatan di Posyandu dan bina Keluarga Balita. Bila anak
sudah memasuki usia pra sekolah (36-72 bulan), anak
dapat diikutkan pada kegiatan di PAUD, Kelompok Bermain,
atau TK.
É Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap
6 bulan pada anak umur 24-72 bulan.
INTERVENSI

Ò Bila perkembangan anak meragukan (M)


É Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi setiap
saat sesering mungkin.
É Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya.
É Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
INTERVENSI
É Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar
KPSP yang sesuai dengan umur anak.
É Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tetap 7
atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan.
INTERVENSI

Ò Bila tahapan perkembangan


terjadi penyimpangan (P).
É Rujukan ke rumah sakit
dengan menuliskan jenis dan
jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
THANK YOU
Chatarina.s
Definisi
• American Thoracic Society, Committee
Asthma (1962)
– Asma adalah suatu penyakit saluran napas
bagian bawah sebagai akibat meningkatnya
kepekaan trakea & bronkus terhadap
perbagai rangsangan, dan ditandai dengan
penyempitan yang luas pada saluran napas,
bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan
• Penting :
– Inflamasi kronik
– Hiperresponsif saluran
napas
– Reversibel
– Remodelling saluran napas
ETIOLOGI
• FAMILIAL ( Penyakit keturunan) di mana jika terjadi
ada stimuli dari lingkungan berinteraksi dg faktor
keturunan menjadi penyakit
• Etiologi : belum diketahui scr pasti
• Faktor pencetus :
1.Alergen utama: debu, jamur dan tepung sari
2.Iritan seperti asap, bau - bauan dan polutan
KLASIFIKASI ASMA

• Asma episodik jarang / ringan


(75%) :
Gejala hanya sesekali timbul

• Asma episodik sering / sedang


(20%) :
Gejala lebih sering timbul

• Asma persisten / berat (5%) :


Gejala timbul terus menerus,
hampir setiap hari
Asma

3 peristiwa yang terjadi di saluran napas :


♦ Otot dinding saluran napas mengkerut
♦ Dinding saluran napas membengkak
♦ Saluran napas terisi banyak lendir

Hasil akhir : saluran napas menyempit


Perubahan pada saluran napas
Pencetus
(debu, bulu binatang, kapuk, dll)

Tidak timbul serangan

Timbul serangan

Bronkus Bronkus
Hiperreaktif : Tetap lebar
(tidak rentan, tidak sensitif,
•Otot saluran napas mengkerut tidak mudah goncang, stabil)

•Saluran napas menebal / membengkak


•Lendir lebih banyak dan kental/lengket
Bronkus
TANDA KLINIS ASMA

• Stadium I
- Edema di. bronkus : - batuk

• Stadium II
- Sekresi bronkus : - batuk sering
- sputum jernih
- sesak, weezingi, ekspirasi
memanjang

• Stadium III
- Obstruksi & spasme bronkus  :
- Napas cepat dangkal
- Suara napas tidak dengar
BAGAIMANA PENANGGULANGANNYA ?

1. Penghindaran faktor pencetus


2. Pemakaian obat dengan tepat : jenis,
dosis, cara, dan waktu/jaraknya
3. Pencegahan dini mulai pada ibu hamil,
bayi, ibu menyusui, dan seterusnya
Penanggulangan dengan obat

I. Obat pereda
Meredakan gejala serangan asma, berupa kombinasi
obat :
1. Pengendur otot saluran napas yang mengkerut
2. Pengencer lendir, mempermudah pengeluaran lendir di
saluran napas
3. Penghilang pembengkakan dinding saluran napas

II. Obat pengendali


Mencegah timbulnya gejala yang sudah reda, dengan
mengurangi peradangan di saluran napas
• Bronkodilator

• Anti inflamasi

• Mukolitik
TERAPI
INHALASI
ANAK DENGAN COVID 19

BY CHATARINA S
ANGKA KEJADIAN

Ruang Level I (23 Maret s.d 26 Mei 2020) Ruang Level II & III (23 Maret s.d 26 Mei 2020:
▸ PDP: 48orang ▸ PDP:19orang
▸ COVID-19: 2orang ▸ COVID-19: tidakada

Neonatus Level I &II (23 Maret s.d 26 Mei 2020): Neonatus Level III (23 Maret s.d 26 Mei 2020:
▸ BayilahirdariibuPDP: 3orang ▸ Bayilahirdariibu PDP:4orang
▸ Covid-19: tidakada ▸ COVID-19: tidakada

3
DEFINISI
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19): Penyakit
yang menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat
(Kepres no. 11 tahun 2020)

COVID-19 Pandemi->Pandemi adalah Suatu wabah


penyakit global ketika penyakit baru menyebar di
seluruh dunia melampaui batas (WHO)

COVID-19 adalah virus yang menyerang


saluran pernafasan
4

TANDA & GEJALA UMUM
INFEKSI COVID-19

• Demam
GANGGUAN • Batuk pilek
PERNAFASAN
AKUT • Sakit tenggorokan
• Sesak nafas

• Pneumonia
KASUS • Kegagalan organ
COVID-19 lain
BERAT
• Kematian

5
COVID-19
Apakah berbeda pada anak?
COVID‐19 epidemic:Diseases characteristics in children
• Kasus terbanyak: Keluarga
• Penularan di fasilitas Kesehatan
• Gejala ringan: Potensi besar menularkan
• Transmisi melalui droplet, aerosol, dan conjunctiva
• *Mungkin* dapat ditularkan melalui sal. Pencernaan
• Belum terdapat bukti yang memadai transimisi dari ibu ke bayi
PATOFISIOLOGI
Anak kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19

Pola napas tidak efektif Hipertermia


SARS COV-2

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Saluran Pernafasan: Risiko Infeksi


Demam
Gangguan pertukaran gas
Batuk
Sesak nafas
Sakit tenggorokan Risiko defisit nutrisi
Pneumonia

Risiko ketidakseimbangan
Risiko Syok Malas makan & minum cairan

Penurunan kesadaran
Risiko Jatuh Risiko ketidakseimbangan
Intake kurang
elektrolit

ANSIETAS ORANG TUA


STRATEGI

9 Keluarga Besar Corona Virus


PENDEKATAN PERAWATAN ANAK

p
A
T
I
E
N
T ✓ Konsep Hospitalisasi
✓ Konsep Family Centered
S Care
A ✓ Konsep Tumbuh Kembang
F ✓ Konsep Atraumatic Care
E
T
✓ Konsep Bermain
Y ✓ Proses Keperawatan anak

12
PENGENDALIAN LINGKUNGAN

Tata letak: jarak tempat tidur,


Tempat Pemakaian dan
alat kesehatan, tempat linen
melepas APD → sumber
pasien, file pasien infeksi

Kebersihan ruang rawat Physical distancing,


inap, sampah infeksius Social distancing

13
PENGENDALIAN APD
Penggunaan & melepas
APD dengan benar →
penularan infeksi

Jumlah APD mencukupi

APD yang di reuse

14
PROSES KEPERAWATAN ANAK
ASESMEN AWAL (KARS edisi 1.1)
• Keluhan utama: Gangguan pernafasan, demam, batuk, sesak
1. Status fisik nafas, sakit tenggorokan
• Pemeriksaan fisik: head to toe, data fokus pemeriksaan
pernafasan: irama, kedalaman, frekuensi, suara nafas

•Riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan


transmisi lokal
•Riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit COVID atau tinggal di
2. Riwayat kesehatan pasien transmisi lokal
•Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probable COVID-19
dalam 14 hari

• Kecemasan, Memperkenalkan diri, penjelasan general consent terkait


hak dan kewajiban pasien, tata tertib ruang perawatan COVID,
3. Psiko sosio spiritual orientasi ruangan, penyimpanan barang milik pasien
• Distres spiritual, Berdoa

15
Lanjutan Asesmen Awal

4. Ekonomi • Biaya pemerintah

• Alergi obat
5. Riwayat Alergi • Alergi makanan

• Numeric Pain Rating Scale


6. Assessment Nyeri
• FLACC Scale

16
Lanjutan Asesmen Awal

7. Risiko jatuh • Skala Humpty dumpty

• Barthel indeks
8.Status fungsional • Mandiri, Ketergantungan Ringan,
Sedang, Berat atau Total

• BB
9. Status nutrisi • TB
• LL

17
Lanjutan Asesmen Awal

• Pantang makanan, kebiasaan pasien


10. Budaya pasien saat sakit, kepercayaan yang dianut

11.Kebutuhan edukasi • Cuci tangan, penggunaan masker, etika batuk,


• Penggunaan obat yang benar, efek samping
obat, diet, manajemen nyeri, tehnik relaksasi

• Isolasi mandiri di rumah dan pencegahan infeksi


12.Perencanaan pasien • Penggunaan obat, makanan yang harus
dikonsumsi, waktu kontrol, mencari pertolongan
pulang jika ada kegawatan

18
Perawatan di Rumah
Monitor Kebersihan
gejala Anak tangan

Hiegiene Jaga
diri Penyebaran

Kebersihan Monitor
lingkungan Gejala Diri
1 Pendekatan keperawatan anak tetap dapat diaplikasikan
walaupun dalam kondis pandemik COVID-19.
2 Pemantauan tumbuh kembang yang optimal →menentukan
kualitas generasi bangsa Indonesia masa depan.

