Anda di halaman 1dari 5

MITIGASI BENCANA TSUNAMI DAERAH KULON

PROGO
Studi Kasus Pada Yogyakarta International Airport
1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri
dari 17.500 pulau besar dan pulau kecil yang tersebar di sekitar garis
katulistiwa, yang memanjang dari Sabang sampai Marauke (Rahardjo
Adisasmita, 2006). Adapun garis pantai nusantara membentang
sepanjang 81.000 Km, dengan luas lautan sekitar 3,1 Juta Km2yang terdiri atas 0,8
Km2perairan teritorial, dan 2,3 juta Km2Perairan Nusantara.
Dengan kekayaan maritim yang dimiliki Indonesia, tidak dapat disangkal
kenyataannya bahwa wilayah Indonesia terletak pada pertemuan
(tabrakan) antara empat lempeng yaitu lempeng Caroline Pasifik, lempeng laut
Filipina, lempeng Asia dan Lempeng Hindia-Australia, yang mengakibatkan
sebagian besar wilayah Indonesia menjadi rawan terhadap bencana, Ristek
(2005 dalam Bambang dkk, 2007). Selain itu, Indonesia juga terletak di antara
pertemuan dua jalur pegunungan aktif terpanjang di dunia. Bagian Indonesia
barat dilalui oleh mediteranring of fire-sirkum pegunungan mediterania, yang
memanjang dari laut mediteran di Eropa. Sedangkan di bagian timur merupakan
ujung dari pacific ring of fire-sirkum api pasifik, yang berasal dari
pegunungan Rocky di benua Amerika.
Tercatat di Indonesia terdapat sekitar 13% gunung api aktif dari total gunung
aktif di dunia. Jumlah ini lebih banyak dibanding gunung api di Amerika
Serikat, Jepang, Perancis, dan Italia. Saat ini terdapat 500 gunung api di
Indonesia. Sebanyak 129 diantaranya dikategorikan sebagai gunung api aktif
yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, NTT, Kepulauan Banda, Halmahera
hingga Sulawesi.. Keberadaan letak Indonesia yang seperti ini ditambah
dengan panjangnya garis pantai, memberikan potensi besar bagi Indonesia
untuk ditimpa bencana alam khususnya tsunami.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tsunami adalah gelombang
laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi atau letusan
gunung api dasar laut. Gempa tektonik di dasar laut menjadi penyebab paling
dominan terjadinya tsunami. Berdasarkan pengalaman historis, kejadian tsunami
sangat membahayakan bagi komunitas masyarakat di wilayah pesisir pantai,
meskipun daerah tersebut jauh dari kawasan yang rawan gempa bumi (tektonik
maupun vulkanik) bawah laut. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat bencana
tsunamisangatlah besar, yaitu dapat berupa kematian, kehilangan harta benda,
kehancuran sarana dan prasarana khususnya di daerah pesisir pantai,
menimbulkan gangguan ekonomi dan bisnis, bahkan dapat mengganggu keadaan
psikologis.
Oleh karena itu, wilayah-wilayah di Indonesia sudah selayaknya
mengemukakan perencanaan yang berbasis mitigasi bencana, lebih khusus lagi
untuk wilayah pesisir pantai dengan kesiap-siagaan terhadap bencana
tsunamisedini mungkin agar sesuai dengan pengertian dari mitigasi, yaitu
untuk dapat meminimalisir dampak negatif dari adanya bencana tersebut.
Yogyakarta International Airport adalah sebuah Bandar Udara Internasional
yang dibangun di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bandar udara ini direncanakan akan membantu kinerja Bandar Udara
Internasional Adisutjipto yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas
penumpang dan pesawat. Bandar udara ini berdiri di tanah seluas 600 hektar dan
diperkirakan menelan biaya Rp9 triliun. Bandara ini akan memiliki terminal seluas
210.000 meter persegi dengan kapasitas 20 juta penumpang per tahun. Selain itu,
bandar udara tersebut diperkirakan bakal memiliki hanggar seluas 371.125 meter
persegi yang direncanakan bakal sanggup menampung hingga sebanyak 28 unit
pesawat. Bandara ini juga, bisa menampung pesawat berbadan lebar, seperti B777,
B747, A380.
Secara geografis Yogyakarta International Airport terletak pada daerah pantai
Hal itu yang kemudian mendasari penelitian ini, dengan harapan dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat tentang mitigasi bencana tsunamiyang didasarkan pada
analisis keruangan, dengan mengambil salah-satu kawasan inti sebagai objek
penelitian yang berada pada daerah Kulon Progo. Membuat zonasi rawan terhadap
bencana tsunamisampai pada arahan mengenai mitigasi bencana yang dapat
dilakukan oleh masyarakat serta kemudian dapat menjadi pertimbangan untuk
pemerintah daerah setempat dalam menghasilkan produk perencanaan wilayah
berbasis bencana.

2. PERMASALAHAN

2.1 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan


sebagai berikut :

a. Dimana zona dari pesisir pantai Kulon Progo yang teridentifikasi sebagai
kawasan rentan bencana tsunami ?
b. Bagaimana bentuk mitigasi bencana tsunami dari Yogyakarta International
Airport ?

2.2 BATASAN PENELITIAN

Penelitian ini perlu adanya batasan penelitian agar tidak terlalu luas dan tidak
menyimpang dari rumusan masalah, Antara lain sebagai berikut:

a. Penelitian ini dilakukan pada daerah Yogyakarta International Airport, Palihan 1,


Palihan, Kec. Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Menggunakan data data yang ada dari pemerintah, atau dari situs resmi
pemerintah yang telah disediakan
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian tugas akhir ini Antara lain sebagai berikut:

a. Mengetahui dimana zona dari pesisir kulon progo yang teridentifikasi sebagai
kawasan bencana tsunami.
b. Mengetahui bentuk mitigasi bencana dari Yogyakarta Knternational Airport

3.2 MANFAAT PENELITIAN


Adapun mafaat yang diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi kepada masyarakat atau pengguna jasa pada Yogyakarta
International Airport mengenai serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana berupa penyadaran.
b. Mengurangi dampak yamg ditimbulkan, khususnya bagi pengguna Yogyakarta
International Airport atau masyarakat sekitar
c. Sebagai landasan bagi perencana

Anda mungkin juga menyukai