KABUPATEN GORONTALO)
Skripsi
Oleh
FIRMAN LATUDA
NIM : 203150051
UNIVERSITAS GORONTALO
TAHUN 2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 203150051
Pembimbing I Pembimbing II
Limboto………………..2019
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
Kabupaten Gorontalo ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Gorontalo.
SAW, nabi yang yang telah mengantarkan umatnya menuju jalan yang terang
benderang seperti sekarang ini. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan pula
dan kerja keras yang tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
kekuatan kapadahamba-Nya.
bagiumatnya.
3. Ibu Tercinta (Nalsa Panigoro) dan Bapak tercinta (Ishak Latuda) yang
iv
selalu memberikan kasih sayang tanpa batas dukungan, motivasi serta doa
4. Bapak Dr. Rustam Akili, SE, SH, MH selaku Ketua Dewan Pembina
Gorontalo
8. Bapak Muh Fachri Arsjad, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
9. Bapak Sarfan Dj. Tabo S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
10. Bapak Suaib Napir, S.IP., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
12. Staf Dosen dan Tata usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
13. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik
Semoga segala bantuan, bimbingan dan petunjuk serta budi baik yang diberikan
apa yang telah dicurahkan dengan sepenuh hati, tenaga dan kemampuan dalam
Limboto........2019
Penulis
Firman Latuda
203150051
vi
PERNYATAAN
1. Karya tulis ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain kecuali arahan tim komisi pembimbing dan para
tim penguji
3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
daftar pustaka
telah diperoleh dari karya tulis ini, saya bersedia menerima sanksi
tinggi ini
Limboto........2019
Penulis
Firman Latuda
203150051
vii
Abstrak
Konflik Pertanahan (Studi Kasus pada PT. Hutan Tanaman Industri dengan
menyelesaikan konflik pertanahan dengan cara mediasi yang terjadi antara PT.
Gorontalo. Tim Mediasi yang bertindak sebagai pihak ketiga dalam hal tersebut
konflik. Tim mediasi sebagai pihak ketiga dituntut untuk bersikap netral dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan
wawancara, serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan
informan dalam penelitian ini adalah setiap pihak yang terlibat dalam proses
mediasi, seperti: Masyarakat Desa karyamukti, Pihak PT. Hutan Tanaman Indsutri
dan Tim Mediasi. Interpretasi data dilakukan dengan mengolah data yang
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa proses mediasi telah berhasil
mendapatkan solusi untuk kedua belah pihak yaitu menerima tuntutan masyarakat
untuk melakukan pengukuran kembali lahan, baik yang menjadi hak masyarakat
dan hak perusahaan sebagaimana mekanisme yang telah dibuat dalam penjelesan
viii
yang diajukan kepada BPN RI. Sehingga masyarakat dan perusahaan terlah
berdamai dan telah berkomitmen untuk menggu hasil dari permohonan tersebut
sampai sekarang.
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................i
Lembar Persetujuan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Pernyataan...............................................................................................................iv
Abstrak.....................................................................................................................v
Daftar Isi.................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................82
5.2 Saran.................................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................85
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini dipertegas lagi dalam Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang
2
hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan
karena dapat menghasilkan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi orang
banyak maka perlu diatur oleh pemerintah. Tanah merupakan modal dasar
kehidupannya pada manfaat tanah dan memiliki hubungan yang bersifat abadi
bahkan dapat dikatakan setiap saat manusia berhubungan dengan tanah. Setiap
orang memerlukan tanah tidak hanya pada masa hidupnya, tetapi sudah
3
meninggalpun masih tetap berhubungan dengan tanah. Oleh sebab itu tanah
adalah merupakan kebutuhan vital manusia, ada pepatah yang artinya antara lain
membutuhkan satu sama lain. Dengan adanya hubungan timbal balik, maka sering
kali timbul fenomena sosial berupa konflik yang timbul akibat adanya
sumber daya alam utama yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam
bagi rakyat Indonesia juga berfungsi sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan
negara dan rakyat yang semakin meningkat. Secara kosmologis, tanah adalah
tempat manusia tinggal, tempat bekerja dan hidup, tempat darimana mereka
Republik Indonesia merumuskan tentang tanah dan sumber daya alam di dalam
Konstitusi, pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi: “Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
meningkat. Hal ini tidak sebanding dengan luasan tanah yang tidak bisa
bertambah, tidak mengherankan jika tanah menjadi harta istimewa yang tidak
henti-hentinya memicu berbagai masalah sosial yang kompleks dan rumit bahkan
4
dapat dielakkan dalam masyarakat. Kata konflik menurut Kamus Ilmiah Populer
1994: 354). Konflik pertanahan merupakan persoalan yang kronis dan bersifat
klasik serta berlangsung dalam kurun waktu tahunan bahkan puluhan tahun dan
Sejak zaman dahulu tanah telah menjadi sumber sengketa bagi manusia.
terhadap hak atas tanah yang dapat memicu terjadinya sengketa tanah yang
Mochammad Tauhid : “Soal agrarian (soal tanah) adalah soal hidup dan
penghidupan manusia, karena tanah adalah asal dan sumber makanan bagi
manusia. Untuk itu orang rela menumpahkan darah mengorbankan segala yang
perkebunan.
Pada dasarnya sumber konflik pertanahan sekarang ini sering terjadi antara
tanah;
b. Sertifikat palsu,
d. Pembatalan sertifikat.
sengketa tanah, yang dapat merugikan masyarakat misalnya tanah tidak dapat
resolution (ADR) yang telah ada dalam dasar negara Indonesia, yaitu pancasila
Dasar 1945. Hukum tertulis lainnya yang mengatur tentang perdamaian atau
luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit tetap di perbolehkan” .
atau Alternatif Penyelesaian Sengketa lainnya yang disepakati para pihak seperi
No. 10 tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional yang antara lain,
masalah, sengketa, dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi, dan
yang ada, badan pertanahan nasional merupakan salah satu lembaga mediasi yang
dan kepentingan para pihak yang bersengketa yang prinsip dasarnya adalah solusi
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Aturan inilah yang menjadi tolok ukur untuk
tanah.
ini dilakukan secara perdamaian atau berdasarkan kesepakatan para pihak yaitu
dilakukan dengan mediasi. Selama ini Badan Pertanahan Nasional (BPN) selalu
dengan sumber daya agrarian yang timbul selama ini sekaligus dapat
penegakan hukum”
Realita banyak terjadi konflik antara pemerintah dan rakyat atau antara
membutuhkan tanah. Konflik pertanahan ini kita jumpai hampir pada setiap
terdapat 18 kasus pertanahan. Salah satunya adalah kasus konflik pertanahan yang
masyarakat yang dikuasai oleh PT. Hutan Tanaman Industri. Masyarakat Desa
tentang adanya penguasaan lahan (tanah) masyarakat Desa Karyamukti oleh PT.
