Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

“TERAPI BERMAIN ANAK USIA TODDLER 1 - 3 TAHUN”


DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI

Disusun Oleh :
1. Serli Mei Anggraini (1120021055)
2. Sirriyatul Maula (1120021140)
3. Sisca Ratna Putri (1120021061)
4. Siti Afifah (1120021010)
5. Siti Anin Nasrullah (1120021025)
6. Susvina Diyah Elberta (1120021117)
7. Syifa’us Sakinah (1120021136)

PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Terapi Bermain Bongkar Pasang Balok pada Anak Usia toddler
di Rumah Sakit“. Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain
yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia toddler di rumah
sakit.
Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya
terapi bermain kertas origami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Surabaya, 10 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan
yang diberikan (Wong, 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak
akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu,
jarak serta suara.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang
tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermaian akan
membuat menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana,
karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Ketika masa anak sudah memasuki masa toddler anak selalu
membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu
permainan. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat permainan,
jika orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat
permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan
hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga
dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi
sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan
dengan kondisi anak.
Berdasarkan pengamatan kami tanggal 25 Oktober 2021 dirumah sakit
RSI Jemursari diruangan melati anak didapatkan jumlah pasien sebanyak 5
anak, anak usia pasca neonatal (29 hari – 11 bulan) sebanyak 3 orang anak,
anak usia toodler (1-3 tahun) sebanyak 4 orang anak, usia pre sekolah (4-6
tahun) sebanyak 3 anak, anak usia sekolah (7-12 tahun) sebanyak 2 anak.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dengan lingkungan
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Bermain
Dunia anak tidak bisa dipisahkan dari dunia bermain. Melalui
kegiatan bermain, daya pikir anak terangsang untuk mendayagunakan
aspek emosional, sosial, serta fisiknya. Selain itu, anak-anak juga dapat
mempelajari banyak hal, misal dengan bermain ayunan anak secara
tidak langsung melatih keseimbangan fisik dan psikisnya, bermain
komedi putar dapat melatih keberanian dan ekspresi emosionalnya
dengan segala situasi dan kondisi. Diharapkan dengan bermain, anak
mendapatkan stimulus yang cukup agar dapat berkembang secara
optimal (Adriana, 2017).
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan
serminan kemampuan fisik , intelektual, emosional serta sosial.
Bermain merupakan media yang baik karena dengan bermain, anak
mampu berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dapat melakukan apa yang dilakukannya, dan
mengenal waktu, jarak serta suara (Supartini, 2012).
Menurut Andriana (2017) bermain dapat merangsang daya pikir
anak sehingga dapat meningkatkan aspek emosional, sosial serta
fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman serta pengetahuannya serta perkembangan dan
keseimbangan mental dan psikologi anak.
B. Keuntungan Bermain
Bermain bersifat terapeutik terhadap berbagai usia bermain
memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stress yang
dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan
emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang
dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut dan keinginan mereka kepada
pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan karena keterbatasan
ketrampilan bahasa mereka. Selain bermain anak erlu penerimaan dan
perlu didampingi oleh orang dewasa untuk membantu mereka mengontrol
agresi dan menyalurkan kecenderungan destruksi mereka.
C. Klasifikasi Bermain
Menurut Adriana (2017) ada beberapa jenis permainan yang
ditinjau dari isi permainan dibagi menjadi:
a. Social affectif play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misal bermain “ciluk
ba” berbicara sambil tersenyum atau tertawa.
b. Sence pleasure play
Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan
pada anak dan mengasyikkan. Ciri khas permainan ini adalah anak
akan semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan alat
permainan ini sehingga susah untuk dihentikan. Misalnya dengan
menggunakan air, anak akan memindah-memindahkan air ke
botol, bak atau tempat lain.
c. Skill play
Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak.
Keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan kegiatan,
anak akan smakin terampil. Misalnya memindahkan benda dari
satu tempat ketempat yang lain.
d. Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan
ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau temannya.
e. Unoccupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu namun anak terhat
mondar-mandir, tersenyum tertawa, atau permainan apa saja yang
ada di sekelilingnya. Anak akan tampak senang, gembira dan asyik
dengan situasi serta lingkungannya.
f. Dramatic play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain,
melalui permainannya. Apabila anak bermain dengan temannya,
akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang
mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak
terhadap peran tertentu.
Menurut Adriana (2017) juga membagi permainan berdasarkan
karakter sosial, diantaranya adalah:
a. Social anlocker play
Ada permainan ini anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk berpartisipasi dalam permainan.
Anak tersebut bersifat pasif tetapi ada proses pengamatan terhadap
permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini anak tampak berada pada kelompok permainan
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerjasama,
ataupun komunikasi dengan temannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini anak dapat menggunakan permainan yang
sama, tetapi antara anak satu dengan yang lain tidak ada kontak
sama sekali. Biasanya dilakukan pada anak usia prasekolah.
d. Assoctiave play
Pada permainan ini ada komunikasi antara anak yang satu dengan
yang lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin
permainan. Contoh bermain boneka bermain hujan-hujanan,
bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Pada permainan ini terdapat peran bermain dalam kelompok dan
pemimpin permainan. Pemimpin anggotanya untuk bertindak
dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya pada permainan sepakbola.

D. Klasifikasi bermain berdasarkan kelompok usia anak


Pada setiap tahap tumbuh kembang anak karakteristikbermain akan
berbeda, hal ini dikarenakan setiap usia tumbuh kembang anak
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda. Menurut
Susilianingrum (2013) klasifikasi bermain berdasarkan kelompok usia
anak adalah:
a. Usia 0-1 tahun
Pada tahap ini anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflek,
melatih koordinasi antara mata dan tangan, mata dan telinga,
melatih mencari objek yang ada tetapi tidak tampak, melatih
mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan
gerakan yang berulang. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia
ini antara lain: permainan yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat
permainan yang dapat goyang dan menimbulkan suara, alat
permainan berupa selimut, boneka, dll.
b. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarnya
bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau
menarik, melatih melakukan imajinatif, melatih anak melakukan
kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan
mampu membedakan jenis permainan seperti semua alat
permainan yang di dorong dan ditarik, berupa alat rumah tangga ,
balok-balok, buku gambar, kertas,pensil warna, dll
c. Usia 3-5 tahun
Pada usia ini anak mulai mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,
kemampuan berbahasa mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportivitas mengembangkan koordinasi motoric
mengembangkan dan mengontrol emosi, motoric kasar dan halus
memperkenalkan pengertian dan bersifat ilmu pengetahuan. Jenis
permainan yang dapat digunkan pada usia dini seperti benda-benda
sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar tas
untuk belajar melipat, menggunting dan air.
E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
a. energi ekstra/ tambahan
Bermain memerlukan energi tambahan, anak sakit kecil keinginannya
untuk bermain. Apabila anak mulai bermain maka dia akan
menghentikan permainannya. Bermain memerlukan energy yang cukup
lama sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Pada anak
sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energy yang
digunakan untuk mengatasi penyakitnya.
b. Waktu
Anak harus memiliki cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal. Selain itu anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainan.
c. Alat Permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan sesuai dengan huruf dan
taraf perkembngannya. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini
sehingga alat permainan yang diberikan berfungsi dengan benar. Unsur
yang terpenting adalah permainan tersebut harus aman dan mempunyai
edukasi bagi anak.
d. Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak perlu terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman
ataupun tempat tidur. Anak juga membutuhkan ruangan yang mampu
untuk menyiapkan segala macam mainannya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya
atau diberi tahu caranya. Anak membutuhkan pengetahuan setidaknya
cara untuk memakai alat permainannya sendiri.
f. Teman bermain
Anak harus yakin dia mempunyai teman bermain. Kalau ia main
sendiri maka akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-
temannya. Tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan anak lain,
maka anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur
diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.
g. Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila dia berhasil
melakukan sebuah permainan. Anak pada usia prasekolah sangat
membutuhkan reward positif agar anak mampu untuk berkembang
sesuai dengan usia anak (Adriana, 2017)
F. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan.
b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif
terganggu.
c. Jenis kelamin.
d. Lingkungan lokasi, negara, kultur.
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi. (Dariyo, 2011)
G. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya
(Adriana, 2017)
H. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis.
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan.
I. Hambatan Yang Mungkin Muncul
a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia.
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan.
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada
waktu yang bersamaan.
J. Antisipasi hambatan
a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama.
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain.
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan.
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN ANAK USIA TODDLER

POKOK BAHASAN : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


SUB POKOK BAHASAN : Terapi Bermain Pada Anak Usia Toddler
HARI / TANGGAL : 12 November 2021
TEMPAT : Ruang Melati Rumah Sakit Islam Jemursari
WAKTU : 30 menit (jam 08.00 – 08.30)

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap proses adaptasi /
hospitalisasi anak usia toddler yang menjalani rawat inap di Ruang
Melati Rumah Sakit Islam Jemursari.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
1. Mengetahui respon verbal, psikomotor dan emosional anak usia toddler.
2. Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan.
3. Mengurangi rasa sakit yang diderita.
4. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain
3. JUMLAH PESERTA
Jumlah peserta 4 orang anak dengan rentang usia 1-3 tahun
4. .SASARAN DAN TARGET
Anak usia toddler yang dirawat di Ruang Melati Rumah Sakit Islam
Jemursari
5. KRITERIA
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang melati
yang memenuhi kriteria:
1) Anak usia 1-3 tahun.
2) Anak dalam kondisi baik / cukup baik.
3) Tidak mempunyai keterbatasan fisik.
4) Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga.
5) Pasien kooperatif.
6. SARANA DAN MEDIA
1) Sarana: Ruangan tempat bermain dan Tikar untuk duduk.
2) Media: Balok Susun, Balok Piramid.
7. ATURAN BERMAIN
1) Anak dikumpulkan dalam satu lingkaran.
2) Masing – masing anak berespon terhadap benda / permainan yang
ada di hadapannya.
3) Untuk balok susun, masing – masing anak di beri
kebebasan untuk menyusunnya.
4) Anak – anak tidak boleh berebut mainan.
Masing – masing permainan akan di gilir pada masing – masing anak
8. PENGORGANISASISAN
Jumlah Leader 1 orang, Co-leader 1 orang, Fasilitator 3 orang dan 1
observer orang dengan susunan sebagai berikut:
1) Leader : Sisca Ratna P
2) Co-leader : Siti Anin Nasrullah, Syifaus Sakinah
3) Observer : Siti Afifah, Susvina Diyah Elberta
4) Fasilitator : Sirriyatul Maula, Serli Anggraini
9. DESKRIPSI TUGAS
1. Leader
1) Memimpin jalannya acara.
2) Membuka pertemuan.
3) Mengatur setting tempat.
4) Menutup kagiatan bermain
2. Co - leader
1) Membantu tugas dari leader.
2) Menggantikan posisi leader bila diperlukan.
3. Fasilitator
1) Sebagai pemandu jalannya acara.
2) Sebagai tempat bertanya leader dan co-leader tentang
kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik.
4. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara.
2) Memberi penilaian.
3) Memberi saran dan kritik setelah acara selesai.
4) Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co-leader.

10. SETTING TEMPAT


11. SUSUNAN KEGIATAN

No Waktu Perawat Anak Ket

1 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
3. Memperkenalkan
Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu
Mendengarkan dan
persatu dan anak saling
saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan anak
Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan pada anak,
anak mau bermain atau Menerima permainan
tidak
3. Membagikan permainan

4. Leader dan Fasilitator Bermain


memotivasi anak Bermain
5. Fasilitator mengobservasi Mengungkapkan
anak Perasaan
6. Menanyakan perasaan anak

3 5 menit Penutup:
1. Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
3. Menyampaikan hasil perasaan
permainan
4. Memberikan hadiah pada Mendengarkan
anak yang cepat menyusun Senang
baloknya dan bagus.
5. Membagikan souvenir / Senang
kenang-kenangan pada
semua anak yang
bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
7. Salah satu fasilitator perasaan
menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam
Menjawab salam
12. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
1) Alat-alat yang digunakan lengkap.
2) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
2. Evaluasi proses yang diharapkan
1) Terapi dapat berjalan dengan lancar.
2) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik.
3) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi.
4) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya.
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
1) Anak mampu menyusun balok sesuai dengan kreatifitas
masing-masing dan mampu mengenal lingkungan.
2) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
3) Anak merasa senang.
4) Anak tidak takut lagi dengan perawat.
5) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai.
6) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2013 tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Susilaningrum, Rekawati, Nursalam dan Sri Utami. 2013 Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai