Anda di halaman 1dari 14

PENYELESAIAN LAUT ZONA EKONOMI EKSLUSIF MENURUT HUKUM

INTERNATIONAL

Disunsun Oleh :

Khrisna Wibowo (20190610327)

ABSATRAK

Wilayah zona ekonomi eksklusif digunakan oleh negara-negara sebagai medan perang
dan menimbulkan konflik antar negara. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh
negara-negara di zona ekonomi eksklusif adalah adanya tumpang tindih batas-batas
zona ekonomi eksklusif. Hukum Perjanjian Maritim menyatakan bahwa "lebar zona
ekonomi eksklusif ditentukan berdasarkan Pasal 57, dan zona ekonomi eksklusif tidak
boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal di mana lebar perairan teritorial
diukur."Misalnya, 200 mil adalah wilayah kedaulatan Indonesia, zona ekonomi
eksklusif adalah 200 mil laut dikurangi 24 mil, yang merupakan bagian dari wilayah
perairan, zona tambahan adalah 176 mil, dan ditarik tanah yang berdekatan. Ketika
batas-batas zona ekonomi eksklusif melewati satu sama lain, pertempuran berakhir dan
hukum internasional menjadi dasar hukum untuk regulasi. Duplikasi dengan negara
tetangga diselesaikan dengan perjanjian internasional yang harus mematuhi dan
menerapkan prinsip-prinsip yurisdiksi internasional. Banyak yang tidak bisa mencapai
kesepakatan di sini karena belum mencapai kesepakatan dan harus diselesaikan oleh
Mahkamah Internasional. Mekanisme penyelesaian sengketa kawasan ekonomi
eksklusif akibat tumpang tindih batas wilayah tidak perlu diselesaikan melalui sengketa
hukum, tetapi perlu diselesaikan melalui jalur non prosedural, yang pada akhirnya
menghasilkan solusi yang saling menguntungkan. Kedua, perjanjian internasional antara
negara-negara yang berkonflik adalah prosedur penyelesaian sengketa alternatif, dan
hak dan kewajiban negara-negara yang berkonflik harus diperhatikan.

KATA KUNCI: ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE), PENYELESAIAN


SENGKETA, PERJANJIAN INTERNASIONAL.

1
ABSTRACT

The exclusive economic zone area is used by countries as a battlefield and causes
conflicts between countries. One of the reasons put forward by countries in the
exclusive economic zone is the overlapping of the boundaries of the exclusive economic
zone. The Law of the Maritime Treaty states that "the width of the exclusive economic
zone is determined under Article 57, and the exclusive economic zone must not exceed
200 nautical miles from the baseline where the width of the territorial waters is
measured." For example, 200 miles is the territory of Indonesia's sovereignty, the
exclusive economic zone is 200 nautical miles minus 24 miles, which is part of the
territorial waters, the additional zone is 176 miles, and is drawn adjacent land. When
the boundaries of exclusive economic zones cross each other, the fighting ends and
international law becomes the legal basis for regulation. Duplication with neighboring
countries is resolved by international agreements that must comply with and apply the
principles of international jurisdiction. Many are unable to reach an agreement here
because it has not yet reached an agreement and must be resolved by the International
Court of Justice. The mechanism for resolving disputes over exclusive economic areas
due to overlapping territorial boundaries does not need to be resolved through legal
disputes, but needs to be resolved through non-procedural channels, which in the end
will result in mutually beneficial solutions. Second, international agreements between
conflicting countries are alternative dispute resolution procedures, and the rights and
obligations of conflicting countries must be considered.

KEYWORDS: EXCLUSIVE ECONOMIC ZONE (EEZ), DISPUTE SETTLEMENT,


INTERNATIONAL AGREEMENTS.

2
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah ditulis, penulis menarik beberapa tindakan

yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelesaian sengketa terkait zona ekonomi eksklusif sesuai

dengan hukum internasional?

2. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa perbatasan yang tumpang

tindih di zona ekonomi eksklusif (ZEE)?

B. Tujuan Penelitian

1. Mempelajari dan memahami dengan sungguh-sungguh prinsip-prinsip

hukum internasional dalam menyelesaikan sengketa di sekitar zona

ekonomi eksklusif.

