Anda di halaman 1dari 15

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI


NOMOR 7 TAHUN 2016

TENTANG
PERIZINAN USAHA ENERGI BARU TERBARUKAN DAN
KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI,

Menimbang bahwa dengan adanya perubahan kewenangan perizinan


dalam bidang energi dan sumber daya mineral sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah perlu menetapkah Peraturan
Gubernur tentang Perizinan Usaha Energi Baru Terbarukan
dan Ketenagalistrikan;

:'vl e n gin ga t
1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Teriggar-a
Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4746);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5052);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
!e beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
1
f - diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015
• tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012
tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5281);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERIZINAN USAHA ENERGI


BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN.
11

BABI
·-
KETENTUAN UMUM .
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali.
2. Gubernur adalah Gubernur Bali.
3. Dinas adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pelaksana
otonomi daerah di bidang energi dan sumber daya mineral.
4. Badan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai
pelaksana otonomi daerah di bidang perizinan.
5. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat
berupa panas, cahaya, mekanika, kimia dan elektromagnetika.
6. Energi Baru adalah Energi yang berasal dari Sumber Energi Baru.
7. Sumber Energi Baru adalah Sumber Energi yang dapat dihasilkan
oleh teknologi baru, baik yang berasal dari Sumber Energi
Terbarukan maupun Sumber Energi tak terbarukan, antara lain
nuklir, hidrogen, gas metana, batubara (coal bed methane),
batu bara tercairkan (liqui.fied coal}, dan batubara tergaskan
(gasified coal).
.. 8. Energi Terbarukan adalah Energi yang berasal dari Sumber Energi
Terbaru kan.
9. Sumber Energi Terbarukan adalah Sumber Energi yang dihasilkan
dari Sumber Daya Energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan
baik, antara lain;panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
• aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan
laut.
10. Bahan bakar lain adalah bahan bakar yang berbentuk cair atau gas
yang berasal dari selain minyak bumi, gas bumi dan hasil alahan.
11. Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain adalah
bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati dan/atau
dihasilkan dari bahan-bahan organik lain, yang ditataniagakan
se bagai bahan bakar lain.
12. Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuen sebagai Bahan Bakar
Lain adalah kegiatan usaha untuk menyediakan Bahan Bakar
Nabati (Biofuen sebagai Bahan Bakar Lain.
13. Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuen sebagai Bahan Bakar
Lain adalah izin untuk melakukan usaha niaga Bahan Bakar Nabati
(Biofuen sebagai Bahan Bakar Lain.
14. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik
meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi dan penjualan
tenaga listrik kepada konsumen.
' 15. Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik adalah pengadaan untuk
•- memproduksi tenaga listrik.
16. Usaha Transmisi Tenaga Listrik adalah pengadaan penyaluran
tenaga listrik dari pembangkitan ke sistem distribusi, atau ke
1 1 konsumen, atau ke penyaluran tenaga listrik antar sistem.
l 7. Usaha Distribusi Tenaga Listrik adalah pengadaan penyaluran
1

tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari pembangkitan ke


konsumen.
18. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah kegiatan usaha penyediaan
tenaga listrik kepada konsumen.
19. Jaringan Tenaga Listrik adalah fasilitas penyaluran tenaga listrik
yang meliputi saluran transmisi dan/atau saluran distribusi beserta
sarana penunjangnya.
20. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah izin untuk melakukan
usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
21. Izin Operasi adalah izin untuk melakukan penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan sendiri.
22. Izin Usaha Jasa Penunjang tenaga listrik adalah izin untuk
melakukan usaha jasa penunjang tenaga listrik.
23. Sertifikat Laik Operasi (SLO) adalah bukti pengakuan formal
suatu instalasi tenaga listrik telah berfungsi sebagaimana
kesesuaian persyaratan yang ditentukan dan dinyatakan siap
dioperasikan.
24. Badan Usaha adalah penyedia dan/atau pendistribusi dan/atau
pengguna yang berbentuk badan hukum dan menjalankan jenis
usaha yang bersifat tetap, terus menerus dan didirikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

BAB II
.JENIS IZIN
Pasal 2
Perizinan usaha energi baru terbarukan dan ketenagalistrikan meliputi:
a. Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain;
b. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik Negara;
c. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik Negara
Sementara;
d . Izin Operasi Usaha Ketenagalistrikan; dan
e. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik.

