Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KOMUNIKASI

MERANGKUM

DOSEN PENILAI:
IDA YANRIATUTI, Ns., M.kep

Di susun Oleh :

NI KADEK SARI SAVITRI ANJANI

NIM: DK21081

TINGKAT: 1B

PRODI D3 KEPERAWATAN

STIKES BALA KESELAMATAN PALU


SULAWESI TENGAH
TAHUN 2022
MERANGKUM

1. Teknik komunikasi pada remaja

2. Teknik komunikasi pada lansia

3. Teknik komunikasi pada pasien kebutuhan khusus

JAWABAN
1. Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa transisi ini remaja banyak mengalami kesulitan yang
membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat
untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini
akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan
orang tua atau orang dewasa lainnya. Terkait dengan permasalahan di atas,
dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa lain harus
mampu bersikap sebagai “SAHABAT” buat remaja. Tidak meremehkan atau
memperlakukan dia sebagai anak kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku
sebagai orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus. Walau usia masih
tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak kecil. Remaja
sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul
bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Berikut ini sikap
perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat
berkomunikasi dengan remaja.
a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka
untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya
b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan
sikapnya
c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons
yang berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional

1
d. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya
e. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja,
tempat berbagi cerita suka dan duka
f. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan
bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan makan bersama

Dengan demikian pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari
anak-anak menjadi orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar
memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas dan stress,
jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan/atau orang
dewasa yang ia percaya terutama orang tua dan termasuk juga perawat yang
selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai
keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk
diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan
ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan
saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan pikirannya, menghargai
pandangan remaja serta menerima perbedaan. Hindari perkataan yang
menyinggung harga dirinya, hindari mengkritik atau menghakimi, hindari
pertanyaan yang menyelidiki atau interogasi. Kita harus menghormati
privasinya dan berikan dukungan atas hal yang telah dicapainya secara positif
dengan selalu memberikan reinforcement positif.

Tujuan Komunikasi Remaja


Tujuan melakukan komunikasi terapeutik pada klien remaja adalah sebagai
berikut.
a. Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
b. Membentuk suasana keterrbukaan dan mendengar
c. Membuat remaja mau berbicara ketika mempunyai masal
d. Membuat remaja mau mendengar dan menghargai saat mereka berbicara
e. Membantu remaja menyelesaikan masalah

2
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu
sebagai berikut.
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi
berlangsung secara efektif
b. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung
secara efektif
c. Sikap
Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak
berlangsung efektif
d. Usia tumbang dan status kesehatan remaja
Bila ingin berkomunikasi, maka harus sesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung efektif
e. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat
tersampaikan ke komunikan dengan baik
f. Lingkungan

Teknik Komunikasi pada Remaja


Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang
selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa
cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, yaitu sebagai
berikut.
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga

3
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam
menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan
cara memberikan komentar tentang sesuatu.

b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja
dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan
cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.

c. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini
ekspresi anak atau respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima,
dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons terhadap
pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan
kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.

d. Meminta untuk menyebutkan keinginan


Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukan
persaan dan pikiran anak pada saat itu.

e. Pilihan pro dan kontra


Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukkan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan

4
mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan
negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.

f. Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti pengguaan perasaan
nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.

g. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik
pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak
dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.

2. Komunikasi efektif pada lansia adalah komunikasi interpersonal yang sangat


penting dalam membangun hubungan yang baik antara perawat dan lansia di
sebuah panti jompo.

Proses Komunikasi pada Lansia


proses komunikasi pada lansia berikut :
a. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
b. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan
dengan pemumduran kemampuan untuk merespons verbal.
c. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya.
d. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia
kesulitan dalam berfikir abstrak.