KESIMPULAN 3 COVID-19 tidak bisa dikalahkan dalam waktu dekat →


Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.
4 Pencegahan infeksi dimaknai sebagai pola pikir berhati-hati
→ setiap pasien yang ditangani kemungkinan positif COVID-
19.
5 Penggunaan dan pelepasan APD dengan benar sesuai SPO
→ revisi SPO, Panduan sesuai dengan kebutuhan.
6 Kompetensi & kesiapan perawat selalu ditingkatkan dan
dipersiapkan → lakukan asesmen kesiapan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan anak dengan COVID-19.
20
TERIMA KASIH

21
BY: CHATARINA
APA ITU MTBS ?

SUATU PENDEKATAN
KETERPADUAN DALAM TATA
LAKSANA BALITA SAKIT

Strategi untuk
meningkatkan derajat
kesehatan anak
Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI)
TUJUAN MTBS

MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN


GLOBAL YG TERKAIT DG PENYEBAB UTAMA PENYAKIT
PADA BALITA, MELALUI PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN KESEHATAN DAN MENINGKATKAN DERAJAT
KESEHATAN ANAK

MEMBERIKAN KONTRIBUSI TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
KESEHATAN ANAK
KOMBINASI PERBAIKAN TATALAKSANA
KASUS PADA BALITA SAKIT (KURATIF)
DENGAN ASPEK GIZI, IMUNISASI DAN
KONSELING (PROMOTIF DAN PREVENTIF)

STRATEGI MTBS

PENYAKIT ANAK DIPILIH MERUPAKAN


PENYEBAB UTAMA KEMATIAN DAN
KESAKITAN BAYI DAN BALITA
MTBS SEBAGAI STRATEGY KEY UNTUK
MENINGKATKAN KESEHATAN ANAK

Manajemen Gizi Imunisasi Pencegahan


Balita Sakit berbagai
penyakit &
promosi
tumbuh
kembang
TIGA KOMPONEN
STRATEGI MTBS

MENINGKATKAN KETRAMPILAN PETUGAS


KESEHATAN DALAM TATALAKSANA KASUS

MEMPERBAIKI SISTEM KESEHATAN AGAR


PENANGANAN PENYAKIT PADA BALITA LEBIH
EFEKTIF

MEMPERBAIKI PRAKTEK KELUARGA &


MASYARAKAT DALAM PERAWATAN DI RUMAH DAN
POLA PENCARIAN PERTOLONGAN
70 % KEMATIAN BALITA KARENA
12 JUTA BALITA MENINGGAL
PNEUOMONIA, MALARIA, DIARE,
SETIAP TAHUN DI NEGARA
CAMPAK, MALNUTRISI ATAU
BERKEMBANG
KOMPLIKASI

MENGAPA
LATAR BELAKANG
PERLU MTBS

LEBIH DARI 75 % IBU SERING DITEMUKAN


MEMBAWA BALITA KE KLINIK OVERLAPPING GEJALA
DENGAN KELUHAN SALAH SEHINGGA DIAGNOSA TUNGGAL
SATU KONDISI DI ATAS TIDAK TEPAT
LATAR BELAKANG
SETIAP TAHUN > 12 JUTA ANAK
MENINGGAL AKIBAT TERSERANG
PENYAKIT DAN NUTRISI YANG TIDAK
CUKUP.

DI BEBERAPA NEGARA, 1 DARI 5 ANAK


MENINGGAL KARENA PENYAKIT SEBELUM
MEREKA BERUSIA LIMA TAHUN

70 % KEMATIAN → PENYAKIT YG BISA


DICEGAH DAN DI OBATI
PENY. TSB AKAN TERUS BERLANJUT → 2020
→ KEMATIAN
PERGESERAN PARADIGMA PD SISTEM
PELAYANAN
Di manakah
kematian anak-anak tsb. terjadi?

Europe Eastern
2% Mediterranean
14%

Americas
4%
Southeast
Asia 30%

Africa Western
39% Pacific 10%

Negara berkembang: 99% - Afrika dan Asia: 69%


Penyebab 10,8 juta Kematian Balita
di Negara Berkembang (tahun 2002)
Perinatal ISPA
22% 20%

Diare
12%

Lainnya Malaria
29% 8%
Campak
HIV 5%
4%

Dari semua kematian balita di negara berkembang,


>50% akibat dari ke-5 kondisi tsb. dan malnutrisi
3 DARI EMPAT ANAK YANG MENCARI PELAYANAN
KESEHATAN PALING TIDAK, MENDERITA SATU
DARI LIMA PENYAKIT TERSEBUT YAITU :
PNEUMONIA
DIARE
MALARIA
CAMPAK
MALNUTRISI

Kategori MTBS :
Bayi muda ( 1 hari s/d 2 bulan)
Anak ( 2 bln s/d 5 tahun )
PELAKSANA MTBS
TENAGA KESEHATAN, YAITU :
❑ PARAMEDIS (PERAWAT & BIDAN)
❑ DOKTER

BUKAN UNTUK
RAWAT INAP

BUKAN UNTUK
KADER
KEUNTUNGAN MTBS BAGI PROGRAM TERKAIT

PROGRAM KEUNTUNGAN

ISPA & DIARE Keterpaduan tatalaksana kasus

Imunisasi Mengurangi “missed opportunities’

Malaria Memperbaiki penanganan malaria pada


Balita & Promosi kesehatan
Kesehatan Ibu Mendiskusikan kesehatan ibu dan
memberikan konseling
Gizi Konseling bagi ibu untuk pemberian
makanan pada anaknya & meneteki
Pengobatan Pedoman tatalaksana yang baku

Promosi kesehatan Mencari pertolongan kesehatan secara


tepat
Model pengelolaan MTBS:
Penilaian tanda & gejala dg cara
bertanya, melihat , mendengar dan
meraba.
Membuat klasifikasi
Menentukan tindakan
Memberikan konseling
Memberikan tindak lanjut pada
kunjungan ulang
By Chatarina.S
DEFINISI
PENYAKIT INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT DENGAN TANDA/
GEJALA UTAMA AKIBAT RADANG PADA
PAREMKIM PARU
ETIOLOGI PNEUMONIA

 Terbanyak : bakteri dan virus


 Di Negara sedang berkembang :
bacterial > viral
(Shann,1986) : bacteri → 60 %
(Turner, 1987) : di negara maju,
bacteri →19 % ; virus →39 %
KLASIFIKASI
BERDASARKAN BERAT RINGANNYA PENYAKIT.
SESUAI DENGAN BERATNYA SESAK NAPAS DAN
KEADAAN UMUM
a. Pneumonia ringan
batuk & sedikit sesak / takipnea tapi masih
aktif bermain, mampu makan minum dan
tidur seperti biasanya
b.Pneumonia sedang-berat
sesak dg retraksi otot pernapasan, lemah
dan tidak mampu makan minum seperti
biasanya, serta gelisah
c. Pneumonia sangat berat
Sesak hebat, penurunan kesadaran dan
sianosis

Berdasarkan etiologi: virus, bakteri, jamur,


mikoplasma, klamidia

Bardasarkan lokasi kerusakan anatomis/


perbedaan diagnostik fisis:
1. pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
2. pneumonia lobaris, pneumonia interstitialis.
Dasar diagnosis

 Tergantung umur, beratnya penyakit dan


jenis organisme penyebab
 Pada bayi/ balita pemeriksaan auskultasi
sering tidak jelas, maka napas cepat,
sesak, retraksi dinding dada, PCH +
dipakai sebagai indikator
Kriteria napas cepat
1. Umur < 2 bln : ≥ 60x/menit
2. Umur 2 bln – 12 bln: ≥ 50x/menit
3. Umur 12 bln – 5 th : ≥ 40 x/menit
klasifikasi
umur klasifikasi Napas retraksi
cepat
< 2 bln Pneumonia + +
berat
Bukan _ _
pneumonia
2 bl-5 Pneumonia + +
th berat
pneumonie + _
Bukan _ _
pneumonia
GEJALA KLINIS SEDERHANA PNEUMONIA
(WHO)

Napas cepat (takipne)


kali/menit
< 2 months >60
2 - 12 months >50
1 - 5 years >40

Chest Indrawing
(retraksi subkostal)
Dapat juga dipakai kriteria paling
sedikit 3 dari 5 gejala/ tanda:
1. Sesak napas disertai pernapasan cuping
hidung dan retraksi dada
2. Panas badan
3. Ronki basah sedang nyaring pada
bronkopneumonia atau suara
pernapasan broncial dan bernada pekak
pada pneumonia lobaris pada saat
perkusi
4. Foto toraks menunjukan adanya bercak-
bercak pada satu atau beberapa lobus
5. leukositosis
Penatalaksanan medis
Sebelum memberikan obat tentukan dahulu
: berat ringannya penyakit, riwayat
pengobatan sebelumnya, dan respon
terhadap pemgobatan tersebut, adanya
penyakit yang mendasari
Antibiotik awal ( dalam 24-72 jam pertama)
umur 1-2 bln : ampisilin + gentamisin, kalau
respon baik dilanjutkan 10-14 hari
umur > 2 bln : ampisilin + kloramfenikol,
kalau respon baik dilanjutkan sampai
dengan 3 hari , klinis sembuh ( biasanya
cukup 5 -7 hr )
 Simptomatik (untuk panas badan dan
batuk)
Sebaiknya tidak diberikan terutama 72 jam
pertama.
 Suportif
O2 lembab 40% melalui kateter hidung
diberikan sampai sesak napas hilang
 Cairan, nutrisi dan kalori yang memadai
melalui oral, intragastrik, atau infus.
TUBERCULOSIS PADA ANAK

By: Chatarina S
TB → Masalah kesehatan
WHO → 90 juta kasus TB
30 juta kematian ec TB.
Indonesia : prevalensi ke-3 tertinggi
Inhalasi droplet nuclei berisi M.tuberculosis

