Anda di halaman 1dari 12

Resume Topik 2

Diajukan sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Promosi Kesehatan Intermediet

Oleh :

Azka Aghnianuri                    2106676361

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

2021
Chapter 1

Sejarah Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan digunakan sebagai sebuah konsep yang spesifik sejak tahun 1980. Dibagi
menjadi 3 fase:

1. Fase pertama, selama abad ke 19, dimana promosi Kesehatan adalah bagian dari
pengembangan yang lebih luas dari penilaian Kesehatan masyarakat di Barat, contohnya
sanitasi
2. Fase kedua, awal pertengahan abad 20, dimana focus Kesehatan masyarakat adalah
keluarga dan individu
3. Fase ketiga, di akhir abad 20, disebut juga ‘new public health’, yang fokusnya pada
pencegahan, resiko, dan lingkungan, dan Kesehatan masyarakat menjadi gerakan baik
nasional maupun internasional

Fase pertama: Abad ke 19

a. Lingkungan dan sanitasi


Pada abad ke-19 populasi Inggris Raya dan Negara Barat berkembang sangat cepat.
Populasi yang meningkat ini dikarenakan adanya industrialisasi dan urbanisasi, banyak
masyarakat yang meninggalkan desa menuju ke kota untuk mencari pekerjaan.
Peningkatan ini membuat kota-kota besar tidak memiliki fasilitas yang cukup seperti
tempat tinggal dan sanitasi. Contohnya, pada tahun 1840 sungai Aire menjadi waduk yang
penuh dengan racun sehingga banyak wabah yang berkembang di kota, air di sungai tersebut
berasal dari pembungan sisa menuci pakaian, septiktank, dsb. Pada akhirnya penyakit
infeksius berkembang pesat. Pada abad ke-19 muncul wabah seperti cholera dan typhoid,
yang menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Pada 1854, John Snow menemukan bahwa cholera adalah penyakit yang ditularkan
melalui air. Akhirnya, pada paruh kedua abad ke-19, reformasi sanitarian berjalan dengan
baik. Tindakan seperti pembuanagn limbah dan sampah lainnya serta penyediaan air bersih
dibayar oleh pemerintah dan penduduk kota yang lebih Makmur.
Sosial Kontrol

Tindakan yang demikian semata-mata memberikan kesejahteraan pada orang lain tanpa
melihat kesejahteraan diri sendiri. Tapi sebenarnya mereka juga menyelamatkan seluruh
Kesehatan masyarakat. Penyakit epidemic bukan hanya mengganggu Kesehatan nasional,
tetapi juga Kesehatan politik, ekonomi, dan social nya. Kewajiban seperti vaksinasi cacar
juga dilakukan pada abad ini.
Hamlin berpendapat bahwa sanitasi adalah inti dari Kesehatan masyarakat pada abad ke -
19 di Inggris. Perkembangan teknologi seperti pembuangan limbah dan penyediaan air bersih
adalah salah satu inovasi yang paling berhasil.

b. Perkembangan bakteri
Pada tahun 1880 -an, Louis Pasteur menyebutkan bahwa bakteri dapat menyebabkan banyak
penyakit infeksius. Perkembangan bakteri lebih sering terjadi pada penyakit seseorang
disbanding dengan lingkungan. Pada akhirnya, di awal abad ke 20, focus Kesehatan beralih
dengan social hygine

Fase Kedua: 1900-1970

Social Hygine

Sosial hygine berfokus pada pengaruh social pada individu dan Kesehatan masyarakat,
dengan tujuan tindakan preventif. Sikap seseorang dalam mendukung social hygine ini adalah
sifat bawaan dan karakteristik orang tersebut.

Untuk mengatasi beberapa kelemahan yang ada, dilakukan pendekatan Eugenic.


