Anda di halaman 1dari 8

Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

CITA RASA SEBAGAI FAKTOR DOMINAN TERHADAP DAYA


TERIMA PASIEN BEDAH DI RSUD CENGKARENGTAHUN 2016
Laras Sitoayu1, Novia Trisia2
1,2Prodi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
Jl. Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
laras@esaunggul.ac.id

Abstract
Food service is good if patient acceptance of food ≥ 80%. Patients acceptanceaffected
by taste, habits/preferences eating, and appetite. Animal protein is a dish that rich of
protein value as needed in the process of wound healing in surgical patients.The
objective of this study is to determine differences in the acceptability of animaldishes
based on taste, habits/preferences eating, and appetite in the various classes of
inpatient surgical patients at Cengkareng Hospital. This study was a cross sectional
study. Samples were obtained by purposive sampling technique. The statistical test
used Mann-Whitney test. The study was conducted on 192 surgical patients.Based
on the statistical test, there is difference of patients acceptance for animal side dish
based on taste and appetite (p=0,001) and habits/preferences eating (p = 0.022).
Logistic regression results obtained taste protective of acceptability. This means that
good taste can prevent a lack of food acceptance in patients (OR = 0.761). Taste is the
dominant factor that can affect the animal side dish acceptance in surgical patients
in hospitals Cengkareng than taste, habits/preferences eating and appetite.

Keywords: Food acceptance, taste, animal dish.

Abstrak
Pelayanan makanan dikatakan baik jika daya terima pasien ≥ 80%. Daya terima
pasien dipengaruhi antara lain oleh cita rasa, kebiasaan/kesukaan makan, dan
nafsu makan pasien. Lauk hewani merupakan hidangan tinggi protein yang
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka pada pasien bedah.Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui perbedaan daya terima lauk hewani berdasarkan
cita rasa, kebiasaan/kesukaan makan, dan nafsu makan di berbagai kelas rawat
inap pasien bedah di RSUD Cengkareng. Penelitian ini merupakan studi cross
sectional. Sampel diperoleh dengan teknik purposive sampling sebanyak 192
sampel.Uji statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney.Berdasarkan hasil
analisis diperoleh ada perbedaan rata-rata daya terima lauk hewani berdasarkan
cita rasa dan nafsu makan pasien (p=0,001) dan kebiasaan/kesukaan makan
(p=0,022). Hasil uji regresi logistik didapatkan cita rasa protektif terhadap daya
terima. Artinya cita rasa yang baik mampu mencegah kurangnya daya terima pada
pasien (OR=0,761).Cita rasa merupakan faktor dominan yang dapat mem-
pengaruhi daya terima lauk hewani pada pasien bedah di RSUD Cengkareng
dibandingkan cita rasa, kebiasaan/kesukaan makan dan nafsu makan.

Kata kunci: Daya terima, cita rasa, lauk hewani.

Pendahuluan pasien terhadap makanan yang


Pelayanan gizi rawat inap yang disajikan(Kemenkes RI, 2008).
paling umum yaitu penyelenggaraan Daya terima dan sisa makanan
makanan bagi pasien yang dirawat merupakan indikator penting dalam
(Almatsier, 2006).Penyelenggaraan penyelenggaraan makanan sekaligus
makanan di rumah sakit dilaksanakan untuk mengetahui asupan makanan
dengan tujuan untuk menyediakan pasien di rumah sakit (Djamaluddin&
makanan dengan kualitas baik, jumlah Ira,2002).Sisa makanan dipengaruhi oleh
sesuai kebutuhan serta pelayanan yang tiga faktor yaitu faktor internal berkaitan
layak dan memadai bagi dengan nafsu makan,
pasien.Keberhasilan suatu pelayanan gizi kebiasaan/kesukaan makan, rasa
antara lain dikaitkan dengan daya terima bosanserta adanya peraturan diet
sedangdijalani.Faktor eksternalyaitu cita
Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 50
Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