Droplet mukosa saluran


Tidak ada infeksi
napas atas

Reaksi inflamasi non spesifik alveolus

Basil TB dalam makrofag alveolus


tetap berkembang biak

2-10 minggu
Penyebaran limfogen lokal
Penyebaran hematogen
95% 5%

Respon imun seluler gagal


Respons sel T spesifik atau tidak adekuat

Makrofag aktif: TB aktif (penyakit)


membunuh/menghambat
basil TB Reaktivasi

5% Imunitas menurun
TB inaktif mungkin masih
atau gagal
ada basil TB hidup
Gambar. Patogenesis TB
Gambar. Perjalanan alamiah penyakit TB primer pada anak
yang tidak mendapatkan pengobatan
GAMBARAN KLINIS TB ANAK

Gejala umum
• BB  /tdk naik (IKA : 67%)

• Anoreksia dg gagal tumbuh (IKA: 74,7%)

• Demam lama/berulang, keringat malam (IKA: 81%)

• Pembesaran KGB, tidak nyeri & multipel

• Batuk lama> 3mnggu (IKA : 78,4%)

• Diare persisten
DIAGNOSIS TB
Dasar diagnosis
a. Riwayat kontak TB

Shaw & Wynn (’53)


☺ Kontak BTA (+) → 65% uji tuberkulin (+)

Sasraatmadja (’83)
☺ Kontak TB → 51/107 uji tuberkulin (+)
☺ Risiko infeksi TB → 1,86 kali

b. Gambaran Klinis
DIAGNOSIS TB (lanjutan)
c. Pemeriksaan penunjang
Uji Tuberkulin → infeksi TB

d. Pemeriksaan darah tepi


Tidak spesifik : Hb , LED , dan limfositosis

e. Pemeriksaan radiologis
Gambaran tidak spesifik
- infiltrat (27,2%)
- infiltrat + pemb.KGB hilus/paratakeal (13,6%)
- Milier (26,1%)
- Efusi pleura (5,6%), dll
DIAGNOSIS TB (lanjutan)

f. Pemeriksaan bakteriologis
Sediaan apus BTA
- Penting
Kendala → - teknik pemeriksaan → spesimen
sulit didapat
- TB dini → jumlah kuman sedikit
- OAT
GAMBARAN RADIOLOGIS PARU
konjungtivitis fliktenularis
Kriteria diagnosis yg digunakan
pada sistem skoring IDAI
Hal-hal yang mencurigakan TB :
1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB yang
BTA (+)
2. Tes tuberkulin yang positif (> 10 mm)
3. Gambaran foto rontgen sugestif TB
4. Terdapat reaksi kemerahan yg cepat (dlm 3-7 hari) setelah
imunisasi dg BCG
5. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
6. Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang
jelas
7. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas/ berat badan
kurang baik yg tidak naik dlm 1 bln meskipun sudah dg
penanganan gizi (failure to thrive)
8. Gejala-gejala klinis spesifik (pd kelenjar limfe, otak, tulang,
dll)
> 3 (+) : dianggap TB
PENGOBATAN TB

• Permulaan intensif
• Kombinasi 3 atau lebih OAT
• Teratur dan lama
• Pemberian gizi yang baik
• Pengobatan dan pencegahan penyakit lain
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
1. Isoniazid (INH) : 5 - 15 mg/Kg BB/hari, max. 300 mg/hari
oral 1 - 2 x / hari

2. Rifampisin : 10 - 20 mg/Kg BB/hari, max. 600 mg/hari


oral 1 - 2 x / hari, perut kosong

3. Pirazinamid : 15 - 30 mg/Kg BB/hari, max. 2 gram/hari


oral 1 - 2 x / hari (20 - 40 mg/Kg BB/hari)

4. Streptomisin : 20 - 40 mg /Kg BB/hari, max. 1gram/hari


intramuskulus

5. Etambutol : 15 - 20 mg/Kg BB/hari, max. 1,5 gram/hari


oral 1 x /hari, perut kosong

Lain-lain : Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin,


Ciprofloxacin
PENCEGAHAN

• Perbaikan sosio ekonomi


• Kemoprofilaksis
• Imunisasi BCG
Regimen obat antituberkulosis

2 bl 6 bl 9 bl 12 bl

INH
RIF
PZA

EMB
STREP

PRED

Directly Observed Treatment Short course (DOT’S)


Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Kejang
Demam

Departemen Keperawatan
Anak
Kejang
• Kejang merupakan kelainan
neurologis yang sering dijumpai
pada kehidupan sehari-hari
• Perlu dibedakan apakah kejang
atau bukan kejang
• Tatalaksana kejang dibagi
dilakukan saat kejang dan
setelah kejang
Kejang atau bukan kejang
Keadaan Kejang Bukan kejang
Onset tiba-tiba gradual
Kesadaran terganggu tidak terganggu
Gerakan ekstre sinkron asinkron
Sianosis sering jarang
Ger abn mata selalu jarang
Serangan khas sering jarang
Lama detik-menit beberapa menit
Dapat diprovokasi jarang hampir selalu
Ictal EEG abn selalu tidak pernah
Etiologi Kejang

• Kejang Demam
• Infeksi SSP
• Epilepsi
Definisi
• Kejang demam adalah
bangkitan kejang yang
terjadi pada bayi atau
anak antara umur 3
bulan sampai 5 tahun
karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di
atas 38° C) akibat
proses ekstra kranium
(Price & Wilson, 1995,
Soetomenggolo, 1999,
Hockenberry, 2009)
Etiologi
• Kenaikan suhu tubuh akibat infeksi
saluran pernafasan, otitis media,
gatroenteritis, ISK
• Umur
• Genetik
• Riwayat prenatal dan perinatal yang
buruk (asfiksia)
Patofisiologi

Perubahan
keseimbangan Difusi ion kalium
Demam
membran sel dan natrium
neuron

Meluas ke
Lepasnya
seluruh sel
Kejang muatan listrik
dengan bantuan
yang besar
neurotransmitter
Manifestasi Klinis
• Demam
• Penurunan kesadaran
• Tangan dan kaki kaku atau tersentak-
sentak
• Lidah tergigit, gigi atau rahang
terkatup rapat
• Sulit bernapas
• Busa di mulut
• Wajah dan kulit menjadi pucat atau
kebiruan
• Mata berputar-putar, sehingga hanya
putih mata yang terlihat.
• Inkontinensia (mengeluarkan air kemih
atau tinja diluar kesadarannya)
Klasifikasi
• Simple febrile seizures :
– Kejang menyeluruh
– Berlangsung < 15 menit
– Tidak berulang dalam 24 jam.
• Complex febrile seizures:
– Kejang fokal (hanya melibatkan
salah satu bagian tubuh)
– Berlangsung > 15 menit
– Berulang dalam waktu singkat
(selama demam berlangsung).
Klasifikasi menurut Living Stone

• Kejang Demam Sederhana / KDS yaitu kejang yang


terjadi pada umur antara 6 bulan s/d 4 tahun, lama
kejang kurang dari 20 menit, kejang bersifat umum,
frekwensi kejang kurang dari 4x/tahun, kejang timbul
dalam 16 jam sesudah kenaikan suhu.

• Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam, ditegakkan


apabila kejang tidak memenuhi salah satu atau lebih
kriteria KDS. Kejang pada Epilepsi adalah merupakan
dasar kelainan, sedang demam adalah faktor pencetus
terjadinya serangan.
Klasifikasi Kejang
• Kejang Tonik
– Kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik
• Kejang Klonik
– Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
biasanya berlangsung selama 1-2 menit
• Kejang Mioklonik
– Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan
fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan
terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro.
– Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf
pusat yang luas dan hebat.
Klasifikasi Kejang
Pemeriksaan Lanjutan
• Lumbal Fungsi
– Pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal
tulang belakang)
– Untuk meneliti kecurigaan meningitis.
• Electro Enchepalo Gram (EEG)
– Pemeriksaan gelombang otak untuk
meneliti ketidaknormalan gelombang.
– Pemeriksaan ini tidak dianjurkan
untuk dilakukan pada kejang demam
yang baru terjadi sekali tanpa adanya
defisit (kelainan) neurologis.
Pemeriksaan Lanjutan
• Pemeriksaan laboratorium
– Pemeriksaan seperti pemeriksaan
darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, atau gula darah
tidak rutin dilakukan pada kejang
demam pertama.
– Pemeriksaan laboratorium harus
ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar sebagai
pemeriksaan rutin.
• Neuroimaging
– Pemeriksaannya antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala.
– Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada
kejang demam yang baru terjadi untuk
pertama kalinya.
Prognosa
• Kematian
– Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya
baik, tidak sampai terjadi kematian.
– Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %.
• Terulangnya Kejang
– Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada
6 bulan pertama dari serangan pertama.
– Resiko terulangnya kejang
• Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
• Riwayat kejang demam dalam keluarga
• Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu
sudah relatif normal
• Riwayat demam yang sering
• Kejang pertama adalah complex febrile seizure


Prognosa
• Epilepsi
– Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari
KDS dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi
oleh demam.
– Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi
oleh seorang anak sesudah menderita KDS
tergantung kepada faktor :
• riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam
keluarga
• kelainan dalam perkembangan atau kelainan
sebelum anak menderita KDS
• kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
– Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas,
maka kemungkinan mengalami serangan
kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding
bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali
faktor di atas.
Prognosa
• Hemiparesis
– Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum
maupun kejang fokal.
– Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan
spastisitas.
– Diperkirakan sekitar 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang
lama.
• Retardasi Mental
– Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ,
sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami
gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang
lebih rendah.
– Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam,
kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
Penatalaksanaan
• Menjaga jalan nafas dan pemenuhan oksigenasi
• Usahakan suhu tetap stabil dengan pemberian
antipiretik
• Memasang infus untuk pemberian glukosa dan obat
lain
• Pemberian anti konvulsan: diazepam untuk mengatasi
kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan
memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel
yang rusak karena asfiksia dan anoxia
ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS KONVULSIF3
Diazepam 5-
Prehospital 10mg/rekt max 2x 0-10 mnt
jarak 5 menit

