Anda di halaman 1dari 4

Pertama, 

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 28/2020 yang memberikan


pembebasan pemotongan PPh Pasal 21 untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri
yang menerima atau memperoleh imbalan dari pihak tertentu atas jasa tertentu yang
diperlukan dalam rangka penanganan pandemi Covid-19.

Kedua, PMK 44/2020 yang memberikan fasilitas PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah


(DTP) untuk pegawai dengan kriteria tertentu yang bekerja pada pemberi kerja yang
memenuhi kualifikasi. Beleid ini merupakan perubahan dari PMK 23/2020. Lantas,
sebenarnya apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 21?

Definisi
MERUJUK pada Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU
PPh), PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Secara lebih luas, Pasal 1 angka 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER
- 16/PJ/2016 (PER-16/2020) mendefinisikan PPh Pasal 21 sebagai pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Adapun pembayaran tersebut sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,


jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam
negeri (SPDN), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.

Baca Juga: Apa Itu Yurisdiksi Partisipan dan Yurisdiksi Tujuan Pelaporan?


Merujuk pada dua definisi yang dijabarkan dapat diketahui ruang lingkup PPh
Pasal 21 tidak terbatas pada gaji yang diterima oleh pegawai pada suatu
perusahaan, tetapi mencakup berbagai jenis penghasilan yang diterima orang
pribadi SPDN dari beragam jenis kegiatan atau usaha.

Pemotong PPh Pasal 21


SEBAGAI pajak yang mencakup berbagai jenis penghasilan, pemotong dari
PPh Pasal 21 pun beragam dan tergantung pada jenis penghasilan yang
diperoleh. Merujuk pada Pasal 21 ayat (1) UU PPh terdapat lima pihak yang
dimandatkan sebagai pemotong PPh Pasal 21.

Pertama, pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,


dan pembayaran lain sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan pegawai
atau bukan pegawai. Kedua, bendahara pemerintah yang membayar berbagai
jenis penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa/kegiatan.

Baca Juga: Apa itu Penelitian Kepatuhan Formal Wajib Pajak?


Ketiga, dana pensiun atau badan lain yang membayar uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun. Keempat,
badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
atas jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas. Kelima, penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran
sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

Secara lebih terperinci, Pasal 2 ayat (1) PER-16/2020 menyebutkan pemberi


kerja terdiri atas orang pribadi, badan/cabang, perwakilan, atau unit yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi terkait dengan pembayaran
penghasilan.

Selanjutnya, bendahara atau pemegang kas pemerintah yang diberikan


kewajiban memotong PPh Pasal 21 termasuk bendahara atau pemegang kas
pada seperti institusi TNI/POLRI, pemerintah daerah, instansi atau lembaga
pemerintah, lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia
di luar negeri.

Baca Juga: Apa Itu Penilaian Massal PBB-P2?


Kemudian, pemotong pajak juga bisa berasal orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar
penghasilan baik berupa honorarium, komisi, fee atau imbalan lain kepada
pemberi jasa, tenaga ahli, peserta pendidikan/pelatihan hingga pegawai
magang.

Sementara itu, penyelenggara kegiatan termasuk juga badan pemerintah,


organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang
pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan dan
membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun.

Wajib Pajak PPh Pasal 21


LUASNYA cakupan PPh Pasal 21 juga membuat penerima penghasilan yang
disasar pajak jenis ini bermacam-macam. Merujuk pada Pasal 3 PER-
16/2020, secara ringkas terdapat enam kategori penerima penghasilan yang
dikenakan PPh Pasal 21.

Baca Juga: Apa Itu Jasa Konstruksi?


Pertama, pegawai. Kedua, penerima uang pesangon, pensiun atau uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli
warisnya. Ketiga, bukan pegawai. Keempat, anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai pada perusahaan
yang sama.
Kelima, mantan pegawai, Keenam, peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan. Adapun pelbagai penerima penghasilan tersebut memiliki
mekanisme perhitungan yang berbeda-beda.

Objek Pajak PPh Pasal 21


SEBAGAI pajak yang menyasar penghasilan atas pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun, penghasilan yang menjadi
objek PPh Pasal 21 juga sangat bervariasi. Merujuk pada Pasal 5 PER-
16/2020, penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dapat diklasifikasikan
menjadi 9 jenis.

Baca Juga: Apa Itu Komite Kepatuhan Kantor Pelayanan Pajak?


Pertama, penghasilan pegawai tetap, baik teratur maupun tidak
teratur. Kedua, penghasilan penerima pensiun berupa
uang/sejenisnya. Ketiga, penghasilan uang pesangon, manfaat pensiun,
tunjangan/ jaminan hari tua yang dibayar sekaligus, melewati jangka 2 tahun
sejak pegawai berhenti bekerja.

Keempat, penghasilan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berupa upah


harian/mingguan/bulanan atau satuan/borongan. Kelima, imbalan kepada
bukan pegawai, berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan atas jasa yang
dilakukan.

Keenam, imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,
uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Baca Juga: Apa Itu Daftar Sasaran Analisis Data Perpajakan?


Ketujuh, penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak
teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan
yang sama.

Kedelapan, penghasilan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau


imbalan lain yang tidak teratur yang diterima mantan pegawai. Kesembilan,
penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta yang masih
berstatus pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan.

Simpulan
BERDASARKAN penjabaran yang diberikan dapat diketahui bahwa PPh
Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan dari pekerjaan, jasa,
atau kegiatan apapun yang dilakukan oleh orang pribadi dalam negeri.

Dengan demikian, PPh Pasal 21 memliki cakupan yang luas dan tidak
sekadar pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima pegawai pada
suatu perusahaan. Cakupannya yang luas membuat pemotong, penerima,
objek, hingga mekanisme perhitungan PPh Pasal 21 bervariasi. (Bsi)

Anda mungkin juga menyukai