Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia
pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock, 2008), sedangkan menurut
Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat
mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan
menghitung).

Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian
anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar
keluarganya dan mulai mengenal suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami
oleh anak-anak yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan
makan mereka. Anak-anak akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut akan
terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan
yang diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).

Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016) yaitu anak
usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah banyak bermain di
luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko terpapar sumber penyakit
dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam 8 kesehariannya anak akan sangat
aktif bergerak, berlari, melompat, dan sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas yang
dilakukan anak, jika tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang seimbang dapat
menimbulkan beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan
protein), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium.

2.2 Pola Pertumbuhan dan Growth Spurt

a. Pola Pertumbuhan
Pertumbuhan fisik pada siswa mengarah pada pertambahan ukuran tubuh. Puncak
pertumbuhan fisik pada siswa setelah umur 0-3 tahun adalah pada masa usia sekolah
yaitu 6-12 tahun (Artaria, 2008). Proses pertumbuhan tinggi badan (TB) relatif cepat dan
diikuti dengan bertambahnya berat badan (BB). Perubahan pertumbuhan fisik jelas
tampak pada saat siswa memasuki usia sekolah, dimana pertumbuhan fisik masa usia
sekolah merupakan refleksi keadaan gizi pada masa balita. Faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan fisik siswa salah satunya status sosial ekonomi keluarga
(Latief, 2000).
b. Growth Spurt
Penelitian yang dilakukan oleh Artaria (2008) menyebutkan bahwa berat badan
antara laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan pada hampir semua kelompok
umur, kecuali pada umur 12 dan 13 tahun dimana perempuan mengalami growth spurt.
Growth spurt adalah peningkatan kecepatan tubuh yang mengawali periode percepatan
pertumbuhan. Growth spurt terjadi dalam waktu yang berbeda pada individu yang
berbeda (Purbaningsih et al.., 2011).

2.3 Kebutuhan Gizi dan Pola Konsumsi Anak Usia Sekolah

Pola Konsumsi

Pola konsumsi makanan adalah susunan

jumlah dan jenis beberapa makanan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu

tertentu untuk pengaturan makan (Lubis, 2015).

Pola konsumsi makan disebut juga dengan

kebiasaan makan. Pola konsumsi makanan yang

baik berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh

seseorang seperti mencegah atau membantu

menyembuhkan penyakit. Begitu juga sebaliknya,

jika pola konsumsi makanan yang kurang baik

akan mempengaruhi status gizi anak. Pola makan


dapat diukur secara kuantitatif dengan melihat

jenis makanan, takaran berat, porsi, dan frekuensi,

sedangkan secara kualitatif dapat dilihat melalui

jenis dan komposisi makanan saja.

Kebiasaan makan yang tidak baik seperti

kelebihan makan makanan jajanan yang tinggi

lemak, tinggi gula, dan tinggi kalori serta

kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan

overweight atau obesitas pada anak (Wansink, et

al., 2013). Penelitian menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kebiasaan jajan dengan berat

badan anak pra sekolah (Habsiyah, 2015). Anak

yang memiliki kebiasaan jajan beresiko 7,012 kali

lebih besar mengalami overweight/obesitas

dibandingkan anak yang tidak memiliki kebiasaan

jajan (Mariza dan Aryu, 2012). Penelitian lain

menunjukkan bahwa ada hubungan antara

frekuensi makan jajanan dengan kejadian

overweight/obesitas pada anak remaja usia 11

sampai 13 tahun (S. Bo, et al., 2014). Pola

konsumsi makanan jajanan berhubungan dengan

kejadian overweight/obesitas pada remaja. Dalam

penelitian ini menunjukkan prevalensi


overweight/obesitas lebih tinggi pada anak yang

mengkonsumsi 20% kalori dari makanan jajanan

dan anak yang konsumsi makanan jajanan >3 kali

per hari (Simona, et al., 2014).

Makanan jajanan yang mengandung lemak

tinggi, tinggi gula, dan tinggi garam seperti

cokelat, keripik, kue, dan pastry dapat

berkontribusi terjadinya overweight atau obesitas

pada anak. Hal ini akan berisiko terhadap kejadian

penyakit degeneratif seperti hipertensi,

hiperkolesterol, stroke, atau jantung koroner

(Steiner, et al., 2012).

Kebutuhan zat gizi yang diperlukan anak sekolah selain untuk proses kehidupan,
juga diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak, oleh sebab itu
anak memerlukan zat gizi makro meliputi karbohidrat, protein lemak dan zat gizi mikro
meliputi vitamin dan mineral. Umumnya pada anak usia sekolah gigi susu tanggal secara
berangsur dan diganti dengan gigi permanen. Anak juga sudah lebih aktif memilih
makanan yang disukai. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak
melakukan aktivitas fisik (Hardinsyah dan Supariasa, 2016). Sedangkan perempuan sudah
masuk masa pubertas sehingga nutrisi yang paling banyak dibutuhkan adalah protein dan
zat besi (Istiany dan Ruslianti, 2013).

Kebutuhan energi anak usia 10-12 tahun relatif lebih besar daripada anak usia 7-9
tahun, karena pada anak usia 10-12 tahun pertumbuhannya lebih capat, terutama
penambahan tinggi badan. Kebutuhan energi anak 10-12 tahun mulai berbeda antara
kebutuhan energi anak laki-laki dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak
membutuhkan energi karena lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sedangkan anak
perempuan lebih banyak membutuhkan protein dan zat besi karena biasanya sudah
mengalami haid. Anak sekolah yang pada dasarnya memiliki kebiasaan banyak beraktivitas
di luar 9 rumah ini, biasanya sering melupakan waktu makan (RSCM dan Persagi, 2003).

