MERANGKUM
DOSEN PENILAI:
IDA YANRIATUTI, Ns., M.kep
Di susun Oleh :
NIM: DK21081
TINGKAT: 1B
PRODI D3 KEPERAWATAN
JAWABAN
1. Fase Remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa transisi ini remaja banyak mengalami kesulitan yang
membutuhkan kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat
untuk mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini
akan dapat mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan
orang tua atau orang dewasa lainnya. Terkait dengan permasalahan di atas,
dalam berkomunikasi dengan remaja perawat atau orang dewasa lain harus
mampu bersikap sebagai “SAHABAT” buat remaja. Tidak meremehkan atau
memperlakukan dia sebagai anak kecil dan tidak membiarkan dia berperilaku
sebagai orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus. Walau usia masih
tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan seperti anak kecil. Remaja
sudah mulai menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul
bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Berikut ini sikap
perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat
berkomunikasi dengan remaja.
a. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka
untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya
b. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan
sikapnya
c. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons
yang berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional
1
d. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya
e. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja,
tempat berbagi cerita suka dan duka
f. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan
bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan makan bersama
Dengan demikian pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari
anak-anak menjadi orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar
memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas dan stress,
jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebayanya dan/atau orang
dewasa yang ia percaya terutama orang tua dan termasuk juga perawat yang
selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhannya. Menghargai
keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal yang prinsip untuk
diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan
ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan memotong pembicaraan
saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan pikirannya, menghargai
pandangan remaja serta menerima perbedaan. Hindari perkataan yang
menyinggung harga dirinya, hindari mengkritik atau menghakimi, hindari
pertanyaan yang menyelidiki atau interogasi. Kita harus menghormati
privasinya dan berikan dukungan atas hal yang telah dicapainya secara positif
dengan selalu memberikan reinforcement positif.
2
Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Remaja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja, yaitu
sebagai berikut.
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi
berlangsung secara efektif
b. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung
secara efektif
c. Sikap
Bila komunikan bersifat pasif atau tertutup maka komunikasi tidak
berlangsung efektif
d. Usia tumbang dan status kesehatan remaja
Bila ingin berkomunikasi, maka harus sesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung efektif
e. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat
tersampaikan ke komunikan dengan baik
f. Lingkungan
3
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam
menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan
cara memberikan komentar tentang sesuatu.
b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja
dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan
cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini
ekspresi anak atau respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima,
dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan
tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons terhadap
pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan
kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.
4
mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan
negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.
f. Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti pengguaan perasaan
nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
g. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik
pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak
dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.
5
e. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respons nonverbal, seperti kontak mata secara langsung
duduk, dan menyentuh pasien.
f. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada.
g. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
h. perawat harus memperhatikan respons pasien dengan mendengarkan
dengan cermat dan tetap mengobservasi.
i. Tempat mewancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
j. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
k. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang sensitif
terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.
l. Perawat harus mengonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga
pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
m. Memerhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
6
5. Mempertahankan posisi tubuh yang rileks, memang sulit untuk
mempertahankan posisi tubuh yang rileks penuh karena mendengarkan
dengan seluruh “dirinya” perawat sudah mengeluarkan banyak tenaga.
Akan tetapi, suasana tegang dapat dicegah dengan memberi sedikit waktu
sebelum perawat memberi tanggapannya, memberi waktu untukm
berdiam sejenak, dam menggunakan isyarat yang tepat dan membantu.
7
a. Orientasika kehadirat perawat dengan menyentuh lansia atau
memposisikan diri di depannya.
b. usahakan menggunakan bahsa yang sederhana dan berbicara dengan
perlahan untuk memudahkan lansia membaca gerak bibir perawat.
c. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan lansia dan
pertahankannya sikap tubuh serta mimik wajah yang lazim.
d. Jangan melakukan pembicaraan ketikam perawat sedang mengunyah
sesuatu (misalnya permen).
e. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan
sederhana dan perlahan.
f. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila diperlukan dan perawat
mampu melakukannya.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).
8
a. Perawat harus hati-hati ketikam melakukan pembicaraan verbal dekat
dengan lansia karena ada keyakinan bahwa organ pendengaran
merupakan organ terakhir yang mengalami penurunan kemampuan
menerima rangsangan pada individu yang tidak sadar.
A. Tuna Rungu
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan
pendengaran hingga tuli.
9
terdapat berbagai cara untuk individu yang memiliki masalah
pendengaran, yaitu metode Auditory oral, membaca bibir, bahas isyarat
dan komunikasi universal (Muhammad, 2008) yang meliputi:
a. Metode Auditory oral: Metode ini menekankan pada proses mendengar
serta bertutur kata dengan menggunakan alat bantu yang lebih baik,
seperti alat bantu pendengaran, penglihatan dan sentuhan.
b. Metode membaca bibir: Komunikasi dengan metode ini baik untuk
mereka yang mampu berkonsentrasi tinggi pada bibir penutur bahasa.
c. Metode bahasa isyarat: Pada umumnya, bahasa isyarat digunakan
secara mudah dengan menggabungkan perkataan dengan makna dasar.
d. Metode Komunikasi universal : Metode komunikasi adalah salah satu
metode yang menggabungkan antara gerakan jari isyarat, pembacaan
bibir dan penuturan atau auditory oral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berkomunikasi dengan klien
gangguan pendengaran:
1. Periksa adanya bantuan pendengaran dan kaca mata
2. Kurangi kebisingan
3. Dapatkan perhatian klien sebelum memulai pembicaraan
4. Berhadapan dengan klien dimana ia dapat melihat mulut anda
5. Jangan mengunyah permen karet
6. Bicara pada volume suara normal - jangan teriak
7. Susun ulang kalimat anda jika klien salah mengerti
8. Sediakan penerjemah bahasa isyarat jika diindikasikan
Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien
dengan pendengaran :
1. Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien
atau memposisikan diri di depan klien.
2. Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah
dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir
anda.
10
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan
pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
4. Tunggu sampai Anda secara langsung di depan orang, Anda
memiliki perhatian individu tersebut dan Anda cukup dekat
dengan orang sebelum Anda mulai berbicara;
5. Pastikan bahwa individu melihat Anda pendekatan, jika kehadiran
Anda mungkin terkejut orang tersebut;
6. Wajah-keras mendengar orang-langsung dan berada di level yang
sama dengan dia sebisa mungkin;
7. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah
sesuatu misalnya makanan atau permen karet.
8. Jika Anda makan, mengunyah atau merokok sambil berbicara,
pidato Anda akan lebih sulit untuk mengerti.
9. Gunakan bahasa pantomim bila memungkinkan dengan gerakan
sederhana dan perlahan.
10. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan
diperlukan.
11. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah
sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol)
12. Jika orang yang memakai alat bantu dengar dan masih memiliki
kesulitan mendengar, periksa untuk melihat apakah alat bantu
dengar di telinga orang.
13. Mengakui bahwa hard-of-mendengar orang mendengar dan
memahami kurang baik ketika mereka lelah atau sakit;
14. Mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang
sebanyak mungkin ketika melakukan pembicaraan;
15. Bicaralah dengan cara yang normal tanpa berteriak. Melihat
bahwa lampu tidak bersinar di mata orang tuna rungu;
16. Jika seseorang telah memahami sesuatu kesulitan, menemukan
cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama, bukan
mengulangi kata-kata asli berulang;
11
17. Gunakan sederhana, kalimat singkat untuk membuat percakapan
anda lebih mudah untuk mengerti;
18. Menulis pesan jika perlu; Biarkan waktu yang cukup untuk
berkomunikasi dengan orang gangguan pendengaran
B. Autisme
Individu ASD (Autism Spektrum Disorder) mengalami kesulitan
dalam menggunakan bahasa dan berbicara, sehingga mereka sulit
melakukan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Augmentative and Alternative Communication (AAC) merupakan
alat yang digunakan dalam melakukan komunikasi pada anak dengan
berkebutuhan khusus seperti pada seseorang dengan autism. Komunikasi
dapat diberikan berupa gambar atau kata-kata dengan memperhatikan
komponen AAC yang meliputi:
1. Teknik komunikasi
2. Sistem symbol
3. Kemampuan berkomunikasi.
C. Tuna Grahita
Kondisi retardasi mental telah menempatkan seseorang tersebut
berada pada kondisi yang sulit untuk mempelajari keterampilan
komunikasi yang kompleks. Picture Exchange Communication System
(PECS) atau dalam bahasa Indonesia berarti sistem berkomunikasi dengan
gambar, diyakini oleh beberapa peneliti terdahulu sebagai cara yang
efektif untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada beberapa
kelompok.
Ketika kita mengetahui bagaimana setiap orang berkomunikasi secara
individual, ada tiga kemungkinan yang biasa dilakukan, yaitu:
1. Memungkinkan orang itu mengkomunikasikan lebih banyak jenis
pesan.
12
2. Untuk mengajar dia keduanya yaitu merespon pada yang lain dan
juga mendorong seseorang mulai suatu percakapan.
3. Untuk mengajar keterampilan komunikasi yang lebih tinggi,
misalnya: biasanya orang lain itu dapat lebih mudah memahami
dan itu dapat digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan yang
lebih kompleks,
D. Tuna Netra
Tuna netra adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami
gagguan atau hambatan dalam indra penglihatannya.
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama
berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
13
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia
mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal
keberadaan / kehadiran kita ketika berada didekatnya
2. Identifikasi diri kita dengan menyebutkan nama (dan peran) kita
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien
tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual.
3. Nada suara kita memegang peranan besar dan bermakna bagi
klien
4. Terangkan alasan kita menyentuh atau mengucapkan kata – kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika kita akan meninggalkanya /
memutus komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar
disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke
lingkungan / ruangan yang baru.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka
belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas.
untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam
berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah
:
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian,
dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi
tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau
serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau
pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin
bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan
memang perlu serta berguna untuk sipasien.
14
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan
diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara
penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka
iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses
dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus
tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan
aman bagi penerima.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi,
sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan
penyampaiannya.
Agar komunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan
dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
2. Periksa lingkungan fisik
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4. Komunikasikan pesan secara singkat
5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak
lain agar memperoleh dukungan.
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda pula, diantaranya adalah :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal
bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
15
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
tidak setuju.
5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,
6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti.
7. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan
bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap
perawat.
8. Diam
16
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya.
9. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah
dikomunikasikan secara singkat.
E. Tuna Wicara
Indra wicara merupakan organ kompleks yang terdiri atas sistem
saraf pengatur wicara pada korteks serebri, pusat pengatur pernafasan di
pons, struktur mulut dan tenggorok, serta paru-paru sebagai pensuplai
udara yang digunakan untuk menghasilkan suara.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara,
hal-hal berikut perlu diperhatikan :
1. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir
klien.
17
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata-kata yang diucapkan klien.
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu
banyak topik.
4. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan
pelan.
5. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
6. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
7. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa
berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator
komunikasi.
18
3. Penggunaan kedipan mata atau gerakan jari untuk respon
sederhana ( “ya” dan “tidak” )
19