2. Meningkatkan pemahaman tentang mekanisme penyelesaian sengketa

yang timbul saat melintasi batas-batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

C. Manfaat Penelitian

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:

1. Keuntungan Teoretis

Secara teoritis, dokumen ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi perkembangan yurisprudensi untuk memahami hukum perjanjian

internasional sebagai alternatif penyelesaian sengketa tumpang tindih

seputar perbatasan zona ekonomi eksklusif dan memahami mekanisme

penyelesaian sengketa antar negara. Zona ekonomi eksklusif tumpang

tindih atau berdampingan. Perbatasan zona ekonomi tumpang tindih.

3
Dan memahami kedaulatan maritim negara-negara dalam kerangka

perjanjian yang sesuai dengan hukum internasional.

2. Manfaat praktis

Dari segi praktis, kajian ini memperhatikan prinsip-prinsip penyelesaian

sengketa batas-batas zona ekonomi eksklusif dan prinsip-prinsip hukum

internasional untuk penyelesaian sengketa batas-batas zona ekonomi

eksklusif. Atau negara tetangga harus peduli. Sebagai bahan

pertimbangan dan refleksi. Dan sebagai warga negara, kami dapat

memberikan kontribusi dan solusi khusus bagi masyarakat lokal dan

melakukan kemakmuran laut. dan kepastian hukum mengenai batas-

batas laut dari wilayah-wilayah yang dibuat atau diatur dalam Zona

Ekonomi Eksklusif.

D. Metode Penelitian

Penelitian atau kajian regulasi dapat memunculkan penemuan-penemuan

baru, baik berupa konsep hukum maupun teori. Hal ini diperlukan untuk

mendukung reformasi hukum, yang meliputi kegiatan merumuskan,

melaksanakan, menerapkan, menemukan, menafsirkan, meneliti dan mengajar

hukum.1

Analisis dan organisasi data yang dikumpulkan selama penelitian

dilakukan. Karena penelitian adalah alat (ilmiah) untuk kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, metodologi penelitian terapan harus selalu selaras

dengan pengetahuan dari mana mereka bersumber.2


1
Suratman, Philips Dillah, 2014. Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Cet.II, Bandung. Hlm. 24
2
Ngani Nico, 2012. Metodologi Penelitian Dan Penulisan Hukum, Pustaka Yustisia, Jakarta Selatan.
Hlm. 71

4
Metode Penelitian ini meliputi diantara lain :

a. Jenis Penelitian Hukum Normatif

Dalam studi hukum, penulis menggunakan metode penelitian normatif .

Artinya, dari studi ilmiah menggunakan pendekatan dalam studi dalam literatur.

Sumber Sastra Bidang UU dibagi menjadi tiga kelompok. Hukum data, Dasar

Peneliti , Dasar Peneliti , poin dari titik awal artikel ini, menekankan analisis

batas pendekatan untuk masalah luar biasa. Tumpang Tindih Tumpang Tindih

Antar Negara Berdampingan atau Hukum Kontrak Internasional melalui

mekanisme. Sumber Daya Hukum, Pratama dan Menengah Kualifikasi atau

kualifikasi di bidang hukum.

Hukum Sekunder Penggunaan Data Peneliti Data dikumpulkan oleh

orang lain. Data tersedia pada saat penelitian. Jika Anda ingat , adalah hierarki ,

data primer dan sekunder - situasi, yang sebenarnya adalah . Maka basis data

lebih mendekati 4 dari data sebenarnya.3

Studi tentang sistematika hukum bersifat unik untuk bahan hukum primer

dan sekunder. Artinya dalam sistem hukum , karena acuan yang digunakan

adalah dasar.4Sedangkan bahan hukum tersier yaitu, Materi yang memberikan

petunjuk dan penjelasan hukum tersier, yaitu materi hukum primer dan

sekunder.

b. Sumber Data

3
Bambang sunggono, 2013. Metodologi Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo, cet. XV, Jakarta. Hlm. 37
4
Soekanto Suryono, & Sri mamudji, 2001. Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo persada, cet.
V, Jakarta. Hlm. 74

5
Penelitian ini diperoleh melalui bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder dan tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang

bersumber dari peraturan perundang-Undangan yang ada kaitannya

dengan upaya penyelesaian batas Zona Ekonomi Eksklusif yang tumpang

tindih melalui mekanisme perjanjian Internasional, berupa; Konvensi Hukum

Laut 1982 mengenai Zona Ekonomi Eksklusif, Aturan Tentang Sumber

Kekayaan Alam Laut (undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

perikanan dan undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas

undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan), Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif, Undang-undnag

Nomor 32 Tahun 2004 tenantang Kelautan Undang-undang nomor 30

Tahun 1999 tenntang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa.