5
e. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respons nonverbal, seperti kontak mata secara langsung
duduk, dan menyentuh pasien.
f. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada.
g. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
h. perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan
dengan cermat dan tetap mengobservasi.
i. Tempat mewancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
j. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
k. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang sensitif
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.
l. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga
pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
m. Memerhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

Metode Komunikasi pada Lansia


Perawat atau pemberi asuhan harus dapat menunjukkan kesiapan
mendengarkan klien lansia . Kesiapan ini ditunjukkan dengan :
1. Duduk tegak, rileks, dan menghadapkan lansia secara muka dengan muka.
Posisi ini menunjukkan “saya siap dan mau mendengarkan”.
2. Mempertahankan kontak mata.
3. Tubuh perawat atau pemberi asuhan sedikitn membungkuk atau sikap
menghormat ke arah lansia.
4. Mempertahankan sikap tubuh yang terbuka.

6
5. Mempertahankan posisi tubuh yang rileks, memang sulit untuk
mempertahankan posisi tubuh yang rileks penuh karena mendengarkan
dengan seluruh “dirinya” perawat sudah mengeluarkan banyak tenaga.
Akan tetapi, suasana tegang dapat dicegah dengan memberi sedikit waktu
sebelum perawat memberi tanggapannya, memberi waktu untukm
berdiam sejenak, dam menggunakan isyarat yang tepat dan membantu.

Strategi Komunikasi dengan Lansia yang Mengalami Penurunan Fungsi.


A. Teknik komunikasi yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi
dengan lansia yang mengalami gangguan penglihatan :
1. Perawat sedapat mungkin mengambil posisi yang dapat dilihat oleh
klien lansia, bila ia mengalami kebutaan parsial atau memberitahu
secara verbal keberadaan atau kehadirannya.
2. Perawat menyebutkan identitasnya dan menyebutkan nama secara
perannya.
3. Perawat berbicara dengan menggunakan nada suaea normal karena
kondisi lansia tidak memungkinnya menerima pesan nonverbal secara
visual.
4. Nada suara perawat memegang peranan besar dan bermakna bagi
lansia.
5. Jelaskan alasan perawat menyentuh sebelum melakukan sentuhan
pada lansia.
6. Ketika perawat akan meninggalkan ruangan atau hendak memutus
komunikasi atau pembicaraan, informasikan kepada lansia.
7. Orientasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
8. Orentasikan lansia pada suara-suara yang terdengar di sekitarnya.
9. Orientasikan lansia pada lingkungannyabila lansia dipindahkan ke
lingkungan yang asing baginya.

B. Teknik komunikasi yang dapat digunakan ada klien lansia dengan


gangguan pendengaran :

7
a. Orientasika kehadirat perawat dengan menyentuh lansia atau
memposisikan diri di depannya.
b. usahakan menggunakan bahsa yang sederhana dan berbicara dengan
perlahan untuk memudahkan lansia membaca gerak bibir perawat.
c. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan
pertahankannya sikap tubuh serta mimik wajah yang lazim.
d. Jangan melakukan pembicaraan ketikam perawat sedang mengunyah
sesuatu (misalnya permen).
e. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan
sederhana dan perlahan.
f. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan dan perawat
mampu melakukannya.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).

C. Berikut yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia yang


mengalami gangguan wicara:
a. Perawat memerhatikan mimik dan gerak bibir lansia.
b. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata-kata yang diucapkan lansia.\
c. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik.
d. Memerhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
e. Bila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
f. Bila memungkinkan, hadirkan orang yang biasa berkomunikasi lisan
dengan lansia untuk menjadi mediator komunikasi.

D. Berikut yang perlu hal-hal diperhatikan dalam berkomunikasi dengan


lansia yang mengalami gangguan kesadaran:

8
a. Perawat harus hati-hati ketikam melakukan pembicaraan verbal dekat
dengan lansia karena ada keyakinan bahwa organ pendengaran
merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan kemampuan
menerima rangsangan pada individu yang tidak sadar.

b. Perawat harus mengambil asumsi bahwa lansia dapat mendengar


pembicaraan kita.

c. Perawat harus memberi ungkapan verbal sebelum menyentuh lansia.

d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk


membantu lansia berfokus pada komunikasi yang dilakukan.

