Analisa Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia
dan Solusi Kebangkitan UMKM Pasca Pndemi
Pandemi COVID-19 berdampak pada ekonomi, sosial, dan politik bukan hanya negara besar, tapi hampir semua negara-negara dunia. Indonesia yang didominasi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan dan menengah (UMKM) harus memberikan perhatian khusus di sektor ini karena kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional cukup besar. Selain itu, UKMM juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan terutama di pedesaan dan di rumah tangga berpenghasilan rendah. Peran UMKM tidak bisa dipungkiri dalam membantu meningkatkan pendapatan penduduk. Laporan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan pandemi ini berimplikasi pada ancaman krisis ekonomi yang cukup besar ditandai dengan terhentinya kegiatan produksi di berbagai negara, penurunan level konsumsi publik, hilangnya kepercayaan konsumen, kehancuran pasar saham akhirnya mengarah pada ketidakpastian. OECD Memprediksi Itu Akan Terjadi penurunan tingkat produksi dari seperlima menjadi seperempat di berbagai negara, sementara konsumen dapat dikurangi sekitar sepertiga. Prediksi ini juga mengancam Perekonomian nasional Indonesia. Aknolt Christian Pakpahan mengatakan ada tiga akibat pandemi COVID- 19 bagi Indonesia yaitu bagi sektor pariwisata,perdagangan, investasi. Indonesia didominasi oleh keberadaan Mikro, Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai basis perekonomian nasional, serta akan sangat terpengaruh tidak hanya dalam hal total produksi, tetapi juga jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan karena pandemi ini. Untuk membantu usaha kecil dan menengah saat ini, pemerintah harus mempertimbangkan setidaknya tiga tindakan penting, yaitu: Pertama, pemerintah harus mengumumkan langkah-langkah dukungan ekonomi dan bisnis saat ini dan semakin fokus pada pemulihan. Kedua, pemerintah harus memastikan arus masuk dan keluar perusahaan tetap berjalan secara bertahap bertindak dengan cara yang mendukung pemulihan inklusif tanpa membebani mereka yang paling terkena dampak krisis, seperti kaum muda, perempuan dan migran. Ketiga, dukungan negara harus mencapai pengusaha dan UMKM yang dapat meningkatkan ketahanan ekonomi di era pasca- Covid. Inovasi mulai, kewirausahaan dan model bisnis harus dipromosikan. Sementara itu, UMKM tradisional, yang sebagian besar menghilang, dan usaha mikro berjuang untuk memanfaatkan transisi teknologi digital harus mempercepat digitalisasi dan adopsi teknologi, perubahan organisasi dan pelatihan. Keluar dari krisis UMKM harus keluar dari krisis lebih baik dalam format digital dan dengan potensi tenaga kerja yang ditingkatkan. Pemerintah dapat memulainya dengan membuat roadmap pengembangan UMKM dalam menghadapi era Industri 4.0, dimulai dari dari melatih kembali pekerja UMKM untuk beradaptasi dengan penggunaan teknologi produksi baru dan teknologi digital, pengembangan infrastruktur program telekomunikasi dan internet termasuk di desa, melibatkan dunia sains dan bisnis mengkhususkan diri dalam mempromosikan adopsi dan penggunaan teknologi manufaktur dan media teknologi digital, serta kebangkitan program kemitraan dengan bisnis besar dan UMKM. Kebijakan struktural ini ditempuh untuk mendukung penguatan UMKM sekaligus mendukung pengembangan UMKM di era Industri 4.0. Kebijakan baru harus dengan mempertimbangkan perbedaan antar sektor agar lebih relevan dengan kebutuhan spesifik mereka. Mereka juga harus lebih transparan jika ingin mensubsidi langsung ke pengusaha swasta, mereka berusaha membantu mengatasi krisis. Sementara itu, transformasi digital mengikuti munculnya keterampilan digital baru dan adopsi alat digital. Ini adalah proses transformasi yang membutuhkan penataan ulang model bisnis sebelumnya untuk memberi ruang bagi praktik baru, lebih efektif dan efisien.