masyarakat Desa Karyamukti dan PT. Hutan Tanaman Industri dan dalam
Menurut masyarakat sekitar bahwa tanah yang diklaim oleh PT. Hutan Tanaman
Industri adalah tanah milik leluhur mereka yang kemudian itu digarap oleh PT. Hutan
Tanaman Industri dengan beralibi bahwa mereka (PT. HTI) dalam menjalankan tugasnya
dikenal dengan akomodasi. Sebagai suatu proses, akomodasi berarti sebagai usaha
kestabilan (Soekanto, 1982). Mediasi adalah salah satu bentuk dari akomodasi,
yaitu cara menyelesaikan konflik dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga
yang netral. Pihak ketiga ini hanyalah mengusahakan suatu penyelesaian secara
damai yang sifatnya hanya sebagai penasehat, sehingga pihak ketiga ini tidak
yang mengikat secara formal. Pihak ketiga yang menjadi penengah dalam konflik
pertanahan bukan suatu hal yang asing lagi. Penyelesaian dengan mediasi pada
proses berembuk sampai mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak yang
kepentingan para pihak pada hal ini diselesaikan dengan cara mediasi karena tidak
10
ada pihak yang dimenangkan atau dikalahkan. Pada dasarnya fungsi mediator
Mediasi dapat dilakukan oleh berbagai aktor, mulai dari aktor individu,
aktor, namun hal yang perlu juga diperhatikan adalah bagaimana mediator
meredam konflik. Salah satu caranya adalah dengan melihat strategi-strategi yang
terlaksana jika adanya kepercayaan (trust) yang diberikan oleh pihak yang terlibat
didalam konflik terhadap mediator, serta tuntutan keahlian (skill) yang harus
dimiliki oleh seorang mediator. Selain itu mediator juga dituntut untuk bertindak
tidak memihak serta mempunyai posisi tawar yang meyakinkan, sehingga dalam
damai antara pihak-pihak yang berkonflik (Nasution, 2014). Dalam hal ini
Mediator adalah orang atau pejabat yang ditunjuk dari jajaran pemerintah
setempat yang disepakati oleh para pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan
permasalahannya.
membayar ganti rugi kepada masyarakat penggarap, ada juga yang diupayakan
11
kesepakatan bersama.
Proses mediasi dapat dikatakan berhasil atau efektif jika dapat mengurangi
ketegangan antara pihak yang berkonflik dan mendamaikan tuntutan pihak yang
hanya dilakukan dengan pendekatan hukum, tetapi juga melalui pendekatan sosial
keadilan. Oleh karena itu penyelesaian konflik melalui mediasi sebagai alternatif
khusus tentang bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh tim mediasi dalam
pertanahan di luar ranah hukum, studi kasus pada konflik pertanahan PT. Hutan
proses mediasi yang dilakukan tim mediasi pada PT. Hutan Tanaman
tersebut.
13
sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
1. Manfaat Teoritis
media informasi serta bahan rujukan bagi penelitian lain yang berkaitan
budaya.
2. Manfaat Praktis
dirugikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skirpsi pada tahun 2016 yang berjudul “Proses Mediasi Pada Penyelesaian
Konflik Pertanahan (Studi Kasus Pada PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang
menggunakan metode luar pengadilan atau jalur mediasi. Ini bertujuan untuk
pertanahan yang terjadi antara PT. Nusa Kencana Bahilang dengan masyarakat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus
observasi, wawancara, serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis
dan informan dalam penelitian ini adalah setiap pihak yang terlibat dalam proses
mediasi, seperti: Masyarakat Desa Penggalian, Pihak PT. Nusa Pusaka Kencana
Bahilang dan Tim Mediasi. Interpretasi data dilakukan dengan mengolah data
lapangan.
buntu karena masyarakat meragukan kenetralan tim mediasi yang dibentuk oleh
16
berasal dari multi elemen juga menjadi kekurangan dari pembentukan tim mediasi
tersebut. Para aktor mediasi menjalankan peran sesuai dengan kedudukan mereka
dan pihak perusahaan dalam hal ini juga hanya terjadi di dalam forum mediasi
Tesis pada tahun 2008 yang berjudul “Peranan Kepala Adat dalam
Flores Nusa Tenggara Timur dalam menyelesaikan sengketa tanah ulayat masih
Kecamatan SOA yang pernah mengalami sengketa tanah yang kemudian diambil
sebagai sampel yaitu masyarakat adat Desa Seso (Suku Meli) dengan cara non
17
random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer
yang diperoleh melalui wawancara dan kuisioner dan data sekunder yang terdiri
dari bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang- undangan yang
berkaitan dengan objek yang diteliti, bahan hukum sekunder yang berupa buku-
buku, karya tulis ilmiah serta bahan hukum tersier yang berupa kamus Bahasa
Indonesia dan kamus Bahasa Inggris. Data yang diperoleh kemudian dianalisa
secara kualitatif.
sengketa tanah ulayat di Kecamatan SOA Kabupaten Ngada NTT adalah batas
tanah ulayat tidak jelas, adanya praktek ketidakadilan, adanya klaim dari
adat dan kurang sosialisasi. Peranan Kepala Adat dalam menyelesaikan sengketa
tanah ulayat adalah sebagai hakim perdamaian dalam persidangan adat dan
sebagai pengambil keputusan adat yang mana pihak-pihak tersebut mengikat pada
internal yang disebabkan oleh saksi tidak mau menjadi saksi, ketidak jelasan
batas tanah dan ketidak jelasan pemilik tanah. Faktor eksternal yang berasal dari
pihak ketiga yang muncul pada saat musyawarah sengketa telah menemukan
solusinya para pihak juga telah sepakat kemudian terdapat pihak lainnya
Kesimpulan dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Peranan Kepala Adat
18
karena Kepala Adat dianggap sebagai hakim perdamaian antara masyarakat dalam
peneliti sangat berbeda jauh, yaitu dalam penelitian terdahulu ini membahas
dalam penelitian yang diteliti oleh peneliti yaitu membahas tentang model mediasi
adat, sehingga penulis memasukkan penelitian terdahulu ini kedalam skripsi ini,
Penelitian ini mengkaji dan menjawab mengenai tata cara atau prosedur dan
Tanah sebagai sumber daya alam yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup
19
penggunaannya yang bertambah dan mengakibatkan nilai harga tanah juga ikut
penyelesaian secara tuntas salah satunya melalui mediasi yang putusannya tidak
ada pihak yang kalah ataupun menang atau biasa disebut penyelesaian secara win
– win solution sehingga tercipta keadilan diantara para pihak. Dari hasil penelitian
dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa prosedur atau tata cara mediasi
dipertemukan untuk mencari jalan keluar dari sengketa tanah tersebut. Prosedur
Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
sampai dengan Pasal 42. Sidang mediasi yang dilakukan Kantor Pertanahan terdiri
dari 3 (tiga) kali sidang dengan pendekatan persuasif dimana para pihak dipanggil
secara terpisah terlebih dahulu kemudian dipanggil bersama dalam sidang terakhir
dengan Undang- Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yaitu
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
umumnya, seperti gubernur, bupati, dan wali kota, serta anggota DPRD.
