Anda di halaman 1dari 6

KANKER MULUT RAHIM

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

KELOMPOK 1

KELAS B

Anggota:

Diana Ronsumbre (1802561054)

Syifa Kurnia Febryanti (2002561002)

Mona Sari Marito (2002561004)

Lorna Tiardo Sipahutar (2002561006)

Galoh Alberta Ganesa Putri (2002561008)

Geraldine Regita Suwandi (2002561010)

Ida Rosalinda (2002561012)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
1. Defenisi
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu daerah
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim ( uterus) dengan liang senggama ( vagina) ( Rama Diananda, 2007).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur
20-40 tahun.

2. Aspek distribusi kejadian


● Kanker serviks adalah kanker paling umum keempat di kalangan wanita
secara global, dengan perkiraan 604.000 kasus baru dan 342.000 kematian
pada tahun 2020. Sekitar 90% dari kasus baru dan kematian di seluruh dunia
pada tahun 2020 terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah (Sung H, et al., 2020).
● Menurut Observasi Kanker Dunia (Globocan) di Indonesia terdapat 36.633
kasus baru dan 21.003 kematian akibat kanker serviks pada 2020. Angka ini
menunjukkan terdapat 50 kasus terdeteksi setiap harinya dengan lebih dari
dua kematian setiap jam.
● Kanker serviks paling sering didiagnosis pada wanita berusia antara 35 dan 44
tahun dengan usia rata-rata saat didiagnosis adalah 50 tahun (American
Cancer Society, 2022)

3. Faktor Risiko
Adapun faktor risiko dari kanker serviks, yaitu:
Berikut ini adalah berbagai Faktor Risiko Kanker Serviks:
● Menikah dan melakukan aktivitas seksual di usia muda <20 tahun
● Terdapat riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul (IMS)
● Melakukan hubungan seks dengan pria yang sering bergonta-ganti pasangan.
● Bergonta-ganti pasangan seksual
● Perempuan yang melahirkan banyak anak
● Memiliki riwayat keluarga dengan kanker
● Kurang menjaga kebersihan alat kelamin
● Merokok, terpapar asap rokok (perokok pasif)
● Adanya riwayat tes pap yang abnormal sebelumnya

4. Perjalanan Alamiah Penyakit


Hampir seluruh (99,7%) kanker serviks secara langsung berkaitan dengan
infeksi sebelumnya dari salah satu atau lebih virus Human Papiloma (HPV),
sebaliknya menurut Walboomers et al, 1999 hanya 93%. Virus HPV merupakan salah
satu virus yang kerap menimbulkan penyakit menular seksual. Jenis virus HPV yang
kerap ditemukan pada permasalahan kanker serviks ialah tipe 16, 18, 31, 45, 52 serta
51 dan tipe 16 ialah pemicu dari setengah jumlah kasus yang terjadi di seluruh dunia.
Masuknya human papiloma virus (HPV) serta zat - zat mutagen bisa mengubah
perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia menjadi sel - sel yang
berpotensi ganas. Sebagian besar kanker serviks diawali dengan infeksi awal oleh
HPV, namun sebagian besar infeksi HPV tidak berkembang jadi kanker serviks.
Infeksi dini HPV bisa bersinambung serta menjadi displasia ataupun hilang dengan
otomatis. Pada kanker leher rahim, tahap ini disebut lesi pra kanker (pra invasif).
Mula- mula terjalin pergantian sel menjadi displasia. Displasia ini dibagi dalam 3
tingkatan, yakni displasia ringan, sedang, dan berat. Klasifikasi terbaru menggunakan
istilah CIN (cervical intraepithelial neoplasia) untuk bentuk displasia dan carcinoma
in situ CIS).