Pasal 3
• ( 1) Usaha niaga bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain yang izin
·- usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi
kegiatan: ..
a. produksi;
b. pembelian;
c. penjualan;
d. pengangkutan; dan
e. penyimpanan sampai dengan pemasaran bahan bakar nabati
sebagai bahan bakar lain ke konsumen akhir dengan
menggunakan merek dagang tertentu.

(2) Usaha niaga bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain yang izin
usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a dapat
dilaksariakan oleh:
a. badan usaha milik daerah;
b. badan usaha swasta yang berbadan hukum Indonesia;
c. koperasi; dan
d. perseorangan atau kelompok masyarakat.

Pasal 4
( 1) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b terdiri atas:
a. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum; dan
b. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri.
(2) Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
dilaksanakan sesuai dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan
Daerah.
(3) Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dapat
dilakukan berdasarkan:
a. Izin Operasi;
b. Surat Keterangan Terdaftar; dan
c. laporan.
( 4) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik di atas 200 kVA yang fasilitas
instalasinya dalam daerah provinsi, dapat dilaksanakan setelah
mendapatkan Izin Operasi dari Gubernur.
(5) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri
dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik di atas 25 kVA
sampai dengan 200 kVA yang fasilitas instalasinya dalam daerah
provinsi, dapat dilaksanakan setelah mendapatkan Surat
Keterangan Terdaftar dari Kepala Badan.
(6) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri
' dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sampai dengan 25
-. kVA yang fasilitas instalasinya dalam daerah provinsi, dapat
dilaksanakan setelah menyampaikan laporan kepada Kepala
Badan. •

Pasal 5
( 1) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik Negara
yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi diberikan untuk:
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. transmisi tenaga listrik;
c. distribusi tenaga listrik; dan/ atau
d. penjualan tenaga listrik.
(2) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik Negara
se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan secara terintegrasi.
(3) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
a. badan usaha milik daerah;
b. badan usaha swasta yang berbadan hukum Indonesia;
c. koperasi; dan
d. perseorangan atau kelompok masyarakat.
yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik.
Pasal 6
( 1) Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri
• sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) diberikan untuk jenis
usaha:
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik; atau
c. pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan
distribusi tenaga listrik.
(2) Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri
dilaksanakan oleh:
a. instansi pemerintah;
b. pemerintah daerah;
c. badan usaha milik daerah;
d. badan usaha swasta;
e. koperasi;
f. perseorangan; dan
g. lembaga/badan usaha lainnya.

Pasal 7
( l) Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf e diberikan untuk jenis usaha: "
a. konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik;
b. pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga
listrik;
c. pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
d. pengoperasian instalasi tenaga listrik;
e. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
f. penelitian dan pengembangan;
g. pendidikan dan pelatihan;
h. laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga
listrik;
1. sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
.J. sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; dan
k. sertifikasi badan usaha jasa penunjang tenaga listrik.
(2) Usaha jasa penunjang tenaga listrik dilaksanakan oleh:
a. badan usaha milik daerah;
b. badan usaha swasta;
c. koperasi, yang berbad~ hukum I~do7:esia dan berusaha di
bidang usaha jasa penunjang tenaga listrik.
BAB III
PERMOHONAN IZIN

Pasal 8
r1 J Kegiatan usaha niaga bahan bakar nabati sebagai bahan bakar
lain dapat dilakukan setelah mendapatkan Izin Usaha Niaga
Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain dari Gubernur.
(2) Izin usaha niaga bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk kapasitas
penyediaan sampai dengan 10. 000 (sepuluh ribu) ton per tahun.
(3) Permohonan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan
Bakar Lain sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) disampaikan
kepada Gubernur melalui Kepala Badan dengan melampirkan data
administratif, data teknis dan data lingkungan.
(4) Data administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari :
a. akta pendirian Badan Usaha dengan lingkup usaha bidang energi
yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang
berwenang;
b. biodata Badan Usaha ( Company Profile);
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
e. surat keterangan domisili Badan Usaha;
f. surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai kesanggupan
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
g. surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai kesediaan
dilakukan inspeksi lapangan.
(5) Data teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari:
a. izin prinsip;
b. sumber perolehan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan
Bakar Lain yang diusahakan;
c. data standar dan mutu Bahan Bakar Nabati
sebagai Bahan Bakar Lain yang akan diniagakan;
d. nama dan merek dagang Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan
Bakar Lain untuk retail;
e. fasilitas dan sarana kegiatan Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati
sebagai Bahan Bakar Lain;
f. informasi kelayakan usaha;
g. pernyataan tertulis bermaterai Rp. 6.000,00 (enam rib~ rupiah)
mengenai kemampuan penyediaan bahan bakar nabati sebagai
bahan bakar lain; dan
..
h. pernyataan secara tertulis bermaterai Rp .. 6.000,00 (en am ribu
rupiah) mengenai kesanggupan memenuhi aspek kese 1 amatan
dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup.
(6) Data Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (3) 1