Kedudukan anggota DPRD sederajat sama tinggi dengan bupati, di mana kepala
Dalam hal pembuatan peraturan daerah, kepala daerah dan anggota DPRD harus
sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka
undangan.
kepentingan dengan hal tersebut. Lebih lanjut pengertian sengketa tanah diatur
Nomor 1 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penanganan Sengketa Pertanahan Pasal 1
3. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti
Pertanahan Nasional”.
peraturan hukum yang berlaku. Dari definisi tersebut, maka dapat dikatakan
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan
positif pada pembangunan daerah – daerah yang tertinggal dalam suatu negara
agar daerah tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan
cepat, daerah tidak perlu menunggu instruksi lagi dari Pemerintah Pusat, (c) dapat
mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan dapat segera
teritorial, dapat lebih mudah menyesuaikan diri kepada kebutuhan dan kebutuhan
Pemerintah Pusat, (f) dari segi psikologis, desentralisasi dapat lebih memberikan
kepada sub nasional dari pemerintah yang mempunyai tingkat otonomi tertentu
pusat kepada unit-unit di daerah. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa
mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari
pemerintah pusat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
Kewenangan otonomi daerah ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu otonomi luas
dan otonomi terbatas. Kewenangan Otonomi luas menurut Haris adalah kekuasaan
yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
diberikan secara terbatas yang meliputi kewenangan lintas kabupaten dan kota,
dan kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan
pusat). Sedangkan dalam Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan
pada daerah kabupaten dan kota. Kewenangan Otonomi luas bagi kabupaten dan
dibidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama serta kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari
undang menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi waktu terjadinya, sehingga
5 Tahun 1974 yaitu alasan politis, sosiologis dan konstitusional. Alasan politis
adalah alasan karena perubahan struktur politis waktu itu. Alasan sosiologis yaitu
Secara etimologi mediasi berasal dari bahasa latin mediare yang artinya
pertentangan yang terjadi di antara dua pihak tanpa memihak kepada salah satu di
antara mereka (Yono, 2011). Penjelasan mengenai mediasi akan lebih lengkap
25
jika ditambah dengan penjelasan lain secara terminologi yang dikemukakan oleh
process in which the parties are assisted by a mediator, the mediator attempt to
improve the process of decision making and to assist the parties to reach an out
come to which of them can assen (Mediasi adalah sebuah proses pengambilan
keputusan dimana para pihak dibantu oleh mediator, mediator berupaya untuk
keputusan sepenuhnya berada di tangan para pihak yang berkonflik dan mediator
Kehadiran mediator merupakan faktor yang sangat penting karena mediator dapat
sehingga menghasilkan keputusan akhir yang dapat diterima oleh mereka yang
bertikai.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2014) dengan judul Peranan
Tokoh Masyarakat Dalam Mediasi Konflik studi kasus pada perselisihan antar
warga Desa Tolang Jae dengan Dusun Adian Goti di Tapanuli Selatan
mediator dalam penyelesaian konflik tersebut berjalan buntu dan tidak berhasil
meredam konflik, hal ini disebabkan oleh tokoh masyarakat dinilai tidak bersikap
adil dan tidak menyerukan kesadaran sosial antara kedua belah pihak yang
26
bertikai. Mediator yang dalam hal ini adalah tokoh masyarakat masih dipengaruhi
yang mayoritas dan mengabaikan pihak minoritas. Hal ini tidak sejalan dengan
pihak yang netral dan tidak memihak, karena tugasnya adalah untuk membantu
peran yang lemah dan peran yang kuat, adapun peran mediator yang lemah
meliputi:
baik
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi, maka pada penelitian kali ini proses
Mediasi adalah salah satu bentuk dari akomodasi. Sebagai suatu proses,
konflik dalam rangka mencapai kestabilan (Soekanto, 1982). Mediasi adalah suatu
proses penyelesaian konflik dengan perantara pihak ketiga, yakni pihak yang
Berbeda dengan arbitrase, keputusan arbiter atau majelis arbitrase harus ditaati
terdapat kewajiban dari masing-masing pihak untuk menaati apa yang disarankan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai
pengambilan keputusan.
yang dilakukan dengan cara membuat konsensus diantara dua pihak yang
berkonflik untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai mediator
kesamaan kedudukan dan upaya penentuan hasil akhir perundingan yang dicapai
solusi yang dihasilkan mengarah kepada win-win solution. Upaya untuk win-win
pada kepentingan yang menjadi sumber konflik dan bukan pada posisi atau
Dalam Lubis (2014) dikatakan bahwa tujuan dan manfaat dari mediasi
6. Bersifat tertutup/rahasia.
1. Mediasi Secara Hukum, yaitu merupakan bagian dari litigasi, hakim meminta
2. Mediasi Pribadi, yaitu mediasi yang penyelesaiannya diatur oleh para pihak
30
itu sendiri dibantu oleh mediator terkait atau mengikuti pendapat /pandangan
para ahli yang tehnik dan caranya sangat bervariasi tetapi tujuannya sama,
dihadapi dalam rangka mencapai kesepakatan bersama secara damai dan tidak
1. Para pihak setuju untuk melakukan mediasi, karena mediasi sifatnya adalah
sukarela
oleh mediator secara terpisah antara pihak yang satu dengan yang lainnya.
permasalahan.
didiskusikan.
bersifat universal dan tidak bersifat legalistik. Oleh karena itu pengetahuan
31
tentang proses dan tehnik mediasi dapat diperoleh melalui karya-karya tulis para
sebagai kekuatan mediasi karena keadaan itu menyediakan keleluasaan bagi para
yaitu:
1. Tahapan Persiapan(Preparation) :
mediator’s entry).
exchange).
mediate).
the issues)
solving).
dan jenis negosiator (aktor), pelaksanaan mediasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu mediasi internal dan eksternal. Mediasi internal yaitu mediasi yang
mana mediator berasal dari golongan atau kalangan sejajar dengan pihak-pihak
yang mana mediator berasal dari pihak-pihak yang lebih tinggi atau berada di luar
ruang lingkup konflik, dalam penelitian ini yang dilakukan adalah mediasi
eksternal dimana yang menjadi mediator (tim mediasi) adalah pihak yang
cara yang digunakan dalam penyelesaian konflik, antara lain yaitu content
1999:476).
dan arah tujuan dari negosiasi itu sendiri sehingga diharapkan akan dicapai
kata mufakat.
3. Positive Framing of The Issue yaitu mediasi yang dilakukan dengan cara
oleh tim mediasi dalam penyelesaian konflik pertanahan yang terjadi antara PT.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang memiliki arti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (biasa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
berdaya. Menurut Chang dalam Lubis (2011) konflik sosial tidak hanya berakar
perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang
dan masalah kekuasaan. Namun menurutnya, emosi manusia sesaat pun bisa
Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik
adanya struktur kelas dimana kelas borjuis menggunakan negara dan hukum untuk
mendominasi kaum proletar. Konflik antar kelas sosial terjadi melalui proses
produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi dimana didalam proses produksi
borjuis.