Bahan hukum Sekunder yaitu ; literatur-literatur yang berisikan ajaran ilmu

hukum pembahasan atau masalah yang diteliti. Bahan hukum tersier

berupa ; referensi lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi yang bisa

memberikan informasi-informasi yang lebih lanjut mengenai bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti ensiklopedia, kamus

hukum, kamus Bahasa Indonesia, internet, dan lain sebagainya.

c. Metode Pengumpulan Data

Metode yanng digunakan dalam pengumpulan data adalah

kepustakaan terkait (related literature) artinya sumber di mana dapat

6
diperoleh informasi mengenai pokok masalah yang sedang dipelajari.

Soerjono Soekanto, mengartikan kerangka teoretis sebagai suatu iktisar

daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang

menyangkut objek yang diteliti.5

d. Metode Analisis Data

Berdasarkan pengolahan data yang dimulai dengan studi kepustakaan

untuk mengetahui dan mempelajari tentang upaya hukum yang harus

ditempuh dalam tumpang tindih batas Zona Ekonomi Eksklusif dan

penyelesaian sengketa berdasarkan hukum perjanjian Internasional,

bagaimana mekanismenya dalam pelaksanaan upaya hukum, kemudian

diperoleh satu kerangka pemikiran. Dari kerangka pemikiran tersebut

diperoleh permasalahan dan di analisa berdasarkan data yang menjadi

sasaran penelitian. Berdasarkan konsep pimikiran teoritis dalam pembuatan

karya ilmiah maka penulis menggunakan metode deduktif ke induktif,

pengkajian tersebut diperoleh dari materi-materi atau bahan hukum yang

bersifat umum untuk menunjang pokok masalah yang diteliti kemudian

di kaji dan di masukan secara khusus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Zona Ekonomi Eksklusif


5
Nico Ngani, 2012. Op.cit Hlm. 72

7
Berdasarkan pasal 73 ayat (1) Konvensi hukum laut 1982 menyatakan

bahwa “the coastal state may, in the exercise of its sovereign rights to explore,

exploit, conserve, and manage the living resourcesin the inspection, arrest and

judicial proceedings, as may be necessary to ensure compliance with the laws and

regulations adpted by it in conformity with this convention.”6

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap Negara pantai

memiliki kedaulatan atas zona ekonomi eksklusif, oleh karena itu setiap Negara

pantai berhak untuk melakukan tindakan-tindakan seperti pendaratan, penyensoran,

dan penahanan jika seseorang melebihi batas tersebut. dan penuntutan yang

diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan atau

peraturan yang dikeluarkan oleh Negara pantai sesuai dengan Konvensi. Ini untuk

melindungi sumber daya laut setiap negara pantai. Batas wilayah laut dibagi

menjadi 3, yaitu;

1). Zona Ekonomi Eksklusif,

2). Zona Tambahan,

3). Laut Lepas.

B. Wilayah Tumpang Tindih

Perbatasan adalah garis atau tepi yang membentuk batas bidang. (ruang,

area, dll.) Di antara dua zona ada titik yang tidak dapat dibagi dan tidak dapat

diatasi. Dengan kata lain, batas adalah garis atau tepi yang memisahkan satu area
6
Dikdik M. Sodik, 2012 Op.cit. Hlm. 91

8
dari yang lain dan menunjukkan lokasi atau aturan. Setiap wilayah atau wilayah

memiliki batas letak untuk setiap wilayah, yang dibagi menjadi satu wilayah

bersama dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, terdapat garis pemisah atau

wajah yang memisahkan suatu wilayah atau wilayah dengan wilayah atau

wilayah lain. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, overlap berarti “lipat,

lipat, lipat, campur”. Dengan demikian, tumpang tindih antara hukum perjanjian

dan zona ekonomi eksklusif merupakan ketentuan yang campur aduk, kompleks,

dan tumpang tindih antara hukum perjanjian dan zona ekonomi eksklusif, dan

kedua aturan tersebut dapat saling bertentangan.Penyelesaian Sengketa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, usaha adalah usaha untuk mencapai

suatu tujuan, usaha, pemecahan suatu masalah, mencari jalan keluar, dsb.