memiliki izin lingkungan;


(7) Permohonan Izin Usaha Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar
. Lain sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diajukan secara tertulis
kepada Gubernur melalui Kepala Badan.
(8) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) menggunakan
format surat permohonan dan formulir isian sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 9
( 1) Badan usaha yang melaksanakan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik non Badan Usaha Milik Negara wajib memiliki Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik dari Gubernur.
(2) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) diberikan sesuai dengan jenis usahanya.
(3) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik harus diubah apabila
terdapat perubahan :
a. kapasitas pembangkit tenaga listrik;
b. jenis usaha;
c. nama badan usaha; atau
d. wilayah usaha. .
( 4) Permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan
Usaha Milik Negara diajukan kepada Gubernur melalui Kepala
Badan dengan melampirkan data administratif data teknis dan data
lingkungan.
(5) Data administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri
atas:
a. identitas pemohon;
b. pengesahan sebagai badan hukum Indonesia bagi badan usaha
milik daerah, badan usaha milik swasta dan koperasi;
c. pengesahan sebagai badan hukum Indonesia bagi swadaya
masyarakat yang berbentuk badan hukum;
d. profil pemohon;
e. nomor pokok wajib pajak; dan
f.kemampuan pendanaan.
(6) Data teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas:
a. studi kelayakan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
b. lokasi instalasi, terkecuali untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik;
c. izin prinsip, terkecuali untuk Usaha Penjualan Tenaga Listrik;
d. diagram satu garis; v
e. jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan;
. f. jadwal pembangunan;
g. jadwal pengoperasian; dan
h. persetujuan harga jual tenaga listrik atau sewa Jaringan
Tenaga Listrik sesuai dengan standard harga yang ditetapkan
pemerintah.
(7) Data Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud ayat ( 4),
memiliki izin lingkungan;
(B) Dalam hal permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
diajukan untuk Usaha Pembangkitan Tenaga Listrik, selain data
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (6), harus dilengkapi
dengan kesepakatan jual beli tenaga listrik antara pemohon
dengan calon pembeli tenaga listrik. -
(9) Dalam hal permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
diajukan untuk Usaha Transmisi Tenaga Listrik atau Usaha
Distribusi Tenaga Listrik, selain data teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (6), harus dilengkapi dengan kesepakatan
sewa Jaringan Tenaga Listrik antara pemohon dengan calon
pemanfaat jaringan transmisi atau jaringan distribusi tenaga
listrik.
( 10) Permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan
Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diajukan secara tertulis kepada Gubernur melalui
Kepala Badan dengan menggunakan format surat permohonan
ij
dan formulir isian sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
1
1
Gubernur ini.

Pasal 10
( 1) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik
Negara Sementara dapat diberikan untuk Usaha Pembangkitan
Tenaga Listrik, Usaha Transmisi Tenaga listrik, Usaha Distribusi
Tenaga Listrik, atau Usaha Penyediaan Tenaga Listrik secara
terintegrasi setelah memenuhi data administratif dan teknis.
(2) Data administratif sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) mencakup:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon; dan
c. nomor pokok wajib pajak.
(3) Data teknis sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) terdiri atas:
a. studi kelayakan awal; dan
... b. surat penetapan sebagai calon pengembang Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik dari pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik selaku calon pembeli tenaga listrik atau penyewa
Jaringan Tenaga Listrik untuk Usaha Pembangkitan Tenaga
Listrik, Usaha Transmisi Tenaga Listrik, atau Usaha Distribusi
Tenaga Listrik.
(4) Dalam hal pemohon merupakan suatu konsorsium dan belum
berbentuk badan usaha, permohonan diajukan oleh salah satu
anggota konsorsium yang diberi kuasa. ·
( 5) Permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik non Badan
Usaha Milik Negara sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) diajukan secara tertulis oleh pemohon kepada Kepala S KPD
Perizinan dengan menggunakan format surat permohonan dan
formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan
Gubernur ini.