rasa makanan yang meliputi penampilan Metode Penelitian


dan rasa (Suryawati, Dharminto& Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Shaluhiyah, 2006). Desain penelitian yang digunakan
Penelitian yang dilakukan oleh yaitucross sectional. Penelitian dilaksana-
Irfanny et al.(2012) tentang evaluasi kan di RSUD Cengkareng, Jakarta
penyelenggaraan makanan lunak dan Barat.Penelitian dilakukan pada tanggal
analisis sisa makanan lunak di beberapa 10 Mei 2016 sampai 8 Juni 2016.
RS di Jakarta menunjukkan bahwa
responden yang tidak menghabiskan lauk Jumlah dan Cara Pengambilan Data
hewani pada setiap waktu makan cukup Populasi pada penelitian ini yaitu
besar yaitu >35%. Hampir sama dengan seluruh pasien bedah yang dirawat inap
penelitian Puruhita et al. (2012) yang pada kelas IIdan III di RSUD Cengkareng
menyatakan bahwa sisa makanan ≥ 75% serta mendapat pelayanan makanan dari
dan 9%berasal darilauk hewani. instalasi gizi rumah sakit selama
Berdasarkan penelitian Nida, Efendi, & penelitian berlangsung. Sampel diperoleh
Norhasanah (2011) menyatakan bahwa dengan teknik purposive sampling.
rata-rata sisa makanan pasien bersisa Sampel merupakan pasien bedah
banyak >25 % dimana pada lauk hewani yang dirawat inap di Kelas II dan III
bersisa 52,2%. berusia ≥20 tahun dan mendapat
Penelitian Amaet al., (2012) me- makanan biasa setelah dirawat selama
ngenai persepsi terhadap lauk hewani dua hari dengan diet yang sama. Total
menunjukkan terdapat responden yang sampel yang diperoleh yaitu sebanyak 192
menyatakan tidak suka terhadap warna, orang.
aroma, tekstur, dan rasa dari
ayam.Demikian juga pada telur dan Jenis dan Cara Pengambilan Data
ikan.Menurut penelitian Supiati&Yulaikah Jenis data yang dikumpulkan
(2015) mengenai pengaruh konsumsi telur yaitudata primer dan datasekunder.Data
rebus terhadap percepatan penyembuhan primer meliputidata penilaian terhadap
luka perineum dan peningkatan hemo- cita rasa hidangan lauk hewani,nafsu
globin pada ibu nifas, dimana salah satu makan responden,kebiasaan/kesukaan
faktor yang mempengaruhi penyembuhan makan, serta data sisa hidangan lauk
luka adalahpantangan makanan. hewani sampel.Data sekunder
Pada pasien bedah, protein me- meliputidata karakteristik(umur, jenis
rupakan zat gizi penting yang harus kelamin, dan pendidikan),gambaran
dicukupi kebutuhannya.Protein merupa- umum rumah sakit, gambaran umum
kan zat penting untuk struktur dan fungsi instalasi gizi RSUD Cengkareng yang
tubuh serta penting untuk sintesis dan diperoleh dari dokumen rumah sakit.
pembelahan sel yang sangat vital untuk Data primer dikumpulkan dengan
penyembuhan luka (Haryani, 2007).Ada melakukan wawancara dan observasi
hubungan yang signifikankonsumsi dengan mengisi lembaran kuesioner yang
protein dengan penyembuhan luka pasca diberikan pada sampel. Daya terima lauk
operasi sectio cesaerea hewani diperoleh dengan mengisi lembar
(Widjianingsih,2013). kuesioner yang berjumlah delapan
Menurut Kemenkes RI (2008), pertanyaan yang dilakukan melalui
pelayanan makanan di rumah sakit wawancara dan observasi. Selain itu
dinyatakan kurang berhasil apabila sisa untuk daya terima juga menggunakan
makanan pasien lebih dari 20%. metode food weighing dimana tiap jenis
Rendahnya daya terima makanan pasien hidangan lauk hewani yang disajikan
ini akan berdampak buruk bagi status gizi akan ditimbang berat awal sebelum
dan kesembuhan pasien (Uyami, diberikan pada responden dan berat akhir
Hendriyani, & Wijaningsih, 2010).Oleh yaitu sisa lauk hewani setelah
karena itu daya terima lauk hewani respondenmengonsumsi. Daya terima dari
menjadi hal yang penting untukdiperhati- jenis lauk hewani disajikan dalam kategori
kan sebagai upaya mempercepat ke- baik jika persentase daya terima ≥80%,
sembuhan pasien. sedangkan daya terima dalam kategori

Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 51


Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

tidak baik jika persentase daya terima sebanyak enam ruang rawat inap yang
<80%. terdiri dari ruang rambutan, apel,
belimbing, pepaya, manggis, dan mangga.
Pengolahan dan Analisis Data Distribusi data karakteristik sampel dapat
Data yang terkumpul dianalisis dilihat pada Tabel 1:
secara deskriptif dan statistika inferensial,
sedangkan untuk data sekunder dijelas- Tabel 1
kan secara deskriptif.Proses pengolahan Karakteristik Berdasarkan Jenis
data meliputi editing, coding, cleaning, Kelamin dan Pendidikan
entry, dan analisis data. Analisis data Variabel Frekuensi Persen
dilakukan dengan menggunakan software Jenis Kelamin
komputer.Cita rasa, nafsu makan, dan
Laki-Laki 27 14.1
kebiasaan/kesukaan makan kemudian
dilakukan analisis bivariat dengan uji Wanita 165 85.9
beda(Mann-Whitney)untuk mengetahui Pendidikan
perbedaan daya terima pada lauk hewani SD-SMP 69 35.9
yang disajikan berdasarkan cita rasa, SMA 84 43.8
kebiasaan/kesukaan makan, dan nafsu
makan pada pasien bedah di RSUD Akademi/Sarjana 39 20.3
Cengkareng.
Berdasarkan hasil analisis nafsu Pada Tabel 1 dapat dilihat dari 192
makanresponen, setiap responden yang orang, responden dengan jenis kelamin
memiliki nafsu makan baik akan diberi laki-laki yaitu sebanyak 27 responden
nilai 1 dan yang tidak memiliki nafsu (14,1%) dan berjenis kelamin wanita
makan baik diberi nilai 0. Nilai tertinggi sebanyak 165 sampel (85,9%). Pada
yang diperoleh untuk nafsu makan yaitu 2 distribusi jenis kelamin ini dapat dilihat
dan nilai terendahnya yaitu 0. bahwa responden wanita lebih banyak
Berdasarkan hasil analisis data dibanding laki-laki, hal ini dipengaruhi
kebiasaan/kesukaan makan responden, oleh responden terbanyak pada pasien
tiap responden yang biasa/suka meng- dengan tindakan sectio cesarea.
onsumsi lauk hewani dikeseharian- Tingkat pendidikan
nyaakan diberi nilai 1 dan sampel yang respondendikategorikan menjadi tiga
tidak biasa/suka mengonsumsi lauk kategori yaitu sampel dengan pendidikan
hewani dikesehariannyaakan diberi nilai ≤SMP, SMA, dan
0. Nilai maksimun yang diperoleh yaitu 2 Akademi/Sarjana.Responden dengan
dan nilai minimum yaitu 0. pendidikan SD-SMP berjumlah 69
Untuk cita rasa yakni penampilan responden (35,9%), pendidikan SMA 84
dan rasa hidangan lauk hewani, setiap responden (43,8%), dan pendidikan
jawaban pertanyaan mendapatkan skor Akademi/Sarjana yaitu sebanyak 39
(1) jika menjawab sangat tidak suka (STS), responden (20,3%).
(2) jika menjawab tidak suka (TS), (3) jika
menjawab biasa (B), (4) jika menjawab Daya TerimaLauk Hewani Berdasarkan
suka (S), (5) sangat suka (SS). Total skor Nafsu Makan Responden
yang diperoleh berkisar antara total nilai Nafsu makan memegang peranan
terendah 4 sampai total nilai tertinggi 20. penting yang mempengaruhi asupan
pasien. Pasien yang tidak memiliki nafsu
Hasil dan Pembahasan makan baik akan cenderung tidak mau
Karakteristik Sampel mengonsumsi jenis hidangan apapun
Responden yang diperoleh yaitu meski mereka dalam keadaan lapar dan
sebanyak 192 pasien bedah yang dirawat disajikan dengan menarik.
di ruang rawat inap kelas II dan III di
RSUD Cengkareng.Umur minimum dari
sampel yaitu 20 tahun dan umur
maksimalnya yaitu 67 tahun.
Adapun ruang rawat inap yang
dijadikan tempat penelitian yaitu

Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 52


Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

Tabel 2 hewani berdasarkan nafsu makan pasien


Daya TerimaLauk Hewani Berdasarkan bedah di RSUD Cengkareng. Menurut
Nafsu Makan penelitian Irfanny et al., (2012),
Daya Terima Daya Terima menyatakan bahwa alasan responden
Variabel
Baik Tidak Baik Min- tidak menghabiskan makanan adalah
Max
Mean
Med
Mean
Med
porsi terlalu banyak, kenyang, malas
Rank Rank makan, tidak suka dan rasa kurang
Nafsu
Makan enak.Hal ini sejalan dengan penelitian
108,2 2,0 81,14 2,0 0-2
yang dilakukan oleh Semedi, Kartasurya,
Mann-
&Hagnyonowati(2003) yang menyatakan
Whitney 0,001 bahwa nafsu makan berpengaruh
terhadap daya terima pasien.
Pasien bedah sectio cesarea
Penilaian nafsu makan diukur
memiliki nafsu makan yang lebih baik
dengan alat bantu berupa selembar
dibanding dengan pasien pasca
kuesioner. Pada Tabel 2 dapat dilihat
pembedahan lainnya pasien dengan
jumlah sampel sebanyak 192 sampel
tindakan sistoscopy, lamilektomi,
dengan median penilaian skor nafsu
debridement, mastektomi, apendiktomi,
makan yaitu sebesar 2,00 dan standar
TURP, dan laparatomi. Pasien dengan
deviasi 0,48. Nilai skor minimum nafsu
tindakan laparatomi meski sudah
makan sampel yaitu 0,00 dan nilai
mendapat makanan biasa, pasien
maksimalnya yaitu 2,00. Rata-rata
laparatomi ini cenderung masih merasa
peringkat terhadap nafsu makan sampel
mual sehingga mempengaruhi nafsu
pada kategori daya terima baik lebih besar
makannya yang masih kurang baik dan
dibandingkan daya terima tidak baik
menyisakan makanan yang diberikan
(108,20>81,14).
khususnya pada lauk hewani.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
0,001 (p<0,05) maka dapat dikatakan
Daya TerimaLauk Hewani Berdasarkan
bahwa ada perbedaan yang bermakna
Kebiasaan/Kesukaan Makan Responden
terhadap daya terima lauk hewani
Kebiasaan makan responden
berdasarkan nafsu makan pasien bedah
seringkali berbeda-beda, terlebih jika
di RSUD Cengkareng.
responden itu berasal dari daerah yang
Rata-rata sampel sudah memiliki
berbeda pula.Kebiasaan makan seseorang
nafsu makan yang baik. Hal ini
ini ditentukan oleh faktor kejiwaan, faktor
dikarenakan pada saat pengambilan
sosial budaya, agama atau kepercayaan,
sampel dipilih sampel yang sudah
latar belakang pendidikan atau
menerima makanan biasa di hari kedua,
pengalaman, lingkungan sehari-hari,
oleh karena itu baik dari nafsu makan
tempat asal dan demografi (Moehyi, 1992).
pasien maupun fungsi fisiologisnya sudah
mengalami perbaikan meski mereka
Tabel 3
merupakan pasien dengan tindakan pasca
Daya TerimaLauk Hewani Berdasarkan
operasi pencernaan. Menurut Puruhita et
Kebiasaan/kesukaan Makan
al., (2014), nafsu makan biasanya Daya
dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi Daya Terima
Terima
Baik Min -
seseorang. Pada umumnya bagi orang Variabel Tidak Baik
Max
yang sedang dalam keadaan sakit, nafsu Mean
Med
Mean
Med
Rank Rank
makannya akan menurun. Demikian juga Kebiasaan/
bila seseorang dalam keadaan sedih atau kesukaan 99,87 2,0 92,07 2,0 0-2
susah, biasanya akan kehilangan nafsu Makan
makan dan begitu juga sebaliknya bila Mann-
0,022
seseorang dalam kondisi yang stabil atau Whitney
sehat dan senang, biasanya nafsu
makannya akan baik pula. Penilaian yang dilakukan terhadap
Berdasarkan hasil analisis statistik kebiasaan/kesukaan makan pada 192
dapat dikatakan bahwa ada perbedaan responden didapatkan median skor
yang bermakna terhadap daya terima lauk penilaian kebiasaan/kesukaan makan
lauk hewani sampel yaitu 2,00 dan
Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 53
Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

standar deviasi 0,44. Nilai skor minimum tinggi jika mereka terlalu banyak
yaitu sebesar 0,00 dan nilai mengonsumsi jenis daging.
maksimumnya 2,00.Rata-rata peringkat Puruhita et al. (2014) menyatakan
kebiasaan makan terhadap daya terima bahwa kebiasaan/kesukaan terhadap
baik yaitu 99,87 lebih besar dibanding makanan mempengaruhi daya terima
pada daya terima tidak baik dengan nilai pasien. Penelitian yang dilakukan Nadia,
92,07 dengan selisih yang sedikit. Nilai Sudaryati, dan Nasution (2015)bahwa
p=0,022 (p<0,05) maka dapat dikatakan kebiasaan makan pasien berpengaruh
ada perbedaan yang bermakna terhadap nyata terhadap daya terimanya.Pasien
daya terima lauk hewani berdasarkan cenderung mengkonsumsi makanan luar
kebiasaan/kesukaan makan. rumah sakit dengan alasan kurang
Hal ini dapat dikatakan bahwa menyukai rasa makanan rumah sakit
penilaian skor terhadap karena berbeda dengan kebiasaan makan
kebiasaan/kesukaan makan lauk hewani sehari-hari. Hal ini sejalan dengan hasil
sampel sudah baik. Pada penelitian ini penelitian yang peneliti lakukan, maka
masih terdapat sampel yang jarang disimpulkan bahwa ada perbedaan daya
mengonsumsi hidangan lauk hewani di terima yang signifikan berdasarkan
kesehariannya. Sampel ini merupakan kebiasaan makan pasien bedah di RSUD
sampel dengan usia lanjut karena mereka Cengkareng.
takut akan tekanan darah menjadi tinggi
(hipertensi) dan kolesterol yang mereka Daya TerimaLauk Hewani Berdasarkan
miliki sehingga membatasi dalam Cita Rasa Makanan
mengonsumsi hidangan lauk Cita rasa makanan merupakan
hewani.Penelitian yang dilakukan Anggara salah satu faktor yang mempengaruhi
& Prayitno (2013), mengenai hipertensi daya terima terhadap makanan yang
menyatakan bahwa faktor umur disajikan. Cita rasa makanan mencakup
merupakan faktor yang tidak dapat dua aspek utama yaitu penampilan
diubah. Hipertensi esensial mulai terjadi makanan (besar porsi, warna, peyajian,
seiring bertambahnya umur. Pada dan bentuk makanan) sewaktu dihidang-
umumnya penderita hipertensi adalah kan dan rasa makanan (aroma, bumbu,
orang-orang usia di atas 40 tahun. kematangan, dan tekstur) sewaktu
Jenis hidangan lauk hewani yang dimakan. Kedua aspek itu sama penting-
paling banyak dibatasi oleh responden nya untuk diperhatikan agar betul-betul
lansia yaitu pada menu daging, mereka dapat menghasilkan makanan yang
berpendapat bahwa daging akan sangat memuaskan (Soegeng, 2004).
cepat untuk membuat tekanan darah
mereka menjadi tinggi. Tidak semua Tabel 4
pasien dapat mengonsumsi dengan baik Daya TerimaLauk Hewani Berdasarkan
lauk hewani yang disajikan.Persepsi Cita Rasa Makanan
pasien berpengaruh nyata terhadap Daya Terima Daya Terima
tingkat konsumsi pasien pada makanan Baik Tidak Baik
Variabel OR
Mean Mean
yang disajikan di rumah sakit (Muhlisina, Rank
Med
Rank
Med
Prawiningdyah, & Sulistyowati, 2010). Cita
121,35 31,0 63,86 27,0 0,761
Pada analisis statistik diperoleh Rasa
bahwa ada perbedaan daya terima lauk Mann-
0,001
Whitney
hewani yang signifikan berdasarkan
kebiasaan makan pasien bedah di RSUD
Cengkareng. Pasien dengan usia dibawah Penilaian terhadap 192 responden
40 tahun memiliki kebiasaan/kesukaan dapat dilihat skor minimun dari cita rasa
makan yang baik dalam mengonsumi lauk lauk hewani ini yaitu sebesar 20,00 dan
hewani, sedangkan pada pasien lansia skor maksimumnya sebesar 40,00.
cenderung jarang mengonsumsi hidangan Berdasarkan hasil analisis diperoleh
lauk hewani dikesehariannya terutama median penilaian skor cita rasa terhadap
pada menu daging. Hal ini berbeda pada daya terima kategori baik yaitu 31,00 dan
pasien dengan usia muda. Pasien lansia median cita rasa terhadap daya terima
ini takut akan tekanan darah menjadi kategori tidak baik yaitu 27,00. Hasil uji

Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 54


Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

statistik menunjukan rata-rata peringkat Penilaian terhadap aroma pada


daya terima baik lebih besar dibandingkan menu telur dan ikan masih ada pasien
dengan rata-rata peringkat daya terima yang berpendapat aroma yang
tidak baik (121,35 > 63,86). Nilai p=0,001 ditimbulkan masih berbau amis. Menurut
< 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat penelitian Ama et al.(2012), tentang
perbedaan yang signifikan terhadap daya analisis persepsi terhadap karakteristik
terima lauk hewani pada pasien bedah lauk hewani menunjukan terdapat
berdasarkan cita rasa lauk hewani yang responden yang tidak suka terhadap
disajikan di RSUD Cengkareng. aroma telur dan rasa dari telur dan ikan.
Berdasarkan hasil uji regresi Penilaian terhadap bumbu
logistik yang dilakukan,didapatkanbahwa merupakan aspek yang sangat bervariasi.
cita rasa protektif terhadap daya terima Masih banyak responden yang
dibandingkan variabel lain yaitu nafsu berpendapat bahwa bumbu pada
makan dan kebiasaan/kesukaan terhadap hidangan lauk hewani yang disajikan
makanan. Artinya cita rasa yang baik masih kurang terasa. Pada segi tekstur
mampu mencegah kurangnya daya terima untuk hidangan telur rata-rata responden
pada pasien (OR=0,761). sudah meyukai, hanya pada menu ayam
Menuruthasil penelitian yang goreng masih banyak responden yang
dilakukan Sutyawan&Setiawan pada mengatakan teksturnya kurang lunak,
tahun 2013 didapatkan bahwa besar porsi terutama pada pasien lansia. Hal ini
berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan dipengaruhi oleh faktor fisik dimana
makan sehari-hari di rumah.Pada lansia ini sudah tidak memiliki gigi yang
penelitian yang peneliti lakukan, dari segi utuh sehingga menyulitkan mereka untuk
besar porsi lauk hewani rata-rata mengonsumsi jenis makanan yang
responden pasien bedah kelas II dan kelas bertekstur padat atau keras. Pada
III (pasien sistoscopy, lamilektomi, penelitian Ama et al. (2012) tentang
debridement, mastektomi, apendiktomi, analisis persepsi terhadap karakteristik
TURP, dan laparatomi) menilai sudah lauk hewani menunjukan terdapat
menyukai besar porsi yang diberikan dari responden yang menyatakan tidak suka
rumah sakit atau dengan kata lain besar terhadap tekstur, rasa, aroma, dan warna
porsi sudah pas/sesuai. Besar porsi dari ayam. Berbeda dengan lauk hewani
dikatakan masih kurang khususnya lainnya, responden menyatakan sangat
terdapat pada pasien sectio cesarea hal ini suka pada rasa dan tekstur daging.
dipengaruhi oleh rasa lapar yang dialami
ibu setelah melahirkan dan menyusui Menurut Semedi, Kartasurya, &
anaknya sehingga memerlukan asupan Hagnyonowati (2013), rasa makanan yang
yang lebih banyak. Pada pasien sectio tidak enak mempunyai peluang
cesarea juga tidak mengalami penurunan menyisakan makanan tiga kali
nafsu makan. dibandingkan yang berpendapat cukup
Pada segi warna rata-rata enak. Berdasarkan analisis statistik
responden sudah menyukai dari warna diperoleh bahwa ada perbedaanrata-rata
hidangan lauk hewani yang disajikan. daya terima lauk hewani yang signifikan
Menurut Garber (2000) dalam penelitian berdasarkan cita rasa lauk hewani yang
Ernalia (2014) menyatakan bahwa warna disajikan pada pasien bedah di RSUD
menimbulkan asosiasi berbeda dalam Cengkareng. Menu daging merupakan
makanan. Pada segi penyajian dan bentuk menu dengan daya terima yang paling
masih banyak responden yang baik, berbeda dengan menu lainnya
mengatakan biasa. Hal ini dikarenakan khususnya pada ikan dan telur. Daging
menu lauk hewani yang disajikan pada memiliki cita rasa bawaan yang lebih
kelas II dan III tidak ditambahkan garnish gurih dibanding jenis lauk hewani lainnya,
sebagai penghias hidangan dan juga sehingga meski dengan penambahan
disajikan dalam plato, tidak seperti pada bumbu yang sedikit tetap membuat rasa
kelas utama yang disajikan pada piring menu daging ini terasa lezat. Menu telur
keramik dan diberi garnish yang dapat dan ikan yang cenderung memberi aroma
memperindah penampilan suatu amis membuat cita rasa yang dihasilkan
hidangan. juga berkurang, sehingga penambahan

Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 55


Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

bumbu yang masih kurang terasa bosan pasien terhadap lauk hewani
membuat daya terima lauk ini juga lebih terutama telur dan ikan dan untuk
kurang. Pada menu ayam masih sulit meningkatkan daya terima dari hidangan
diterima dengan baik untuk beberapa lauk hewani yang disajikan.
pasien lansia akibat teksturnya yang
kurang empuk. Daftar Pustaka
Hal ini sejalan dengan penelitian Almatsier, S. (2006). Prinsip dasar ilmu
yang dilakukan oleh Lumbantoruan, gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Sudiarti, dan Fikawati (2012), yang Utama.
menyatakan bahwa cita rasa makanan
rumah sakit berpengaruh terhadap daya Ama, A., Madanijah, S., & Uripi, V. (2012).
terima pada pasien diet dan non diet. Persepsi, konsumsi dan kontribusi
Menurut Puruhita et al. (2014), lauk hewani pada pasien rawat inap
menyatakan bahwa faktor yang memiliki di RSUD Cibinong. Jurnal Gizi
hubungan dengan daya terima makanan Indonesia, 31(5):78-91.
yaitu penampilan makanan, rasa
makanan, dan variasi menu yang Anggara, F. H. D., & Prayitno. (2013).
disajikan. Menurut Komari dan Astuti Faktor-faktor yang berhubungan
(2012) bahwa terdapat hubungan yang dengan tekanan darah di
signifikan antara daya terima makanan Puskesmas Telaga Murni, Cikarang
terhadap penampilan dan rasa makanan. Barat tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Penelitian yang dilakukan Lumbantoruan, Kesehatan, 5 (1): 20-25.
Sudiarti, & Fikawati(2012), menyatakan
ada hubungan yang bermakna antara cita Djamaluddin, M., & Ira, P. (2005). Analisis
rasa makanan dengan daya terima zat gizi dan biaya sisa makanan
makanan. Menurut Wright, Connelly, pada pasien makanan biasa. Jurnal
&Capra (2006) bila makanan mempunyai Gizi Klinik Indonesia, 1(3):108-112.
cita rasa yang baik maka daya terima
makanannya juga akan baik. Menurut Ernalia, Y. (2014). Faktor-faktor yang
penelitian Liber, Nuri, & Dede (2014) berhubungan dengan kepuasan
bahwa peningkatan kualitas cita rasa pasien di ruang penyakit dalam dan
makanan di rumah sakit meningkatkan ruang bersalin terhadap pelayanan
asupan gizi, status kesehatan dan makanan pasien di RSUD Mandau
memperpendek lama perawatan pasien. Duri tahun 2014. Jurnal Gizi
STIKes Tuanku Tambusai Riau, 4(3):
Kesimpulan 36-47.
Ada perbedaan daya terima lauk
hewani berdasarkan nafsu makan dan Haryani, R. (2007). Kecukupan nutrisi
cita rasa lauk hewani yang disajikan pada pada pasien kanker. Indonesian
pasien bedah di RSUD Cengkareng. Ada Journal of Cancer, 4: 140-143.
perbedaan daya terima lauk hewani
berdasarkan kebiasaan/kesukaan makan Irfanny, A.,Herianandita, E., & Ruslita,
pasien bedah di RSUD Cengkareng. Hasil I.(2012).Evaluasi sistem penye-
uji regresi logistik didapat bahwa cita rasa lenggaraan makanan lunak dan
merupakan faktor dominan yang mem- analisis sisa makanan lunak di
pengaruhi daya terima pasien. Cita rasa beberapa rumah sakit di DKI
yang baik mampu mencegah kurangnya Jakarta, tahun 2011. Jurnal Gizi
daya terima pasien terhadap lauk hewani Indonesia, 35(2): 97-108.
yang disajikan.
Melihat simpulan dari hasil Kemenkes RI. (2008). Buku pedoman
penelitian di atas disarankan agar pihak pelayanan gizi rumah sakit.
gizi rumah sakit sebaiknya melakukan Jakarta: Direktorat Jendral
upaya evaluasi menu setiap tahunnya Pelayanan Medik, Direktorat
terkait cita rasa hidangan lauk hewani. Rumah Sakit dan Swasta.
Selain itu, sebaiknya diadakan pula
modifikasi resep guna mengurangi rasa

Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 56


Cita Rasa Sebagai Faktor Dominan terhadap Daya Terima Pasien Bedah di RSUD Cengkareng Tahun 2016

Komari & Astuti, L. (2012). Nutrition Semedi, P., Kartasurya, M.I., &
composition and acceptance test of Hagnyonowati. (2003). Hubungan
ready to use therapeutic food for Kepuasan Pelayanan Makanan
severe malnourished children. Penel Rumah Sakit dan Asupan Makanan
Gizi Makan, 35(2): 159-167. dengan Perubahan Status Gizi
Pasien (Studi Di RSUD Sunan
Liber., Andarwulan, N., & Adawiyah, D. Kalijaga Kabupaten Demak). Jurnal
(2014). Peningkatan kualitas cita Gizi Indonesia, 2(1): 32-41.
rasa makanan rumah sakit untuk
mempercepat penyembuhan pasien. Soegeng, S. (2004). Kesehatan & gizi.
Jurnal Mutu Pangan, 1(2): 83-90. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Supiati, & Yulaikah, S. (2015). Pengaruh
Lumbantoruan, D., Sudiarti, T., &
konsumsi telur rebus terhadap
Fikawati, S. (2012). Hubungan
percepatan penyembuhan luka
penampilan makanan danfaktor
perineum dan peningkatan kadar
lainnya dengan sisa makanan biasa
Hemoglobin pada ibu nifas. Jurnal
pasien kelas 3 Seruni RS Cinere
Terpadu Ilmu Kesehatan, 4(2): 8-
Depok Bulan April-Mei 2012. Jurnal
196.
FKM UI, 3(1): 77-85.
Suryawati, C., Dharminto & Shaluhiyah,
Moehyi, S. (1992). Makanan institusi dan Z. (2006). Penyusunan indikator
jasa boga. Jakarta: Bharatara. kepuasan pasien rawat inap rumah
sakit di Provinsi Jawa Tengah.
Muhlisina, H., Prawiningdyah, Y., & Jurnal Manajemen Pelayanan
Sulistyowati, Y. (2010). Effects of Kesehatan, 09(04): 177-184.
variation of vegetal side dish forms Sutyawan., & Setiawan, B. (2013). Food
on the acceptance of children service management, food
patients at RSUD Panembahan acceptance, and the intake level of
Senopati Bantul. Jurnal Gizi boarding school students living in
Indonesia, 28(4): 62-68. dormitory SMA 1 Pemali Bangka
Belitung. Jurnal Gizi dan Pangan,
Nadia, N., Sudaryati, E., & Nasution, E. 8(3): 207-214.
(2015). Consumption and food
acceptance among cardiovascular Uyami, H. H., & Wijaningsih, W. (2010).
disease hospitalized patients to the The difference of food acceptance,
food served in Adam Malik General food waste and food intake of
Hospital. Jurnal Gizi FKM USU, 5(3): standard and selected menu among
63-78. Universitas Sumatera Utara, in patient Sunan Kalijaga Hospital
Sumatera Utara. Demak. Jurnal Gizi Indonesia, 25(6):
98-110.
Nida, K., Efendi, R., & Norhasanah. Widjianingsih, E., & Wirjatmadi, B. (2013).
(2011). Faktor-faktor yang Hubungan tingkat konsumsi gizi
berhubungan dengan sisa makanan dengan proses penyembuhan luka
pasien rawat inap di Rumah Sakit pasca operasi Sectio Cesarea.Media
Jiwa Sambang Lihum. Jurnal Gizi Gizi Indonesia, 9 (1): 1-5.
Indonesia,31(4):70-80.
Wright, O., Connelly, L., & Capra, S.
Puruhita, N., Hagnyonowati, Adianto, S., (2006). Consumer evaluation of
Murbawani, E., & Ardiaria, M. hospital foodservice quality: an
(2014). Food residue and quality of empirical investigation. Inter-
diet provided by the nutrition national Journal of Health Care
department of Dr. Kariadi Hospital Quality Assurance Incorporating
Semarang. JNH, 2(3). Leadership in Health Services, 19(2-
3): 181-194.

Nutrire Diaita Volume 8 Nomor2,Oktober 2016 57

Anda mungkin juga menyukai