Hospital/ED Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io Monitor


Airway 10-20 mnt
Breathing, O2 (kec 2mg/mnt, max dosis 20mg) Tanda vital
Circulation atau EKG
Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Gula darah
atau Elektrolit serum
NOTE : JIKA DIAZ RECTAL 1X PRE
HOSPITAL BOLEH RECTAL 1X Lorazepam 0,05-0,1mg/kg/iv (Na, K, Ca, Mg, Cl)
(rate <2mg/mnt) Analisa Gas Darah
Koreksi kelainan
Fenitoin Pulse oxymetri
20mg/kg/iv
ICU/ED 20-30 mnt Kadar obat darah
Note : Aditional (20mnt /50ml NS)
5-10mg/kg/iv Max 1000mg

Phenobarbitone 30-60 mnt


20mg/kg/iv
Note : (rate >5-10min; max 1g)
Jika preparat (+)
ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanjut infus 0,02-0,4 mg/kg/jam 5 – 8 mg/kg/iv
Perencanaan Keperawatan
• Diagnosa 1
– Risiko aspirasi d/d penurunan tingkat kesadaran
• Tujuan
– Patensi jalan napas
• Kriteria hasil
– Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler,
sekresi mukosa tidak ada, RR dalam batas normal
• Intervensi
– Monitor pola nafas, bunyi nafas
– Pertahankan patensi jalan nafas
– Longgarkan pakaian
– Berikan oksigen
– Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Perencanaan Keperawatan
• Diagnosa 2
– Hipertermi b/d proses penyakit
• Tujuan
– Suhu stabil
• Kriteria hasil
– Suhu dalam batas normal (36,5 sd 37,5 0 C)
• Intervensi
– Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu
– Berikan kompres
– Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik dan
pemasangan IV line untuk pemberian cairan
Perencanaan Keperawatan
• Diagnosa 3
– Risiko cedera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot.
• Tujuan
– Pasien aman terbebas dari trauma atau cedera
• Kriteria hasil
– Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan,
meningkatkan keamanan lingkungan
• Intervensi
– Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang.
– Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang.
– Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.
– Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang.
– Lindungi klien dari trauma atau kejang.
– Berikan kenyamanan bagi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi anti convulsan
Perencanaan Keperawatan
• Diagnosa 4
– Risiko kejang berulang d/d peningkatan suhu tubuh
• Tujuan
– Aktivitas kejang tidak berulang
• Kriteria hasil
– Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal
• Intervensi
– Monitor karakteristik kejang, status neurologis
– Observasi tanda-tanda vital, pertahankan suhu tubuh normal
– Lindungi anak dari trauma.
– Pasang akses IV
– Berikan oksigen
– Kolaborasi pemberian antipiretik
Asuhan
Keperawatan
Pada Anak
dengan Meningitis

Departemen Keperawatan
Anak
Definisi
• Meningitis adalah
peradangan pada
daerah selaput otak
(arachnoid dan
piamater) yang
disebabkan oleh virus
atau bakteri.
Etiologi
• Meningitis disebabkan
oleh berbagai macam
organisme yaitu virus
dan bakteri
• Faktor predisposisi
meningitis seperti fraktur
tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-
sum tulang belakang.
Patofisiologi
Infeksi selaput otak

Bakteri
berkembang Pembengkakan
Eksudat infeksi Panas
biak di bagian infeksi

Penyempitan
Mencedarai Berlebihan PD sekitar
saraf kranial menyumbat CSS dan
penekanan saraf

Gejala dan
Penurunan perfusi
kerusakan Hidrosefalus
di saraf yan terkena
jaringan serebral

iskemia
LANJUTAN PATOFISIOLOGI

ISKEMIA

METABOLISME GEJALA RANGSANG AKTIVITAS


MENINGEAL ELEKTRIK
ANAEROB
TERGANGGU

ASAM LAKTAT POMPA Na & K

GAGAL

EDEMA SEREBRAL

TIK MENINGKAT
Klasifikasi

• Terdapat 2 jenis
meningitis :
– Meningitis bakteri
– Meningitis virus
Klasifikasi : Meningitis Bakteri
• Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis
adalah haemofilus influenza, Nesseria, Diplokokus
pneumonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aureus,
Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas.
• Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit.
• Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di
dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan
yang tadinya tipis menjadi tebal.
• Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan
jaringan otak akan mengalami infark.
Manifestasi klinis : Meningitis bakteri

• Irritable, apatis
• Nyeri kepala
• Anoreksia, obstipasi, muntah
• Kejang
• Kaku kuduk
• Kaku seluruh tubuh, opistotonus
• Strabismus, nistagmus
• Kelumpuhan
• Koma
Klasifikasi : Meningitis Virus
• Meningitis Virus
– Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik
meningitis.
– Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit
yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez
simpleks dan herpez zoster.
– Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri
tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak
ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
– Peradangan terjadi pada seluruh korteks cerebri dan
lapisan otak.
– Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Manifestasi klinis : meningitis virus
• Gejala infeksi akut : lesu, iritable,
panas, muntah, anoreksia, sakit
kepala
• Gejala TTIK : muntah, nyeri
kepala, tangis merintih,
penurunan kesadaran, kejang,
paralisis, strabismus, pernafasan
cheyne stokes, pada bayi : ubun-
ubun besar menonjol dan tegang
• Gejala rangsangan meningeal :
kaku kuduk, rigiditas umum,
kernig signs , brudzinski +
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa
cairan otak meliputi jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
– Pemeriksaan darah terutama jumlah sel darah merah yang biasanya
meningkat diatas nilai normal.
– Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi
adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
– Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum
glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya
menurun dari nilai normal.
• Pemeriksaan Radiografi
– CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau
penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit
yang sudah sangat parah.
Penatalaksanaan
• Pengobatan biasanya diberikan antibiotik
yang paling sesuai untuk setiap
mikroorganisme penyebab meningitis.
• Lama pengobatan tergantung etiologi
bakteri penyebab, pada umumnya 10-14
hari.
• Pada umumnya tidak diperlukan tindakan
bedah kecuali bila ada komplikasi seperti
abses otak atau hidrosefalus.
Pencegahan
• Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan
mengerti dengan baik faktor presdisposisi seperti otitis
media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana
dapat menyebabkan meningitis serosa.
• Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan
tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut
telah hilang.
• Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai
harus cepat diatasi.
• Untuk mengidentifikasi faktor atau jenis organisme
penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai
dengan organisme penyebab untuk melindungi
komplikasi yang serius.
Pengkajian
• Neonatus : hipotermi, hipertermi, pucat,
letargi, iritabilitas, anoreksia dan minum,
kejang, diare, muntah, fontanel menonjol,
opistotonus
• Bayi dan anak : letargi, iritabilitas, pucat,
anoreksia, mual, muntah, peningkatan TIK,
fontanel menonjol, kejang
• Kaku kuduk, kernig sign dan brudzinski +
• Pemeriksaan penunjang : CSS
Nursing Care Planning
• Dx. Kep. Risiko cedera d.d kejang
• Tujuan : pasien terhindar dari cedera
• Intervensi
– Observasi tingkat kesadaran, TTV
– Kurangi stimulus yang dapat menyebabkan
reaksi eksternal
Nursing Care Planning
• Dx. Kep. Nyeri akut b.d adanya proses inflamasi
• Tujuan : terpenuhi rasa nyaman dengan kriteria
– Nyeri dapat diterima atau ditoleransi
– Nyeri berkurang atau hilang
• Intervensi
– Atur posisi nyaman, pada umumnya miring
– Tinggikan sedikit kepala bagian tempat tidur tanpa
menggunakan bantal
– Lakukan teknik relaksasi, distraksi, guided imagery
atau terapi musik
– Kolaborasi pemberian analgetik
Nursing Care Planning
• Dx. Kep. Gangguan proses keluarga b.d krisis
situasional
• Tujuan : Keluarga mendapatkan dukungan yang
adekuat
• Intervensi
– Berikan kesempatan keluarga untuk
mengekspresikan perasaan
– Berikan informasi yang jelas pada proses
penanganan yang telah diberikan
– Libatkan keluarga dalam tindakan perawatan
DIARE
Definisi
• Buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja >
200 gram atau 200 ml/24jam
• Buang air besar encer lebih dari 5 kali per
hari dapat disertai atau tanpa disertai
lendir/darah
Penyebab Diare
• Virus (Rotavirus) → BAB berair (watery), berbusa, tidak
ada darah lendir, berbau asam.
• GE ( fluperut) terbanyak karena virus.
• Bakteri → BAB disertai dengan darah/lendir, sakit perut
→Memerlukan antibioka
• Parasit(Giardiasis) → BAB darah+/- dan lendir, sakit
perut → memerlukan antiparasit
• Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika
→Bila diare, segera hubungi dokter
• Alergi susu → diare biasanya timbul beberapa menit
atau jam setelah minum susu → biasanya pada alergi
susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu
sapi.
• Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai
penyakit lain → misalnya infeksi saluran kencing,
infeksi telinga, campak dll.
Manifestasi Klinis
• anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang.
• Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer, kadang disertai darah atau lendir
• Warna tinja → kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
• Anus dan sekitarnya lecet → seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
• Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit
menurun, ubun-ubun dan mata cekung membran
mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
• Merasa kehausan, gelisah, rewel, muntah, demam
• Perubahan TTV → nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah turun, denyut jantung cepat, lemas, kesadaran
menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
• Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
• Bila terjadi asidosis metabolik → klien akan tampak
pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
• Pemeriksaan laboratorium → pemeriksaan feses
ditemukan adanya leukosit dan laktoferin
Klasifikasi Diare
1. Diare Akut → diare mendadak yang berlangsung
kurang dari 14 hari → tersering karena VIRUS → BAB
berair (watery), berbusa, tidak ada darah atau lendir,
dan berbau asam
2. Diare Kronik → diare melanjut sampai 2 minggu atau
lebih dengan atau tanpa kegagalan pertumbuhan
(failure to thrive).
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Tinja → Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja
• Bila perlu diadakan uji bakteri
➢ Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah → menentukan PH dan cadangan alkali
dan analisa gas darah.
➢ Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin →
mengetahui faal ginjal.
➢ Pemeriksaan elektrolit → kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
Akibat Diare
1. Kehilangan air (dehidrasi) → merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare
2. Hipoglikemia → pada 2-3% anak dengan diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita
KKP → karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia →glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak
• Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat
→ Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna
dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik dan orangtua sering menghentikan
makanan
• Gangguan sirkulasi → terjadi renjatan (shock)
hipovolemik → akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia → asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun
dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal
Komplikasi
• Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik).
• Renjatan hipovolemik.
• Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot,
lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
• Hipoglikemia.
• Introleransi laktosa sekunder → defisiensi enzim laktase
→ kerusakan vili mukosa, usus halus.
• Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
• Malnutrisi energi protein → karena selain diare dan
muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
Derajat Dehidrasi Berdasarkan Kehilangan
BB
• Tidak ada dehidrasi → bila terjadi penurunan berat
badan 2,5%.
• Dehidrasi ringan → bila terjadi penurunan berat badan
2,5-5%.
• Dehidrasi sedang 7-8%
• Dehidrasi berat → bila terjadi penurunan berat badan 8-
10%
Bentuk Klinis Diare
DIAGNOSA DIDASARKAN PADA KEADAAN
Diare cair akut Diare lebih dari 3 kali/hari berlangsung kurang dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Kolera Diare air cucian beras yg sering dan banyak → cepat
menimbulkan dehidrasi
Diare dgn dehidrasi berat selama tjd KLB kolera
Diare dgn hasil kultur tinja positif u/ V. Cholerae

