Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan Diangnostik dan Penunjang

Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang).

Pemeriksaanneurologis meliputi: pemeriksaan kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak,

sistemmotorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur).Selama

beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembangdengan pesat.

Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam

mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit.Saat ini kita

dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otakmelalui

pemeriksaan pencitraan.

Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropatidan perkembangannya melalui

pemeriksaan kelistrikan.Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental

di sisi ranjang (bedside)masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat

meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang

canggih. Kita dapatmempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan

alat-alat canggihyang kita miliki.Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk

kemampuan kita untuk melihat,mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan

pasien. Dengan pemeriksaananamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat

menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan yang cukup banyak,

terutama tenaga perawat. Namun, para perawat ini belum memasuki daerah – daerah

terpencil dan walaupun ada, para tenaga ini juga sangat kesulitan dalam memaksimalkan

asuhan keperawatan, karena keterbatasan alat, terutama alat untuk pemeriksaan penunjang.

1
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa pemeriksaan

yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat - alat dalam pemeriksaan penunjang,

dan pemeriksaan penunjang sangat berguna dalam menentukan jenis penyakit maupun

mengontrol perkembangan proses penyembuhan.

Berdasarkan alasan – alasan di atas, kami mahasiswa ilmu keperawatan Alama Ata

melakukan diskusi kasus tentang Pemerikasaan Penunjang, dengan tujuan agar memiliki

kemampuan diagnosis yang lebih akurat.

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga dan

komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupanaktual maupun potensial.

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat pentingdalam membantu diagnosa, memantau

perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang

mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium

2
A. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan tingkat kesadaran,

pergerakan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan

untuk menilai perfusi otak.

Berikut adalah jenis – jenis pemeriksaan neurologis :

1. Menguji tingkat kesadarana.

a. secara kualitatif

1) ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2) Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk


berhubungan

dengansekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, responpsikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih biladirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampumemberi jawaban verbal.

5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi adarespon

terhadap nyeri.

6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon

terhadaprangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek

muntah,mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

3
b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )

1) Menilai respon membuka mata (E)

a) Spontan

b) Rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

c) Rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekankuku jari)

d) Tidak ada respon

2) Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)

a) Orientasi baik

b) Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-

ulang )disorientasi tempat dan waktu\

c) Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun

tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

3) Menilai respon motorik (M)

a) Mengikuti perintah

b) Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat

diberirangsang nyeri)

c) Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhistimulus

saat diberi rangsang nyeri)

d) Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &kaki

extensi saat diberi rangsang nyeri).

e) Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,dengan

jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

4
f) Tidak ada respon

2. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak

Adanya Peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mual muntah,kejanga.

a. Pemeriksaan Kaku kuduk

b. Pemeriksaan Kernig

1) Posisikan pasien untuk tidur terlentang

2) Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°)dengan tubuh, tungkai atasdan bawah

pada posisi tegak lurus pula.

3) Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian


lutut

sampaimembentuk sudut lebih dari 135° terhadap paha.

4) Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut135°,

karena nyeri atau spasme otot hamstring / nyeri sepanjang N.Ischiadicus,

sehingga panggul ikut fleksi dan juga bila terjadi fleksiinvoluter pada lutut

kontralateral maka dikatakan Kernig sign positif

c. Pemeriksaan Brudzinski

1) Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign) : Pasien berbaring dalam sikap

terlentang, tangan kanan ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang

berbaring , tangan pemeriksa yangsatu lagi ditempatkan didada pasien untuk

mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga

dagu menyentuhdada. Brudzinski I positif bila gerakan fleksi kepala disusul

dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara

reflektorik

5
2) Brudzinski II, pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang

difleksikanpada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi

panggul.

3) Brudzinski III (Brudzinski’s Check Sign, Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri

kanan dengan kedua ibu jaripemeriksa tepat di bawah os ozygomaticum.