Pasal 11
( 1) Izin Operasi Ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri
diberikan menurut sifat penggunaannya, sebagai berikut:
a. penggunaan utama, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan secara terus-menerus dalam memenuhi
kebutuhan tenaga listrik;
b. penggunaan cadangan, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan hanya sewaktu-waktu untuk
menjamin kontinuitas dan keandalan penyediaan tenaga
listrik;
c. penggunaan darurat, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan hanya pada saat terjadi gangguan pasckan tenaga
listrik dari pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
setempat;
d. penggunaan sementara, apabila pembangkit tenaga listrik
dioperasikan hanya untuk kegiatan yang bersifat sementara,
termasuk dalam pengertian ini pembangkit yang
dapat dipindah-pindahkan.
(2) Izin Operasi Ketenagalistrikan diperbaharui apabila terdapat
perubahan:
a. Peruntukan; atau
b. Kapasitas pembangkit tenaga listrik.
(3) Permohonan Izin Operasi Ketenagalistrikan diajukan oleh
pemohon kepada Gubernur melalui Kepala Badan yang dilengkapi
d e ngan data administratif, teknis, dan lingkungan.
(4) Data administratif sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) mencakup:
a. identitas pemohon;
b. profil perusahaan; dan
c. nomor pokok wajib pajak.
(5) Data teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (l)mencakup:
... a. lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi);
b. diagram satu garis;
c. jenis dan kapasitas instalasi penyediaan tenaga listrik;
d. jadwal pembangunan; dan
e. jadwal pengoperasian.

(6) Data Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (3),


memiliki izin lingkungan; ? ( w'I.~)
(7) Permohonan Izin Operasi Ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1) diajukan secara tertulis kepada
Gubernur melalui Kepala Badan dengan menggunakan format surat
permohonan dan formulir isian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV Peraturan Gubernur ini.

Pasal 12
( l) Permohonan Surat Keterangan Terdaftar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b harus dilengkapi dengan data
administratif, dan teknis.
(2) Data administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon; dan
c. Nomor Pokok Wajib Pajak
(3) Data teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi);
b. diagram satu garis; dan
c. jenis dan kapasitas instalasi penyediaan tenaga listrik.
(4) Permohonan Surat Keterangan Terdaftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh pemohon kepada
Kepala Badan dengan menggunakan format surat permohonan dan
formulir isian permohonan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V Peraturan Gubenur ini.

Pasal 13
Laporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (3) huruf c
menggunakan formulir laporan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI Peraturan Gubernur ini dan diajukan oleh pemohon
kepada Gubernur melalui Badan.

Pasal 14
( 1) Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf d dapat dilaksanakan setelah mendapatkan
Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik dari Gubernur.
(2) Usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana dimaksud
.__
pada ayat (1) terdiri atas usaha jasa penunjang tenaga listrik yang
dilakukan oleh:
a. badan usaha milik daerah;
b. badan usaha swasta yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh
penanam modal dalam negeri;
..
c. koperasi.
(3) Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik diberikan sesuai dengan
klasifikasi, kualifikasi dan/ atau sertifikat yang dimiliki badan
usaha.
(4) Permohonan Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik diajukan
oleh badan usaha dan harus dilengkapi dengan data administratif
dan teknis.
( 5) Data administratif sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) terdiri
atas:
a. identitas pemohon;
b. akta pendirian badan usaha;
c. profil badan usaha;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
e. surat keterangan domisili.
(6) Data teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. sertifikat badan usaha, kecuali untuk usaha jasa pemeriksaan
dan pengujian di bidang instalasi pemanfaatan tenaga
listrik tegangan rendah dan lembaga sertifikasi badan usaha;
b. rencana pengembangan kantor wilayah untuk lembaga
sertifikasi badan usaha, dan usaha jasa pemeriksaan dan
pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan
rendah;
c. surat penetapan penanggung jawab teknik;
d. sertifikat kompetensi tenaga teknik; dan
e. dokumen sistem manajemen mutu sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia.
(7) Permohonan Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan secara tertulis
oleh Pemohon kepada Gubernur melalui Kepala Badan dengan
menggunakan format surat permohonan dan formulir isian
permohonan sebagaimana tercantum pada Lampiran VII
Peraturan Gubernur ini.