Pendekatan eugenic adalah suatu konsep tentang upaya memperbaiki mutu spesies manusia
dengan perkawinan selektif di antara orang-orang dengan ciri-ciri genetik tertentu yang dianggap
bagus. Ide eugenic ini seperti yang kita lihat sekarang sebagai kebijakan yang tidak baik, seperti
pemaksaan melakukan sterilisasi.

Pada pertengahan abad ke-20, negara bagian barat melakukan tindakan preventif terhadap
penyakit dan melakukan promosi Kesehatan, hal ini memiliki kontribusi besar dalam Kesehatan
masyarakat. Perang dunia kedua juga membuat perkembangan Kesehatan menjadi tersentralisasi
di banyak negara Eropa. Contohnya di Inggris, NHS didirikan untuk menekankan prevensi
Kesehatan dan edukasi Kesehatan.

Perkembangan Layanan Kesehatan

Pada pertengahan abad ke-20, negara bagian barat melakukan tindakan preventif terhadap
penyakit dan melakukan promosi Kesehatan, hal ini memiliki kontribusi besar dalam Kesehatan
masyarakat. Perang dunia kedua juga membuat perkembangan Kesehatan menjadi tersentralisasi
di banyak negara Eropa. Contohnya di Inggris, NHS didirikan untuk menekankan prevensi
Kesehatan dan edukasi Kesehatan.

Keberhasilan pada era ini: obat-obatan seperti antibiotic, program vaksinasi, penyakit
infeksius sudah tidak terjadi lagi, setidaknya di negara bagian Barat. Ironisnya, periode ini adalah
periode yang sulit untuk social medicine, karena apa yang menjadi “musuh” telah berhasil
dikalahkan. Kesehatan masyarakat membutuhkan suatu peran yang baru.

Social medicine

Social medicine berkembang di Inggris selama 1930-1940, digagas oleh John Ryle. Social
medicine membantu merubah focus dari Kesehatan masyarakat pada jalan yang berbeda,
membawa social-sains pada studi Kesehatan, khususnya epidemiologi. Dengan hal ini, social
medicine menjadi sangat penting sebagai kunci dari banyak aspek Kesehatan masyarakat.

Fase ketiga: 1970 – sekarang

Sepanjang sejarah Kesehatan masyarakat dan promosi Kesehatan, ada banyak tema yang
digunakan. Diantaranya surveilans, control social, stigmatisasi, penekanan pengobatan, dan
pencegahan penyakit. Kita telah melihat bagaimana determinan social sering diabaikan. Pada
abad ke-19 misalnya, kondisi kehidupan yang buruk sering disalahkan dengan menjadikan kelas
pekerja sebagai sumber pathogen. Pada akhir abad ke-20, Kesehatan masyarakat ditekankan pada
tanggung jawab individu untuk Kesehatan.
Chapter 2

Konstruksi Sosial Kesehatan dan Promosi Kesehatan

Tujuan bab ini:

1. Pengenalan mengenai konstruksi social dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi


pemahaman dan pola piker kita dalam dunia social
2. Bgaimana aplikasi konstuksi social pada Kesehatan
3. Implikasi dari konstruksi social terhadap promosi kesehatan

Apa itu Konstruksi Sosial?

Konstruksi social adalah kerangka berfikir dalam memahami sesuatu sebagai hasil
pemikiran social, menekankan bagaimana suatu fenomena bukan hanya ada karena fenomena itu
sendiri, tetapi terbentuk dari interaksi social (Gergen,1999). Pemahaman mengenai fenomena
fenomena yang ada di masyarakat dapat berbeda dari waktu ke waktu, karena pengalaman setiap
kelompok masyarakat juga berbeda. Contohnya, pekerja anak dianggap hal yang biasa dan
normal di Britania Raya pada awal abad ke 19, sedangkan saat ini hal tersebut berada dibawah
perundang-undangan yang ketat.
Perspektif lain dibutuhkan untuk medekonstruksi pandangan masyarakat,
mempertanyakan keabsolutannya dan bukti-bukti yang mutlak. Contohnya perspektif masyarakat
mengenai ‘gender’, hal-hal yang berkaitan dengan gender seperti peran, kemampuan,
tempramen, semua itu dibentuk dari pandangan social. Perspektif dalam konstruksi Sosial
menekankan bagaimana feminitas dan maskulinitas merupakan sifat alamiah yang pada akhirnya
membenarkan ketidaksetaraan gender, misalnya perempuan yang bekerja sebagai pekerja paruh
waktu, dengan gaji yang lebih kecil, dan kesempatan untuk mendapatkan promosi dan training
jauh lebih kecil daripada laki-laki.

Konstruksi social bagi orang awam dan pengalamannya mengenai kesehatan dan penyakit

Masyarakat awam dalam hal ini bertindak sebagai oposisi dari para professional,
mengenai pemahaman dan pengalaman mereka terhadap suatu penyakit. Beberapa peneliti
menyebutkan bahwa Kesehatan itu tidak secara alamiah terbentuk, mereka terikat pada konteks,
dipengaruhi oleh ideologi dan termediasi dengan masyarakat yang tinggal didalamnya,
bagaimana budaya, lokasi geografis, identitas social, yang sangat beraneka ragam.

Hal ini menyebabkan definisi tidak sehat juga menjadi beragam dari satu wilayah dan
wilayah lainnya. Contohnya di beberapa daerah, menstruasi adalah tanda dari penyakit, denagan
nilai moral spiritual dan kotor, yang pada akhirnya selama Wanita mengalami menstruasi banyak
hal tabu yang diperhatikan, seperti baju, pakaian, makanan, initeraksi social, dan hubungan
seksual. Disisi lain, ada juga daerah yang menganggap bahwa menstruasi adalah hal alamiah
yang dialami Wanita sebagai sebuah tanda bahwa mereka sehat dan subur.

Penelitian pada tradisi ini juga menjelaskan bagaimana perilaku dan pilihan berkaitan
dengan struktur social ekonomi dan budaya. Contohnya, di Afrika, Kuatnya norma social budaya
mengenai kesuburan , yang membuat Wanita yang tidak memiliki anak menjadi termarginalisasi
dan bahkan menghadapi kematian, hal ini didominasi oleh keputusan Wanita HIV yang
memutuskan memiliki anak.

Garis besar pada tradisi ini bahwasanya penyakit adalah sebuah konstruksi social,
kesatuan dari bagaimana mereka memahami dan hidup dengan penyakit mereka, dan
mendapatkan Kembali rasa kepercayaan diri.

Konstruksi sosial dari pengetahuan medis dan entitas penyakit

Para profesional kesehatan mungkin merasa mereka mengetahui apa yang diperlukan
untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Tapi sebenarnya, intervensi yang diberikan oleh
para profesional tersebut tidak lebih dari norma-norma hasil konstruksi sosial. 
Masyarakat, bukanlah sekelompok orang yang homogen dan intervensi yang sesuai bagi
setiap kelompok juga akan berbeda tergantung pada kelas socio-economic nya, gender, dan
sebagainya. Para profesional juga bisa salah mengasumsikan bahwa semua variabel tersebut
berkaitan dengan kelompok masyarakat di setiap waktu.
Michael Foucault (1977) telah berkontribusi mengenai konstruksi sosial mengenai
kesehatan secara alamiah, meskipun dengan cara yang berbeda. Tradisi Foucauldian melihat
secara kritis pada pengetahuan medis dan entitas penyakit, mencari tahu bagaimana  dan
mengapa tanda dan gejala tertentu disebut penyakit.
Foucault (1977) menyebutkan bahwa kesehatan dan penyakit bukanlah sesuatu yang
tujuannya harus disembuhkan, melainkan kategori penyakit atau entitas penyakit adalah hal
medis yang terbentuk dari sosial, budaya, dan praktik politik.
Konstruksi sosial mengenai entitas penyakit memiliki kategori yang tidak sama setiap
waktunya, terus menerus dibandingkan, dinegosiasikan, dan bahkan dihilangkan dari waktu ke
waktu. Revisi mengenai entitas penyakit dapat dilihat pada International Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problem (ICD) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM).
Tradisi foucauldian ini telah menunjukan pergeseran bahwa entitas penyakit ini tidak
hanya murni medis-saintifik untuk mendapatkan prosedur diagnostik yang lebih akurat, tetapi
lebih kearah produk yang mengubah praktik sosial dan ide-ide politik.
Contohnya, pada pertengahan tahun 1980, homoseksual termasuk dalam salah satu
penyakit yang ada di ICD 10. Tidak sulit melihat bagaimana kekuatan dari sosial politik tidak
menyetujui dan melawan homosexual. 
Konstruksi sosial pada kesehatan, tidak seperti penyakit medis yang bersifat universal
dan sama di seluruh tempat dan waktu. Perspektif konstruksi sosial menekankan pada
pengalaman, dan bagaimana kita melabeli mereka, bukan hanya hasil dari prosedur medis-
saintifik, tetapi juga hasil dari sejarah, sosial, dan proses politik.

Implikasi Untuk Promosi Kesehatan

Pemaknaan tentang kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan tidak
bisa dipisahkan dari konteks yang bentuk secara sosial. Edukasi dan promosi kesehatan perlu
menjadi relevan dan responsif terhadap pengalaman dan pemahaman subjektif kelompok sasaran
sehingga hasilnya efektif. Konstruksi sosial telah mendorong promotor kesehatan untuk memiliki
self-aware, self-critical, dan accountable.

Sebagai contoh kasus HIV/AIDS telah mengarahkan kepada diskriminasi rasial dan
stigma diberbagai tempat di dunia. Upaya intervensi perilaku tidak terbatas pada orang yang
beresiko tinggi melainkan juga lingkungan masyarakat dimana ia tinggal. Berbagai program KIE
mengenai HIV/AIDS yang dijumpai di dalam masyarakat saat ini seperti intervensi kelompok
yang beresiko, program pelatihan di tempat kerja, program kesehatan di sekolah, intervensi
komunitas, dan intervensi melalui media masa. Intervensi di bidang struktur sosial diarahkan
pada perubahan struktur sosial, sistem sosial, melalui perundangan dan kebijakan.
Penanggulangan masalah seks komersial yang menjadi sumber penyebaran HIV/AIDS menuntut
adanya intervensi struktural bukan hanya intervensi perilaku. Dalam upaya promosi kesehatan
dapat dijumpai melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan struktural.

Contoh lain kampanye “war on obesity” atau perang melawan obesitas yang telah
mempromosikan bahwa penurunan berat badan hanyalah masalah pengendalian diri, kampanye
semacam ini telah meningkatkan stigma terkait kelebihan berat badan. Konstruksionis sosial
dapat membantu membawa orang kembali ke kegiatan promosi kesehatan yang nantinya
meningkatkan efektivitas intervensi. Perspektif ini membantu kita berpikir kritis tentang konsep,
kategori, dan definisi yang digunakan untuk promosi kesehatan. Terlebih bisa mengurangi
bentuk ketidaksetaraan dan penindasan sosial.

Semiotika

Semiotik adalah sebuah study tentang tanda, symbol, khususnya system dalam
berkomunikasi, untuk memecahkan sebuah makna (Chandler, 2008) Semiotik sangat berguna
untuk digunakan, khususnya saat melakukan promosi Kesehatan menggunakan gambar sebagai
kunci dasar dari komunikasi. Semiotik mengandung tanda atau symbol pada sebuah media (kata,
gambar, suara, Gerakan, dan objek)
Semiotik didasarkan pada asumsi bahwa tanda tidak hanya 'menyampaikan' makna, tetapi
juga merupakan media dimana makna dibangun. Oleh karena itu, tujuannya adalah untuk
mengungkapkan seberapa pasti nilai, sikap, dan keyakinan didukung atau dibungkam dalam
tanda-tanda dan symbol tertentu. Makna dapat dibagi menjadi dua tingkatan dalam semiotika:
denotasi dan makna tambahan. 'Denotasi' mengacu pada makna yang lebih definisional, 'harfiah'
atau tanda yang 'jelas', sedangkan 'konotasi' mengacu pada tanda sosio-kultural, politik, ekonomi,
dan asosiasi 'pribadi' (ideologis, sosio-politik, emosional, dll.).
Gambar 1. Contoh Semiotik

Pada gambar diatas ada satu wanita dan dua pria, masing-masing memegang seikat bunga
dan buku, dan mengenakan pakaian akademik formal. Tingkat kedua adalah konotasinya; semua
atribut lain yang tersirat dan yang bergantung pada sistem nilai dan makna yang kita bawa
padanya. Misalnya, dalam kasus ini, bahwa ketiga individu ini adalah siswa yang baru saja lulus.
Tanpa teks mungkin kita tidak bisa 'mengetahui' pesan yang lebih luas dari gambar ini
sampaikan. Namun, baik makna literal teks maupun cara teks itu disajikan sebelumnya akan
memberikan 'petunjuk'. Kita mungkin 'membacanya' bahwa ketiga siswa ini dihadapkan dengan
memutuskan apa yang akan terjadi di masa depan mereka, keputusan yang terlihat hanya terdiri
dari dua pilihan: 'kepuasan' atau 'frustrasi'. 'Keputusan yang tepat' untuk membuat 'hari esok yang
lebih cerah' adalah yang diwakili dengan tegas sebagai salah satu yang mencakup kesehatan,
karir dan keluarga. 

Norma sosial yang lebih luas tentang apa artinya bahagia dan sukses. Terkait erat dengan
pengertian kesehatan pribadi, prestasi kerja dan kewajiban keluarga, serta terlibat dengan cita-
cita lembaga individu. Atau sebaliknya, bacaan yang lebih ramah mungkin melihatnya sebagai
gambaran orang-orang muda yang mampu membuat keputusan yang independen dan
bertanggung jawab tentang masa depan mereka. Teks ditambahkan dengan gambar mungkin juga
mengarahkan untuk 'mengetahui', tanpa mencantumkan nama negara, bahwap oster terletak di
Afrika, karena semua orang yang digambarkan berkulit hitam dan bahasa 'gaya' teks dan
referensi untuk HIV mungkin cukup menunjukkan hal ini. Tidak ada orang kulit putih
ditampilkan, dimana di banyak pengaturan lain mungkin dianggap tidak pantas, eksklusif atau
bahkan rasis.

Promosi kesehatan sebagai bentuk kekuatan disiplin

Lapisan multi-level analisis ini menunjukkan bagaimana perspektif konstruksionis sosial


untuk promosi kesehatan dapat membawa kita lebih jauh dari hanya berpikir kritis tentang
konsep, kategori, dan definisi yang digunakan, dan tertanamnya pemahaman dalam program
promosi kesehatan. Analisis pada tingkat ini telah menarik perhatian pada kecenderungan
promosi kesehatan untuk bertindak sebagai bentuk regulasi sosial (Armstrong, 1983; Thorogood,
1992; Nettleton dan Bunton, 1995).