35
Perubahan sosial justru membawa dampak yang buruk bagi nasib kaum
ongkos tenaga kerja yang diterima, sehingga kehidupan selanjutnya kian buruk.
masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama. Penerimaan
Dahrendorf pada teori konflik Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas
sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis.
Namun, pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu mereka yang berkuasa
perdamaian. Secara teoritik untuk menghasilkan resolusi konflik ada peran pihak
ketiga atau mediator yang berupaya untuk membantu pihak yang berselisih
diharapkan dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat konflik (Lusia, 2010).
menjadi pegangan selanjutnya bagi semua pihak. Kesepakatan juga bisa dilakukan
tertentu yang sifatnya sangat subyektif. Kedua, setiap pihak menerima atau
mengakui eksistensi dari pihak lain sebagai subyek. Sikap ini sangat penting
karena tanpa itu mereka tidak bisa bekerjasama selanjutnya untuk menyelesaikan
konflik secara tuntas. Ketiga, pihak-pihak yang bertikai juga sepakat untuk
percaya bisa berjalan sebagai landasan untuk transformasi sosial, ekonomi dan
suatu tahapan untuk mencapai resolusi konflik. Peran pihak ketiga sangat tepat
dilaksanakan pada sebuah konflik yang berlangsung lama terutama apabila terjadi
37
mengatakan bahwa keadaan buntu tersebut membuat pihak yang saling bertikai
berpandangan bahwa mereka tidak bisa menang dengan berperang, tetapi tidak
pihak ketiga dibutuhkan untuk memiliki inisiatif guna mencari perdamaian, yaitu
terjadi.
Mediasi bertujuan untuk membawa konflik pada suatu kesepakatan yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak dan konsisten dengan kesepakatan tersebut.
(Lusia, 2010). Mediasi bersifat sukarela, mereka harus diterima oleh kedua belah
pihak yang terlibat dalam konflik, hal ini menurut Harris dan Reilly (2000) biasa
dikenal dengan kenetralan dan imparsialitas pihak ketiga. Netral di sini bukan
hanya sekedar tidak memihak akan tetapi juga bersih dari kepentingan-
kepentingan pribadi.
dalam konflik ini juga harus mendapat kepercayaan dari pihak yang berkonflik.
penolakan awal dari pihak-pihak yang berkonflik, maka usaha diplomasi awal
formulasi dan manipulasi. Ketika mediasi terjadi tanpa adanya keinginan satu atau
bahkan kedua belah pihak untuk menang dari lainnya, mediator dapat
ketiga hanya akan diambil ketika pihak-pihak tersebut saling berselisih dalam
METODE PENELITIAN
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan metode studi
kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu. Studi
Kasus (case study) merupakan penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus
diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah
laku yang dapat diamati. Penelitian ini bersifat mengungkap fakta. Hasil
kualitatif, peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam
mengenai bagaimana sebenarnya proses mediasi yang dilakukan oleh tim mediasi
dalam penyelesaian konflik pertanahan yang terjadi antara PT. Hutan Tanaman
Gorontalo. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena pada PT. Hutan Tanaman
Industri terdapat kasus konflik pertanahan milik PT. Hutan Tanaman Industri
40
dengan masyarakat dari Desa Karyamukti yang memicu konflik sosial antara
konflik tersebut dengan jalur mediasi oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo dan
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh tim
penelitian ini, yang menjadi unit analisisnya atau objek kajiannya adalah
perwakilan masyarakat desa Karyamukti yang ikut dalam proses mediasi dengan
PT. Hutan Tanaman Industri, perwakilan PT. Hutan Tanaman Industri yang ikut
dalam proses mediasi, dan ketua tim mediasi yang dibentuk oleh pemerintah
3.3.2 Informan
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian
teknik pengumpulan data agar nanti mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan
Data Primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari obyek
Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun tidak
yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung
(Nawawi, 2006). Metode observasi langsung ini dilakukan jika informan tidak
dapat menjelaskan mengenai tindakan yang ia lakukan atau karena ia tidak ingin
menjelaskan mengenai tindakannya. Oleh karena itu data dari metode observasi
Adapun yang akan dilihat pada observasi adalah tempat-tempat yang digunakan
dengan teknik wawancara terstruktur dimana draft pertanyaan telah disiapkan oleh
terstruktur dan agar peneliti tidak lupa dengan apa yang harusnya ditanyakan
kembali. Dalam proses wawancara tersebut peneliti akan menggunakan alat bantu
wawancara
Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun
bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat
diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat
kabar, tabloid, buku, internet, ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan
merupakan tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti
internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online. Informasi
online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin
Interpretasi data merupakan suatu tahap pengelolaan data, baik itu data
primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Dalam
dan dokumentasi. Semua data akan dianalisis dengan pengolahan dan penafsiran
data yang diperoleh dari setiap informasi baik pengamatan, wawancara atau
selanjutnya adalah melakukan reduksi data dengan cara abstraksi. Reduksi data
yang muncul dari catatan-catatan lapangan, dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti
Abstraksi merupakan rangkuman yang terperinci dan merujuk pada inti temuan
digunakan.
memenuhi bahan baku industri kehutanan, baik kayu maupun non kayu. Di tengah
semakin langkanya hutan produksi alam, HTI menjadi tumpuan produksi hasil
Eksploitasi hasil hutan alam sejak dekade 70-an telah menjadi sumber
kayu yang dipanen dari hutan alam semakin masif. Akibatnya, hutan produksi
Sejak tahun 1990-an, hutan alam sudah tidak mungkin lagi memenuhi
hasil hutan.
Hutan tanaman industri di atur secara khusus dalam PP No.7 tahun 1990
tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. Hutan jenis ini dimaksudkan
untuk meningkatkan produktivitas dari hutan produksi alam yang telah rusak atau
alam yang tidak produktif dicirikan oleh tiga hal, pertama, pohon yang
berdiameter kurang dari 20 cm tidak lebih dari 25 batang per hektar. Kedua,
pohon induk kurang dari 10 batang per hektar. Ketiga, kemampuan permudaan
pada awalnya hanya satu dusun dari Desa Sidomukti yang bernama dusun
matobuloo. Dusun ini adalah hamparan ladang dan persawahan yang di apit oleh
47
dua sungai kecil yaitu sungai matobuloo daa dan matobuloo kiki dan sebelah utara
Pada tahun 1985 diusulkan oleh masyarakat untuk menjadi sebuah Desa,
dari Pemerintah Kabupaten Gorontalo dan resmi menjadi Desa yang Definitif,
Nama Desa : Karyamukti berasal dari Bahasa jawa yang artinya yaitu Pekerjaan
salah satu desa dari desa di Kabupaaten Gorontalo, dan memiliki luas wilayah
333.86 Ha. Secara topografis terletak pada ketinggian 333.86 meter di atas
permukaan air laut. Posisi Desa Karyamukti yang terletak pada bagian utara
berbatasan dengan Desa Satria, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Puncak.
berjumlah 1.417 jiwa yang terdiri atas laki-laki berjumlah 705 Jiwa dan
48
perempuan berjumlah 712 Jiwa. Data tersebut akan disajikan dalam tabel berikut:
Gorontalo
Kabupaten Gorontalo
1 Petani 195
3 Pedagang 41
4 Angkutan /sopir 15
5 PNS 7
7 Buruh Bangunan 76
Jumlah 811
tamatan SLTP sebanyak jiwa, tamatan SLTA sebanyak jiwa. Sedangkan sarjana
2 Tamatan SD 609
5 Tamat Akademi\PT 29
Jumlah 1.417
umumnya masih sangat rendah. Pada umumnya mata pencaharian masih berkisar
sebagai pekerja bangunan dan buruh tani. Keadaan ini akan mempengaruhi
kondisi social.