Konsensus adalah proses, metode, tindakan, solusi, solusi. Jadi yang coba kita

pecahkan adalah suatu tindakan atau tindakan dalam proses pemecahan suatu

masalah, pemecahan suatu masalah, atau mencari jalan keluar dari suatu

masalah. Upaya dilakukan untuk mengatasi setiap masalah, dan upaya ini harus

mencakup proses rujukan yang dapat diterapkan kepada siapa saja yang ingin

memiliki masalah. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut harus berupaya

untuk menyelesaikan setiap hal yang berkaitan dengan penyelesaian masalah

tersebut, dan upaya penyelesaian tersebut harus mencakup ketentuan yang

diberlakukan secara bersama-sama. Mekanisme. Contohnya setiap perbuatan

yang merupakan terbagi atas 2 cara untuk menyelesaikannya, yaitu;

a. Cara penyelesaian melalui damai, yaitu apabila para pihak telah dapat

menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.

9
b. Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu

apabila solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan.

Langkah pertama dalam sengketa yang memungkinkan atau mengancam

perdamaian dan keamanan internasional yang langgeng adalah negosiasi,

penyelidikan, konsiliasi, arbitrase, penyelesaian yudisial melalui otoritas atau

penyelesaian lokal, atau perdamaian atas pilihan para pihak yang bersengketa.

atau masalah. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa dapat diselesaikan secara

musyawarah dan dapat dibagi menjadi tiga bagian.Negosiasi. yaitu :

a. Konsiliasi

b. Mediasi

c. Arbritrase Internasional

d. Pengadilan Internasional

BAB III

PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Sengketa Laut Zona Ekonomi Eksklusif Menurut Hukum

Internasional

10
Zona ekonomi eksklusif merupakan wilayah yang membentang sejauh

370 kilometer di laut di mana sebuah negara memiliki hak eksklusif atas

perikanan dan eksploitasi cadangan gas dan minyak bawah laut, berdasarkan

Konvensi PBB mengenai Hukum Laut. Jika 2 negara memiliki wilayah laut

yang saling berhadapan dan berdampingan. Akibatnya penarikan garis batas

zona ekonomi eksklusif tidak bisa mencapai 200 mil. 7 Padahal berdasarkan

Undangundang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Batas Landas Kontinen Indonesia

serta Undang undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations

Convention on the Law of the Sea, Batas Landas Kontinen Indonesia ditarik

sama lebar dengan batas zona ekonomi ekslusif, yaitu 200 mil laut atau sampai

dengan maksimum 350 mil laut dari garis pangkal kepulauan Indonesia. Apabila

kedua negara yang merupakan negara kepulauan samasama menarik garis Zona

Ekonomi Ekslusif 200 mil mengelilingi kepulauan masingmasing, akan terjadi

tumpang tindih wilayah di bagian selatan Mindanao dan perhimpitan batas di

perairan laut Sulawesi.

Secara umum yang dimaksud dengan zona ekonomi eksklusif adalah

bagian dari badan air (laut yang terletak di luar laut teritorial dan bersinggungan

dengan laut teritorial, lebarnya 200 mil laut, dan dengan demikian lebar laut

teritorial diukur.Zona ekonomi eksklusif berbatasan dengan laut teritorial dan

hanya dipisahkan oleh garis batas luar.8 Lebar zona ekonomi eksklusif adalah

200 mil, yang berhasil dicapai melalui negosiasi jangka panjang dengan

kesepakatan yang dicapai pada Konferensi PBB tentang Hukum Laut pada tahun

1973 dan 1982.


7
pasal 7 ayat (2), Huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
8
I Wayan Parthiana, 2014. Hukum Laut International Dan Hukum Laut Indonesia, Yrama Widya, Cet. I,
Bandung. Hlm. 4

11
Salah satu Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah Indonesia dan

Malaysia yang terletak di Kalimantan Timur, dan terdapat banyak sekali

permasalahan sehingga negosiasi mengenai hal tersebut masih tertunda. Selain

itu, Indonesia ingin atau ingin menyepakati terlebih dahulu batas-batas perairan

teritorialnya di perairan Sulawesi di selatan Selat Malaka yang masih dalam

tahap negosiasi, kemudian mengenai Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas

Kontinen. . Pihak Malaysia menginginkan negosiasi bersama yang tak

terpisahkan, termasuk perairan tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landas

kontinen. Isu lainnya yaitu Indonesia dan Thailand belum terselesaikan, ada juga

masalah perbatasan antara Indonesia, Thailand dan India, negosiasi telah

mencapai kesepakatan, dan ada perebutan perbatasan landas kontinen. Bagian

barat laut dari perimeter. Kepulauan Nicobar dan Andaman. Meskipun

kesepakatan dicapai selama proses negosiasi, kesepakatan internasional antara

negara-negara ini, termasuk kesepakatan tentang batas-batas zona ekonomi

eksklusif (ZEE), harus mencerminkan hal ini.

Samudra adalah Peran Penting Kehidupan Semua Orang Orang, sehingga

laut selalu menjadi arena persaingan. sampai dengan , kemudian sampai dengan

batas laut, yaitu beberapa batas laut yaitu lebar laut teritorial, badan air

tambahan, zona ekonomi monopoli dan landas kontinen. Eksklusif Indonesia

(ZEEI). Samudra adalah Peran Penting Kehidupan Jumlah Orang Orang,

sehingga laut selalu menjadi arena persaingan. Batas Maritim, yaitu Beberapa

Batas Maritim, yaitu Lebar Laut Teritorial, Daerah Perairan Tambahan, Zona

Ekonomi, Monopoli, dan Landas Kontinen. Eksklusif Indonesia (ZEEI).

Indonesia telah meratifikasi United Nation Convention on the Law Of the

12
Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut Tahun

1982) dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan

UNCLOS.9 Sesuai dengan ketentuan Bab V Konvensi Hukum Laut 1982,

Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983

tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).10

Isu Zona Ekonomi Eksklusif Negara Indonesia Terlalu banyak , di

antaranya adalah Indonesia dan Malaysia dan Kalimantan Timur 4.444. belum

terselesaikan. Ada juga laut. Selat Malaka Selatan Indonesia Ketika negosiasi

masih berlangsung, setelah laut Pertama Wilayah kemudian dinegosiasikan

Ekonomi Zona Monopoli dan Landas Kontinen Malaysia Pihak yang

menginginkan untuk . merundingkan bersama, yaitu zona tambahan tidak dapat

dibagi menjadi zona ekonomi eksklusif dan Landas Kontinen.11

Suatu aspek terpenting dari suksesi negara adalah pengaruh

kedaulatan terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang muncul dari

perjanjian.12 Perjanjian tersebut mengikat seperti Undang-Undang bagi

mereka yang membuatnya, akan tetapi asas pacta sunt servanda tersebut

mempunyai batasan. Asas Pacta Sunt Servanda hanya mengikat bagi mereka

yang membuatnya, jika terdapat pihak lain atau pihak ketiga perjanjian

Internasional tersebut tidak dapat mengikat pihak ketiga tanpa

persetujuannya, (Pacta tertiis nec nocount nec prosunt, perjanjian todak dapat

memberikan hak dan kewajiban pada pihak ketiga tanpa persetujuannya).

9
Dikdik M. Sodik, 2014. Hukum laut international, Refika Aditama, cet.II, Bandung. Hlm. 98
10
Ibid. Hlm 99
11
http://tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/183-diplomasi-ifebruari-2013/1598-permasahan-di-
perbatasan-ri.html
12
Serfiani, 2010. Hukum Internasional suatu pengantar, PT. Rajagrafindo Persada, Cet. I, Jakarta. Hlm.
296

13
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Perbatasan antar negara merupakan suatu hal yang sangat bernilai strategis,

hal tersebut adalah dimana suatu wilayah dari suatu negara yaitu merupakan

pertahanan dari negara tersebut, demi terwujudnya keamanan suatu negara

yang diinginkan. Oleh sebab itu, maka setiap negara yang bersengketa

dengan batas yuridiksi negara lain atau negara tetangga, sebaiknya di

selesaikan berdasarkan prinsip perjanjian.

2. Untuk menyelesaikannya seharusnya dilakukan melalui jalur non litigasi

yang pada akhirnya akan mendapatkan win-win solution, maka suatu

perjanjian Internasional antar negara yang bersengketa merupakan salah satu

cara alternatif penyelesaian sengketa, maka hak dan kewajiban negara yang

bersengketa harus ditaati.

B. SARAN

1. Penyelesaian sengketa internasional mengenai batas suatu wilayah yang

saling tumpang tindih terutama batas Zona Ekonomi Eksklusif sebaiknya

diselesaikan berdasarkan prinsip perjanjian. Karena prinsip perjanjian

internasional adalah jalur non litigasi yang mendapatkan solusi

2. Dalam Penyelesaian Sengketa Tumpang Tindih Batas Zona Ekonomi

Eksklusif seharusnya diselesaikan melalui perundingan yang menimbulkan

kesepakatan dan mengikat hak dan kewajiban dari negara tersebut dan

mendapatkan win-win solution.

14

Anda mungkin juga menyukai