Disentri Diare berdarah


Diare Persisten Diare berlangsung selama 14 hari/lebih
Diare dgn Gizi Diare jenis apapun yg disertai tanda gizi buruk
buruk
Diare terkait Mendapat pengobatan antibiotik spektrum luas
antibiotik
Invaginasi Dominan darah & lendir dlm tinja
Massa intraabdominal
Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan
Diare
Klasifikasi Tanda atau Gejala Pengobatan

Dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih tanda -Beri cairan untuk diare
dibawah ini : dengan dehidrasi berat
-letargis/tidak sadar - Rencana Terapi C
-Mata cekung
-Tidak bisa minum/malas
minum
-Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (>3 dtk)
Dehidrasi Terdapat dua atau lebih tanda -Beri anak cairan dan
ringan/sedang dibawah ini : makanan untuk dehidrasi
-rewel, gelisah ringan → Rencana terapi B
-Mata cekung - setelah rehidrasi, nasehati
-Minum dengan lahap, haus ibu u/ penanganan dirumah
- cubitan kulit kembali lambat dan kapan kembali segera
-Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan
Diare
Klasifikasi Tanda atau Gejala Pengobatan

Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda - beri cairan dan makanan
untuk diklasifikasikan sebagai untuk menangani diare di
dehidrasi ringan atau berat rumah → rencana terapi A
- nasihati ibu kapan
kembali segera
-Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Orangtua diberitahu untuk mencari
pertolongan medik lebih lanjut, jika :
• Anak tampak letargi atau gelisah sehingga sulit minum
• Terdapat muntah persisten
• Defisit cairan yang makin banyak akibat diare yang
persisten
• Diare disertai darah
• Menurunnya produksi urin
Pemberian Makanan Secepatnya (early
refeeding)
• Nasehati ibu u/ meneruskan pemberian ASI secepatnya
dan makanan sehari-hari → mencegah tjdnya gangguan
gizi, menstimulasi perbaikan usus dan mengurangi
derajat serta lamanya penyakit.
• Bayi dengan dehidrasi berat yg disertai malnutrisi dan
kerusakan usus → berikan formula yang bebas laktosa
atau formula yg mudah dicerna
• Makanan yang perlu dihindari → yg mengandung gula
sederhana → soft drink, jus buah kental, minuman yg
mengandung kafein, sereal yg dilapisi gula, makanan yg
tinggi lemak
Penatalaksanaan
• Selain pemberian cairan → rencana terapi C
(penanganan dehidrasi berat dengan cepat), rencana
terapi B (penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan
oralit), rencana terapi A (penanganan diare dirumah)
• Pemberian Zink selama 10 hari → lama diare mjd lebih
pendek, volume tinja lebih sedikit, kenaikan BB yg lebih
baik, dan perbaikan thd status def Zn
• Penggunaan probiotik → efektif dalam pencegahan
maupun terapi diare akut akibat rotavirus pada anak,
dalam hal memperpendek masa sakit.
Pencegahan atau Edukasi
• Pemberian ASI eksklusif 4-6 bulan
• Sterilisasi botol setiap sebelum pemberian susu formula
• Persiapan/penyimpanan makanan secara bersih
• Gunakan air bersih dan matang untuk minum
• Kebiasaan cuci tangan sebelum menyiapkan dan
memberi makan
• Membuang tinja di jamban
• Imunisasi campak
• Pemberian makanan seimbang untuk menjaga status
gizi yang baik
Anak dengan
Kurang Kalori
Protein (KKP)
Definisi

• Kurang Kalori Protein/Kurang Energi


Protein/Malnutrisi Energi Protein
adalah keadaan klinis yang
disebabkan tidak terpenuhinya
kebutuhan energi dan protein akibat
kurangnya asupan nutrisi atau
kebutuhan/keluaran yang meningkat
atau keduanya secara bersama (Divisi
gizi dan penyakit metabolik RSCM,
2007).
Prevalensi
• Prevalensi yang tinggi terjadi pada anak-anak
balita, ibu yang sedang mengandung dan ibu yang
sedang menyusui.
• Banyak terjadi di negara berkembang.
Faktor Predisposisi

• Budaya, sosial, ekonomi rendah


• Gangguan sistem pencernaan
• Rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi
kalori dan zat gizi dalam makanan
• Kurang pengetahuan tentang nilai bahan
makanan yang bergizi
KLASIFIKASI STATUS GIZI BERDASARKAN WHO
NCHS
Indikator Status Gizi Cut of Point
BB/U Gizi lebih >2.0 SD baku WHO NCHS
Weight for Age Z Score Gizi baik -2.0 SD s.d 2 SD
Gizi kurang <-2.0 SD
Gizi buruk <-3.0 SD
TB/U Normal ≥-2 SD baku WHO NCHS
Height for Age Z Score Pendek <-2 SD
BB/TB Gemuk > 2 SD baku WHO NCHS
Weight for Height Z Score Normal -2 SD s.d 2 SD
Kurus < -2 SD
Sangat kurus < -3 SD
Jenis KKP
• Kwashiorkor
• Marasmus
• Kwashiorkor-Marasmus
Kwashiorkor
• Definisi
– Kwashiorkor adalah gangguan
gizi akibat defisiensi protein
dengan asupan kalori yang
adekuat.
• Prevalensi
– Umur 1-5 tahun
Kwashiorkor
• Etiologi
– Mal absorpsi protein
– Intake protein hewani kurang
– Sekresi protein ----> urin
– Penyakit hati
– Diare kronik
– Adanya infeksi
– Budaya dan psikologis
Kwashiorkor

• Patologi
– Intake protein kurang → penurunan asam amino
essensial untuk sintesis
– Intake karbohidrat → insulin meningkat → asam amino
essensial dalam serum → disalurkan ke otot
– Rendahnya asam amino essensial dalam serum →
pembentukan albumin oleh hepar menurun→ edema
– Intake protein berkurang→ gangguan pembentukan
lipoprotein beta→ gangguan transport lemak dari hepar
ke depot lemak → akumulasi lemak dalam hepar →
perlemakan hepar
Kwashiorkor
• Manifestasi Klinis
– Gangguan pertumbuhan
– Edema seluruh tubuh terutama pada kaki
– Wajah membulat dan sembab
– Perubahan status mental: cengeng, rewel, apatis
– Anoreksia
– Rambut kusam dan mudah dicabut
– Crazy pavement dermatosis: bercak putih dan merah muda
dengan tepi hitam pada kulit
– Hepatomegali
– Jaringan sub kutan tipis
– Atrofi otot
– Mudah terkena infeksi
– Diare
Kwashiorkor
• Pemeriksaan Penunjang
– Kadar albumin, glukosa dalam serum menurun
– Globulin normal / meningkat
– Asam amino menurun, kolesterol menurun
– Kalium menurun, natrium meningkat
– Tes fungsi hati: perlemakan hepar
– Osteoporosis
Marasmus
• Definisi
– Marasmus adalah gangguan gizi akibat
kekurangan zat tenaga/kalori dalam
waktu yang lama.
– Kekurangan energi pada makanan
mengakibatkan cadangan protein tubuh
terpakai sehingga anak menjadi kurus
dan menimbulkan keadaan marasmus
• Prevalensi
– Umur 0-2 tahun
Marasmus

• Etiologi
– Intake makanan mengandung kalori tinggi
– Penyakit metabolik
– Infeksi kronis
– Kelainan kongenital
Marasmus

• Patologi
– Intake makanan berkurang→ energi berkurang→
kebutuhan jaringan tubuh tidak terpenuhi
– Untuk kelangsungan hidup→ penggunaan energi
dan cadangan protein dari dalam tubuh
– Penghancuran jaringan tubuh→ memungkinkan
sintesis glukosa dan metabolit essensial lain seperti
asam amino untuk komponen homeostatik
Marasmus
• Manifestasi Klinis
– Anak tampak sangat kurus
– Muka seperti orang tua
– Anak cengeng dan rewel
– Rambut kering, tipis, mudah rontok
– Lemak sub kutan menghilang, turgor kulit menurun, kulit
keriput
– Atrofi otot
– Sering diare atau konstipasi
– Perut cekung/ membuncit dengan gambaran usus jelas
– Mata besar, dalam
– Penurunan TTV
Kwashiorkor-Marasmus
• Memperlihatkan gejala campuran antara
kwashiorkor dan marasmus
• Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan energi untuk pertumbuhan normal
• Gejala memperlihatkan berat badan turun 60%
dibawah normal dan memperlihatkan tanda-
tanda kwashiorkor seperti edema, kelainan
rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokomiawi
lainnya.
Komplikasi KKP
• Penyakit infeksi: TBC
• Keterlambatan tumbang
• Defisiensi vitamin dan mineral
– Vitamin A: xerofthalmia
– Vitamin B1: kelainan saraf
– Vitamin B2: Stomatitis
– Vitamin B12: Anemia
– Vitamin C: Scurvy
• Gangguan kecerdasan intelektual
• Depresi mental
Pencegahan KKP
• Pemantauan pertumbuhan anak
dengan menimbang BB secara
periodik
• Pendidikan kesehatan terutama
tentang pemberian gizi
• Pemeliharaan kesehatan: imunisasi,
hygiene
• Pemberian makanan suplemen / PMT
• Penyediaan makanan TKTP untuk
anak yang disapih
Penatalaksanaan KKP
• Secara Umum
– Berikan intake makanan TKTP
– Observasi intake output
– Jaga Hygiene
• Secara Khusus
– Fase Resusitasi
– Fase Transisi
– Fase Rehabilitasi
Penatalaksanaan KKP
• Fase Resusitasi
– Atasi hipoglikemi
– Atasi hipothermi
– Atasi dehidrasi
– Cegah Infeksi

• Fase Transisi
– Peralihan ke energi lebih tinggi
sampai 150 kkal/kg/hari berupa F
75 dan F 100 yang dilakukan
secara bertahap
Penatalaksanaan KKP
Energi 0.75 kkal/cc 100 kkal/cc
Susu bubuk tanpa lemak 25 80
Gula 70 50
Tepung sereal 35
Minyak sayur 27 60
Campuran mineral 20 20
Campuran vitamin 140 140
Air Tambahkan sampai 1000cc Tambahkan sampai 1000cc
Penatalaksanaan KKP
• Fase Rehabilitasi
– Pemberian makanan tinggi
kalori (150-200 kkal/kg/hari)
– Suplementasi zat besi (FeSO4)
10mg/kg 3x/hari
– Atasi penyebab (penyakit,
kemiskinan)
– Pendidikan tentang gizi dan
kesehatan
Pengkajian Keperawatan

• Riwayat pertumbuhan (BB)


• Riwayat nafsu makan
• Riwayat pemberian makan
• Riwayat pemberian ASI dan MP ASI
• Keadaan keluarga, ekonomi, dan
lingkungan
• Pemeriksaan fisik sesuai manifestasi klinis
• Pemeriksaan penunjang
“OBESITAS PADA ANAK”
DEFINISI
• Obesitas merupakan keadaan patologis, dengan
terdapatnya penimbunan lemak berlebihan dari yang
diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal.
• Tetapi masih banyak pendapat di masyarakat yang
mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat.
• Trend gizi Iebih pada balita dalam 5 tahun terakhir
menunjukkan fluktuatif sebesar :
❖ 12,2% (Riskesdas 2007), 14% (Riskesdas 2010) & dan
❖ 11,9% (Riskesdas 2013).
• Pada kelompok anak usia 5-12 tahun (18,8%)
• Pada anak usia 13-15 tahun (10,8%)
• Pada usia 16-18 tahun (7,3%).
Di Indonesia, terutama dikota-kota besar, dengan
adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke
westernisasi dan sedentary berakibat pada :
• perubahan pola makan/ konsumsi masyarakat yang
merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak
dan kolesterol
• Tingginya minat terhadap penawaran makanan siap saji
(fast food ) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas
Obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi
obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami
penyakit metabolik dan penyakit degeneratif
dikemudian hari.
• Berdasarkan standar pertumbuhan WHO 2006
untuk anak-anak prasekolah (0-60 bulan).
Obesitas = Z-score IMT/U atau BB/TB > +3.

• Menurut referensi pertumbuhan WHO 2007 untuk


anak-anak usia sekolah (5-19 tahun). Obesitas = Z-
score IMT/U > +2
KRITERIA YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENETUKAN OBESITAS (NEUMAN -1983)
Overweight Obesitas
110 -119 % (90-95
BB / TB (Pra pubertas) 120% (95 persentil)
persentil)
120 % (> 2 SD di atas
BB /Umur 110-119%
mean)
umur Obesitas

Lipatan kulit (trisep >2 sd


0-36 bulan
/subscapula) > 90 persentil
>2 SD
Lipatan kulit 0-18 bulan
>95 persentil
klasifikasi
Menurut gejala klinisnya, obesitas dibagi menjadi dua:

Obesitas Sederhana (Simple obesity)

Bentuk Khusus Obesitas


Obesitas Sederhana (Simple obesity)

Terdapat gejala kegemukan saja tanpa disertai


kelainan hormonal/mental/fisik lainya, obesitas
ini terjadi karena faktor gizi.
Bentuk Khusus Obesitas
➢ Kelainan Endokrin/hormonal
• Biasanya adalah Sindrom Cushing, pada anak yang sensitif
terhadap pengobatan hormon steroid.
➢ Kelainan somatodismorfik
• Sindrom Prader-Willi, Sindrom Summit dan Carpenter,
Sindrom
• Laurence-Moon-Bield, dan Sindrom Cohen.
• Obesitas pada kelainan ini hampir selalu disertai mental
retardasi dan kelainan ortopedi.
➢ Kelainan hipotalamus
• Kelainan pada hipotalamus yang mempengaruhi nafsu
makan dan
• berakibat terjadinya obesitas, sebagai akibat
kraniofaringioma,
• leukimia serebral, trauma kepala, dll
etiologi
Faktor-faktor penyebab Obesitas pada Anak:

Faktor genetik

Faktor lingkungan
Faktor Genetik

• Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan


besar.
• Bila kedua orang tua obesitas, 40% anaknya menjadi obesitas
• bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 20-
25 % Kerentanan terhadap obesitas ditentukan
• secara genetik sedang lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.
Faktor lingkungan
a. Aktifitas fisik
Aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap
pengaturan berat badan karena konsumsi energi yang
berlebihan dan tidak diimbangi oleh aktivitas yang
cukup dapat menyebabkan penimbunan energi dalam
bentuk lemak di tubuh sehingga mengakibatkan
kenaikan berat badan.
Berdasarkan rekomendasi WHO anak-anak dan
remaja berusia 5-17 disarankan untuk
melakukan latihan fisik minimal 60 menit baik
intensitas sedang maupun penuh setiap hari.
Latihan dengan intensitas penuh dilakukan
cukup 3 kali dalam seminggu.
b. Faktor gizi
Peranan faktor gizi dimulai sejak dalam kandungan
dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi
dipengaruhi berat badan ibu.
• Pada bayi
- Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan
oleh ibunya, bahwa setiap minum susu harus habis.
- Kebiasaan untuk memberikan minuman/makanan
setiap kali anak menangis
- Pemberian makanan tambahan tinggi energi pada usia
dini
- Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi, sehingga
bayi selalu haus/ minta minum.
c. Gangguan emosional
Biasanya pada anak yang lebih besar, dimana baginya
makanan merupakan pengganti untuk mencapai kepuasan
dala memperoleh kasih saying

d. Gaya hidup masa kini


Kecenderungan anak-anak lebih menyukai makanan ‘fast
food’ yang berkalori tinggi seperti hamburger, ayam goreng,
kentang goreng, es krim, aneka macam mie, dll.
e. Faktor sosial ekonomi
• Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya
hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan
mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan
yang dikonsumsi.
• Ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah
terjangkau juga akan mempengaruhi resiko obesitas pada
anak
patogenesis
➢ Terjadinya obesitas membentuk jumlah sel lemak . Terdiri
dari :
• Jumlah sel lemak normal tetapi terjadi hipertropi
pembesaran
• Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga terjadi
hipertrofi.
➢ Penambahan jumlah dan pembesaran sel lemak paling
cepat
➢ Terjadi pada masa kanak –kanak dan mencapai
puncaknya pada masa dewasa.
➢ Setelah masa dewasa tidak akan terjadi pertambahan
Jumlah sel, tetapi akan terjadi perbesaran sel.
Dampak dari obesitas pada anak :
Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Diabetes Mellitus tipe-2

Obstruktive sleep apnea

Gangguan Ortopedik

Pseudotumor serebri
KOMPLIKASI OBESITAS PADA ANAK

Pada anak Pada dewasa


- gangguan psikologis - Obesitas persisten
- Resiko penyakit - Dampak kurang baik
kardiovaskular pada sosial ekonomi
- Asma - Risiko penyakit
- Inflamasi kronik kardiovaskular
- DM 1 dan 2 - Kematian dini
- Kelainan ortopedik
- Penyakit hati
Gejala klinis pada Anak
Obesitas
- Anak obesitas mempunyai badan relative pendek dari anak
sebayanya.
- Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional
- hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda.
- Terdapat timbunan lemak di daerah payudara pada anak laki-
laki
- Perut menggantung dan sering disertai striae (garis putih pada
kulit)
- adanya timbunan lemak pada daerah pangkal paha
- Paha dan lengan atas besar
- jari-jari tangan relatif kecil dan runcing.
- Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.
Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan anak dengan obesitas adalah sebagai


berikut :
• Memperbaiki faktor penyebab, misalnya kesalahan cara
pengasuhan maupun factor kejiwaan
• Motivasi penderita obesitas tentang perlunya pengurusan
badan.
• Memberikan diet rendah kalori yang seimbang untuk
menghambat kenaikan berat badan.
• Menganjurkan penderita untuk olahraga yang teratur/anak
bermain secara aktif, sehingga banyak energy yang
digunakan.
Cara pengaturan diet

