Anda di halaman 1dari 4

REGIONAL ANESTESI (SPINAL)

Nomor Dokumen : Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSIA/SPO/PEL-MED/149 0 1/3

RSIA Tanggal Ditetapkan Ditetapkan,


ST. YUSUF
01 April 2018
STANDAR PROSEDUR Dr.Josephine Fina Jusuf,MARS
OPERASIONAL Direktur
Analgesia spinal (spinal anestesi, sub arachnoid nerve block). Dihasilkan
bila kita menyuntikkan obat analgetik lokal ke dalam ruang sub
arachnoid (kanalis spinal) melalui interspace lumbal. Blok syaraf yang
PENGERTIAN dihasilkan merupakan blok yang tidak permanen dari cabang-cabang
syaraf ganglion anterior, posterior, dan bagian dari medula spinalis
dengan pengaruh hilangnya aktivitas otonomik, sensorik serta motorik.
1.Memberikan suatu kondisi operasi yang optimal sesuai dengan level
blok yang diinginkan
TUJUAN
2.Menghindari kesalahan dari petugas anestesi dalam melaksanakan
tindakan spinal anestesi
Pelayanan regional anestesi memenuhi peraturan perundang-undangan,
KEBIJAKAN peraturan pemerintahdan standar pelayanan, dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi
1. Persiapan :
a. Persiapan pasien seperti halnya pada anestesi umum meliputi :
jalan pernafasan, pernafasan, sirkulasi, pemeriksaan penunjang :
lab dan foto rontgen.
b. Persiapan alat-alat dan obat-obatan yang meliputi : sarung tangan,
spuit 5 cc, spuit 3 cc, duk steril, jarum spinal G25/G27, betadine
dan alkohol, obat spinal : Bupivacain 0,5%, fentanyl dan Lidocain
2%.
2. Pelaksanaan :
a. Persiapan
Pasien dibawa ke kamar bedah untuk dipersiapkan pembiusan
PROSEDUR mulai pasang alat monitor (EKG, Tensimeter dan saturasi
oksigen). Kemudian infus cairan kristaloid (preloading) minimal
RL/NaCl 0,9% 100 cc.
b. Inspeksi dan palpasi pada daerah yang akan dispinal dikerjakan
pada kunjungan preoperatif, saat mana infeksi dan kesulitan-
kesulitan lain bisa dikenali yang mungkinmerupakan
kontraindikasi analgesia spinal
c. Posisi Pasien :
 Posisi Lateral :
- Kepala diganjal bantal 7 s/d 8 cm, fleksi maksimal paha
dan lutut ke perut, lengan dan tangan memeluk paha dan
lutut.

REGIONAL ANESTESI (SPINAL)


Nomor Dokumen : Nomor Revisi Jumlah Halaman
RSIA/SPO/PEL-MED/149 0 2/3

RSIA Tanggal Ditetapkan


ST. YUSUF
01 April 2018
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
- Bahu tidak boleh ditarik ke depan tapi tetap satu bidang
dengan punggung gagar columna vertebralis lebih mudah
diteliti.
- Posisi lateral memungkinkan fleksi maksimal dari
punggung sehingga interspace lumbal lebih terbuka,
sehingga mempermudah teknik lumbal pungsi midline.
 Posisi Duduk
- Landmark lebih mudah dikenali, namun untuk pasien
yang sudah premedikasi mungkin akan merasa pusing
sehingga perlu asisten untuk memegang pasien agar
posisi tetap baik.
d. Teknik Aseptik
 Operator memakai masker, topi, dan sarung tangan steril,
kulit punggung dibersihkan dengan betadine dan alkohol,
kemudian dikeringkan dengan kasa steril, sebaiknya sarung
tangan jangan menyentuh kulit dan ujung doek.
 Palpasi kulit di punggung atas kasa tipis steril, infiltrat
interspace dengan obat anestesi lokal supaya dapat dilakukan
beberapa kali tusukan dengan jarum lumbal.
PROSEDUR  Dengan jarum no. 25 dan 27 dilakukan infiltrasi lebih dalam
dan pengenalan interspace (pada orang dewasa jarak kulit s/d
ligamentum flavum kira-kira 4 cm).
e. Teknik Analgesia
 Teknik midline (median) setelah tindakan antisepsis kulit di
daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan steril.
Pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum
lumbal no. 27 pada median dengan arah 10-20 derajat
terhadap bidang horizontal ke arah kranial pada ruang
vertebra lumbalis yang sudah dipilih.
 Jarum lumbal akan menembus berturut-turut beberapa
ligamen, yang terakhir ditembus cairan adalah duramater
subarachnoid, setelah stilet dicabut cairan liquor cerebro
spinal (LCS) akan menetes selanjutnya disuntikkan larutan
obat analgesik lokal ke dalam subarachnoid tersebut.
 Umumnya yang dipakai larutan analgesik lokal hiperbarik
berupa larutan bupivacain spinal 0,5% atau lidodex 2%.
 Setelah dilakukan spinal anestesi, diobservasi mulai dari
efektivitas blok spinal, ketinggian blok sampai penyulit yang
ditimbulkan depresi sirkulasi : terjadi vasodilatasi –

REGIONAL ANESTESI (SPINAL)

Nomor Dokumen : Nomor Revisi Jumlah Halaman


RSIA/SPO/PEL-MED/149 0 3/3
Tanggal Ditetapkan

01 April 2018
RSIA
ST. YUSUF
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

hipotensi, depresi nafas – depresi otot diafragma sampai total


blok spinal serta penyulit yang diakibatan pembedahan.
3. Indikasi untuk pembedahan daerah yang dipersarafi cabang T4 ke
bawah meliputi (daerah papila mamae ke bawah) :
a. Pembedahan daerah tungkai untuk jaringan lunak, pembuluh darah
dan tulang.
b. Perineum : termasuk anus, rektum bagian bawah, vagina dan
pembedahan urologi.
c. Abdomen bagian bawah : Hernia, hydrokel, atau prosedur bawah
PROSEDUR intra peritoneal lain seperti usus halus distal, appendiksdan
prosedur operasi ginekologi.
4. Kontraindikasi:
a. Kelainan pembekuan darah.
b. Hypovolemik (Syok)
c. Septikemia
d. Infeksi kulit daerah yang akan disuntikkan obat spinal anestesi.
e. Tekanan intrakranial yang meninggi.
f. Pasien menolak/tidak kooperatif.

UNIT TERKAIT

Kamar Bedah

Anda mungkin juga menyukai