E. Berikut yang perlu hal-hal diperhatikan dalam berkomunikasi dengan


lansia yang mengalami penurunan daya ingat:

a. Lupa kejadian yang baru saja dialami

b. Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

c. Kesulitan dalam berbahasa.

d. Disorientasi waktu dan tempat.

e. Tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat.

3. Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik khusus


yang berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

A. Tuna Rungu
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan
pendengaran hingga tuli.

9
terdapat berbagai cara untuk individu yang memiliki masalah
pendengaran, yaitu metode Auditory oral, membaca bibir, bahas isyarat
dan komunikasi universal (Muhammad, 2008) yang meliputi:
a. Metode Auditory oral: Metode ini menekankan pada proses mendengar
serta bertutur kata dengan menggunakan alat bantu yang lebih baik,
seperti alat bantu pendengaran, penglihatan dan sentuhan.
b. Metode membaca bibir: Komunikasi dengan metode ini baik untuk
mereka yang mampu berkonsentrasi tinggi pada bibir penutur bahasa.
c. Metode bahasa isyarat: Pada umumnya, bahasa isyarat digunakan
secara mudah dengan menggabungkan perkataan dengan makna dasar.
d. Metode Komunikasi universal : Metode komunikasi adalah salah satu
metode yang menggabungkan antara gerakan jari isyarat, pembacaan
bibir dan penuturan atau auditory oral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien
gangguan pendengaran:
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindikasikan
Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien
dengan pendengaran :
1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien
atau memposisikan diri di depan klien.
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah
dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir
anda.

10
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan
pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda
memiliki perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat
dengan orang sebelum Anda mulai berbicara;
5. Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran
Anda mungkin terkejut orang tersebut;
6. Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang
sama dengan dia sebisa mungkin;
7. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah
sesuatu misalnya makanan atau permen karet.
8. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara,
pidato Anda akan lebih sulit untuk mengerti.
9. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan
sederhana dan perlahan.
10. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan
diperlukan.
11. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol)
12. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki
kesulitan mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu
dengar di telinga orang.
13. Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan
memahami kurang baik ketika mereka lelah atau sakit;
14. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang
sebanyak mungkin ketika melakukan pembicaraan;
15. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat
bahwa lampu tidak bersinar di mata orang tuna rungu;
16. Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan
cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan
mengulangi kata-kata asli berulang;

11
17. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan
anda lebih mudah untuk mengerti;
18. Menulis pesan jika perlu; Biarkan waktu yang cukup untuk
berkomunikasi dengan orang gangguan pendengaran

B. Autisme
Individu ASD (Autism Spektrum Disorder) mengalami kesulitan
dalam menggunakan bahasa dan berbicara, sehingga mereka sulit
melakukan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Augmentative and Alternative Communication (AAC) merupakan
alat yang digunakan dalam melakukan komunikasi pada anak dengan
berkebutuhan khusus seperti pada seseorang dengan autism. Komunikasi
dapat diberikan berupa gambar atau kata-kata dengan memperhatikan
komponen AAC yang meliputi:
1. Teknik komunikasi
2. Sistem symbol
3. Kemampuan berkomunikasi.

C. Tuna Grahita
Kondisi retardasi mental telah menempatkan seseorang tersebut
berada pada kondisi yang sulit untuk mempelajari keterampilan
komunikasi yang kompleks. Picture Exchange Communication System
(PECS) atau dalam bahasa Indonesia berarti sistem berkomunikasi dengan
gambar, diyakini oleh beberapa peneliti terdahulu sebagai cara yang
efektif untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada beberapa
kelompok.
Ketika kita mengetahui bagaimana setiap orang berkomunikasi secara
individual, ada tiga kemungkinan yang biasa dilakukan, yaitu:
1. Memungkinkan orang itu mengkomunikasikan lebih banyak jenis
pesan.