Anak sekolah cenderung menikmati masa bermain dan belajar mereka bersama
teman-temannya, sehingga sering melupakan waktu untuk makan, padahal setiap waktu
dan jam makan memiliki peranan penting untuk menunjang aktivitas mereka. Makan pagi
(sarapan) perlu diperhatikan untuk menjaga kebutuhan tubuh saat menerima pelajaran di
sekolah. Bertambahnya berbagai ukuran tubuh pada proses tumbuh, salah satunya
dipengaruhi oleh factor gizi (Istiany dan Ruslianti, 2013). Rekomendasi kontribusi energi
dan zat gizi sarapan sebanyak 25 %, makan siang 30 %, makan malam 25 %, dan makan
selingan pagi dan sore masing-masing 10%

Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat dijadikan acuan untuk perbaikan asupan
makan yang dianalisis secara individual maupun kelompok. AKG ini di antaranya dapat
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan faktor infeksi (Almatsier, 2004).

a. Protein
Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot, darah, kulit dan jaringan,
serta organ tubuh. Pada anak, fungsi terpenting protein adalah untuk pertumbuhan
b. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber energi, penyerapan beberapa vitamin. Selain itu,
lemak juga berfungsi suntuk pertumbuhan, terutama sel otak
c. Karbohidrat
Asupan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam proses pertumbuhan.
Konsumsi karbohidrat akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk glikogen atau lemak
tubuh
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil daripada protein, lemak, dan
karbohidrat, tetapi memiliki fungsi yang sangat esensial untuk tubuh. Keduanya
mengatur keseimbangan kerja tubuh dan Kesehatan secara keseluruhan.
Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan (per orang per hari)

TB Lemak (g)
Kelompok BB Energi Protei Karbohidrat Serat
(cm Air (ml)
Umur (thn) (kg) (kkal) n (g) Total Omega 3 Omega 6 (g) (g)
)
Anak
7-9 tahun 27 130 1650 40 55 0,9 10 250 23 1650
Laki-Laki
10-12 tahun 36 145 2000 50 65 1,2 12 300 28 1850
13-15 tahun 50 163 2400 70 80 1,6 16 350 34 2100
16-18 tahun 60 168 2650 75 85 1,6 16 400 37 2300
Perempua
n
10-12 tahun 38 147 1900 55 65 1,0 10 280 27 1850
13-15 tahun 48 156 2050 65 70 1,1 11 300 29 2100
16-18 tahun 52 159 2100 65 70 1,1 11 300 29 2150
Sumber: Permenkes, 2019
Tabel 2. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan (per orang per hari)

Vit B5
Kelompok Vit. A Vit. D Vit.E Vit.K Vit B1 Vit B2 Vit B3 Vit B6 Folat Vit B12 Biotin Kolin Vit C
(Pantotenat)
Umur (thn) (RE) (mcg) (mcg) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mcg) (mcg) (mg) (mg)
(mg)
Anak
7-9 tahun 500 15 8 25 0,9 0,9 10 4,0 1,0 300 2,0 12 375 45
Laki-Laki
10-12 tahun 600 15 11 35 1,1 1,3 12 5,0 1,3 400 3,5 20 375 50
13-15 tahun 600 15 15 55 1,2 1,3 16 5,0 1,3 400 4,0 25 550 75
16-18 tahun 700 15 15 55 1,2 1,3 16 5,0 1,3 400 4,0 30 550 90
Perempuan
10-12 tahun 600 15 15 35 1,0 1,0 12 5,0 1,2 400 3,5 20 375 50
13-15 tahun 600 15 15 55 1,1 1,0 14 5,0 1,2 400 4,0 25 400 65
16-18 tahun 600 15 15 55 1,1 1,0 14 5,0 1,2 400 4,0 30 425 75
Sumber: Permenkes, 2019
Tabel 3. Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan (per orang per hari)

Mag
Kelompok Iodium Seng3 Mangan Fluor Kromium Kalium Natrium Klor Tembaga
Kalsium Fosfor nesi Besi2 Selenium
Umur (thn) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mcg)
um
Anak
7-9 tahun 500 15 8 25 0,9 0,9 10 4,0 1,0 300 2,0 12 375 45
Laki-Laki
10-12 tahun 600 15 11 35 1,1 1,3 12 5,0 1,3 400 3,5 20 375 50
13-15 tahun 600 15 15 55 1,2 1,3 16 5,0 1,3 400 4,0 25 550 75
16-18 tahun 700 15 15 55 1,2 1,3 16 5,0 1,3 400 4,0 30 550 90
Perempuan
10-12 tahun 600 15 15 35 1,0 1,0 12 5,0 1,2 400 3,5 20 375 50
13-15 tahun 600 15 15 55 1,1 1,0 14 5,0 1,2 400 4,0 25 400 65
16-18 tahun 600 15 15 55 1,1 1,0 14 5,0 1,2 400 4,0 30 425 75
Sumber: Permenkes, 2019
Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Damayanti, Ida Ayu dkk. 2016. Pola Pertumbuhan Berdasarkan Berat Dan Tinggi
Badan Siswa Pada Sekolah Negeri Dan Swasta Di Kota Denpasar, Bali. Jurnal
Biologi Udayana, 21 (2): 78-87

Hardinsyah dan Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: ECGuo

Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kemenkes, 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun


2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Indonesia

Moehji S, 2009. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Purbaningsih, M., A. Chusida., dan B. Soegeng. 2011. Penentuan Usia Growth Spurt
Pubertal Mandibula Perempuan Berdasarkan Cervical Vertebral Maturation
Indicators (IMIs). J.PDGI 60(1): 15-19.

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.

Yusuf, Syamsu dan M. Nani Sugandhi. 2011. Perkembangan Perserta Didik. Bandung:
PT. Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai