1 Latar Belakang
Usaha –usaha yang dilakukan untuk mengulangi atau mengurangi rasa sakit dengan
menggunakan obat dalam prosedur pembedahan sudah dilakukan sejak zaman kuno,
termasuk dengan pemberian etanol dan opium (opiate) secara oral. Pembuktian ilmiah
pertama dari pengguanaan obat anastetis (anastetika) untuk pembedahan dilakukan oleh
Willam Morton di Boston pada tahun 1846 dengan menggunakan dietil eter. Satu tahun
kemudian, James Simpson memperkenalkan kloroform di Scotlandia. Dua puluh tahun
kemudian, hal ini diikuti dengan suksesnya demonstrasi obat – obat anastetis dengan nitride
oxide yang pertama kali diajukan oleh Sir Humphry Davvy pada tahun 1790-an. Anastetika
modern dimulai sejak tahun 930-an, saat diperkenalkannya thiopental suatu barbiturat
intravena. Sepuluh tahun setelah itu curare dipergunakan dalam anastesi untuk mencapai
relaksasi otot bergaris. Halothane, suatu karbon yang mengandung halogen yang pertama
diperkenalkan pada 1956 sebagai anastetika inhalasi, segera menjadi standar perbandingan
untuk anastetika inhalasi yang baru.
Status anastesi umum pada dasarnya mencangkup analgesia, amnesia, hilangnya
kesadaran, terhambatnya refleks sensorik dan otonomik, serta dalam banyak kasus relaksasi
otot bergaris. Sejauh mana suatu anastetika tertentu dapat menimbulka efek-efke di atas
berbantung pada obat-obat itu sendiri, dosisnya, dan kondisi klinis.
Suatu anastetika yang ideal dapat menimbulkan anastesi dengan tenang dan cepat serta
memungkinkan pemulihan segera setelah penanganan selesai. Obat tersebut juga harus
memiliki batasan keamanan yang luas dan tidak menimbulkan dampak yang keras. Tetapi,
tidak ada satupun anastetika yang mampu menghasilkan efek yang dihasilkan tanpa
mempunyai kerugian jika digunakan tersendiri. Praktik modern pada anastesi umumnya
menggunakan obat – obatan yang dikombinasikan agar dapat mengambil sifat – sifat yang
menguntungkan dari tiap – tiap obat dan memperkecil kemungkinan timbulnya efek yang
merugika.
Protokol – protokol anastesi beragam, tergantung pada jenis diagnosis yang diajukan,
terapeutik, atau keterlibatan pembedahan. Untuk prosedur – prosedur yang bersifat concious
sedation (sedasi sadar) dengan benzodiazepin intravena dan analgesik golongan opioid dapat
menyediakan analgesia yang sangat koma namun dengan catatan bahwa penderita mampu
mempertahankan jalan nafasnya dan menganggapi perkataan. Untuk prosedur pembedahan
besar, anastesi selalu menggunakan sedative pro-operatif, induksi anastesi dengan
Theopental atau obat –obatan intravena lain dengan mula kerja cepat. Dan persiapan untuk
tingkat yang lebih dalam dengan menggunakan anastetika inhalasi tersendiri atau
dikombinasikan dengan anastetika intravena lainnya. Di dalam banyak kasus protokol –
protokol seperti di atas melibatkan penggunaan penyekat (blocker) neuromuscular.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat yang digunakan dalam menimbulkan anastesia disebut sebagai anestetik, dan
kelompok obat ini dibedakan dalam anastetik umum dan anastetik local. Bergantung
pada dalamnya pembiusan, anastetik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu
hilangnya sensasi nyeri , atau efek anestesia yaitu analgesia yang disertai hilangnya
kesadaran, sedangkan aestetik local hanya dapat menimbulkan efek analgesia. Anestetik
umum bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anesteti local bekerja langsung pada
serabut saraf di perifer