Menurut Foucault (1980, 1984), bentuk-bentuk kekuasaan modern beroperasi secara


berbeda dengan bentuk-bentuk kekuasaan tradisional. Dalam pandangan ini, kekuasaan
tradisional dikonseptualisasikan sebagai kedaulatan dan dipandang menekan dan memaksa,
sedangkan kekuasaan modern dilakukan dengan cara yang jauh lebih menyebar dan biasanya
terselubung, berfungsi pada tingkat mikro individu. Bentuk kekuasaan modern seperti itu, atau
istilahnya yang disebut Foucault 'kekuatan disipliner', berfungsi melalui sistem pengetahuan dan
praktik sosial yang menciptakan standar yang berkaitan dengan 'normalitas' dan 'abnormalitas',
'sehat' dan 'tidak sehat'. Pedoman dalam menjalankan bagaimana orang harus memahami,
melakukan, mengatur, dan merasakan tubuh, pikiran, dan penilaian mereka. Dengan demikian,
tujuan dari bentuk kekuasaan modern adalah untuk menghasilkan kepatuhan atau kedisiplinan
agar sesuai dengan norma dan cita-cita yang ditentukannya.

Dari perspektif ini, melalui penetapan norma tentang pengalaman dan perilaku yang tepat
dan sehat, program dan teknologi promosi kesehatan dapat dilihat sebagai bentuk kekuatan
disiplin dan regulasi sosial. Melalui semua program ini, wacana dan praktik promosi kesehatan
menghasilkan jaringan pengawasan dan pengamatan yang semakin menyeluruh. wacana
semacam itu telah masuk ke dalam pikiran orang awam, yang dapat menggambarkan promosi
kesehatan dengan pemahaman mereka untuk menafsirkan pengalaman, merenungkan,
memantau, dan berpikir tentang diri mereka sendiri. Pada akhirnya, ketika orang semakin
terperangkap dalam wacana promosi kesehatan, mereka secara aktif dan siap mengembangkan
gaya hidup, tubuh, pikiran, dan subjektivitas mereka sesuai dengan konfigurasi kebenaran yang
berlaku.

Ini semua tampaknya menyiratkan bahwa promosi kesehatan adalah usaha yang menekan
dan memaksa. Sebaliknya, analisis Foucault tentang 'kekuatan disipliner' menekankan bahwa
kekuatan tersebut tidak selalu bersifat negatif atau menindas, atau untuk tujuan pemaksaan dan
pembatasan (Lupton, 1997).

Dengan demikian, promosi kesehatan justru berusaha untuk meningkatkan kehidupan kita
dan membuat kita menjadi makhluk yang lebih sehat, sehingga mampu menggunakan kekuatan
yang begitu besar.

Ringkasan

Konstruksi sosial sebagai orientasi teoretis kritis yang menekankan sifat realitas dan
pengetahuan yang dihasilkan secara sosial. Kerangka konseptual semacam itu dapat diterapkan
pada gagasan kesehatan dalam dua cara yang sedikit berbeda.

   Pertama, terletak dalam perspektif sosiologis yang lebih interpretatif, konstruksi sosial
menekankan bagaimana konseptualisasi dan pengalaman perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan secara intrinsik terikat konteks, sangat dipengaruhi oleh ideologi yang berlaku dan
dimediasi oleh lingkungan yang lebih luas di mana orang tinggal.
 Dari perspektif Foucauldian, pendirian konstruksi sosial menekankan bagaimana
pengetahuan medis dan entitas penyakit tidak hanya mencerminkan realitas biologis yang
'diberikan', tetapi dihasilkan oleh wacana medis. Wacana ini dibentuk secara fundamental
oleh penalaran dan praktik sosial, budaya, dan politik.
   Pendekatan konstruksi sosial dapat membantu membawa 'orang' kembali ke kegiatan
promosi kesehatan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi efektivitas intervensi.
 Perspektif ini juga membantu kita untuk berpikir kritis tentang konsep, kategori, dan definisi
yang digunakan dalam program promosi kesehatan. Hal ini penting untuk meminimalkan
potensi pelestarian dan penguatan bentuk-bentuk tertentu dari ketidaksetaraan dan
penindasan sosial dan struktural melalui wacana dan praktik promosi kesehatan.
 Promosi kesehatan merupakan bentuk kekuatan besar yang mengubah cara kita berpikir,
mengendalikan apa yang kita inginkan, dan memodifikasi bagaimana kita berperilaku.

Anda mungkin juga menyukai