4) Brudzinski IV (Brudzinski’s Symphisis Sign), Pasien tidur terlentang tekan

simpisis pubis dengan kebua ibu jari tanganpemeriksaan

3. Pemeriksa fungsi motoric (Palpasi)

a) Pengukuran besar otot

b) Nyeri tekan

c) Kontraktur

d) Konsistensi (kekenyalan)

e) Konsistensi otot yang meningkat : meningitis, kelumpuhan

f) Konsitensi otot yanag menurun terdapat pada: kelumpuhan


akibat

lesi,kelumpuhan akibat denerfasi otot

4. Pemeriksa reflek kedalaman tendon (Reflek patella)

1) posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaringterlentang

2) Cara : ketukan pada tendon patella

3) Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris

6
B. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus

dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing),

darah, sprutum (dahak), dan sebgainya untuk menentukan diagnosis penyakit bersama

dengan tes penunjang lainnya, anamnesis dan pemeriksaan lainnya.

Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, dan

komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun

potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnose,

memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor

yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium

1. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic : Ultrasonografi (USG), rontgen, pap smear,

mammografi, endoskopi, kolonoskopi, Ct. Scanning, Eeg, Ekg, Ctg (kardiografi) a. Pap

smear

7
Pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau

sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks serta mengkaji respons

terhadap kemoterapi dan radiasi.

b. Mammografi pemeriksaan dengan bantuan sinar X yang dilakukan pada bagian

payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara

periodik.

c. Endoskopi

Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan

pada saluran cerna. Contoh: varises, esophagus, neopkisma, pepticulcer

d. Kolonoskopi

Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya

kelainan pada saluran colon.

e. CT-SCANING

Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir

serta khusus. Contoh: organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen

f. EEG, Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat

kelainan pada gel. Otak) indikasi : epilepsy, trauma capitis dengan memasangkan

elektroda pada bagian kepala klien

g. EKG

Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/ konduksi dan jantung indikasi

MCI, Angina faktoris, gagal jantung

2. Pemeriksaan diagnostic dalam kebidanan :

8
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) adalah pemeriksaan yang memberikan hasil

gambar tentang janin atau emrio yang sedang berkembang di dalam perut ibu hamil

secara aman, praktis, dan hasil cukup akurat

1) Sudah sejak 1961 USG digunakan dalam dunia kedokteran kandungan

2) Gambaran yang terlihat yaitu adanya rangka janin dan kantong kehamilan.

3) Pemeriksaan USG tidak menimbulkan bahaya bagi ibu maupun bayi.

4) Kemungkinan efek yang merugikan tersebut sudah sering diteliti dan terbukti

tidak pernah ditemukan masalah.

5) USG menggunakan gelombang suara Yang dipantulkan untuk membentuk

gambaran bayi di layar komputer yang aman untuk bayi dan Ibu.

c. Pemeriksaan Rontgen

1) Khusus foto rontgen alias sinar-X memang sangat tidak dianjurkan bagi ibu

hamil.

2) sinar X yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan

keguguran, atau cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat,

terbentuk kanker pada usia dewasanya, atau kelainan lainnya.

3) bahwa janin hanya terpapar 0.5 - 1.5 rad setelah pemeriksaan rontgen perut

atau punggung bawah ibu, sementara bagian tubuh ibu yang jauh menerima

paparan

10 - 100x lebih rendah.

c. Pemeriksaan Kardiotografi (CTG)

Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang

digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat

9
dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan Pemeriksaan

CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan

janin dan kontraksi rahim. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada

fasilitas pelayanan persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Suryani sopiah iis dkk. (2020) keterampilan praktik klinik kebidanan II. Tasikmalaya : Edu
Publisher

Dartiwen dkk. (2020) buku ajar keterampilan dasar praktik kebidanan. Yogyakarta : CV Budi
Utama

Patimah siti dkk (2016) praktik klinik kebidanan II. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Patimah siti dkk (2016) praktik klinik kebidanan III. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

10

Anda mungkin juga menyukai