• Bayi
Bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapinya bukan untuk
menurunkan berat badannya tetapi memperlambat kecepatan
kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diet sesuai dengan
kebutuhan normal untuk pertumbuhan
Pengaturan terapinya dengan :
- 110 kkal/kg BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan
- 90 kkal/kg BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan.
- Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara
diselingi dengan air tawar.
- Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan,
susu rendah/tanpa lemak.
- Anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong
saja, tetapi biarkan melakukan aktifitas.
• Pada anak prasekolah yang mengalami obesitas, kenaikan
berat badan harus diperlambat dengan :
– Diet seimbang 60kkal/kg BB/hari.
– Makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari
makanan yang mengandung kalori tinggi.
– Dorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan
mengurangi menonton TV yang berlebihan.
• Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, kita
berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikkan
tinggi badannya
– Diet sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/ kg BB/hari.
– Mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik.
– Tidak boleh menonton televisi terlalu lama dan disertai
makan makanan yang tinggi energy.
– Mengorganisir kelompok olahraga/rekreasi, agar anak lebih
aktif.
• Pada obesitas remaja, kita harus menurunkan BB anak
untuk mencapai BB yang diharapkan sesuai dengan tinggi
badannya. Diet yang diberikan adalah sekitar 850
kkal/hari.
• Selain itu, anak harus didorong untuk melakukan aktivitas ,
baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok .
Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan
teman-temannya.
strategi kontrol berat badan pada
anak obesitas
▪ Kontrol lingkungan anak
▪ Pantau perilaku anak
▪ Aktivitas fisik ditingkatkan
▪ Modifikasi diet, contoh dengan “taffic light diet”
▪ Tentukan tujuan penurunan BB
▪ Berikan reward terhadap perubahan perilaku yang
berhasil.
▪ Pemecahan masalah
▪ Motivasi keluarga tentang pola makan yang sehat di
keluarga. Menganjurkan keluarga untuk memantau gaya
hidupnya. Perbanyak materi dan makna konsultasi
dengan keluarga.
prognosis
Prognosis obesitas tergantung pada penyebab dan
ada/tidak adanya komplikasi. Obesitas yang berlanjut
sampai dewasa, morbiditas dan mortalitasnya tinggi.
Pencegahan

➢ Pencegahan harus sedini mungkin yang dimulai sejak dari


bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi yang minum ASI
jarang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai
mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.\
➢ KMS perlu untuk memantau pertumbuhan anak, sehingga
kita mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik
berat badan anak.
➢ Anak sedini mungkin dikenalkan dengan aktifitas fisik, baik
melalui bermain maupun olahraga. Menonton TV hanya
sebagai selingan saja.
Intervensi Pencegahan obesitas
pada anak sekolah

Modifikasi makanan di sekolah

Perbanyak jalan dari/ke sekolah

Kurangi menonton TV, dll yang mengurangi aktivitas

Ubah pendidikan fisik di sekolah


terimakasih
BBLR DAN
PREMATURITAS
Ilmu Keperawatan S-1_2D
KELOMPOK 1
Oira Juantika Diniyanti 213120122 Sharla Ayu W 213120145

Yuliani Indirawati 213120127 Jovvita Kiarana B 213120149

Ingrid Aniza 213120129 Suci Nopianty 213120150

Faridah Zahra Aliyah 213120130 Thania Argita M 213120156

Triyara Sugiarti 213120134 Nyoman Gayatri 213120157

Arsyella Fazwah 213120137 Jovian Alamsyah 213120163

Jeastri 213120143 Agniyatul A’limah 213120165


PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang saat
dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi.
(Sholeh, 2014). Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua bayi
yang telah lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low
Birth Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur, bisa juga terjadi pada
bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam pertumbuhannya selama
kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014).

Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari masa kelahiran
normal yaitu kurang dari 37 minggu masa kehamilan (Harding et al., 2017). Menurut
WHO, bayi prematur dibagi dalam 3 macam kategori yaitu extremely preterm (32
hingga < 37 minggu).
KLASIFIKASI BBLR DAN PREMATURIA
• Klasifikasi BBLR
A. Berdasarkan Berat Badan B. Berdasarkan usia gestasi
Kategori berat badan lahir yang baru telah ditemukan 1. Prematuritas murni
untuk lebih mendefinisikan bayi berdasarkan berat Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37
badan. Kategori berat badan lahir rendah adalah : minggu dan berat badan sesuai dengan berat
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi badan untuk masa gestasinya.
dengan berat badan 1500-2500 gram pada saat lahir.
2. Dismatur
2. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR)
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari
adalah bayi dengan berat badan lahir 1000- 1500
berat badan seharusnya untuk masa
grampada saat lahir.
gestasinya. Berat bayi mengalami retardasi
3. Bayi berat badan lahir extrem rendah (BBLER)
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi
adalah bayi dengan berat badan lahir <1000 gram
pada saat lahir.
yang kecil untuk masa kehamilannya.
• Klasifikasi Prematuria

1. Bayi yang sangat premature (extremely premature) :24-30 minggu. Bayi


dengan masa gestasi 24-27 minggu sangat sukar hidup, sedangkan bayi dengan 28-
30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif.

2) Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) : 31-36


minggu. Bayi pada golongan ini harapan untuk hidup lebih tinggi dari pada golongan
pertama dan factor terjadinya gejala sisa untuk kehidupan dikemudian hari juga lebih
ringan, namun dengan syarat pengelolaan terhadap bayi ini benar-benar intensif.

3) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-
sifat premature dan matur, akan tetapi sering timbul masalah-masalah seperti
layaknya apa yang dialami oleh bayi premature misalnya hiperbilirunemia, sindrom
gangguan pernafasan, daya hisap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi harus
diawasi dengan seksama.
ETIOLOGI BBLR DAN PREMATURIA

1. Etiologi BBLR

❑ Etiologi dari maternal

• prematur dari faktor maternal yaitu :

Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD, polihidramnion,


iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta, inkompeten
serviks, atau malformasi uterin.

• IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu :

Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau
narkortika
❑ Etiologi dari fetus

• Prematur dari faktor fetus yaitu :

Gestasi multipel atau malformasi.

• IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu:

Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau


gestasi multipel (Bansal, Agrawal, dan Sukumaran, 2013)

• Faktor Ibu

1. Penyakit penyakit kronik

2. Ibu geografis

3. Keadaan sosial ekonomi


2. Etiologi Prematuria ❑ Faktor Kehamilan ❑ Gaya Hidup

❑ Faktor dari Ibu • Pendarahan Antepartum • Konsumsi Obat Narkotik

• Umur Ibu • Hidroamnion • Merokok

• Jarak hamil dan bersalin • Preeklamsi dan Eklamsi

• terlalu dekat • Ketuban Pecah Dini

• Kurang Gizi

• Preklamsia atau
Hipertensi pada ibu hamil

• Anemia
Menifestasiklinis BBLR dan Prematuritas
Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
a. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran dada < 30
cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.

Manifestasi klinis dari dismaturitas yaitu:


a. Kulit pucat ada seperti noda
b. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
d. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
Hubungan antara BBLR dengan
Prematuritas
Prematur merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Ibu yang melahirkan
bayi prematur memiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan berat rendah. Kelahiran prematur merupakan salah satu faktor
utama yang langsung dapat menyebabkan BBLR (Smitten, 2011).

Persalinan premature merupakan salah satu penyebab utama


morbiditas dan mortilitis neonatal, yaitu 60-80% di seluruh dunia (Oroh,
2015). Bayi baru lahir memiliki resiko kematian yang lebih tingi, risiko
penyakit, disabilitas dalam hal motoric jangka panjang, dan masalah
pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi normal.
Intervnsi Keperawatan
BBLR & Prematuritas,
menurut jurnal :
(Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap Respons Fisiologis Bayi Prematur)

Sebuah inovasi baru dalam perawatan bayi lahir prematur yang mendekatkan bayi dan
ibunya adalah perawatan metode kanguru atau disingkat dengan PMK. Penelitian ini telah
membuktikan bahwa PMK dapat meningkatkan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan
saturasi oksigen pada bayi prematur ke arah normal. Penulis berkesimpulan bahwa PMK
dapat diimplementasikan dalam penerapan asuhan keperawatan pada bayi
neonatus,terutama dalam kondisi keterbatasan penyediaan inkubator bagi bayi prematur.
Intervensi Keperawatan Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Observasi
1. Monitor faktor orang tua yang mempengaruhi keterlibatannya dalam
perawatan
Terapeutik
1. Pastikan status fisiologi bayi terpenuhi dalam perawatan
2. Sediakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan hangat
3. Berikan kursi pada orang tua, jika perlu
4. Posisikan pada bayi telungkup tegak lurus di dada orang tua
5. Miringkan kepala bayi kesalah satu sisi kanan atau kiri dengan kepala
sedikit tengadah (ekstensi)
Lanjutan…
6. Hindari mendorong kepala bayi fleksi dan hiperekstensi
7. Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi
8. Posisikan panggul dan lengan bayi dalam posisi fleksi
9. Posisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya
10. Buat ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur perawatan kanguru
2. Jelaskan keuntungan kontak kulit ke kulit orang tua dan bayi
3. Anjurkan orang tua menggunakan pakaian yang nyaman dengan bagian
depan terbuka
TERIMAKASIH
Ilmu Keperawatan S-1_2D
ASFIKSIA
KELOMPOK 2
Sylvia Tresnawati 213120123 Silvia Tiana F 213120141
Denita Permatasari N 213120124 Hanifah Nur Aini 213120142
Andika Wijaya 213120125 Ramadhan Murdiana 213120151
Raihannisya 213120126 Nadia Nurul H. H 213120152
Kariza Fitria I 213120133 Nurani Saxena B 213120153
Bunga Siti R 213120138 Tressa Sriambarwati 213120155
Salwa Salsabila 213120139 Siska Fatma Diva 213120166
Pengertian
• Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo,
Sarwono, 1997).

• Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas
secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994).
Klasifikasi
Menurut Marmi dan Rahardjo, asfiksia di klasifikasikan sebagai berikut :

b) Mild-moderate
01 a) Virgorous baby
Skor APGAR 7-10, dalam hal ini bayi
02 asphyxia (asfiksia sedang)
dianggap sehat dan tidak memerlukan Nilai APGAR 4-6, pada pemeriksaan
tindakan resusitasi. fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100 kali/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis dan
refleks iritabilitas tidak ada.
03 c) Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus
otot buruk, sianosis berat yang kadang-kadang pucat
dan refleks iritabilitas tidak ada.
Fatofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin
)menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang.
Diagnosa
1. Denyut Jantung Janin
2. Meconium Dalam Air Ketuban
3. Pemeriksaan pH Pada Janin
Komplikasi
Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir dapat
menimbulkan komplikasi pada berbagai organ, yaitu :
a) Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri,
kecacatan cerebral palsy.
b) Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal presisten
pada neonatus, perdarahan paru dan edema paru.
c) Fastrointestinal: enterokolitisnekrotikana
d) Ginjal: tubular nekrosis akut, SIADH
e) Hematologi: DIC.
Faktor resiko penyebab asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang.

1. Faktor ibu 2. Faktor plasenta 4. Faktor Neonatus


a. Umur ibu 5. Faktor Persalinan
b. Hipertensi pada kehamilan 3. Faktor bayi
c. Pendarahan antepartum a. Bayi premature a. Partus lama
d. Kehamilan post date b. Partus buatan /
e. Amnionitis b. Berat Bayi Lahir Seksio sesarea
f. Anemia Rendah
g. Paritas c. Kelainan kongenital
d. Air ketuban bercampur
mekonium
Hubungan Antara Asfiksia Dengan BBLR
Terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan terjadinya Asfiksia. Berat badan
bayi lahir rendah banyak dialami oleh bayi praterm (kurang bulan). Pada bayi dengan BBLR
tingkat kematangan organ tubuh terutama jantung dan paru-paru kurang sempurna. Surfaktan
yang melapisi selaput pleura juga rendah, pertumbuhan dan pengembangan paru yang
sebelumnya sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung, sehingga upaya nafas dari bayi akan terganggu dan berakibat terjadinya Asfiksia
pada bayi dengan BBLR.
Penatalaksanaan
● Persiapan peralatan dan obat-obatan
● Persiapan keluarga
● Persetujuan tindakan medik
● Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi
tetap hangat
INTERVENSI
ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN PADA BAYI IBU IS DENGAN
ASFIKSIA MENGGUNAKAN INTERVENSI INOVASI MUSCLE
PUMPING DAN RANGSANG TAKTIL TERHADAP PENINGKATAN
APGAR SCORE

Hasil Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Pada Nursing Intervntion Classificatin (NIC), penulis melakukan intervensi
inovasi muscle pumping dan ransang taktil untuk meningkatkan Apgar Score
pada pasien By.Ny. Is. Intervensi ini dilakukan kepada pasein diawali dengan
mengobservasi kondisi pasien. Saat melakukan intervensi inovassi muscle
pumping dan ransang taktil, penulis melakukan konsultasi dengan perawat
ruangan untuk menanyakan kondisi pasien apakah memungkinkan penulis
melakukan intervensi inovasi muscle pumping dan ransang taktil
Kesimpulan

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
melahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelahiran tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan yang dimana bayi tidak dapasegera bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Saran
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar
pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah
referensi bacaan dari yang lain.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik
HIPERBILIRUBINEMIA
ANGGOTA :
Lutfi Muhamad H 213120146 Rachel 213120162
Fahiza Fauziah A 213120147 Alina Regina P 213120161
Nabila zukhruf H 213120135 Anisa Maulida 213120121
Irna Risnawati 213120132 Nayla putri A 213120148
Meira 213120154 Septin Mardiana 213120128
Farida Noer Laila 213120160 Resti Apriani 213120131
DEFINISI
HIPERBILIRUBINEMIA
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5mg/dL, yang
secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan factor
penyebab fisiologik dan non-fisiologik
Etiologi
Hiperbilirubinemia disebabkan oleh peningkatan produksi
bilirubin karena tingginya jumlah sel darah merah, dimana sel
darah merah mengalami pemecahan sel yang lebih cepat. Selain
itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan karena penurunan
uptake dalam hati, penurunan konjugasi oleh hati, dan
peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
PATOFISIOLOGIS
Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh enzim asam uridin
disfoglukuronat (uridine disphoglucuronid acid) glukurinil transferase menjadi
bilirubin mono dan diglucuronida yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin
yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melaui ginjal. Dengan
konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melaui membran kanalikular.
Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diabsorbsi kembali dan masuk ke dalam sirkulasi
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total. Siklus absorbsi, konjugasi, ekskresi,
dekonjugasi, dan reabsorbsi ini disebut sirkulasi enterohepatik. Proses ini
berlangsung sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas
pada hari-hari pertama kehidupan
KLASIFIKASI
Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia
Fisiologis Patologis
Hiperbilirubinemia fisiologis pada bayi baru Hiperbilirubinemia patologis atau
lahir tidak muncul pada 24 jam pertama biasa disebut dengan ikterus pada
setelah bayi dilahirkan. Biasanya pada bayi baru lahir akan muncul dalam
hiperbilirubinemia fisiologis peningkatan 24 jam pertama setelah bayi
kadar bilirubin total tidak lebih dari 5mg/dL dilahirkan. Pada hiperbilirubinemia
per hari. Pada bayi cukup bulan, patologis kadar serum bilirubin
hiperbilirubinemia fisiologis akan mencapai total akan meningkat lebih dari 5
puncaknya pada 72 jam setelah bayi mg/dL per hari
dilahirkan
TANDA & GEJALA
Kulit dan bagian putih Tidak kuat
mata bayi (sklera) menghisap ASI
berubah menjadi kuning

Menolak menyusu Lemas


KOMPLIKASI HIPERBILIRUBINEMIA
Fase inisial, ditandai dengan letargis,

Hiperbilirubinemia pada bayi baru


01. hipotonik, berkurangnya gerakan
bayi, dan reflek hisap yang buruk.
lahir apabila tidak segera diatasi
dapat mengakibatkan bilirubin
encephalopathy (komplikasi serius). Fase intermediate, ditandai dengan moderate
Bilirubin ensefalopati akut menurut
American Academy of Pediatrics
02. stupor, iritabilitas, dan peningkatan tonus
(retrocollis dan opisthotonus) yang disertai
(2004) terdiri dari tiga fase, yaitu: demam

Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang


03. dalam atau koma, peningkatan tonus, tidak
mampu makan, high-pitch cry, dan kadang
kejang.
PENATALAKSANAAN
HIPERBILIRUBINEMIA
Transfusi
Fototerapi
pengganti
Intravena
immunoglobulin
(IVIG) Terapi
Penghentian ASI
medikamentosa
Berdasakan hasil temuan dari jurnal yang kami dapat tentang
hiperbilirubinemia, menyatakan bahwa intervensi yang direncanakan
untuk kasus hiperbilirubinemia terhadap diantaranya :

1. Fototerapi dapat digunakan tunggalatau dikombinasi dengan transfusi pengganti untuk menurunkan
bilirubin
2. Intravena immunoglobulin (IVIG) Pemberian IVIG digunakan pada kasus yang berhubungan dengan
faktor imunologik.
3. Transfusi pengganti Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi anemia akibat eritrosit
4. Penghentian ASI akan menurunkan billirubin serum
5. Terapi medikamentosa Phenobarbital dapat merangsang hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya
KESIMPULAN
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam darah secara
berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu warna kuning pada mata, kulit,
dan mata atau biasa disebut dengan jaundice. Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia pada
minggu pertama kehidupannya yang disebabkan oleh: Meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis)
Kurangnya albumin sebagai alat pengangkut. Penurunan uptake/peresapan oleh hati. Dan adapun beberapa
gejala pada penyakit kuning ini yaitu seperti urine dengan warna kecokelatan seperti air the, warna feses yang
terang atau bisa menyerupai warna dempul, Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut, demam. Dapat terjadi
terutama jika penyakit yang mendasari adalah suatu infeksi; dan. Mual dan muntah juga dapat terjadi.
Penyakit kuning pada bayi baru lahir biasanya tidak memerlukan perawatan khusus karena dapat
hilang dalam 10–14 hari. Umumnya kuning fisiologis pada bayi baru lahir dapat sembuh sendiri, dan tidak
memerlukan pengobatan dan tindakan khusus. Ibu dapat membantu menurunkan risiko terjadinya kuning
dengan memastikan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi tidak usah
panik karena pada Umumnya kuning fisiologis pada bayi baru lahir dapat sembuh sendiri, dan tidak
memerlukan pengobatan dan tindakan khusus.
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA

• Riyanto, A ,dkk. 2015. MAKALAH HIPERBILIRUBINEMIA.


[Online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/28136550/MAKALAH_HIPERB
ILIRUBINEMIA (diakses pada tanggal 30 Maret 2022)
• http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2575/4/Chapter%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai