Disusun Oleh :
1. Serli Mei Anggraini (1120021055)
2. Sirriyatul Maula (1120021140)
3. Sisca Ratna Putri (1120021061)
4. Siti Afifah (1120021010)
5. Siti Anin Nasrullah (1120021025)
6. Susvina Diyah Elberta (1120021117)
7. Syifa’us Sakinah (1120021136)
PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan
yang diberikan (Wong, 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak
akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu,
jarak serta suara.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang
tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermaian akan
membuat menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana,
karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Ketika masa anak sudah memasuki masa toddler anak selalu
membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu
permainan. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat permainan,
jika orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat
permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan
hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga
dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi
sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan
dengan kondisi anak.
Berdasarkan pengamatan kami tanggal 25 Oktober 2021 dirumah sakit
RSI Jemursari diruangan melati anak didapatkan jumlah pasien sebanyak 5
anak, anak usia pasca neonatal (29 hari – 11 bulan) sebanyak 3 orang anak,
anak usia toodler (1-3 tahun) sebanyak 4 orang anak, usia pre sekolah (4-6
tahun) sebanyak 3 anak, anak usia sekolah (7-12 tahun) sebanyak 2 anak.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat.
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dengan lingkungan
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bermain
Dunia anak tidak bisa dipisahkan dari dunia bermain. Melalui
kegiatan bermain, daya pikir anak terangsang untuk mendayagunakan
aspek emosional, sosial, serta fisiknya. Selain itu, anak-anak juga dapat
mempelajari banyak hal, misal dengan bermain ayunan anak secara
tidak langsung melatih keseimbangan fisik dan psikisnya, bermain
komedi putar dapat melatih keberanian dan ekspresi emosionalnya
dengan segala situasi dan kondisi. Diharapkan dengan bermain, anak
mendapatkan stimulus yang cukup agar dapat berkembang secara
optimal (Adriana, 2017).
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan
serminan kemampuan fisik , intelektual, emosional serta sosial.
Bermain merupakan media yang baik karena dengan bermain, anak
mampu berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dapat melakukan apa yang dilakukannya, dan
mengenal waktu, jarak serta suara (Supartini, 2012).
Menurut Andriana (2017) bermain dapat merangsang daya pikir
anak sehingga dapat meningkatkan aspek emosional, sosial serta
fisiknya. Bermain juga dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman serta pengetahuannya serta perkembangan dan
keseimbangan mental dan psikologi anak.
B. Keuntungan Bermain
Bermain bersifat terapeutik terhadap berbagai usia bermain
memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stress yang
dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan
emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang
dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut dan keinginan mereka kepada
pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan karena keterbatasan
ketrampilan bahasa mereka. Selain bermain anak erlu penerimaan dan
perlu didampingi oleh orang dewasa untuk membantu mereka mengontrol
agresi dan menyalurkan kecenderungan destruksi mereka.
C. Klasifikasi Bermain
Menurut Adriana (2017) ada beberapa jenis permainan yang
ditinjau dari isi permainan dibagi menjadi:
a. Social affectif play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misal bermain “ciluk
ba” berbicara sambil tersenyum atau tertawa.
b. Sence pleasure play
Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan
pada anak dan mengasyikkan. Ciri khas permainan ini adalah anak
akan semakin lama semakin asyik bersentuhan dengan alat
permainan ini sehingga susah untuk dihentikan. Misalnya dengan
menggunakan air, anak akan memindah-memindahkan air ke
botol, bak atau tempat lain.
c. Skill play
Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak.
Keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan kegiatan,
anak akan smakin terampil. Misalnya memindahkan benda dari
satu tempat ketempat yang lain.
d. Games
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan
ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau temannya.
e. Unoccupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu namun anak terhat
mondar-mandir, tersenyum tertawa, atau permainan apa saja yang
ada di sekelilingnya. Anak akan tampak senang, gembira dan asyik
dengan situasi serta lingkungannya.
f. Dramatic play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain,
melalui permainannya. Apabila anak bermain dengan temannya,
akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang
mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak
terhadap peran tertentu.
Menurut Adriana (2017) juga membagi permainan berdasarkan
karakter sosial, diantaranya adalah:
a. Social anlocker play
Ada permainan ini anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk berpartisipasi dalam permainan.
Anak tersebut bersifat pasif tetapi ada proses pengamatan terhadap
permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini anak tampak berada pada kelompok permainan
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerjasama,
ataupun komunikasi dengan temannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini anak dapat menggunakan permainan yang
sama, tetapi antara anak satu dengan yang lain tidak ada kontak
sama sekali. Biasanya dilakukan pada anak usia prasekolah.
d. Assoctiave play
Pada permainan ini ada komunikasi antara anak yang satu dengan
yang lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin
permainan. Contoh bermain boneka bermain hujan-hujanan,
bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Pada permainan ini terdapat peran bermain dalam kelompok dan
pemimpin permainan. Pemimpin anggotanya untuk bertindak
dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya pada permainan sepakbola.
1 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
3. Memperkenalkan
Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu
Mendengarkan dan
persatu dan anak saling
saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan anak
Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan pada anak,
anak mau bermain atau Menerima permainan
tidak
3. Membagikan permainan
3 5 menit Penutup:
1. Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
3. Menyampaikan hasil perasaan
permainan
4. Memberikan hadiah pada Mendengarkan
anak yang cepat menyusun Senang
baloknya dan bagus.
5. Membagikan souvenir / Senang
kenang-kenangan pada
semua anak yang
bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
7. Salah satu fasilitator perasaan
menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam
Menjawab salam
12. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
1) Alat-alat yang digunakan lengkap.
2) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
2. Evaluasi proses yang diharapkan
1) Terapi dapat berjalan dengan lancar.
2) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik.
3) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi.
4) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya.
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
1) Anak mampu menyusun balok sesuai dengan kreatifitas
masing-masing dan mampu mengenal lingkungan.
2) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
3) Anak merasa senang.
4) Anak tidak takut lagi dengan perawat.
5) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai.
6) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2013 tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Susilaningrum, Rekawati, Nursalam dan Sri Utami. 2013 Asuhan Keperawatan
Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
DOKUMENTASI