VISI
masyarakat.
MISI
Konflik yang terjadi antara PT. Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan
masyarakat Desa Karyamukti adalah konflik tanah dimana ada suatu perbedaan
masyarakat tanah/lahan tersebut adalah tanah rakyat yang dikuasai oleh pihak PT.
oleh PT. Hutan Tanaman Industri, menanggapi hal tersebut pada tanggal 1 April
PT. HTI juga sudah sangat jelas bahwa mereka menginginkan pengembalian
menuntut bukan tanpa alasan, mereka berpegang pada izin hak yang mereka
miliki
perusahaan adanya suasana yang aman dan tenteram di dalam maupun di luar
menjalankan usaha perkebunan di atas areal HGU yang diperoleh dari Pemerintah
R.I melalui proses dan prosedur yang berlaku yaitu HGU Nomor 1 seluas
52
yang mengaku dari Desa Karyamukti mengklaim bahwa ada tanah (lahan)
masyarakat seluas 286 Ha yang dikuasai oleh PT. Hutan Tanaman Industri.
Seperti terlihat pada kutipan wawancara dengan Pak S dari pihak perkebunan:
lahan di dalam perkebunan secara paksa dan melarang pihak perkebunan untuk
memanen di areal klaim sampai masalah tersebut selesai. Bentrokan fisik antara
masyarakat dan pihak perusahaan hampir terjadi karena tenaga panen dari
perusahaan hendak memanen hasil perkebunan, pada saat itu pihak perusahaan
terjadi di lapangan.
“Pada saat itu hari sebelumnya kalo tidak salah oktober 2013 kami dari
perusahaan melakukan panen di lokasi klaim penggarap, saat itu tidak ada
gangguan. Lalu hari berikutnya dilakukan lagi proses memanen, pada hari
itulah kami mengalami gangguan dari masyarakat yang meneror tenaga
kerja dengan membawa bambu runcing dan mendesak tenaga kerja tidak
boleh memanen.” (Wawancara 4 Juni 2019)
dipulangkan oleh pihak perusahaan. Situasi menjadi reda setelah datang anggota
dengan masyarakat dan pihak perusahaan dengan hasil bahwa akan dilakukan
AKIBAT:
Bentrok antara
Pendudukan lahan masyarakat dan
Demonstrasi oleh masyarakat. perusahaan
AKAR:
Permenhut Perbedaan Intimidasi
Nomor : Pendapat/Kepentingan Kepolisian
62/Menhut-II/20
08
Gambar 4.1: Pohon konflik pertanahan antara PT. Hutan Tanaman Industri dengan
Masyarakat Desa Karyamukti
lahan perkebunan antara PT. Hutan Tanaman Industri dengan masyarakat Desa
keamanan untuk melerai konflik antara perusahaan dan masyrakat, ini yang
masyarakat. Akibat dari permasalahan ini sudah digambarkan juga di atas yaitu
dan masyarkat.
kekuasaan ketika dipegang oleh kalangan adat atau yang dikenal dengan
kendali negara. Periode pasar bebas, tanah berada di bawah kendali negara dan
pasar (kapitalisme). Dalam hal ini, kepemilikan tanah lebih didasarkan pada
sengketa tanah dari aspek penggunaan otoritas yang bersifat dikotomis antara
Dan bila dilihat dalam hal ini otoritas negara berada dalam otoritas yang paling
masyarakat yang berada pada posisi terakhir. Dahrendorf juga mengatakan bahwa
dominan. Dalam kasus yang terjadi antara Masyarakat Desa Karyamukti dan PT.
terlalu membela pihak perusahaan. Hal ini tampak karena masyarakat mengatakan
bahwa tuntutan mereka agar pendistribusian lahan dilakukan, tetapi tidak juga
Dalam kasus antara PT. Hutan Tanaman Industri dengan masyarakat Desa
Karyamukti ini, yang menjadi faktor utama terjadinya konflik adalah adanya
terganggu dan mengalami kerugian akibat tidak dapat memanen hasil perkebunan
dari lahan yang diduduki oleh masyarakat sampai masalah tersebut diselesaikan.
kelompok sosial memiliki kepentingan sendiri dan bertentangan satu sama lain,
dimiliki leluhur mereka, sementara pihak perusahaan juga bersikeras bahwa lahan
yang dituntut oleh masyarakat tersebut bukanlah tanggung jawab dari PT. Hutan
Tanaman Industri karena mereka hanya menjalankan dalam tanah HGU (Hak
terus menuntut hak mereka tersebut adalah karena adanya faktor ekonomi.
Tanah/lahan dalam hal ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi mereka, mengingat nilai ekonomis tanah yang sangat tinggi
sehingga memicu konflik bukan saja mengenai kepemilikan tanah tetapi juga
Kondisi konflik saat ini sudah tidak memanas lagi dan masyarakat juga
sudah tidak menduduki lahan, hal ini karena sudah diadakannya beberapa kali
pertemuan antara pihak yang berkonflik dengan tim mediasi dari pihak
terjadi antara masyarakat Desa Karyamukti dengan PT. Hutan Tanaman Industri.
memperjuangkan hak mereka tapi dalam kehidupan sosial mereka tidak lagi
mengalami ketegangan. Hal ini senada dengan pernyataan dari masyarakat desa
57
“Kalau kondisi sosial kami saat ini dengan pihak perusahaan ya biasa-
biasa saja, tidak ada istilah merasa saling bermusuhan karena ini. Apalagi
kan letak desa kita berbatasan langsung dengan areal perkebunan HTI, jadi
sama semua pekerja kebun kami sudah biasa-biasa saja tidak ada
ketegangan. Cuma waktu konflik memanas tahun 2013 itu, masyarakat
hampir bentrok sama pekerja kebun karena mau panen bawa- bawa polisi.”
(Wawancara 29 Mei 2019)
sudah tidak ada lagi ketegangan, tetapi masyarakat masih akan tetap
dilakukan masyarakat masih merasa tidak puas dan tidak mendapatkan hasil, oleh
manusiapun bisa memicu terjadinya konflik sosial. Dari teori yang disampaikan
oleh William Chang tersebut, dapat dilihat bahwa teori ini berkaitan dengan kasus
Industri. Dimana konflik yang terjadi berakar dari masalah tanah yang kemudian
58
1. UUD 1945
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan (ayat 2);
Pusat (ayat 5); Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
(ayat 6).
Provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan
59
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan
undang.
urusan pemerintahan itu ada yang merupakan kewenanagan pemerintah dan ada
Lebih lanjut, Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dijelaskan bahwa negara sebagai pemegang hak menguasai atas segala sumber
daya alam Indonesia dan penguasaan oleh negara dimaksudkan untuk mencapai
(1) Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-
hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa
(2) Hak menguasai dari negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk:
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
(4) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut pada
masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan
makmur;
(5) Hak menguasai dari negara tersebut pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
menurut sifatnya dan pada azasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat. Dengan
negara atas tanah itu adalah merupakan medebewind. Segala sesuatunya akan
Urusan Pemerintahan konkuren dan lebih lanjut dalam Pasal 13 ayat (1)
Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip
Lebih lanjut dalam Pasal 13 ayat (2) bahwa berdasarkan prinsip-prinsip yang
disebutkan pada ayat (1) maka kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi
lintas Daerah provinsi atau lintas negara; (b) Urusan Pemerintahan yang
penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara; (c) Urusan Pemerintahan
yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
62
(d) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi. Serta kriteria
Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam Daerah
yang dibagi antara pemerintah pusat, daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota.
Kesembilan sub urusan tersebut terdiri atas; (1) izin lokasi, (2) pengadaan tanah
untuk kepentingan umum, (3) sengketa tanah garapan, (4) ganti kerugian dan
santunan tanah untuk pembangunan, (5) subjek dan objek redistribusi tanah serta
ganti kerugian tanah kelebihan tanah maksimum dan tanah absentee, tanah ulayat,
(7) tanah kosong, (8) izin membuka tanah, dan (9) penggunaan tanah.
63
Dari 9 (Sembilan) sub urusan tersebut terdapat (3) sub urusan yang tidak
ada kewenangannnya pada pemerintah pusat, yaitu urusan tanah ulayat, tanah
kosong dan izin membuka tanah. Kewenangan penerbitan izin membuka tanah
pengadaan tanah untuk kepentingan umum hanya ada pada pemerintah pusat
penyelesaian sengketa tanah garapan, (2) penyelsaian masalah ganti rugi dan
santunan tanah untuk pembangunan, dan (3) penyelesaian masalah tanah kosong.
Penyelesaian sengketa tanah garapan dan penyelesaian masalah ganti rugi tanah
penyelesaian masalah tanah konsong hanya ada pada level pemerintah provinsi
pada khusunya masih memerlukan aturan yang lebih konkrit, karena itu peraturan
segera direalisasikan.
(Bupati atau Walikota untuk daerah yang tidak berada dalam kedaan bahaya, dan
64
penguasa darurat atau penguasa perang untuk daerah yang berada dalam kedaan
perkebunan dan bukan hutan tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah,
yang ada didaerahnya masing-masing pada suatu waktu, dan penyelesaian tersebut
Pertanahan
Dalam Pasal 2 ayat (1) Keprres Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
(d) penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan;
(e) penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah
kelebihan maksimum dan tanah absentee; (f) penetapan dan penyelesaian masalah
tanah ulayat; (g) pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong; (h)
bersangkutan.
meliputi; (1) penyelesaian sengketa tanah garapan, (2) penyelesaian masalah ganti
kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, (3) penetapan dan penyelesaian
masalah tanah ulayat, dan (4) pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah
kosong.
66
sebagaimana diatur dalam Perpres 63/2013 maka ruang lingkup urusan pertanahan
yang diatur dalam UU 32/2014 relatif lebih sempit dibandingkan dengan yang
pertanahan dan ruang lingkup kasus pertanahan yang meliputi sengketa, konflik,
diatur dalam Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2014 (sebelumnya diatur dalam
Peraturan kepala BPN No. 3 Tahun 2006), yaitu Deputi Bidang Penanganan
Penanganan Sengketa dan Perkara Pertanahan pada Kanwil BPN Propinsi, dan
Kabupaten/Kota.
67
Gorontalo maka pada tahun 2012 Bupati Gorontalo melakukan Pembentukan Tim
Non Yustisi (di luar jalur hukum) di Kabupaten Gorontalo sangat diperlukan
Pembentukan tim mediasi tersebut juga bersifat sukarela dan inisiatif dari
pemerintah sendiri, hal ini dikarenakan beberapa kasus pertanahan yang terjadi di
Kabupaten Gorontalo belum bisa diselesaikan. Selain itu, kedua belah pihak yang
dibentuklah tim mediasi sebagai pihak ketiga yang akan memfasilitasi para pihak
yang berkonflik untuk sama-sama berdiskusi dan menemukan titik temu dari
permasalahan tersebut.
Berdasarkan mediator ditinjau dari segi power, ruang lingkup, dan jenis
negosiator, mediasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu mediasi internal dan
mediasi eksternal. Mediasi internal adalah mediasi yang mediatornya berasal dari
68
golongan atau kalangan sejajar dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
pihak-pihak yang lebih tinggi atau berada di luar ruang lingkup konflik. Menurut
mediasi eksternal. Hal ini terlihat sangat jelas karena tim mediasi yang berasal
dari jajaran pemerintahan tersebut memiliki status dan jabatan tinggi dalam
Sebelum memasuki proses mediasi yang akan dilakukan, tim mediasi lebih
langkah apa yang akan dilakukan pada proses mediasi. Dalam hasil wawancara
Tahapan yang telah disusun oleh tim mediasi tersebut diharapkan dapat
memberikan hasil yang terbaik para pihak yang berkonflik nantinya. Tahapan
tersebut juga sama seperti yang disampaikan oleh Boulle (1996) yang membagi
1. Tahapan Persiapan
masalah yang akan diangkat dan melakukan pertemuan awal dengan pihak
Pada tahap ini, mediator mendengarkan penyampaian masalah dari para pihak
akhir.
terhadap Masyarakat Desa Karyamukti dengan PT. Hutan Tanaman Indsutri (PT.
HTI) hanya terfokus pada mengadakan pertemuan dan diskusi. Pertemuan mediasi
yang dilakukan pada kasus tersebut sebanyak 6 (enam) kali dan diadakan di Aula
Kantor Bupati Kabupaten Gorontalo. Strategi yang dilakukan oleh tim mediasi
masalah ini secara non litigasi atau musyawarah. Dalam proses mediasi yang telah
dilakukan, tim mediasi dapat dikatakan telah berhasil meredam konflik yang
terjadi hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang tidak lagi menduduki lahan
Hasil dari proses mediasi yang telah dilakukan adalah tim mediasi
mendesak BPN (Badan Pertanahan Negara) selaku instansi yang berwenang dan
sah diakui oleh negara untuk melakukan pengukuran kembali atas lahan yang
dipermasalahkan, dan hasilnya bahwa tanah yang dikelola oleh PT. Hutan
Tanaman Industri masih kurang dari luas HGU yang diberikan Pemerintah seluas
1.018, 74 Ha (seribu delapan belas koma tujuh puluh empat hektar) sehingga PT.
Hutan Tanaman Industri menganggap bahwa lahan seluas 286, 06 Ha (dua ratus
delapan puluh enam koma enam hektar) yang diklaim oleh kelompok masyarakat
tersebut merupakan bukan tanggung jawab mereka. Akan tetapi masyarakat tidak
dengan pihak BPN (Badan Pertanahan Negara) untuk memanipulasi data hasil
pengukuran.
Tim Meidasi dengan hal ini menerima tuntutan dari pada masyarkat untuk
melakukan pengukuran kembali tanah yang dimiliki oleh perusahaan dan tanah
yang dimiliki oleh masyarakat. Hal ini dapat dilakukan oleh tim mediasi karena
kedua belah pihak yang berkonflik telah sepakat bahwa kewenangan tim mediasi
untuk menerima tuntutan masyarakat. Langkah selanjutnya yang di ambil oleh tim
pengukuran kembali lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang ditujukan kepada
BPN RI dengan tembusan kepada BPN Provisi Gorontalo dan proses ini masih
menunggu balasan surat atas permohonan yang diajukan oleh tim mediasi.
Sehingga proses mediasi ini telah selesai dan kedua belah pihak sepakat untuk
menyelesaikan kasus antara PT. Hutan Tanaman Industri dengan masyarakat Desa
PROSES MEDIASI
72
Sesi Diskusi
Proses mediasi yang dilakukan sesuai dengan skema di atas dapat dijelaskan
Pembukaan oleh Tim Mediasi : Pada proses ini, tim mediasi terlebih dahulu
membuka forum mediasi secara dan membacakan apa saja yang akan dibahas
dalam forum tersebut serta memastikan bahwa kedua belah pihak yang
Pemaparan Laporan Kasus oleh Tim Mediasi : Disini tim mediasi akan
memaparkan laporan kasus yang akan dibahas pada forum, dalam hal ini
Ketua Tim Mediasi bertindak sebagai pemapar dan menjelaskan kembali apa
berkonflik dalam hal ini Masyarakat Desa Karyamukti dengan PT. Hutan
Pemberian Bukti Penguat Dari Pihak Berkonflik : Pada tahap ini tim mediasi
meminta para pihak yang berkonflik untuk menunjukkan bukti- bukti yang
berkaitan dengan tuntutan mereka. Tim mediasi dalam hal ini juga memeriksa
Sesi Diskusi : Pada sesi diskusi, tim mediasi memberikan kesempatan kepada
terkait konflik yang sedang terjadi. Tim mediasi dalam hal ini bertindak
sebagai penengah dan memberikan solusi apa yang akan diberikan kepada
pihak berkonflik.
74
mediasi membacakan kembali apa saja yang telah dibahas dalam forum
mereka menyampaikan bahwa pada sesi diskusi suasana kerap kali menjadi panas
dikarenakan setiap bukti yang mereka tunjukkan selalu disalahkan oleh tim
mediasi dan dianggap tidak sah. Oleh karena itu suasana forum mediasi yang
seharusnya berjalan tertib dan lancar malah menimbulkan kisruh dan tidak
mendapatkan hasil.
untuk bersikap netral dan tidak memihak, selaku tim mediasi mereka merasa
sudah bersikap netral dalam melakukan proses mediasi. Hal senada juga
disampaikan oleh pihak perusahaan seperti pada kutipan wawancara dengan Pak S
berikut ini:
“Menurut saya tim mediasi sudah bersikap netral, karena tugas mereka
memang hanya sebagai fasilitator antara masyarakat dengan kami. Tim
mediasi juga sudah melakukan usaha yang maksimal dan kami
memberikan saran jika memang masyarakat merasa dirugikan silahkan
mengajukan masalah tersebut ke pengadilan saja.” (Wawancara 4 Juni
2019)
Hal yang kontras dan tidak senada malah disampaikan oleh masyarakat
Desa Karyamukti, mereka merasa bahwa tim mediasi belum bersikap netral
karena terkesan membela pihak perusahaan, seperti yang terlihat dalam kutipan
“Kalau menurut saya mereka kurang netral, karena setiap mereka meminta
75
bukti dari kami seperti pada waktu mediasi tahun 2013 dilakukan di kantor
bupati, disitu dihadiri juga anggota dewan, nah kami sudah saling tunjuk-
tunjukan peta sebagai bukti malah mereka tidak menerima peta tersebut
karena tidak sah katanya.” (Wawancara 27 Mei 2019)
hasilnya begitu-begitu saja, tidak ada kemajuan sehingga mereka merasa jenuh
dan merasa bahwa mediasi tidak efektif untuk menyelesaikan masalah mereka.
Dalam hal ini, menurut analisa penulis tim mediasi memang belum bersikap
netral. Tim Mediasi dalam hal ini sudah bertentangan dengan Teori Mediasi
keputusan dimana para pihak dibantu oleh mediator, dan mediator berupaya untuk
mencapai hasil yang mereka inginkan bersama. Tim mediasi tidak dapat
membantu para pihak untuk mencapai hasil yang mereka inginkan bersama karena
tidak menginginkan lagi proses mediasi tersebut dilakukan karena tidak pernah
“Kami sudah merasa sangat jenuh dengan proses ini, tidak ada hasilnya,
setiap akhir mediasi pasti merasa hanya berkata “ya, nanti kami usahakan”
apanya yang diusahakan, buktinya sampai sekarang kami tidak mendapat
jawaban akan tuntutan kami. Saya rasa tim mediasi tersebut lebih baik
dibubarkan dan bentuk tim baru yang lebih fokus untuk menyelesaikan
76
“Tim mediasi ini sendiri sudah berjalan selama tiga tahun, dan kalau
melihat sepak terjangnya memang tidak pernah memberikan solusi. Jadi
lebih baik dibubarkan, nah kalaupun berani Pemkab Gorontalo itu
membentuk Tim Penyelesaian Konflik Sengketa Tanah, itu yang kami
harapkan. Apalagi sekarang di pemerintah pusat sudah ada Menteri
Agraria, kalaulah bersinerji antara Pemkab Gorontalo dengan pusat kita
yakin akan ada win win solution dalam konflik pertanahan tersebut, jadi
tidak ada pihak yang dirugikan seperti ini.” ( Wawancara 27 Mei 2019)
ketegangan antara kedua belah pihak yang berkonflik dan mendamaikan tuntuan
pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Untuk mendamaikan tuntutan, tim
tuntutannya dan menerima hasil dari proses mediasi yang dilakukan untuk
dengan PT. Hutan Tanaman Indsutri ini, tim mediasi dapat dikatakan telah
Industri, karena kedua belah pihak telah bersepakat untuk menunggu hasil dari
kembali
terhadap masyarakat, namun terdapat kelemahan tim mediasi yang dibentuk oleh
jabatannya. Pergantian struktur anggota tim mediasi yang kerap kali berubah
77
bahwa pemerintah terkesan tidak serius untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
yaitu content mediation, issue identification, dan positive framming of the issue.