12
2. Untuk mengajar dia keduanya yaitu merespon pada yang lain dan
juga mendorong seseorang mulai suatu percakapan.
3. Untuk mengajar keterampilan komunikasi yang lebih tinggi,
misalnya: biasanya orang lain itu dapat lebih mudah memahami
dan itu dapat digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan yang
lebih kompleks,

Menurut Bettelheim, dalam terapi yang telah berhasil diberikan pada


anak autis sehingga ia mampu memiliki kemampuan komunikasi yang
mendekati kemampuan orang normal ada beberapa unsur yang sangat
berpengaruh yakni;
1. Banyaknya cinta dan perhatian,
2. Membangun kepercayaan bahwa mereka mampu melangkah
menuju tindakan otonom mereka sendiri,
3. Menguatkan penghargaan dalam setiap kemajuan yang mereka
capai,
4. Hendaknya komunikasi yang dibangun dengan mereka
menonjolkan usaha kita untuk memahami pengalaman unik
mereka (Crain, 2007).
Dengan ke empat sikap yang di kukuhkan dalam setiap komunikasi
dengan seseorang yang berkebuthan khusus, maka akan dapat dibangun
kepercayaan diri dari mereka sehingga dapat mendukung dinamika
kehidupan mereka baik dalam melakukan adaptasi maupun aktualisasi
secara mandiri.

D. Tuna Netra
Tuna netra adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami
gagguan atau hambatan dalam indra penglihatannya.
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama
berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:

13
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia
mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal
keberadaan / kehadiran kita ketika berada didekatnya
2. Identifikasi diri kita dengan menyebutkan nama (dan peran) kita
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien
tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual.
3. Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi
klien
4. Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata – kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkanya /
memutus komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar
disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke
lingkungan / ruangan yang baru.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka
belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas.
untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam
berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah
:
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian,
dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi
tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau
serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau
pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin
bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan
memang perlu serta berguna untuk sipasien.

14
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan
diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara
penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka
iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses
dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus
tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan
aman bagi penerima.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi,
sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya.
Agar komunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan
dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
2. Periksa lingkungan fisik
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4. Komunikasikan pesan secara singkat
5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak
lain agar memperoleh dukungan.

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya adalah :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal
bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.

15
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
tidak setuju.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai klien.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.


Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti
dan mengharapkan komunikasi berlanjut.

5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,

6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti.

7. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan
bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap
perawat.

8. Diam

16
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya.

9. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat.

10. Memberikan penghargaan


Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya,
menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai
klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung
jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.

11. Menawarkan diri


Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik,
tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

12. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya


Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesungguhnya dari perspektif klien.

E. Tuna Wicara
Indra wicara merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem
saraf pengatur wicara pada korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di
pons, struktur mulut dan tenggorok, serta paru-paru sebagai pensuplai
udara yang digunakan untuk menghasilkan suara.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara,
hal-hal berikut perlu diperhatikan :
1. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir
klien.

17
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata-kata yang diucapkan klien.
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu
banyak topik.
4. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan
pelan.
5. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
6. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
7. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa
berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator
komunikasi.

Teknik dalam berkomunikasi dengan klien gangguan wicara :


1. Dengarkan dengan penuh perhatian, kessabaran, dan jagan
menginterupsi
2. Ajukan pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban
“ya” dan “tidak”.
3. Berikan waktu untuk terbentuknya pemahaman dan respon.
4. Gunakan petunjuk visual ( kata-kata, gambar, dan objek ) jika
mungkin.
5. Hanya ijinkan satu orang untuk berbicara pada satu waktu.
6. Jangan berteriak atau berbicara terlalu keras, Beritahu klien jika
anda tidak mengerti.
7. Bekerja sama dengan ahli terapi bicara jika dibutuhkan.
Alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi dengan klien gangguan
wicara :
1. Papan tulis dan spidol
2. Papan komunikasi dengan kata, huruf, atau gambar yang umum
untuk menunjukkan kebutuhan dasar, alarm pemanggil, bahasa
isyarat

18
3. Penggunaan kedipan mata atau gerakan jari untuk respon
sederhana ( “ya” dan “tidak” )

19

Anda mungkin juga menyukai