Pada gambar bagan diatas sebagian wanita yang terinfeksi oleh virus HPV
akan mengalami displasia tingkat rendah yang disebut dengan CIN I (Cervical
intraepithelial neoplasia) dalam beberapa bulan atau tahun terinfeksi. Pada sebagian
besar (60%/) dari CIN I akan mengalami regresi dan akan menghilang dengan
spontan dalam kurun waktu 2-3 tahun terutama pada wanita yang berusia dibawah 35
tahun. Displasia tingkat rendah (CIN I) perlu dimonitor namun tidak perlu diobati.
Sekitar 15% infeksi HPV yang persisten akan berkembang menjadi CIN II dan III
dalam kurun waktu 3-4 tahun. CIN II dan CIN III merupakan prekursor kanker
serviks oleh sebab itu harus diobati. Perjalanan kanker serviks memiliki masa laten
sangat panjang hingga 20 tahun. Risiko perkembangan dari lesi prakanker (CIN II
dan III) menjadi kanker invasif adalah sekitar 30-70% dalam kurun waktu 10 tahun.
Kasus kanker serviks paling sering dialami oleh wanita usia >40 tahun. Kasus
displasia awal atau lesi derajat ringan memiliki peluang untuk tidak mengalami
perkembangan terutama pada wanita usia muda dengan cara merubah perilaku yang
beresiko terjadinya kanker serviks. Selain itu, Imunitas tinggi juga sangat membantu
untuk menghambat perkembangan virus HPV.

5. Pencegahan sesuai dengan Level of Prevention


A. Primer
- Promosi Kesehatan
Dilakukan dengan memberikan penyuluhan informasi dan
edukasi mengenai kanker mulut rahim ini agar masyarakat dapat
tergerak dan menghindari atau mengurangi faktor risiko penyakit
kanker mulut rahim.
- Pemberian Vaksinasi HPV (Human Papillomavirus)
Pemberian Vaksin HPV merupakan proteksi spesifik kanker
mulut rahim. Vaksin HPV sebaiknya diberikan kepada kelompok usia
9-13 tahun, dengan alasan belum ada aktivitas seksual pada usia
tersebut, selain itu kelompok 9-13 tahun merupakan kelompok dengan
respon antibodi tertinggi.
B. Sekunder
- Screening
Merupakan pemeriksaan atau tes sederhana yang mudah
dilakukan, bertujuan untuk mengetahui masyarakat yang beresiko atau
yang sakit diantara populasi masyarakat yang sehat.
- Pemeriksaan IVA
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat, metode deteksi dini yang
sangat sederhana, murah, mudah, nyaman, dan praktis.
- Pap Smear
Dilakukan dengan mengambil sampel epitel serviks
menggunakan spatula, setelah itu sampel yang didapat akan di usap
pada kaca objek, dan diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi.
- Kolposkopi
Pemeriksaan menggunakan mikroskop binokuler dengan
cahaya yang terang untuk memperbesar gambaran serviks, nantinya
dapat mendiagnosa pertumbuhan sel baru (neoplasma) pada serviks.

C. Tersier
- Terapi
a. Kemoterapi
Untuk mengobati kanker yang sudah menyebar keluar panggul.
Menggunakan obat-obatan untuk memperlambat atau
membunuh sel-sel kanker, bisa diberikan melalui suntikan
intravena atau mulut.
b. Radioterapi
Efektif mengobati kanker yang masih berada pada daerah
panggul. Diberikan sinar berenergi tinggi untuk merusak dan
menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker.
c. Terapi Biologis
Untuk mengobati kanker yang sudah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Disebut juga imunoterapi, berguna untuk
memperbaiki sistem imun tubuh atau kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit kanker ini.
d. Terapi gen
● Mengganti gen yang rusak/hilang.
● Menghentikan kerja gen yang berfungsi membentuk sel
kanker.
● Menambah gen yang membuat sel kanker lebih mudah
dideteksi serta dihancurkan oleh imun tubuh, kemoterapi, dan
radioterapi
REFERENSI

American Cancer Society. 2022. Key Statistics for Cervical Cancer. Diakses dari
https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/about/key-statistics.html
PRANITIA, R., Taufik H, S. and Adi, M.S., 2019. FAKTOR RISIKO KEJADIAN
KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA> 35 TAHUN (STUDI PADA
RSUP dr. KARIADI SEMARANG) (Doctoral dissertation, School of
Postgraduate).
Sung H, Ferlay J, Siegel RL, Laversanne M, Soerjomataram I, Jemal A, et al. Global
cancer statistics 2020: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality
worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin.
2021:71:209–49. doi:10.3322/caac.21660.

Anda mungkin juga menyukai