permasalahan dan arah tujuan dari negosiasi itu sendiri sehingga diharapkan
3. Positive Framing of The Issue yaitu mediasi yang dilakukan dengan cara
mediasi, dapat disimpulkan bahwa proses mediasi yang telah dilakukan antara
78
masyarakat Desa Karyamukti dengan PT. Hutan Tanaman Industri adalah Content
Mediation, dimana pada jenis mediasi ini fungsi mediator adalah untuk
mengarahkan para pihak yang berkonflik untuk kembali ke akar permasalahan dan
arah tujuan dari negosiasi yang dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kata
mufakat. Hal ini terlihat dari pernyataan ketua tim mediasi yaitu Pak R yang
Hal senada juga disampaikan oleh Pak S selaku anggota Tim Mediasi saat
“Sebagai pihak ketiga atau kita sebut sebagai mediator dalam hal ini kami
memang berusaha agar proses mediasi tersebut menghasilkan kesepakatan
yang diperoleh berdasarkan kata mufakat. Jadi kami mendengarkan apa
saja yang sebenarnya diinginkan oleh kedua belah pihak untuk
menyelesaikan masalah ini agar tidak berlarut-larut.” (Wawancara 7 Juni
2019)
keputusan yang sama-sama diinginkan oleh kedua belah pihak berkonflik dan
merasa bahwa mereka dirugikan dalam proses mediasi dan belum menghasilkan
kata mufakat. Tim Mediasi juga mengatakan bahwa selama proses mediasi
dilakukan, ada beberapa kendala yang dialami salah satunya adalah masyarakat
yang tidak dapat memberikan bukti otentik. Seperti yang disampaikan oleh
79
“Pada saat proses mediasi dilakukan, kami meminta para pihak untuk
menunjukkan bukti mereka masing-masing. Disini kami kewalahan karena
masyarakat bersikeras tidak mau mengakui hasil pengukuran tanah yang
telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanahan Provinsi Gorontalo, sementara di
Indonesia hasil pengukuran tanah yang diakui adalah hasil yang
dikeluarkan oleh badan yang berwenang yaitu Badan Pertanahan Negara
jadi kami juga berpegang pada keputusan tersebut.” (Wawancara 8 Juni
2019)
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari proses
konflik yang terjadi antara masyarakat Desa Karyamukti dengan PT. Hutan
permasalahan tersebut berjalan alot tanpa menemukan titik temunya. Karena hal
ini juga, pihak perusahaan merasa mediasi sudah tidak perlu lagi dilakukan dan
Dalam hal ini menurut analisa penulis, tim mediasi oleh pemerintah tidak
terhadap kenetralan tim mediasi juga menjadi faktor utama yang menyebabkan
konflik tidak bisa dicapai karena masyarakat tidak dapat menerima hasil mediasi
Seperti halnya yang terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Asrul Aziz
Masyarakat sebagai mediator dalam konflik tersebut dinilai tidak berlaku adil dan
juga tidak menyerukan kesadaran sosial antara kedua belah pihak yang bertikai.
Hal ini juga dikarenakan salah satu pihak yang berkonflik meragukan kenetralan
masyarakat lebih condong membela kaum mayoritas dalam kasus tersebut. Tokoh
masyarakat dalam hal ini seharusnya berperan sebagai panutan dan menjalankan
PT. HTI dan masyarakat Desa Karyamukti Kabupaten Gorontalo antara lain yaitu
mediator, karena tim mediasi adalah gabungan pejabat daerah yang tentunya
punya batas akhir jabatan yang sudah ditentukan, ini yang kemudian menjadi
hambatan tentunya karena tim mediasi yang baru harus mempelajari kembali
kasus yang terjadi antara PT. Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Masyarakat Desa
ketidakpercayaan terhadap tim mediasi karena meskipun terus diganti tetap tidak
para pihak tentang pentingnya mediasi, yaitu, : Biasanya para pihak tidak
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
termasuk urusan penanganan sengketa tanah relatif lebih lengkap dan konsisten
dibandingkan pengaturan hal yang sama bagi pemerintah daerah. Tetapi di sisi
Tahun 2014.
ndapatkan solusi untuk kedua belah pihak yaitu menerima tuntutan masyarakat
83
untuk melakukan pengukuran kembali lahan baik yang menjadi hak masyaratak
dan hak perusahaan sebagaimana mekanisme yang telah dibuat dalam penjelesan
yang diajukan kepada BPN RI. Sehingga masyarakat dan perusahaan terlah
berdamai dan telah berkomitmen untuk menggu hasil dari permohonan tersebut
sampai sekarang.
5.2 Saran
melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat
kepemilikan tanah yang sah, sehingga tidak terjadi lagi klaim oleh masyarakat
84
tersebut.
meminta penjelasan tentang tanah yang dianggap mereka adalah tanah milik
mereka
tertentu. Dengan membentuk tim yang anggotanya berasal dari multi elemen,
yaitu ahli mediasi, akademisi atau profesional lainnya yang disediakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syahrial. 2009. Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat,
Grafindo Persada.
Pustaka Utama.
Grafindo Press.
Harris, Peter., dan Reilly, Ben. 2000. Demokrasi dan Konflik yang Mengakar:
Husein, Sofwan, Ali, SH. 1997. Konflik Pertanahan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Butterworths.
86
Kompas.
Nasution, M. Arif, dkk. 2008. Metode Penelitian. Medan: Fisip USU Press.
CV.Rajawali.
Grafindo Persada.
87
Fairuza, 2009. Studi Tentang Kekerasan Dan Fungsi Konflik. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Diponegoro.
Lusia, Henny. 2010. Mediasi yang Efektif dalam Konflik Internal (Studi Kasus:
Universitas Indonesia.
Lubis, Azrul Aziz. 2014. Peranan Tokoh Masyarakat Dalam Mediasi Konflik.
Universitas Gorontalo.
Nasution, Nina Hasanah. 2014. Fungsi Mediasi yang Dijalankan Indonesia dalam
Gorontalo.
Sakti, Trie. 2012. Peran Mediasi Dalam Penanganan Konflik Pertanahan. Jurnal
Rahmat, Said Syahrul. 2014. Sengketa Tanah HGU vs Tanah Garapan. Diunduh
20 desember 2018)
http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2242578-definisi-mediasi/
http://perpustakaan.bpn.go.id/e
ibrary/Digital%20Documents/Koleksi_5757.pdf
http://www.acehinstitute.org/pojok-publik/sosial-budaya/item/254-
LAMPIRAN
90
91