Pasal 15
( 1) Kepala Badan dibantu Kepala Dinas melakukan penelitian dan
evaluasi terhadap data administratif dan data teknis.
(2) Dalam rangka klarifikasi terhadap data administratif dan data
teknis atas permohonan, Kepala Badan /Dinas dapat meminta
Pemohon mengadakan presentasi atau melakukan peninjauan
... lokasi .
(3) Dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan, Kepala
Badan atas nama Gubernur memberikan Izin kepada pemohon.
(4) Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Gubernur
memberitahukan secara tertulis kepada pemohon di-sertai dengan
alasan penolakannya.

BAB V
JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN IZIN

Pasal 16
( 1 ) Jangka waktu berlakunya izin usaha :
a. Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain
diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun;
b. Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Usaha Milik Negara
diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
tahun dan dapat diperpanjang ;
c. Penyediaan Tenaga Listrik non Badan Ueaha Milik Negara..
sementara diberikan untuk jangka waktu paling lama 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali;
d. Operasi Ketenagalistrikan diberikan untuk jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang
... 1
1
1 e. Surat Keterangan Terdaftar;
!
i f. Jasa Penunjang Tenaga Listrik diberikan untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang;
(2) Izin Usaha sebagaimana pasal 16 ayat (1) di atas yang habis masa
berlakunya dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan
paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum Izin Usaha
berakhir.
(3) Izin Usaha sebagaimana pasal 16 ayat (1) di atas berakhir karena:
a. habis masa berlakunya;
b. dikembalikan oleh pemegang Izin;
c. dicabut oleh Gubernur.

BAB VI
PELAPORAN

Pasal 17
Pemegang Izin Usaha wajib menyampaikan laporan mengenai
·- kegiatan usahanya secara berkala setiap 6 (enam) bulan kepada Kepala
Badan Cq. Kepala Dinas.
BAB VJI
SERTIFIKAT LAJK OPERASI

Pasal 18
( 1) Setiap instalasi penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan tenaga
listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah wajib memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
(2) Penerbitan Sertifikat Laik Operasi berdasarkan hasil Uji Laik
Operasi (ULO) yang dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik
terakreditasi.
(3) Sertifikat Laik Operasi pada instalasi pembangkit listrik yang
izinnya diterbitkan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) diterbitkan oleh lembaga inspeksi teknis yang terakreditasi
atau Dinas yang ditunjuk Gubernur.

Pasal 19
( 1) Sertifikat Laik Operasi untuk instalasi pembangkit tenaga listrik
berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat •
diperpanjang.
(2) Sertifikat Laik Operasi untuk instalasi pembangkit tenaga listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila
terdapat perubahan kapasitas, perubahan instalasi, direkondisi
atau direlokasi. ..

BAB VIII
PEMBINAAN PENGAWASAN

Pasal 20
(1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas pemberian
izin usaha energi baru terbarukan dan ketenagalistrikan.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1)
dilaksanakan oleh Dinas.

BABIX
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 21
Pemegang izin yang tidak menjalani kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. tertulis;
c. penghentian sementara kegiatan usaha; dan/atau
d. pencabutan izin.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
'•

Pasal 22
Semua Izin usaha energi baru terbarukan dan ketenagalistrikan yang
telah ada sebelum dikeluarkannya Peraturan Gubernur ini tetap
berlaku sampai berakhir masa berlakunya.

BABIX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali.

Ditetapkan di Denpasar
/'~-:p@~mn
Ditetapkan
/-n, .. ggal
di
J
Denpasar
22 Januari 2Qll6
•. -,,~~

• >pada tanggal 22 Januari


.>...~,.;~ BALI, 2016
"
' ' / ,'.\ ,'-;1 \ , ·~
/
1 •• 'GUBERNUR
t
i
\ '
': , • J BALI,
•;rj
f 1
1 }
\

ttd

MADE MANGKU PASTIKA


Diundangkan di Denpasar
pada tanggal 22 Januari 2016

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

ttd

COKORDA NGURAH PEMAYUN

BERJTA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2016 NOMOR 7

Anda mungkin juga menyukai