Anda di halaman 1dari 13

METODOLOGI KEPERAWATAN

“EVALUASI KEPERAWATAN”

Oleh kelompok 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. Novanita Triutami
2. Nur Alfian
3. Nur Fitriani
4. Rosrahmania
5. Sesilia Desi Yanti Lani
6. Sonia Febrianti Julkifli
7. Ulfa Sartika Dewi
8. Veronika Sama
9. Viberti Priska Ere
10. Vinsensia Liberta Bhara
11. Wilhelmina Mone
12. Yosefina Anggreni Nggeru
TINGKAT: 1A
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
PRODI DIII KEP. ENDE
TA: 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "EVALUASI KEPERAWATAN”.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Metodologi Keperawatan. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ende, 20 April 2022

Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB.I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB.II. PEMBAHASAN
A. pegertian dari evaluasi
B. fungsi evaluasi
C. kriteria evaluasi
D. tahap evaluasi
E. teknik evaluasi
F. komponen evaluasi
G. jenis evaluasi
BAB.III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai perawat yang profesional, kita harus selalu berfikir kritis dari setiap tahap karena
hal tersebut untuk keberhasilan perawatan terutama dalam tahap evaluasi. Evaluasi adalah
suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang
telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara
sistematis untuk mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari
suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau
beberapa aspek program perencanaan yang akan datang. Evaluasi merupakan pengawasan
manajerial untuk mendapat hasil yang sesungguhnya dibandingkan dengan hasil yang
diharapkan. oleh karena itu evaluasi sangat dibutuhkan setelah kita melakukan pengkajian,
diagnosis, perencanaan, dan pelaksanaan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana pengertian dari evaluasi?
2. Bagaimana fungsi evaluasi?
3. Bagaimana kriteria evaluasi?
4. Bagaimana tahap evaluasi?
5. Bagaimana teknik evaluasi?
6. Bagaimana komponen evaluasi?
7. Bagaimana jenis evaluasi?

C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi
2. Untuk mengetahui fungsi evaluasi
3. Untuk mengetahui tahap evaluasi
4. Untuk mengetahui kriteria evaluasi
5. Untuk mengetahui teknik evaluasi
6. Untuk mengetahui komponen evaluasi
7. Untuk mengetahui jenis evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang disengaja
dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai
dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus,
aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan
profesional lainnya menentukan Wilkinson (2007):
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak perawat
dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang ditentukan oleh
status klien atau kondisi yang dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari
ruang bedah maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin
evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya. Menurut Wilkinson (2007) juga,
evaluasi yang efektif tergantung pada langkah yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi
tumpang tindih dengan kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah
sama tetapi yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada
tahap pengkajian, perawat menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan
sedangkan pada tahap evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan
terhadap diagnosa keperawatan. Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses
keperawatan, evaluasi bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk
memulai siklus yang baru. Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan, perawat
membandingkan respon pasien terhadap outcome yang telah direncanakan da nmenggunakan
informasi ini untuk me-review asuhan keperawatan.

B. Fungsi Evaluasi
1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.

C. Kriteria Evaluasi
1. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan telah
optimal.
2. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar berguna atau
bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadai secara efektif.
3. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu terhadap pemanfaatan
suatu sumber daya.

D. Tahap Evaluasi
1. Tahap Mengukur Pencapaian Tujuan
a. tujuan dari aspek kognitif.
pengukuran perubahan kognitif dapat dilakukan dengan dua cara:
 Interview/ tanya jawab
 Menanyakan kembali segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh perawat untuk
mengklarifikasi pemahaman klien/keluarga terhadap pengetahuan yang telah
diberikan pengukuran pengetahuan ini penting untuk menjamin bahwa apa yang telah
disampaikan benar-benar telah dipahami dengan baik dan benar. Perawat sering
menganggap bahwa ketika klien/keluarga sudah menganggukkan kepala, menandakan
ia yang sudah paham padahal belum tentu bisa jadi karena klien takut untuk bertanya
kembali atau karena alasan yang lain klien seolah-olah memahami penjelasan
perawat. Oleh karena itu, perawat harus selalu menanyakan kembali segala sesuatu
yang telah dijelaskan sebagai pemahaman dan kesalahpahaman bisa diidentifikasi
secara langsung. Pertanyaan yang diajukan pada klien atau keluarga berpedoman pada
tujuan dan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan.
 Komprehensif
Pertanyan komprehensif adalah pertanyaan yang diajukan berdasarkan pemahaman
klien terhadap perubahan-perbahan yang terjadi pada tubuhnya.
Contoh: ciri apa yang anda rasakan?
 Aplikasi fakta
Pertanyaan berdasarkan aplikasi fakta adalah pertanyaan yang ditujukan untuk
mengidentifikasi pemahaman klien pada tingkat aplikasi. Perawat mengajukan
beberapa situasi atau kondsi yang mungkin terjadi pada klien dan dimana untuk
menentukan alternatif pemecahan masalahnya.
Contoh: apa yang anda lakukan bila ketika anda berjalan, kemudian ada perasaan
sesak?

 Tulis
Teknik yang kedua ini digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan kognitif adalah
dengan mengajukan pertanyaan tertulis.
Pertanyaan-pertanyaan ini sudah disiapkan sebelumnya dan berdasarkan tujuan dan kriteria
evaluasi yang telah ditetapkan. Teknik evaluasi tertulis ini jarang digunakan untuk
pendidikan kesehatan individual, umumnya digunakan untuk mengevaluasi tindakan
pendidikan kesehatan yang diberikan secara berkelompok dengan topik yang sama sehingga
dapat menghemat waktu.
b.Tujuan aspek afektif.
Untuk mengukur pencapaian tujuan aspek afektif, dapat dilakukan dengan dua cara:
 Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap perubahan emosional
klien: apakah klien telah kooperatif, apakah mekanisme koping telah efektif.
 Feed back dari staf kesehatan lain
Umpan balik,masukan, dan pengamatan dari staf yang lain dapat juga dipakai sebagai
salah satu informasi tentang aspek afektif klien.
c. Psikomotor
Pengukuran perubahan aspek psikomotor dapat dilakukan melalui observasi secara
langsung terhadap perubahan prilaku klien.
d. Perubahan fungsi tubuh
Merupakan komponen yang paling sering menjadi kriteria evaluasi. Dari pengamatan di
rumah sakit, pada umumnya dari daftar diagnosis keperawatan yang ada kebanyakan bersifat
fisik sehingga kriteria hasil yang ingin dicapai mengacu pada aspek perubahan fungsi tubuh.
Mengingat begitu banyaknya aspek perubahan fungsi tubuh, untuk mengukur perubahanya
dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
 Observasi
 Interview
 Pemeriksaan fisik
2. penentuan keputusan
 Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan. Kondisi ini
dicapai apabila semua data yang telah ditentukan dalam kriteria hasil sudah
terpenuhi.
 Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi ini dicapai
apabila sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan terpenuhi.
 Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi ini ditentukan
apabila hanya sebagian kecil atau tidak ada sama sekali dari kriteria hasil yang
dapat dipenuhi. Dapat juga terjadi kondisi klien semakin buruk sehingga timbul
masalah yang baru.
E. Teknik Evaluasi
1. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh
klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-
hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi
yang direncanakan. Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat
dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh
informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengajian. Semua
interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan
adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan
interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk
mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup
keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi
respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan
konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.
Tahapan wawancara / komunikasi :
a. Persiapan.
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada
klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien. Jika
klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi
kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang
akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan
diri: nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukandan faktor-faktor yang menjadi
pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang
terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Fokus wawancara adalah klien
 Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu
 Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
 Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
 Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
 Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui
kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan
pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil
kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk
pertemuan berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
 Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
 Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-keluhan
 Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman
 Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatianMenggunakan bahasa yang
mudah dimengerti
 Tidak bersifat menggurui
 Memperhatikan pesan yang disampaikan
 Mengurangi hambatan-hambatanPosisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak
tepat/sesuai, cara duduk)
 Menghindari adanya interupsi
 Mendengarkan penuh dengan perasaan
 Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan
alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
a.Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien
(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak
murni).
Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar
data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk
mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh
perawat yang lain.
3.Studi Dokumentasi :
mempelajari tentang catatan keperawatan dan kesehatan pasien
F. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses,
1986,hlm.229-230) :
1. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluative
a. Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpulan data dan sebagai
penentuan kebenaran data yang terkumpul. Semua kriteria yang digunakan pada tahap
evaluasi ditulis sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil menandakan hasil akhir asuhan
keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan sebagai dasar untuk evaluasi praktik
keperawatan secara luas. Kriteria hasil didefinisikan sebagai standar untuk menjelaskan
respons atau hasil dari rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan
bagaimana keadaan klien setelah dilakukan observasi. Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah
prilaku (behaviour ), supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam
istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang
terlibat dalam evaluasi.
b. Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktik keperawatan
secara luas. Standar tersebut menyatakan hal yang harus dilaksanakan dan dapat digunakan
sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian,
konsep teori, dan dapat diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini. Standar harus
secara cermat disusun dan diuji untuk menentukan kesesuaian dalam penggunaannya.
Contoh pemakaian standar dapat dilihat pada Standar praktik Keperawatan yang disusun oleh
ANA.

c. Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan pertanyaan evaluatif
(evaluative questions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan respons
klien terhadap intervensi. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi :
1. Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
2. Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
3. Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan?
4. Implementas : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang akan diberikan?
5. Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
2. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Siapa yang
bertanggung jawab dalam pengumpulan data? Kapan data tersebut diperoleh? Dan sarana apa
yang akan digunakan untuk memperoleh data?. Perawat professional yang pertama kali
mengkaji data klien dan menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat lain yang membantu
memberikan intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam proses evaluasi. Validitas
informasi meningkat jika lebih dari satu orang yang ikut melakukan evaluasi.
3.Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Perawat memerlukan keterampilan dalam berfikir kritis, kemampuan menyelesaikan
masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik. Kemampuan ini diperlukan untuk
menentukan kesesuaian dan pentingnya suatu data dengan cara membandingkan data evaluasi
dengan kriteria serta standar dan menyesuaikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan
kriteria dan standar yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin dapat memengaruhi efektifitas asuhan
keperawatan.
4.Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap ini adalah menyimpulkan
efektivitas semua intervensi yang telah dilaksanakan. Kemudian menentukan kesimpulan
pada setiap diagnosis yang telah dilakukan intervensi.Yang perlu diingat disini adalah tidak
mungkin membuat suatu perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan suatu
perbaikan dan perubahan-perubahan, sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang telah
disusun 100% gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan, intervensi
yang tepat, dan menilai respon klien setelah diintervensi seobjektif mungkin.
5.Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Pada tahap ini perawat melakukan intervensi berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah
diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil, dan rencana asuhan keperawatan.
Meskipun pengkajian dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus
perlu dikaji ulang dan penambahan data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan.
G. Jenis Evaluasi
1.Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi
tersebut. Evaluasi proses harus terus-menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis
rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan
menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan.
Contoh: membantu pasien duduk semi fowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing.
2.Evaluasi Sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status Kesehatan sesuai waktu
pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasihasil (sumatif) adalah
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi
ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini, kami dapat menarik kesimpulan bahwasanya pada proses keperawatan
terdapat proses akhir yang disebut proses evaluasi, dimana proses ini sangat penting dan
berpengaruh pada hasil dari proses keperawatan, sehingga kita sebagai mahasiswa
keperawatan menyadari akan urutan-urutan dari tahapan evaluasi. Tahapan evaluasi dititik
beratkan pada tujuan dari evaluasi itu sendiri yaitu menjamin asuhan keperawatan secara
optimal dan meningkatkan asuhan keperawatan sehingga para mahasiswa setelah membaca
makalah ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengetahui dari tahapan evalusi itu sendiri.
Evalusi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, namun
tidak berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukan masalah mana yang telah dapat
dipecahkan dan mana yang perlu dikaji ulang, direncanakan kembali, dilaksanakan dan
dievalusi kembali, jadi proses keperawatan merupakan siklus yang dinamis bekelanjutan.
B.Saran
Setelah membaca makalah ini, kami berharap semua perawat dapat menerapkan konsep
evaluasi keperawatan dengan sebaik-baiknya dalam melakukan proses keperawatan, sehingga
proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut memperoleh keberhasilan.

Anda mungkin juga menyukai