PENDAHULUAN
limbah cair pabrik kelapa sawit ( LCPKS ) adalah salah satu produk
samping dari pabrik minyak kelapa sawit yang berasal dari : Air kondensat
dari proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, dan air pencucian pabrik.
Dimana 1 ton kelapa sawit bisa menghasilkan 60-65 % limbah cair dari 20 %
minyak. PT. UKINDO OIL MILL BLANGKAHAN memiliki kebun 8000
hektar dengan pabrik pabrik kelapa sawit kapasitas 45 ton/jam dimana
pengolahan TBS ( Tandan Buah Segar ) dilakukan selama 24 jam, sehingga
TBS yang diolah sekitar 800 ton/hari yang akan menghasilkan ton/hari
limbaha cair ( PT. UKINDO OIL MILL BLANKAHAN ).
Biogas yang dihasilkan dari instaisasi secara tidak langsung telah banyak
membawa manfaaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang ke
sungai, kini dengan biogas dapat termanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut di
proses di dalam instalisasi yang tidak menimbulkan bau yang menyengat. Ampas
atau sludge yang merupakan keluaran dari digester biogas dapat di proses kembali
menjadi pupuk organik. Biogas yang telah ada minimal mengurangi limbah yang
di buang ke sungai sehingga tingkat pencemaran sungai akibat limbah dapat di
kurangi. Biogas dapat digunakan secara langsung yaitu sebagai bahan bakar boiler
dan tidak langsung dengan mengkonversikan biogas menjadi energi listrik ( Ade
sri dkk,2015 ). Akhirnya penulisan ini mengkaji sebuah karya akhir dengan judul :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2.1. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ( Palm Oil Mill Effluent )
Limbah cair pabrik kelapa sawit ( LCPKS ) adalah salah satu
produk samping dari pabrik minyak kelapa sawit yang berasal dari : Air
kondensat dari proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, dan air
pencucian pabrik. Limbah pabrik kelapa sawit memiliki kadar bahan
organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban
pencemaran yang besar karena diperlukan degredasi bahan organik yang
besar pula ( yan fauji, 2012 ).
Parameter Rata-rata
pH 4,3
Minyak 6000
BOD 25000
COD 50000
Total solid 40500
Suspended solid 18000
Total volatile solid 750
total Nitrogen
Mineral Rata-rata
Kalium 2270
Magnesium 615
Kalsium 440
Besi 47
Tembaga 0,9
Phosphorus 180
Semua dalam mg/l, kecuali pH
Limbah cair kelapa sawit merupakan nutriet yang kaya akan senyawa
organik dan karbon, dekomposisi dari senyawa-senyawa organik oleh bakteri
anaerob dapat menghasilkan biogas ( suharto, 2011 ). Jika gas-gas tersebut tidak
diolah dan dibiarkan lepas ke udara bebas maka dapat menjadi salah satu
penyebab pemanasan global karena gas metan dan karbon diokasida yang
dilepaskan adalah termasuk gas rumah kaca yang disebut-sebut sebagai sumber
pemanasan global saat ini. Emisi gas metan 21 kali lebih berbahaya dari CO2 dan
metan merupakan salah satu penyumbangan gas rumah kaca terbesar ( sri
wahyuni, 2013 ).
Pengolah limbah cair pabrik kelapa sawit yang umum dilakukan adalah
dengan menggunakan unit pengumpulan ( fat fit ) yang kemudian dialirkan ke
deoiling ponds ( kolam pengutipan minyak ) untuk diambil kembali minyak untuk
menurunkan suhunya kemudian dialirkan ke kolam anaerobik atau aerobik dengan
manfaatkan mikroba sebagai perombak BOD dan menetralisir keasaman limbah.
Teknik pengolahan ini dilakukan karena cukup sederhana dan dianggap murah.
Namun teknik ini dirasakan tidak efekti karena memerlukan lahan pengolahan
limbah yang luas dan selain itu emisi metan yang dihasilkan dari kolam-kolam
tersebut merupakan masalah yang saat ini harus ditangani. Karena masal tersebut
maka banyak intitusi atau badan limbah melakukan risetnya untuk mencari dan
memperoleh suatu sistem pengolahan limbah cair yang berdasarkan cara
intensifikasi. Berbagai jenis paduan sistem pengolahan bahkan sampai
keperancangan ke unit-unit teknis perangkat pemprosesnya telah banyak
digunakan ( Rahardjo P, 2008 ).
( tinggat keasaman ), tekanan, dan kelembaban udara tapi metan (CH 4 ) yang
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Apabila kandungan metan lebih dari 50 %
maka biogas tersebut telah banyak digunakan sebagai bahan bakar ( ade sri dkk,
2015 ).
Biogas kira-kira memiliki berat 20 % lebih ringa di bandingkan dengan
udara dan memiliki suhu pembakaran 650 – 750C. Biogas tidak berbau dan tidak
berwarna yang apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas
LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan effisiensi pembakaran 60 %
pada konversional kompor gas. Tujuan utama pembuatan biogas adalah untuk
mengisi kekurangan atau mensubtitusi sumber energi di daerah pedesaan sebagai
bahan bakar keperluan rumah tangga, terutama untuk memsak dan lampu
penerang. Selain itu dapat digunkan untuk menjalankan generator untuk
menghasilkan listrik. Biogas merupakan sumber energi ramah lingkungan, karena
sumber bahannya memiliki rantai karbon yang lebih pendek bila dibandingkan
dengan minyak tanah, sehingga gas CO yang dihasilkan relatif lebih sedikit [5].
Adapun pengaruh komponen – komponen dalam biogas dapat dilihat pada tabel
2.3 berikut :
Tabel 2.3. pengaaruh komponen – komponen dalam biogas dan pegaruhnya [35]
Gas metan yang termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan gelobal. Hal ini karena gas metan
memiliki dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan dengan gas karbondioksida.
Pengurangan gas metana secara lokal dapat berperan positif dalam upaya
mengatasi masalah global, terutama efek rumah kaca yang berakibat pada
perubahan iklim global ( sri wahyuni, 2013 ).
Biogas yang dihasilkan dari instalisasi secara tidak langsung telah banyak
membawa manfaaat terhadap limgungan. Limbah yang awalnya dibuang ke
sungai, dengan di bangun instalisasi biogas dapat termanfaatkan dengan baik.
Limbah tersebut di proses di dalam intalisasi yang tidak menimbulkan bau yang
menyengat. Ampas atau sludge yang merupakan keluaran dari digester biogas
dapat di proses kembali menjadi pupuk organik. Biogas yang telah ada minimal
mengurangi limbah yang di buang ke sungai sehingga tingkat pencemaran sungai
akibat limbah dapat di kurangi ( sri wahyuni, 2013 ).
Metan dalam biogas,bila terbakar akan relatif lebih bersih dari pada batu
bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida
yang lebih sedikit. Pemanfaaatan biogas memegang peranan penting dalam
manajemen limabah karena matana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesisi tanaman, sehingga bila dilepaska lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran
bahan bakar fosil ( fitri meidina,2009 ).
Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan.
Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan
beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian.
Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat
digester kecil untuk menghasilkan biogas yang diguakan untuk menggerakan
traktor. Karena harga BBM ( bahan bakar minyak ) semakin murah dan mudah
memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan.
Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang
murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah
dilakuakn semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada
tahun 1900.
Proses anaerobik merupakn proses yang dapat terjadi secara alami yang
melibatkan beberapa jenis miroorganisme yang berperan dalam proses tersebut.
Proses yang terjadi pada pengolahan secara anaerobik ini adalah hidrolisis,
asidogenesis, asetogenesis, dan metagonesis. Beberapa jeni bakteri bersama-sama
secara bertahap mendegradasi bahan-bahn organik dari limbah cair ( Irhan
febijanto, 2010 ).
Pada pengolahan secara anerobik ini bakteri yang berperan adalah bakteri
fermentasi, bakteri asetogenik dan bakteri metanogenik yang memiliki peranan
masing-masing dalam mendegradasi senyawa organik menjadi produk akhir
berupa gas metan. Tiap fase dari proses fermentasi metan melibatkan
mikroorganisme yang spesifik da memerlukan kondisi hidup yang bebeda-beda.
Bakteri pembentuk gas metan merupakan bakteri yang tidak memerlukan oksigen
bebas dalam metabolismenya , bahkan adanya oksigen bebas dapat menjadi racu
atau mempengaruhi metabolisme bakteri tersebut ( hermawan dkk, 2016 ).
Adapun tahapan yang terjadi dalam proses prombakan senyawa organik menjadi
gas metan.
a. Hidrolisis
Tahap pertama ini sangat pentig karena molekul organik besar yang terlalu
besar untuk langsung diserap dan diguakan oleh mikroorganisme sebagai sumber
subtrat / makanan [17] untuk menghsilkan waktu pencernaan yang lebih pendek
dan memberikan hasil metana yang lebih tinggi [30].
b . Asidogenesis
Pada tahap ini produk yang telah dihidrolisa dikonversikan menjadi asam
lemak volatil (VFA ), alkohol, aldehid, keton, amonia, karbondioksida , air dan
hidrogen oleh bakteri penbentukan asam. Asam organik yang terbentuk adalah
asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam valeric. Asam lemak volatile
dengan rantai lebih dari empat-karbon tidak dapat digunakan langsung oleh
metanogen [13].
c. Asetogenesis
d. Metanogenesis
Metanogenesis merupakan langkah penting dalam seluruh proses digestasi
anaerobik, karena proses reaksi biokimia yang paling lambat. Metanogenesis ini
sangat dipengaruhui oleh kondisi operasi. Komposisi bahan baku, laju umpan,
temperatur,dan pH adalah contoh faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
gas metana. Digester over loading, perubahan suhu atau maksuknya besar oksigen
dapat mengakibatkan penghenikan produksi metana[19].
Pada akhirnya gas metana diproduksi dengan dua cara. Pertama adalah
mengkonversikan asetat menjadi karbon dioksida dana metana oleh organisme
asetropik dan cara lainnya adalah dengan mereduksi karbon dioksida dengan
hidrogen oleh organisme hidrogentropik. Beikut ini adalah reaksi utama ( reaksi
metanogenesis) yang terlihat dalam konversi substrat menjadi metana dapat dilihat
pada gambar 2.4
Hanya ada dua kelompok yang dikenal metanogen yang memecah asetat :
Methanosaeta dan Methanosarcina, sementara ada banyak kelompok yang
berbeda dari metanogen yang menggunakan gas hidrogen, termasuk
Methanobacterium, Methanococcus, Methanogenium dan Methanobrevibacter.
Methanosaeta dan Methanosarcina memilki tingkat pertumbuhan yang berbeda
da juga berbeda mengenai kemampuanmereka untuk memanfaatkan asetat.
Methanosarcina tumbuh lebih cepat, tetapi menemukan kesulitan untuk
menggunak asetatpada konsentrasi renda, dibanding Methanosaeta. Namun,
kehadiran organisme ini dipengaruhu tidak hanya oleh konsentrasi asetat, tetapi
juga oleh faktor-faktor seperti beban frekuensi dan pencampuran. Karena
produsen metana umunya tumbuh sangat lambat, hal ini sering tahap membatasi
laju dari proses biogas [17].